Anda di halaman 1dari 15

1.

2. Hijriah I1B021004
3. Imelia Rizky Pramudita I1B021016
4. Yunetha Aulia Salsabiela I1B021026
5. Afriliana Dwi Rosita I1B021036
6. Sekar Wulan Gayatri I1B021046
7. Nabilah Nur Rochmah I1B021058
8. Alfina Fitriani I1B021068
9. Lianda Dwi Utami I1B021078
10. Agus Susilo I1B021088

Topik: Perdarahan Pada Akhir Kehamilan


Note: semua nomor sesuai topik diatas yah, semangattt:)
1. Jelaskan prevalensi, klasifikasi/jenis dari gangguan masa perinatal pendarahan pada
akhir kehamilan (hijriah)
Prevalensi
Berdasarkan data yang didapatkan WHO tahun 2008 prevalensi plasenta pervia
sekitar 458 dari 100.000 kelahiran setiap tahunnya,sedangkan prevalensi previa
menurut WHO tahun 2009 sekitar 320 dari 100.000 kelahiran. Angka Kejadian
plasenta Previa di Indonesia berkisar antara 1,7-3,56%.Untuk klasifikasinya
merupakan kategori mayor meliputi tipe III-IV dan plasenta letak rendah/low-lying
placenta yaitu implementasi plasenta pada segmen bahwa uterus tanpa menutupi
Ostium uteri internum yang Sebelumnya merupakan kategori marginal tipe I-II.
Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan
secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetapi
tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa
dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang
lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun
tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.

2. Jelaskan etiologi dan faktor gangguan masa perinatal pendarahan pada akhir
kehamilan (nabilah)
Plasenta Previa terjadi karena kerusakan endometrium pada persalinan sebelumnya
dan gangguan vaskularisasi desidua. Perdarahan bisa bertambah disebabkan serviks
dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami
robekan. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya:
- Meningkatnya paritas ibu
- Usia ibu >35 tahun
- Kehamilan ganda
- Tindakan kuretase
- Riwayat seksio sesarea sebelumnya
- Adanya bekas luka pada rahim
- Miomektomi atau endometritis
- Kebiasaan merokok
- Penggunaan narkotika
-
3. Jelaskan manifestasi klinis gangguan masa perinatal pendarahan pada akhir kehamilan
(imel)
Sumber :
Anumilah, R.A, dkk. 2022, MANAJEMEN PLASENTA PRAEVIA DENGAN
RIWAYAT PERDARAHAN ANTEPARTUM: SEBUAH LAPORAN KASUS
BERBASIS BUKTI, Jurnal Kedokteran Universitas Palangka Raya, 10(1):08-12.
a. Plasenta Previa
- Perdarahan pervaginam tanpa sebab dan tanpa nyeri
- Darah berwarna merah segar
- Seringkali terjadi pada trimester ketiga
- Kepala janin yang belum turun (free floating head)
- Seringkali dijumpai kelainan letak janin
- Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal,
kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding)
biasanya lebih banyak

