Mengetahui,
E. Patofisiologi
Kerusakan endometrium corpus uteri menyebabkan implantasi
kurang baik, sehingga plasenta berimplantasi dari segmen. Bisa juga
disebabkan oleh kebutuhan nutrisi melebihi normal (misal : gemelli, bayi
besar) sehingga plasenta melebar hingga mencapai segmen bawah rahim
atau orifisium uteri internum.
Pada plasenta previa perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan
dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Dengan bertambah
tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar dan menipis,
dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
rahim, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat
diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian
plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan.
Darah berwarna merah segar. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang
terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindari
karena ketidakmampuan seranut otot segmen bawah uteri untuk
berkokntraksi menghentikan perdarahan itu. Perdarahan pada plasenta
previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah. Tidak
jarang terjadi kelainan letak pada janin.
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan
karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus.
Apabila plasenta telah lahir, serabut otot segmen bawah rahim tidak
mampu melakukan kontraksi untuk mengehntikan perdarahan, karena
perlukaan serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh dan mengandung
banyak pembuluh darah besar maka akan mengakibatkan perdarahan
postpartum jika persalinan berlangsung pervaginam (Manuaba,2010).
F. Manifestasi Klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah :
1. Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri;
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi;
3. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk
pintu; atas panggul atau ada kelainan letak;
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
(Fadlun, 2011)
Adapun tanda dan gejala dari plasenta previa menurut Geri Morgan (2009)
yakni :
1. Perdarahan pervaginam tanpa disertai nyeri;
2. Terjadinya perdarahan yang tiba-tiba tanpa didahului tanda
sebelumnya;
3. Terjadi selama trimester tiga;
4. Malpresentasi atau malposisi karena janin harus menyesuaikan diri
akibat adanya plasenta;
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta
previa yaitu:
1. Ultrasonografi (USG) : pemeriksaan dilakukan untu penentuan
lokasi plasenta dan tidak menimbulkan bahaya radiasi pada
janin(sofian, 2012)
2. Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi,
perlu diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan
gula darah sewaktu. Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi
medis (Norma, dkk. 2013).
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta
previa menurut Manuaba 2009, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemi bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi pada perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c. Asfiksia intauterine sampai dengan kematian
I. Penangan Plasenta Previa
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di
rumah sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah
lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24
minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk perawatan paru janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala
hipovelemik seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami
perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya
secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit,
hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4
minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri
internum (OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan
istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan
yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan
adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang
menghawatirkan.
7. Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan
syok karena perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan
umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
8. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan
umum pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran
janin, jenis plasenta previa dan paritas.
2) Lochea
Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa
nifas. Jumlah dan warnah lokia akan berkurang secara progresif.
Lochea dapat dibagi menjadi:
a) Lochea rubra (Cruenta)
Warna merah berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, hari
1- 2 post partum.
b) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah muda, berisi darah dan lendir, sisa
chorion,amnion,desidua kuman kuman yang sudah mati, hari
3 – 6 post partum.
c) Lochea serosa (old blood)
Berwarna pucat kekuning-kuningan,mengandung sedikit
darah,tetapi banyak leukosit,kuman kuman yang sudah mati
dan desidua, hari ke 7-9 post partum.
d) Lochea alba
Berwarna putih, kuning, pucat, mengandung lendir,
leukosit,kuman yang sudah mati, jumlah semakin
berkurangsetelah hari ke 10-11 post partum.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochea stasis
Lochea tidak lancar keluarnya.
3) Serviks
Serveksi mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga
tangan: setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.Karena
robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi.Serviks tidak
pernah kembali kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa
lubang kecil seperti mata jarum; serviks hanya kembali pada
keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh,
tertutuptapi berbentuk celah.Dengan demikian, os servisis wanita
yang sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang
menunjukkanriwayat kelahiran lewat vagina.
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaab tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya tegang oleh tekanan kepada bayi yang bergerak
maju.Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan
kembali bagian besartonusnya sekaligus tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
6) Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar
lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan status hormonal
serta dimulainya laktasia.
7) Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme sfigner dan edema leher buli-buli sesudah
bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan.
4. Perubahan Psikologi Masa Nifas
Perubahan psikologi masa nifas menurut Saleha (2009) adalah:
a. Periode Taking In
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan
dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi
pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil
perjuangan ibu. Bidan harus dapat menciptakan suasana nyaman
bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukakan permasalahan yang dihadapi.
b. Periode Taking On
1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,
BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan
bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok,
dan sebagainya.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut.
6) Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.
Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk
memberikan bimbingan cara perawatan bayi.
5. Data Fokus Masa Nifas
Menurut Doenges (2011) adalah sebagaiberikut:
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
2) Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
2) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
3) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
4) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
c. Pola aktivitas setelah melahirkan
1) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
2) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
3) Apakah ibu tampak mengantuk ?
d. Pola eliminasi
1) Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
2) Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
e. Neuro sensori
1) Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
2) Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
3) Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
4) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
5) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
f. Pola persepsi dan konsep diri
1) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
2) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan
perubahanpenampilan tubuhnya saat ini ?
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan TTV
b) Pengkajian tanda-tanda anemia
c) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
d) Pemeriksaan reflek
e) Kaji adanya varises
f) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
2) Payudara
a) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
b) Kaji adanya abses
c) Kaji adanya nyeri tekan
d) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
e) Kaji pengeluaran ASI
3) Abdomen atau uterus
a) Observasi posisi uterus atau tinggi fundus uteri
b) Kaji adnanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
4) Vulva atau perineum
a) Observasi pengeluaran lokhea
b) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
c) Kaji adanya pembengkakan
d) Kaji adanya luka
e) Kaji adanya hemoroid
h. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Beberapaujilaboratoriumbiasasegeradilakukanpadaperiodepasca
partum.Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkalidibutuhkan
pada hari pertama pada partumuntuk mengkajikehilangan darah
pada melahirkan.
2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan
cateteratau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath)
spisimen inidikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis
rutin atau kulturdan sensitivitas terutama jika cateter indwelling
di pakai selamapasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu
harus di kaji untukmenentukan status rubelle dan rhesus dan
kebutuhan therapy yangmungkin (Bobak, 2009).
6. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
1) -Nyeri Akut (D.0077)
2) Ansietas (D.0080)
3) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
4) Resiko Infeksi (D.0142)
5) Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036)
6) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
7) Menyusui Tidak Efelsif (D.0029)
8) Penampilan Peran Tidak Efektif (D.0125
7. Perencanaan Keperawatan
3.Palpitasi. Terapeutik
4.Merasa tidak berdaya. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
Objektif.
relaksasi
1.Frekuensi napas meningkat. Gunakan pakaian longgar
2.Frekuensi nadi meningkat. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
3.Tekanan darah meningkat. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
4.Diaforesis. tindakan medis lain, jika sesuai
5.Tremos. Edukasi
6.Muka tampak pucat. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
7.Suara bergetar.
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
8.Kontak mata buruk.
Anjurkan mengambil psosisi nyaman
9.Sering berkemih.
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
10. Berorientasi pada masa lalu.
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing )
17. Kurang terpapar informasi Monitor frekwensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
tentang aktivitas fisik mobilisasi
Perubahan sekresi PH
Observasi
Penurunan kerja siliaris
Monitor Karakteristik luka (warna, ukuran, bau, drainase)
Ketuban pecah lama Monitor tanda-tanda infeksi
Therapeutik
Ketuban pecah sebelum
waktunya Lepaskan balutan dan plestrer secara perlahan
Bersihkan dengan cairan NaCL/ Pembersih non toksik sesuai kebutuhan
Merokok Berikan salep salep yang sesuai ke kulit/lesi jika perlu
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Statis cairan tubuh
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan
6.Ketidakadekuatan pertahan Edukasi
tubuh sekunder Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
PenurunaHemoglobin
Imunosupresi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu
Leukopenia
4.Faktor budaya Gunakan teknik mendengarkan aktif (misal : duduk sama tinggi,
dengarkan permasalahan ibu)
Gejala dan Tanda mayor
Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
Subjektif
Edukasi
1.Kelelahan maternal
Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
2.Kecemasan maternal
Objektif
1.Bayi tidak mampu melekat
pada payudara ibu
2.ASI tidak menetas/memancar
3.BAK bayi kurang dari 8 kali
dalam 24 jam
4.Nyeri dan/atau lecet terus
menerus setelah minggu kedua
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1.Intake bayi tidak adekuat
2.Bayi menghisap tidak terus
menerus
3.Bayi menangis saat disusui
4.Bayi rewel dan menangis terus
dalam jam-jam pertama
setelah menyusui
5.Menolak untuk mengisap
Dx. 8 : Penampilan peran (L.13119) Dukungan Penampilan Peran (I.13478)
Penampilan Peran Tidak Efektif a.Verbalisasi harapan Observasi :
(D.0125) terpenuhi Identifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat
b.Verbalisasi kepuasan peran perkembangan
meningkat Identifikasi peran yang ada dalam keluarga.
