Anda di halaman 1dari 9

JURNAL READING KEPERAWATAN MATERNITAS

PLASENTA PREVIA

Pembimbing: Rizka Yunita, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 2


Alfiatus Sulamah
Badik Munawaroh
Dian Nurlaily
Huril Ainiah
Khodijah
Rika Sugihartini
Siti Musiyatun M
Ulfia Anggraini

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
Multigravida Hamil 40 Minggu dengan HAP(Hemorrhage Antepartum)
e.c Plasenta Previa Totalis

Hanna Insani Vedy, M. Ricky Ramadhian


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

1. Ringkasan Artikel
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluar darah dari kemaluan,
berwarna merah segar sebanyak 2 kali ganti pembalut dan tanpa disertai
rasa nyeri. Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan
uterus yang keluar melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri.
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa.
Penelitian lain menunjukkan bahwa plasenta previa adalah komplikasi
kehamilan dimana plasenta terletak di bagian bawah rahim, sebagian atau
seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina
tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan yang mungkin cukup
besar untuk mengancam kehidupan ibu dan janin yang mengarahkan ke
persalinan segera, baik secara elektif atau darurat.7 Plasenta previa disebabkan
oleh implantasi blastokista yang terletak rendah dalam rongga rahim. Faktor-
faktor yang memengaruhi terjadinya plasenta previa ialah meningkatnya paritas
ibu, meningkatnya usia ibu, kehamilan ganda, tindakan kuratase, riwayat seksio
sesarea sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan miomektomi atau
endometritis, riwayat plasenta previa, dan kebiasaan merokok.
Peneliti mendapatkan data dari laporan World Health Organization
(2008) angka kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000.
Kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak
langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8%
penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada
kehamilan muda disebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut
perdarahan antepartum. Yang termasuk perdarahan antepartum antara lain
plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri.
Penelitian ini berfokus pada penatalaksaan dengan pemantauan tanda-
tanda vital Ibu, denyut jantung janin, His; Amphicillin 1 gram/8 jam; dan
dipersiapkan terminasi perabdominam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penatalaksanaan yang dilakukan
pada pasien yaitu penatalaksanaan aktif dipersiapkan terminasi
perabdominam. pemantauan tanda- tanda vital Ibu, denyut jantung janin,
His; Amphicillin 1 gram/8 jam. Pemilihan penatalaksanaan aktif
dikarenakanberdasarkan HPHT dan USG usia kehamilan sudah cukup
bulan >37 minggu, TBJ janin normal sesuai masa kehamilan, lalu
didapatkan perdarahan yang merupakan kegawat daruratan obstetri.
Dilakukan terminasi perabdominal kerena jenis plansenta previa totalis
sehingga seluruh OUI tertutupi oleh plasenta
2. Latar Belakang Pemilihan Artikel
Berdasarkan laporan World Health Organization (2008) angka kematian
ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini dapat
disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi,
13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7%
penyebab lainnya. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut
abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta,
ruptur uteri.
Dari seluruh kasus perdarahan antepartum plasenta previa merupakan
penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum,
kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.
Plasenta previa adalah keadaan plasenta berimplantasi rendah pada
segmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi orifisium uteri internum
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar
rahim. Jika tidak tertangani komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu
selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang
dapat menimbulkan syok kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya
letak bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran
prematur. Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau
robekan jalan lahir, prolaps tali pusat perdarahan pasient partum, perdarahan
intrapartum, serta dapat menyebakan melekatnya plasenta sehingga harus
dikeluarkan secara manual atau bahkan dilakukan kuretase.
3. Pembahasan
Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan
plasenta previa hipoplasia endometrium, korpus luteum bereaksi lambat,
tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium, endometrium cacat,
seksio cesarea, kuretase, kehamilan kembar, riwayat plasenta previa
sebelumnya.
Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara
daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir. 3
Ibu dengan usia lebih tua. Risiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih
besar pada perempuan di atas usia 35 tahun dibandingkan pada wanita di
bawah usia 20 tahun.5 Usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-35 tahun. Prevalensi plasenta previa meningkat 3
kali pada umur ibu >35 tahun. Hasil penelitian Wardana (2007)
menyatakan peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta
previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole
miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata
sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih
besar, untuk mendapatkan aliran darah yang adekuat. 7 Pasien merupakan
multigravida dan berusia 37 tahun yang menjadi faktor resiko pada
Plasenta previa.
Pada pemeriksaan fisik tekanan darah dan nadi dalam batas normal,
pernafasan meningkat, suhu turun namun konjungtiva tidak anemis dan
hemoglobin 10,6 g/dL masih termasuk normal kadarnya pada Ibu hamil.
Pada pemeriksaan obstetri letak bagian terbawah janin belum masuk pintu
atas panggul. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu
Atas Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak
janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian
janin dalam rahim.8 Pada pemeriksaan dalam tidak dilakukan. Pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan vulva dan vagina tidak ada kelainan,