4. Jelaskan patofisiologi gangguan masa perinatal pendarahan pada akhir kehamilan


(agus, fina,)
perdarahan pada akhir kehamilan diantaranya
a. Plasenta Previa
Plasenta menempel di bagian bawah rahim, maka akan menutupi serviks. Artinya baik
sebagian atau total, plasenta akan menghalangi jalan lahir bayi. Hal ini disebut
plasenta previa. Plasenta previa dapat menyebabkan perdarahan seringkali tanpa
disertai rasa sakit.
Resikonya antara lain:
● Memiliki anak lebih dari 1
● Riwayat persalinan cesar
● Riwayat operasi pada rahim
● Mengandung bayi kembar dua atau kembar tiga
Pemeriksaan :
● USG
● PDMO
Tatalaksana :
● Umum
● Khusus :
● konservatif
● aktif
Plasenta previa adalah kelainan yang terjadi selama kehamilan yang ditandai dengan adanya
jaringan plasenta di dekat atau menutupi leher rahim. Risiko terbesar dari plasenta previa
adalah perdarahan. Pendarahan sering terjadi saat bagian bawah rahim mulai meregang dan
memanjang sebagai persiapan untuk melahirkan. Saat serviks mulai menipis dan melebar,
perlekatan plasenta pada dinding rahim terlepas, sehingga terjadi perdarahan (Jing et al.,
2018). Semua plasenta yang menutupi ostium (sampai tingkat tertentu) disebut previa, dan
yang dekat tetapi tidak di atas ostium disebut letak rendah. Insiden plasenta previa adalah 3-5
per 1000 kehamilan di seluruh dunia, dan masih terus meningkat karena meningkatnya angka
seksio sesarea, karena bekas luka rahim di segmen bawah dapat menarik implantasi plasenta
yang rendah. Insidensinya jauh lebih tinggi pada pertengahan kehamilan daripada pada
minggu ke 36 ke atas karena pembentukan segmen bawah rahim dan mungkin karena
trofotropisme yang mengakibatkan resolusi plasenta previa (Karnati, Kollikonda and
Abu-Shaweesh, 2020). Beberapa penelitian berusaha untuk menentukan faktor risiko untuk
plasenta previa, dan menunjukkan hubungan dengan usia ibu lanjut, paritas, ibu merokok,
perawatan infertilitas, persalinan sesar sebelumnya, plasenta previa sebelumnya, dan aborsi
berulang. Di antara faktor faktor risiko tersebut, beberapa telah meningkat selama dekade
terakhir termasuk tingkat operasi caesar, usia ibu lanjut, dan jumlah wanita yang menjalani
perawatan infertilitas. Neonatus yang lahir dari ibu dengan plasenta previa lebih mungkin
menderita kelahiran prematur, kematian perinatal, malformasi kongenital, dan skor Apgar
pada 1 menit dan 5 menit lebih rendah dari 7. Morbiditas perinatal juga dipelajari bahwa
mayoritas bayi memerlukan resusitasi dan masuk NICU. Selain itu, hasil yang paling
substansial dari gangguan ini adalah kecil untuk usia kehamilan dan berat badan lahir rendah
(Jeon et al., 2018).