Penyebab
c.Verbalisasi harapan Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
a. Harapan peran tidak realistis terpenuhi
b. Hambatan fisik Terapeutik :
d.Adaptasi peran meningkat
c. Harga diri rendah e.Strategi koping yang efektif Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir, jika
d. Perubahan citra tubuh f. Verbalisasi perasaan perlu
e. Ketidakadekuatan sistem bingung menjalankan peran Edukasi
pendukung (support system) menurun Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
f. Stres
ketidakmampuan.
g. Perubahan peran
h. Faktor ekonomi
I. Pengkajian
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Keterangan :
: Perempuan : Pasien
Pasien mengatakan bahwa ia adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, Pasien memiki
anak yang semuanya lahir dengan operasi. Dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, HIV dan Diabetes Melitus.
F. RIWAYAT OBSTETRIK GINEKOLOGI
1. Status Obestetri : G0.P1.A0
2. Riwayat Menstuasi
a. Usia menarche : 14 Tahun
b. Lama haid : 5 - 6 hari
c. Siklus haid : teratur 28 hari
d. Banyaknya : Pasien 3 kali ganti pembalut selama 24 jam
e. Warna : merah
f. Bau: tidak berbau
g. Keluhan : tidak ada keluhan
3. Riwayat Pernikahan
a. Status : menikah
b. Umur waktu menikah : 29 tahun
c. Frekuensi menikah : 1 kali
d. Lama menikah : 13 tahun
4. Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. HPHT : 13 Mei 2021
b. Taksiran Partus : 20 Februari 2022
c. Umur kehamilan : 37 minggu
d. BB sebelum hamil : 64 kg
e. Penambahan BB selama hamil : 13 kg
5. Riwayat ANC
Pemeriksaan
No Trimester I Trimester II Trimester III
ANC
1. Frekeunsi 3 kali 8 kali 4 kali
Puskesmas dan Puskesmas dan
2. Tempat Puskesmas
Rumah sakit Rumah Sakit
3. Keluhan Sulit makan Sering sembelit Sering sembelit
Hasil
4. - - -
pemeriksaan
5. Imunisasi TT Ya Ya Ya
6. Tablet Fe Dikonsumsi Dikonsumsi Dikonsumsi
Minum Susu
Saran tenaga Mengkonsumsi Istirahat yang
7. Khusu Ibu
kesehatan sayur dan buah cukup
Hamil
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, kulit kepala nampak bersih, warna rambut
hitam, tidak ada rambut rontok
Palpasi : Tidak ada benjolan massa, atau luka di kepala dan tidak ada nyeri
tekan
e. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjugtiva merah mudah pada mata kiri dan
kanan, refleks cahaya positif pada mata kiri dan kanan, sklera tidak
ikterik pada mata kiri dan kanan, refleks pupil positif isokor pada kiri
dan kanan.
Palapsi : tidak ada nyeri tekan
f. Hidung
Inspeksi : simetris, bersih dan pernafasan cuping hidung tidak ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tulang hidung normal dan tidak teraba massa
g. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab,warna bibir normal tidak ada lesi, keadaan
mulut bersih tidak berbau, tidak terdapat masalah pada gigi.
Palapsi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
h. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, Besih,tidak peradangan, perdarahan, maupun
kotoran tidak ada lesi ataupun massa, pendengaran baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
j. Dada
Jantung :
Paru :
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba adanya pembengkakan
Auskultasi : suara nafas vesiculer dan tidak ada suara nafas tambahan
Payudara :
k. Abdomen
Bau : Darah
Hemorrhoid : Tidak ada
Ekstremitas Atas : Terpasang IVFD RL 500 cc ml 20 tetes permenit
dibagian tangan sebelah kanan.
Varises : tidak terdapat pembengkakan
Edema : tidak terdapat pembengkakan
Ekstremitas Bawah : kaki simetris kiri dan kanan, kedua kaki tidak tampak adanya
edema.
Varises : Tidak
n. Eliminasi
Urin : kebiasaan BAK 5-6 x/hari
Fekal : kebiasaan BAB : 1x/hari BAB saat ini normal dan tidak konstipasi
P: Pasien mengatakan nyeri saat bergerak dan pasien Nampak meringis saat
bergerak.
Q: pasien mengatakan nyerinya seperti di sayat-sayat
R : pasien mengatakan nyerinya pada luka bekas operasi : 7 (NRS)
T : pasien mengatakan nyerinya biasa hilang timbul dan terasa ±2 menit.