portio livide, OUE tertutup. Hal ini menandakan belum inpartu karena
belum ada pembukaan, fluor (-), fluksus darah (+) aktif,
erosi/polip/laserasi (-). Perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum
atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
Dewasa ini, pemeriksaan dalam di kamar operasi sudah jarang
dikerjakan karena sudah tersedia alat USG transabdominal yang
memberiksan ketepatan tinggi mencapai 96- 98%. 1,10,11 Menegakkan
diagnosa plasenta previa dapat pula dilakukkan dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm
disebut plasenta letak rendah.
Plasenta previa dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:
a. Plasenta previa totalis atau komplit, adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
b. Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostiumuteri internum.
c. Plasenta previa margianalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
d. Plasenta letak rendah, yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum.
Plasenta previa dapat dibagi menjadi empat derajat berdasarkan
scan pada ultrasound yaitu:
a. Derajat I: plasenta sudah melampaui segmen terendah rahim.
b. Derajat II: plasenta sudah mencapai ostium uteri internum.
c. Derajat III: plasenta telah terletak pada sebagian ostium uteri
internum.
d. Derajat IV: plasenta telah berada tepat pada segmen bawah rahim.
Hasil pemeriksaan USG pasien didapatkan hasil plasenta di corpus
belakang meluas ke bawah sampai menutupi seluruh OUI (Orifisium
Uteri Internum) sehingga diagnosis pasien adalah plasenta previa totalis.
4. Implikasi Keperawatan
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan,
yaitu:
a. Ekspektatif
Ekspektatif dilakukan apabila janin masih kecil sehingga
kemungkinan hidup di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi
tertentu hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada
anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal. Menurut Scearce,
(2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
4) Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan
dengan plasenta previa:
1) Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Seperti amniotomi, akselerasi, traksi dengan Cunam Willet, versi
braxton hicks.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien yaitu
penatalaksanaan aktif dipersiapkan terminasi perabdominam.
pemantauan tanda- tanda vital Ibu, denyut jantung janin, His;
Amphicillin 1 gram/8 jam. Pemilihan penatalaksanaan aktif
dikarenakanberdasarkan HPHT dan USG usia kehamilan sudah
cukup bulan >37 minggu, TBJ janin normal sesuai masa
kehamilan, lalu didapatkan perdarahan yang merupakan kegawat
daruratan obstetri. Dilakukan terminasi perabdominal kerena jenis
plansenta previa totalis sehingga seluruh OUI tertutupi oleh
plasenta.
5. Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini sudah tepat yaitu Plasenta Previa. Faktor
risiko terjadinya plasenta previa totalis adalah multiparitas dan usia
pasien yang diatas 35 tahun. Penatalaksanaan plasenta previa dibagi
menjadi penanganan ekspektatif dan aktif. Pada kasus ini, dilakukan
tindakan sectio caesarea atas indikasi plasenta previa totalis.
6. Rekomendasi
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat
kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan
pada plasenta previa adalah:
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu
dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Vedy, H. I., & Ramadhian, M. R. (2017). Multigravida Hamil 40 Minggu
dengan HAP (Hemorrhage Antepartum) ec Plasenta Previa Totalis.
MEDULA, medicalprofession journal of lampung university, 7(2), 53-
56.
Husain, W. R., Wagey, F., & Suparman, E. (2020). Hubungan Kejadian
Plasenta Previa dengan Riwayat Kehamilan Sebelumnya. e-CliniC,
8(1).
Chalik TMA. 2010. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan.
Dalam: Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4, Cetakan I.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hlm. 492-502.
Sastrawinata S. 2005. Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. Edisi
ke-2. Jakarta: EGC. Hlm. 83-91.
Sumapraja S dan Rachimhadi T. 2005. Perdarahan antepartum Dalam:
Wiknjpasienastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hlm. 365-85.
Dutta DC. Text book of obstetrics including perinatology and contraception.
Edisi ke-6. Calcuta; Central: 2004. Hlm. 243-9.
Sheiner GI, Shoham-Vardi HM, Hershkowitz R, Katz M dan Major M. 2001.
Placenta previa: obstetric risk factors and pregnancy outcome. J. Matern
Fetal. Med 10: 414-9.
Mochtar R. Sinopsis obstetri (obstetri fisiologi dan patologi). Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta: 2002.
Wardana GA dan Karkata MK. Faktor risiko plasenta previa . CDK. 2007;
34:229-32.
Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga
berencana. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
Johnson LG, Sergio F dan Lorenzo G. The relationship of placenta previa and
history of induced abortion. International Journal of Gynaecology and
Obstetrics. 2003; 81(2):191-8.
Jang DG, We JS, Shin JU, Choi YJ, Ko HS, Park IY. Maternal outcomes
according to placental position in placental previa. Int J Med Sci. 2011;
8(5):439-44.
Hasegawa J, Nakamura M, Hamada S, Matsuoka R, Ichizuka R, Sekizawa A,
et al. Prediction of hemorrhage in placenta previa. Taiwanese Journal of
Obstetrics and Gynecology. 2012; 51(1):3-6.
Oyelese Y, Smulian JC. Placenta previa, placenta accreta, and vasa previa.
Obstetrics and Gynecology. 2006; 107(4):927-41.
Parisaei, Shailendra, Panay, dan Ryan. Edisi ke-2. Obstetrics and
Gynaecology. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2008. Hlm. 186.
Mose JC. Perdarahan Antepartum. Dalam: Sastrawinata S. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta. EGC; 200: 483-91.
Scearce J, Uzelac PS. Third-trimester vaginal bleeding. Dalam: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology. Edisi ke-10. New York: McGraw-Hill; 2007. Hlm. 337-8.
Cunningham G, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams obstetrics. Edisi ke-23. United State: McGraw-Hill Medical;
2010.

Anda mungkin juga menyukai