b. Absrupsio Plasenta
Plasenta menempel pada dinding rahim dan akan terlepas dari tempat perlekatannya
sebelum atau selama proses persalinan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan
vagina, seringkali menimbulkan nyeri sekalipun perdarahan ringan atau tidak ada
perdarahan.Ketika plasenta terlepas, janin dapat kekurangan oksigen dan ini sangat
berbahaya. Biasanya terjadi pada 12 minggu menjelang persalinan. Wanita dengan
resiko tinggi antara lain:
Telah mempunyai anak
Usia lebih dari 35 tahun
Riwayat abrupsio sebelumnya
Menderita anemia sel sabit
Abrupsio plasenta dihubungkan dengan:
Tekanan darah tinggi
Cedera pada perut
Penggunaan kokain
Merokok
Abrupsio plasenta adalah masalah serius yang membahayakan ibu dan janin dan
membutuhkan penanganan segera.
5. Jelaskan penatalaksanaan gangguan masa perinatal pendarahan pada akhir kehamilan
(netha)
Mochtar, Rustam (2011). Sinopsis Obsetri Fisiologis dan Patologis. Jakarta : EGC
A. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis
dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan
baik (Mochtar, 2012 dan Chalik, 2014).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
● Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti. Penanganan pasif pada kasus kehamilan preterm dengan
perdarahan sedikit kemudian berhenti di maksudkan dapat memberikan
kesempatan pada janin untuk tetap tumbuh dan berkembang dalam
kandungan sampai janin matur.
● Belum ada tanda-tanda in partu. Menunda tindakan pengakhiran
kehamilan segera pada kasus plasenta previa bila tidak terdapat
tanda-tanda inpartu ditujukkan untuk mempertahankan janin dalam
kandungan.
● Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
● Janin masih hidup.
Faktor – faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang
akan dipilih adalah :
● Jenis plasenta previa
● Perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang – ulang
● Keadaan umum ibu hamil
● Keadaan janin hidup gawat atau meninggal
● Pembukaan jalan lahir
● Paritas atau jumlah anak hiduo
● Fasilitas penolong dan rumah sakit.
B. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa (Mochtar, 2012)
1) Persalinana Abdominal dengan cara Seksio sesarea Prinsip utama
dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk
hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Indikasi seksio sesarea pada
plasenta previa :
● Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,
semua plasenta previa lateralis, posterior karena perdarahan
yang sulit dikontrol dengan cara- cara yang ada.
● Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan
tidak berhenti dengan tindakan – tindakan yang ada
● Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang.
Perdarahan pada bekas insersi plasenta kadang – kadang
berlebihan dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang ada,
jika hal ini dijumpai tindakannya adalah : bila anak belum ada,
untuk menyelamatkan alat reproduktif dilakukan ligasi rteri
hipogastrika, dan bila anak sudah ada dan cukup, yang paling
baik adalah histerektomi.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Amniotomi dan akselerasi Amniotomi atau pemecahan selaput
ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan
per vaginam. Indikasi amniotomi pada plasenta previa :
● Plasenta previa latelaris atau marginalis atau letak
rendah, bila telah ada pembukaan
● Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau
marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih
● Plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang
sudah meninggal.
Keuntungan amniotomi adalah :
● Bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon
akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan
berkurang atau berhenti
● Partus akan berlangsung lebih cepat
● Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti
cincin gerakan dan regangan segmen bawah rahim,
sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
Setelah ketuban dipecahkan berikan oksitosin drip 2,5 – 5
satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%. Bila upaya diatas belum
berhasil, ada 2 cara lagi yang dapat dikerjakan terutama di
daerah perifer dimana fasilitas operasi tidak ada dari penderita
tidak mau dirujuk ke rumah sakit yang ada fasilitas operasinya.
b. Versi Braxton Hicks Versi Baxton Hicks dilakukan pada janin
letak kepala, untuk mencari kaki supaya dapat ditarik keluar.
Bila janin letak sungsang atau letak kaki, menarik kaki keluar
akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol, dan
diberi beban seberat 50 -100 gr.
c. Traksi dengan Cunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan
Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin
yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.