Masalah khusus : Nyeri Akut Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Pasien mengatakan gerakannya terbatas, pasien Nampak
lemah
Latihan/senam : Pasien jarang bergerak karena nyeri bekas operasi
Masalah khusus : Gangguan Mobilitas Fisik
q. Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Pasien mengatakan senang dengan kehidupannya
di tambah dengan kelahiran putrinya.
Penerimaan terhadap bayi : Pasien mengatakan sangat bersyukur atas
kehadiran bayinya.
r. Kemampuan menyusui
pasien mengatakan belum mengerti tentang teknik menyusui
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
1. Levoflaxin 1x500/oral
2. Paracetamol 3 x 1 gr / oral
3. Injeksi Ketorolac 30 mg/intravena/6 jam
Hematologi
Hemoglobin 10,8 g/dl 12.00-15.00 Colorimetric
Hematokrit 34,0 vol% 35.00-49.00 Analyzer
Calculates
Leukosit 8.03 ribu/ul 4.5-11.5 Impedance
Trombosit 228 ribu/ul 150-450 Impedance
Eritrosit 3,84 juta/ul 4.00-5.40 Impedance
Gol. Darah B - -
Resus + - -
Hiv Antibodi
Hasil Akhir HIV Non Reaktif Non Reaktif Rapid Test
Gula Darah
Urinalisa
Kng-Agak Colorles Urinalysis Strip
Warna-kekeruhan keruh
Glukosa Negative Negative Urinalysis Strip
A. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
PERENCANAAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN
Hari / Tanggal
Diagnosa Keperawatan Pelaksanaan Evaluasi
/ Jam
Rabu, 02 Nyeri akut b.d agen pencedera Melakukan pengukuran nyeri secara S:
Februari 2022 fisiologis (prosedur operasi) : komprehensif termasuk lokasi nyeri , • Pasien mengatakan nyeri saat bergerak
karakteristik, durasi, frekuensi • Pasien mengatakan nyerinya seperti di
12.00 WIB Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa sayat-sayat.
nyeri (mis. suhu ruangan) • Pasien mengatakan nyerinya pada luka
Memfasilitasi istirahat dan tidur bekas operasi
Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
• Pasien mengatakan nyerinya biasa hilang
nyeri
timbul dan terasa ±2 menit.
Mangajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri O:
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah S : 6 (NRS)
pemberian analgesik Pasien terlihat meringis
Memonitor efektifitas analgesik Tanda-tanda vital
Mendokumentasikan respons terhadap efek TD: 120/80 mmHg
analgesik dan efek yang tidak diinginkan N: 83x/menit
Mengelola terapi dengan memberikan injeksi S: 36,8°C
ketorolac 30 mg/8 jam RR: 20x/menit
P : Intervensi dilanjutkan
Lakukan pengukuran nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesic
Ajarkan Tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kelola terapi dengan memberikan
injeksi ketorolac 30 mg/ 8 jam
Rabu, 02 Resiko infeksi b.d kerusakan Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal S:
Februari 2022 integritas kulit dan sistemik Pasien mengatakan tidak merasakan
Membatasi jumlah pengunjung panas di sekitar luka jahitan
12.30 WIB Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak Pasien mengatakan mengerti tentang
dengan pasien dan lingkungan pasien peraturan RS dalam hal berapa
Mempertahankan teknik aseptik pada pasien banyak keluarga yg menjaga
berisiko tinggi Pasien mengatakan kesulitan
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi bergerak karena masih terasa nyeri
Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi Pasien mengatakan sudah mengetahui
apa saja yang akan dikonsumsi untuk
penyembuhan luka
O:
Kondisi umum baik, compos mentis
Terdapat luka operasi sectio caesarea
pada bagian perut.
TTV :
TD: 156/90 mmHg
N: 83x/menit
S: 36,8°C
RR: 20x/menit
P : Intervensi dilanjutkan
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
Batasi jumlah pengunjung
Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien/ No.Rm : Ny. W / 490754
P : Intervensi dilanjutkan
Lakukan pengukuran nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri ,
karakteristik, durasi, frekuensi
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
Kelola terapi injeksi ketorolac 30 mg
P : Intervensi dilajutkan
Lakukan pengukuran nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi nyeri,
karakteristik, durasi, frekuensi
Kelola terapi injeksi ketorolac 30 mg
3. Rabu II Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan S:
02/02/2022 sistemik Pasien mengatakan tidak merasakan
Membatasi jumlah pengunjung panas dan bengkak di sekitar luka
16.30 WIB Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak jahitan
dengan pasien dan lingkungan pasien Pasien mengatakan mengerti tentang
Mempertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko peraturan RS dalam hal berapa banyak
tinggi keluarga yg menjaga Anggun
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi Pasien mengatakan kesulitan bergerak
Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi karena masih terasa nyeri
Pasien mengatakan sudah mengetahui
apa saja yang akan dikonsumsi untuk
penyembuhan luka
O:
Kondisi umum baik, compos mentis
Terdapat luka operasi sectio caesarea
pada bagian perut.