6. Jelaskan pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, dan intervensi


keperawatan pada gangguan masa perinatal pendarahan pada akhir kehamilan (Sekar,
Lianda, Afril)
kalo ada yang keliru direvisi aja ya temen-temen
referensi : Mitayani, 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika,
Jakarta
a. Pengkajian Keperawatan
1) jumlah dan sifat perdarahan (waktu perdarahan, perkiraan kehilangan
darah sebelum datang ke rumah sakit, dan keterangan tentang jaringan
yang terlepas). Ibu hamil disarankan menyimpan linen jika berada di
rumah, sehingga kehilangan darah dapat dideteksi secara akurat.
2) Sakit
a. jenisnya: menetap, tajam, tumpul, keras
b. serangannya: berangsur-angsur, mendadak
c. lokasinya: menyeluruh pada abdomen, lokal
3) Uterus, jika dipalpasi dengan lembut apakah terasa lembut juga
4) TTV, apakah normal, takikardi, hipotensi, atau keduanya. pemantauan
kondisi janin secara elektronik dapat menentukan denyut jantung janin,
adanya percepatan, dan respon janin terhadap aktivitas uterus
5) Kontraksi uterus: penggunaan monitor eksterna dalam menentukan
frekuensi dan lamanya kontraksi. Tekanan intrauterus dapat
mengidentifikasi kontraksi hipertonik dan meningkatkan hubungan
irama istirahat. Palpasi dapat mengidentifikasi apakah uterus
mengalami relaksasi antara kontraksinya atau tidak
6) riwayat kehamilan (gravida, para, riwayat aborsi, dan melahirkan bayi
prematur)
7) lamanya usia kehamilan: (HPHT, TFU). jika terdapat perdarahan ke
dalam miometrium, fundus akan membesar sesuai dengan perdarahan.
perawat mengobservasi dan melaporkan tinggi fundus yang akan
menunjukkan bahwa perdarahan ke dalam otot uterus sedang terjadi
8) Data laboratorium (HB, hematokrit, golongan darah, pembekuan
darah).
b. Diagnosis Keperawatan
- Penurunan curah jantung berkaitan dengan perdarahan dalam jumlah
berlebih (Domain 4 Aktivitas/Istirahat)
Definisi: Ketidakadekuatan volume darah yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
- Defisiensi volume cairan berhubungan dengan perdarahan (Domain 2
Nutrisi)
Definisi: Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intraseluler.
- Risiko infeksi berhubungan dengan inadekuat pengetahuan untuk
menghindari paparan patogen (Domain 11 Safety/Protection)
Definisi: Rentan terhadap invasi dan multiplikasi organisme patogen,
yang dapat membahayakan kesehatan.
- Ketidakefektifan perfusi jaringan tepi kemungkinan berhubungan
dengan pengetahuan yang tidak memadai tentang faktor-faktor yang
dapat dimodifikasi mungkin ditandai dengan capillary refill time > 3
detik, nadi perifer menurun (Domain 4 Aktivitas/Istirahat)
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke perifer, yang dapat mengganggu
kesehatan.
- Ansietas berkaitan dengan kurang pengetahuan mengenai efek
perdarahan dan manajemennya (Domain 9 Koping/Toleransi Stres)
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
data ini untuk mempersiapkan transfusi darah jika diperlukan respon
otonom; perasaan takut yang disebabkan antisipasi terhadap bahaya.
- Harga diri rendah situasional berkaitan dengan ketidakmampuan
sementara untuk memberikan perawatan pada keluarga (Domain ^
Persepsi Diri)
Definisi: Rentan terjadi persepsi negatif tentang makna diri sebagai
respons terhadap situasi saat ini, yang dapat mengganggu kesehatan.
c. Intervensi Keperawatan
1. diagnosis 1:
intervensi:
- nilai dan catat TTV, TD, LOC, CVP, perfusi jaringan, intake
dan output, serta jumlah perdarahan
- bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan
terapi cairan IV atau terapi transfusi darah sesuai kebutuhan
2. diagnosis 2: Defisiensi volume cairan
faktor risiko: perdarahan vagina yang berlebihan dan pembuluh darah
rahim yang rusak
intervensi:
- Timbang bantalan perineum untuk memperkirakan kehilangan
darah.

Menimbang pembalut perineum sebelum dan sesudah


digunakan dan menghitung selisihnya dengan pengurangan
adalah metode yang baik untuk menentukan kehilangan darah
pervaginam.

- Hindari pemeriksaan vagina.

Karena risiko memprovokasi perdarahan yang mengancam


jiwa, pemeriksaan digital pada vagina benar-benar
dikontraindikasikan sampai plasenta previa dikeluarkan

- Posisikan klien terlentang dengan pinggul ditinggikan jika


diperintahkan atau dalam posisi berbaring miring ke kiri.

Untuk memastikan suplai darah yang cukup untuk klien dan


janin, segera tempatkan klien pada tirah baring dengan posisi
berbaring miring ke kiri. Posisi berbaring miring ke kiri
menurunkan tekanan pada plasenta dan ostium uteri serta
meningkatkan perfusi plasenta.

- Tinjau hasil USG dan laboratorium.

Jika ada kekhawatiran untuk plasenta previa, maka sonogram


transvaginal harus dilakukan untuk memastikan lokasi plasenta.
Hemoglobin, hematokrit, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, fibrinogen, jumlah trombosit, jenis dan
pencocokan silang, dan skrining antibodi dinilai untuk
menetapkan baseline, mendeteksi kemungkinan gangguan
pembekuan, dan darah siap untuk penggantian jika perlu.

- Lakukan tes Apt atau Kleihauer-Betke.

Jika ada kekhawatiran tentang transfusi janin-ibu, tes


Kleihauer-Betke dapat dilakukan. Ini adalah prosedur strip tes
yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah darah tersebut
berasal dari janin atau ibu.

- Berikan O2 (oksigen) tambahan sesuai pesanan melalui masker


wajah atau kanula hidung selama 10-12 L/menit.
Sediakan peralatan oksigen jika bunyi jantung janin
menunjukkan gawat janin, seperti bradikardia atau takikardia,
deselerasi lambat, atau deselerasi variabel selama pemeriksaan.
Suplementasi oksigen meningkatkan oksigen yang tersedia
untuk memenuhi penurunan hemoglobin.

- Berikan cairan IV sesuai pesanan (sebutkan jenis dan kecepatan


cairan).

Pasang ringer laktat atau saline normal dengan kecepatan tinggi


jika terjadi syok. Kurangi kecepatan infus menjadi 3 ml/menit
saat denyut nadi melambat hingga kurang dari 100 kali/menit
dan tekanan darah sistolik meningkat hingga 100 mm Hg atau
lebih tinggi (World Health Organization, 2015).

- Berikan agen tokolitik (penghambatan kontraksi) sesuai resep.

Tokolisis dapat dipertimbangkan dalam kasus perdarahan


minimal dan prematuritas ekstrim untuk mengelola
kortikosteroid antenatal.

- Berikan darah dan produk darah sesuai indikasi.

Dalam kasus di mana terjadi perdarahan yang signifikan,


penggantian produk darah yang cepat merupakan prioritas.

- Mempersiapkan persalinan pervaginam atau sesar.

Persalinan pervaginam selalu paling aman untuk bayi. Jika


previa di bawah 30% dengan USG perut atau transvaginal,
mungkin saja janin lahir melewatinya. Jika lebih dari 30% dan
janin sudah matang, metode kelahiran teraman untuk ibu dan
bayi sering kali adalah kelahiran sesar.

3. diagnosis 3 Risiko infeksi


intervensi
Faktor risiko: Plasenta letak rendah, Ketuban pecah dini, Prosedur
invasif
- Lakukan teknik kebersihan tangan dan aseptik saat merawat
klien.

Gunakan teknik mencuci tangan yang baik sebelum, selama,


dan setelah perawatan klien untuk mencegah kontaminasi
silang. Untuk membantu mencegah infeksi, semua barang
seperti sarung tangan atau instrumen yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir selama persalinan, kelahiran, dan periode
pascapersalinan harus steril.

- Anjurkan klien dalam perawatan perineum yang benar.

Pastikan untuk menginstruksikan klien dalam perawatan


perineum yang benar, termasuk menyeka dari depan ke
belakang sehingga dia tidak membawa organisme E. coli maju
dari rektum.

- Anjurkan klien untuk menghindari douching.

Douching menyebabkan perubahan flora vagina dan


mempengaruhi untuk berkembang menjadi penyakit radang
panggul, vaginosis bakterial, dan kehamilan ektopik
(Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar
Rahim)

- Dapatkan spesimen cairan amnion untuk kultur dan tes


diagnostik lainnya.

Kultur cairan ketuban tetap menjadi "standar emas" dan tes


paling spesifik untuk dokumentasi infeksi intraamniotik. Hasil
yang lebih cepat dapat diperoleh dari beberapa tes lainnya.

- Mempersiapkan klien untuk amniosentesis.

Amniosentesis adalah satu-satunya prosedur invasif yang


digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis korioamnionitis
akut. Prosedur yang dilakukan saat kehamilan untuk memeriksa
sampel air ketuban.

- Berikan antibiotik sesuai resep.

Antibiotik intravena biasanya diresepkan untuk infeksi.


Antibiotik yang sering digunakan termasuk ampisilin,
gentamisin, dan sefalosporin generasi ketiga seperti sefiksim.
4. diagnosis 5: Ketidakefektifan perfusi jaringan tepi
intervensi
- Balikkan klien sesering mungkin dan anjurkan batuk dan
latihan nafas dalam.