Jumlah keluarga yang menemani
pasien 1 orang
TTV:
TD: 148/92 mmHg
N: 80 x/menit
S: 36,5°C
RR: 20x/menit
A: Masalah sebagian teratasi : Resiko Infeksi
P : Intervensi dilanjutkan
Batasi jumlah pengunjung
Pertahankan teknik aseptik pada
pasien
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Kamis, III Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan S :
sistemik Pasien mengatakan tidak merasakan
11.00 WIB Membatasi jumlah pengunjung panas, bengkak di sekitar luka jahitan
Mempertahankan teknik aseptik pada pasien Pasien mengatakan masih nyeri di luka
berisiko tinggi operasi
Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi Pasien mengatakan sudah bisa bergerak
namun masih perlahan Anggun
Pasien mengatakan sudah balutan
diganti
O:
Terdapat luka operasi sectio caesarea
pada bagian perut.
Melakukan perawatan luka SC
Balutan luka tampak bersih
Jumlah keluarga yang menemani pasien
1 orang
TTV:
TD: 120/ 80 mmHg
N: 89 x/menit
S: 36,7°C
RR: 23x/menit
A: Masalah sebagian teratasi : Resiko Infeksi
P: Intervensi dilanjutkan
Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dan sistemik
Batasi jumlah pengunjung
Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Monitor karakteristik luka (warna,
ukuran, bau)
Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
Bersihkan dengan cairan NaCL/
Pembersih non toksik sesuai kebutuhan
Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
5 Rabu, 02 III 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Selasa,03 Februari 2022, Pukul 14.15 WIB
Februari informasi S:
2022 2. Mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui Pasien mengatakan sudah memberi ASI
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan kepada bayinya
14.00 WIB Pasien mengatakan ASI masih keluar sedikit
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan Anggun
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya Pasien mengatakan nyeri operasi sudah
6. Mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam berkurang sehingga sudah mampu
menyusui memberi ASI kepada bayinya
7. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga Pasien mengatakan bayinya tidak
kesehatan. menghisap secara terus menerus
8. Memberikan konseling menyusui O:
9. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi Asi keluar tampak sedikit
10. Mengajarkan 4 ( empat ) posisi menyusui dan perlekatan Intake bayi tidak adekuat
( lacth on ) dengan benar Bayi sudah berada diruangan yang sama
11. mengajarkan perawatan payudara post partumm ( misal : dengan ibu
memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitosin ) Posisi ibu dalam menyusui tidak benar
Bayi tekadang tampak menolak untuk
menghisap
-
A : Menyusui tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Mengajarkan posisi menyusui dan
pelekatan dengan benar
Mengajarkan posisi menyusui dan
pelekatan dengan benar
Mengajarkan perawatan payudara
Memerah ASI,pijat oksitosin
5 Kamis, 02 III 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Selasa,03 Februari 2022, Pukul 14.15 WIB
Februari informasi Rabu,09 Februari 2022, Pukul 15.50 WIB
2022 2. Mengidentifikasi tujuan atau keinginan menyusui S:
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan Pasien mengatakan sudah dapat memberi
14.00 WIB ASI kepada bayinya
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan Anggun
Pasien mengatakan ASI sudah banyak
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
O:
6. Mendukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam
Suplai ASI sudah adekuat
menyusui
7. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga Perlekatan bayi pada payudara ibu sudah
meningkat
kesehatan.
8. Memberikan konseling menyusui Tetesan/pancaran ASI meningkat
9. Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi Bayi tampak tidak rewel
10. Mengajarkan 4 ( empat ) posisi menyusui dan perlekatan Bayi menghisap sudah adekuat
( lacth on ) dengan benar A : Menyusui tidak efektif teratasi
11. mengajarkan perawatan payudara post partumm ( misal : P : Hentikan Intervensi
memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitosin )
DAFTAR PUSTAKA