Langkah-langkah ini mencegah stasis sekresi dan komplikasi


pernapasan. Klien juga dapat menggoyangkan jari-jari kakinya
atau melakukan pengangkatan kaki untuk meningkatkan aliran
balik vena saat beristirahat di tempat tidur. Latihan pernapasan
dalam dan penggunaan spirometer insentif dapat meningkatkan
ekspansi paru dan meminimalkan atelektasis.

- Hindari posisi High Fowler dan tekanan di bawah lutut atau


menyilangkan kaki.

Tindakan ini menciptakan stasis vaskular dengan meningkatkan


kemacetan panggul dan pengumpulan darah di ekstremitas,
yang berpotensi risiko pembentukan trombus. Tempat tidur di
atas kaki dapat mengangkat tekanan pakaian tidur dari kaki
yang sakit dan dapat menurunkan sensitivitas kaki dan
meningkatkan sirkulasi.

- Anjurkan klien untuk minum cairan dalam jumlah yang cukup


secara teratur.

Klien harus minum cairan yang cukup untuk memastikan


bahwa dia tidak mengalami dehidrasi, kira-kira enam sampai
delapan gelas cairan per hari. Ini akan membantu meningkatkan
sirkulasi dan mengurangi kekentalan darah.

- Kaji ulang pemeriksaan laboratorium klien seperti GDA, tes


fungsi hati dan ginjal, dan elektrolit serum. Pantau hemoglobin,
hematokrit, dan pemeriksaan koagulasi.

Penurunan perfusi jaringan dapat menyebabkan infark bertahap


pada jaringan organ, seperti otak, hati, limpa, ginjal, otot
rangka, dan sebagainya. Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
dan koagulasi memberikan informasi tentang volume sirkulasi
dan perubahan koagulasi serta menunjukkan kebutuhan terapi
dan efektivitas intervensi.

- Dorong latihan rentang gerak (ROM) dan tetapkan jadwal


untuk penggunaan perangkat kompresi berurutan.

Latihan ROM dan perangkat kompresi berurutan membantu


merangsang sirkulasi di ekstremitas bawah dan mengurangi
komplikasi berisiko tinggi yang terkait dengan stasis vena.

- Berikan cairan intravena sesuai indikasi.

Kristaloid adalah pilihan pertama untuk resusitasi. Segera


berikan dua liter larutan natrium klorida isotonik atau larutan
Ringer laktat sebagai respons terhadap syok akibat kehilangan
darah.

- Transfusi darah dan produk darah sesuai resep.

Sel darah merah yang dikemas harus ditransfusikan jika klien


tetap tidak stabil setelah 2000 mL resusitasi kristaloid. Jika
memungkinkan, infus darah dan kristaloid harus diberikan
melalui penghangat cairan. Sampel darah untuk tipe dan silang
harus diambil sebelum transfusi darah dimulai.

5. diagnosis 2: ansietas berkaitan dengan kurangnya pengetahuan


mengenai efek perdarahan dan manajemennya
intervensi:
- terapi bersama pasangan dan menyatakan perasaan
- menentukan tingkat pemahaman pasangan tentang situasi dan
manajemen yang sudah direncanakan
- berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah
direncanakan
6. diagnosis 3: harga diri rendah situasional berkaitan dengan
ketidakmampuan sementara untuk memberikan perawatan keluarga
intervensi:
- anjurkan ibu untuk mengungkapkan perhatian tentang
kebutuhan selama di rumah sakit. setelah mengungkapkan
perasaan anjurkan untuk memeriksa kebutuhan selama di
rumah sakit dan konsekuensinya
- bantu untuk melibatkan saudara ibu dalam merencanakan
kelahiran

Referensi :

Vera, M. (2022, September 15). 4 Placenta Previa Nursing Care Plans. Retrieved
September 28, 2022, from Nurseslabs website:
https://nurseslabs.com/placenta-previa-nursing-care-plans/5/

Mitayani, 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai