Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

POST SECTIO CAESARIA DENGAN PLASENTA PREVIA

DIRUANG VK.KEBIDANAN RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH Dr. (HC) Ir. Soekarno

TAHUN 2021/2022

Oleh :

HERLINA OLANDA

21300063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA DENGAN PLASENTA PREVIA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI). Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal maupun intranatal(Mochtar, 2007).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada


tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Ante partum hemorargi
adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu(Hacker,
2001).
2. ETIOLOGI
Penyebab Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-
keadaan endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi
endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini
bisa ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis
fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada
perokok berat (> 20 batang/hari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh
meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri internum.

Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari


tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat ostium
uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan
yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel.

3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan pervaginam. Pada kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa.
2. Perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak
dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas
Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak
janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian
janin dalam rahim (Manuaba, 2005)
Gejala yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus plasenta previa
adalah sebagai berikut(Rukiyah, 2010)
a. Perdarahan tanpa disertai nyeri yang sering terjadi pada malam
hari.biasanya perdarahan terjadi sebulum memasuki bulan ke
tujuh.
b. Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
katub bawah rahim.
c. Terjadi kelainan letak pada janin.
4. KLASIFIKASI

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta


melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat
berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat berubah setiap waktu misalnya pada
pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaan yang lebih besar, keadaan ini
akan menjadi plasenta previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan
bahwa menegakkan diagnosa sewaktu “moment opname” yaitu saat penderita
diperiksa (Mochtar, 2002).

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu

1. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa


Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak
sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa.
Plasenta mencapai pinggir pembukaan
3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan
hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Plasenta previa totalis


Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta previa marginalis
Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri
internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

5. PENATALAKSAAAN
Tatalaksana Umum
1. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl
0,9% atau Ringer Laktat).
2. Lakukan penilaian jumlah perdarahan Jika perdarahan banyak dan
berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa memperhitungkan usia
kehamilan.Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif

Syarat terapi ekspetatif :

1. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian


berhenti dengan atau tanpa pengonatan tokolitik.
2. Belum ada tanda inpartu
3. Kesadaran ibu cukup baik (kadar Hb normal)
4. Janin masih hidup dan kondisinya masih baik
Terapi Konservatif

Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara
noninvasif.

1. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis


2. Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta
3. Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
a. MgSO4 4g IV dosis awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam, atau
b. Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c. Pemberian tokolitik dikombinasikan dengan betametason 12mg IV
dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
4. Perbaiki anemia dengan sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan.
5. Pastikan tersediannya sarana tranfusi
6. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali ke rumah
sakit jika terjadi perdarahan.

Terapi Aktif

Rencanakan terminasi kehamilan bila :

1. Usia kehamilan cukup bulan


2. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidup janinya (misalnya anensefali).
3. Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif
tanpa memandang usia kehamilan.
4. Jika terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan
presentasi kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput
ketuban dan persalinan pervaginam masih dimungkinkan. Jika
tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
B. KONSEP TINDAKAN SECTIO CAESARIA
A. Definisi
Section caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono, 2010)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina.
Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam
rahim. (Saifuddin, 2012).
B. Indikasi
a. Ibu
1) Panggul sempit.
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
3) Stenosis serviks uteri atau vagina.
4) Plassenta praevia.
5) Disproporsi janin panggul.
6) Rupture uteri membakat.
7) Partus tak maju.
8) Incordinate uterine action.
b. Janin
1) Letak lintang.
a) Letak sungsang (janin besar, kepala defleksi)
b) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang.
c) Presentasi ganda.
d) Kelainan letak pada gemelli anak pertama.
2) Gawat janin.
3) Kontra (Relative)
a) Infeksi intrauterine.
b) Janin mati
c) Syok / anemia berat yang belum diatasi.
d) Kelainan kongenital berat.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi kelainan pada ibu dan janin menyebabkan persalinan normal tidak
memungkinkan dan akhirnya harus dilakukan tindakan sectio caesarea, bahkan
sekarang sectio caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan. Adanya beberapa
hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan
secara normal, faktor kelainan dari ibu misalnya, Panggul sempit, Tumor jalan
lahir yang menimbulkan obstruksi, Stenosis serviks uteri atau vagina, Plassenta
praevia, Disproporsi janin panggul, Rupture uteri membakat, Partus tak maju,I
ncordinate uterine action. dan faktor dari janin misalnya, Letak lintang, gawat
janin, kontra (relative). Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan section caesarea (SC). Karena kurang tepaparnya informasi
berkaitan tentang operasi sectio caesarea (SC) menyebabkan rasa cemas dan
kekhawatiran dengan proses yang dijalani sehingga dapat juga mempengaruhi
pola istirahat nya. Dalam proses operasi akan dilakukan tindakan anestesi yang
mana menyebabkan klien mengalami imobilitas sehingga rentang gerak klien
terbatas dan akan menyebabkan penurunan gerakan peristaltik usus. Hal tersebut
akan mingkatkan risiko untuk terjadinya konstipasi. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf
disekitar daerah insisi. Hal tersebut merangsang pengeluaran histamin dan
postaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan meninggalkan luka bekas operasi yang
mana bila tidak dirawat dengan baik akan berisiko untuk infeksi. Kemudian
masuk ke masa nifas yang mana berakhir ± 6 minggu setelah proses melahirkan.
Masa nifas merupakan proses pengembalian alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil. Pada masa ini uterus mengalami perubahan yang menybabkan otot-nya
berkontraksi. Namun jika uterus tidak mampu berkontraksi setelah melahirkan
maka akan mengakibatkan perdarahan yang dapat membahayakan nyawa ibu.
Kehilangan banyak darah akan mengakibatkan hemoglobin menurun yang mana
suplai oksigen dalam tubuh tidak maksimal hal itu dapat menyebakan gangguan
pada pernapasan dan menyebabkan hipoksia pada sel dan jaringan. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob di dalam tubuh sehingga terjadilah
penumpukan sam laktat pada jaringan yang membuat tubuh menjadi kelelahan.
Pada post natal laktasi akan terbentuk dan mengeluarkan ASI dimana selama
kehamilan hormon progesteron dan esterogen akan merangsang pertumbuhan
kelenjar susu dan merangsang pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini
mengerem LTH. Lobus Prosterior Hypofise (LTH) mengeluarkan oksitoksin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran ASI adalah reflek yang
ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Reflek
oksitoksin atau disebut reflek ejeksi ASI yang adekuat akan menghasilakan
pengeluran ASI yang maksimal sebaliknya, ejeksi ASI yang tidak adekuat serta
terjadinya hospitalisasi akan menghambat pemberian ASI yang maksimal
sehingga menyebabkan bayi sulit mendapatkan ASI yang cukup.
D. PATHWAY
Etiologi SC
- Dari Ibu :Pangul sepit, panggul sempit, plasenta
previa, rupture uuteri membakat, partus tak
maju
- Dari Janin : kelainan leta janin; kelainan letak
kepala, letak sungsang, kelainan letak lintang

Sectio Caesarea

Pre Op Post Op

Kurang Informasi Adanya Post Spinal Luka Insisi Nifas


kontraksi/HIS Anestesi di abdomen

Koping Merasa khawatir


individu dan cemas Nyeri akibat Penurunan Terputusnya Jaringan
Penurunan
tidak efektif HIS syaraf kontinuitas terbuka
syaraf
ekstremitas otonom jaringan
Ansietas bawah
Gangguan Proteksi
(D.0080) Gangguan
Pola Penurunan kurang
Rasa Nyaman Merangsang
Tidur Ekstremitas peristaltik
(D.0074) reseptor
bawah tidak usus nyeri
bisa Terpapar
bergerak kumanatau
Risiko bakteri
Nyeri
Konstipasi Akut
(D.0052) (D.0077)
Gangguan
Mobilitas Invasi
Fisik (D.0054) bakteri

Risiko
Infeksi
(D.0142)

Uterus Laktasi

Kontraksi Uterus Progesteron dan


esterogen
MERmenurun
Adekuat Tidak Adekuat
Prolaktin
meningkat
Pengelupasan Atonia Uteri
desidua
Kelenjar susu
Pendarahan Hb menurun
terangsang
Lochea
Kekurangan Suplai O2 dalam Hipoksia sel Isapan bayi
Volume darah menurun dan jaringan
cairan
Oksitoksin
Dispnea Akan terjadi meningkat
metabolisme
Hipovolemia anaerob
(D.0023) Pola Nafas Ejeksi ASI
Tidak
Efektif
(D.0005) Penumpukan
asal laktat pada Adekuat Tidak Adekuat
jaringan
ASI keluar Hospitalisasi
Terjadi
Kelelahan
Menyusui Menyusui
Efektif Tidak Efektif
(D.0028) (D.0029)
Intoleransi
Aktivitas
(D.0056)

Sumber: Lina Permata (2020) dan Wahyu (2014)


E. Manifestasi klinis
a. Post sectio caesarea
1) Nyeri akibat luka pembedahan.
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen.
3) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
4) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan.
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-
800 ml.
6) Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan
menghadapi situasi baru.
7) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah.

F. Pemeriksaan penunjang.
a. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah
pembedahan
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalis / kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan DS 10%, garam fisiologis dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan intravena biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-8 jam setelah operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil
tidur terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari pertama post operasi
pasien dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam
lalu menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah
menjadi posisi semifowler dan selanjutnya selama berturut-turut, hari demi
hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien dapat
dipulangkan.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpaang 24-48 jam / lebih lama tergantung jeis operasi.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotic adalah cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda
disetiap institusi dan berdasarkan resep dokter.
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
supositoria (ketopropen sup 2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam /
paracetamol), Injeksi pentidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu.
c. Obat-obatan lain
d. Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien dapatdiberikan
caboransia seperti Neurobion I vit.C
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat,
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial.
1. Gangguan pola tidur (D.0055)
2. Anaietas (D.0080)
3. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
4. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
5. Risikoo konstipasi (D.0052)
6. Nyeri akut (D.0077)
7. Resiko infeksi (D.0142)
8. Hipovolemia (D.0023)
9. Pola nafas tidak efktif (D.0005)
10. Intoleransi aktivitas (D.0056)
11. Menyusui efektif (D.0028)
12. Menyusui tidak efektif (D.0029)
I. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).

Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


Gangguan pola tidur (D.0055) Setelah dilakukan Dukungan Tidur
tindakan (I.09265)
Penyebab : keperawatan Observasi :
- Hambatan lingkungan (mis. diharapkan pola - Identifikasi pola
Kelembapaan lingkungan tidur membaik aktivitas dan tidur
sekitar, suhu lingkunga, (L.05045) - Identifikasi faktor
pencahayaan, kebisingan, bau Kritria hasil : penggangu tidur
tidak sedap, jadwal L.05045 (fisik dan/atau
pemantauan/pemeriksaan/tindak 1. Keluhan sulit psikologis)
an) tidur menurun - Identifikasi
- Kurang kontrol tidur 2. Keluhan sering makanan dan
- Kurang privasi terjaga menurun minuman yang
- Restraint fisik 3. Keluhan tidak mengganggu tidur
- Ketiadaan teman tidur puas tidur (mis. Kopi, teh,
- Tidak familiar dengan peralatan 4. Keluhan pola alkohol, makan
tidur tidur berubah mendekati waktu
Gejla dan Tanda : 5. Keluhan tidur, minum
Mayor (Subjektif): istirahat tidak banyak air sebelum
- Mengeluh sulit tidur cukup tidur)
- Mengeluh sering terjaga - Identifikasi obat
- Mengeluh tidak puas tidur yang
tisurMengeluh pola tidur berubah dikonsumsi
- Mengeluh istirahat tidak cukup Teraupetik :
(Objektif): - Modifikasi
- Tidak tersedia lingkungan (mis.
Minor (Subjektif): Pencahayaan,
- Mengeluh kemampuan kebisingan, suhu,
beraktivitas menurun matras, dan tempat
(Objektif): tidur)
- Tidak tersedia - Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal
tidur rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkakan
kenyamanan (mis.
Pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur- terjaga
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
- Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
- Anjurkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis.
Psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
- Ajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara
nonfarmakologi
lainnya.
Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
tindakan (I.09314) :
Penyebab : keperawatan Observasi :
- Krisis situasional diharapkan tingkat - Identifikasi saat
- Kebutuhan tidak terpenuhi ansietas menurun tingkat ansietas
- Krisis maturasional (L.09093) berubah (mis.
- Ancaman terhadap konsep diri Kriteria hasil : Kondisi, waktu,
- Ancaman terhadap kematian L.09093 stressor)
- Kekhawatiran mengalami 1. Verbalisasi - Identifikasi
kegagalan kebingungan kemampuan
- Disfungsi sitem keluarga menurun mengambil
- Hubunga orangtua-anak tidak 2. Verbalisasi keputusan
memuaskan khawatir akibat - Monitor tanda-tanda
- Faktor keturunan (temperamen kondisi yang ansietas (verbal dan
mudah teragetasi sejak lahir) dihadapi nonverbal)
- Penyalahgunaan zat menurn Teraupetik :
- Terpapar bahaya lingkungan 3. Perilaku gelisah - Ciptakan suasana
(mis. Toksin, polutan, dan lain- menurun teraupetik untuk
lain 4. Perilaku tegang menumbuhkan
- Kurang terpapar informasi menurun kepercayaan
Kriteria mayor dan minor : 5. Konsentrasi - Temani pasien
Kriteria mayor membaik untuk mengurangi
Subjektif : 6. Pola tidur kecemasan, jika
- Merasa bingung membaik memungkinkan
- Merasa khawatir dengan akibat - Pahami situasi yang
dari kondisi yang dihadapi membuat ansietas
- Sulit berkonsentrasi - Dengarkan dengan
Objektif : penuh perhatian
- Tampak gelisah - Gunakan
- Tampak tegang pendekatan yang
- Sulit tidur tenang dan
Kriteria minor meyakinkan
Subjektif : - Tempatkan barang
- Mengeluh pusing pribadi yang
- Anoreksia memberikan
- Palpitasi kenyamanan
- Merasa tidak berdaya - Motivasi
Objektif : mengidentifikasi
- Frekuennsi napas meningkat situasi yang memicu
- Frekuensi nadi meningkat kecemasan
- Tekanan darah meningkat - Diskusikan
- Diaforesis perencanaan
- Tremor realistis tentang
- Muka tampak pucat peristiwa yang akan
- Suara bergetar datang
- Kontak mata buruk Edukasi :
- Sering berkemih - Jelaskan prosedur,
- Berorienntasi pada masa lalu termasuk sensai
yang mungkin
dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
- Anjurkan
melakukan kegiatan
yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
- Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
- Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
Gangguan rasa nyaman (D.0074) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan (I.08238):
Penyebab : keperawatan Observasi :
- Gejala penyakit diharapkan status - Lokasi,karakteristik,
- Kurang pengendalian kenyaman durasi, frekuensi,
situasional/lingkungan meningkat kualitas, intensitas
- Ketidakadekuatan sumber daya (L.08064) dengan nyeri
(mis. Dukungan finansial, sosial keriteria hasil : - Idetifikasi skala
dan pengetahuan) 1. Keluhan tidak nyeri
- Kurangnya privasi nyaman menurun - Identifikasi respon
- Gangguan stimulus lingkungan 2. Gelisah menurun nyeri
- Efek samping terapi (mis. - Identifikasi faktor
Medikasi, radiasi, kemoterapi) yang memperberat
- Gangguan adaptasi kehamilan dan memperingan
Gejala dan Tanda : nyeri
Mayor (Subjektif): - Identifikasi
- Mengeluh tidak nyaman pengetahuan dan
(Objektif): keyakinan tentang
- Gelisah nyeri
Minor (Subjektif): - Identifikasi
- Mengeluh sulit tidurTidak pengaruh budaya
mampu rileks terhadap respon
- Mengeluh kedinginan/kepanasan nyeri
- Merasa gatal - Identifikasi
- Mengeluh mual pengaruh nyeri pada
- Mengeluh lelah kualitas hidup
(Objektif): - Monitor efek
- Menunjukkan gejala distres sampig penggunaan
- Tampak merintih/menangis analgetik
- Pola eliminasi berubah - Terapeutik
- Postur tubuh berubah - Berikan teknik
- Iritabilitas nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hyposis,
kupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimmbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
- Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan mobilitas fisik (D.0054) Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
tindakan (I.05173)
Penyebab : keperawatan Observasi:
- Kerusakan integritas struktur diharapkan - Identifikasi adanya
tulang kemampuan dalam nyeri atau keluhan
- Perubahan metabolisme gerakan fisik fisik lainnya
- Ketidakbugaran fisik meningkat dengan - Identifikasi
- Penurunan kendali otot kriteria hasil : toleransi fisik
- Penurunan massa otot 1. Nyeri menurun melakukan
- Penurunan kekuatan otot 2. Kelemahan fisik pergerakan
- Keterlambatan perkembangan menurun - Monitor frekuensi
- Kekakuan sendi 3. Kekuatan otot jantung dan tekanan
- Kontraktur meningkat darah sebelum
- Malnutrisi 4. Pergerakan memulai mobilisasi
- Gangguan muskuloskeletal ektermitas - Monitor kondisi
- Gangguan neuromuskuler meningkat umum selama
- Indeks massa tubuh siatas melakukan
persentil ke-75 sesuai usia mobilisasi
- Efek agen farmakologisprogram Teraupetik:
pembatasan gerak - Fasilitasi aktivitas
- Nyeri mobilisasi dengan
- Kurang terpapar informasi alat bantu
tentang aktivitas fisik - Fasilitasi
- Kecemasan melakukan
- Gangguan kognitif pergerakan
- Keengganan melakukan - Libatkan keluarga
pergerakan untuk membantu
- Gangguan sensoripersepsi pasien dalam
Gejala dan Tanda : meningkatkan
Mayor (Subjektif): pergerakan
- Mengell\uh sulit menggerakan Edukasi :
ekstremitas - Jelaskan tujuan dan
(Objektif): prosedur mobilisasi
- Kekuatan otot menurun - anjurkan melakukan
- Rentang Gerak (ROM) menurun mobilisasi dini
Minor (Subjektif): - ajarkan mobilisasi
- Nyeri saat bergerak sederhana yang
- Enggan melakukan pergerakan harus dilakukan
- Merasa cemas saat bergerak
(Objektif):
- Sendi kaku
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Resiko Konstipasi (D.0052) Setelah dilakukan Pencegahan Konstipasi
tindakan selama (I.04160) :
Faktor Risiko : 3x24 jam diharapkan Observasi :
Fisiologis eliminasi fekal (L. - Iidentifikasi faktor
- Penurunan motilitas gastrointestinal 04033) membaik risiko konstipasi
- Pertumbuhan gigi tidak adekuat dengan kriteri hasil : (mis. Asupan serat
- Ketidakcukupan adekuat 1. Kontrol tidak adekuat,
- Ketidakcukupan asupan serat pengeluaran feses asupan cairan tidak
- Ketidakcukupan asupan cairan meningkat adekuat, aganglionik,
- Aganglionik (mis. Penyakit 2. Keluhan defekasi kelemahan otot
Hicsprung) lama dan sulit abdomen, aktivitas
- Kelemahan otot abdomen menurun fisik kurang)
Psikologis 3. Mengejan saat - Monitor tanda dan
- Konfusi defekasi menurun gejala konstipasi
- Depresi (mis. Defekasi
- Gangguan emosional kurang 2 kali
Situasional seminggu, defekasi
- Perubahan kebiasaan makan (mis. lama/sulit, feses
Jenis makanan, jadwal makan) keras, peristaltik
- Ketidakadekuatan toileting menurun)
- Aktivitas fisik harian kurang dari - Identifikasi status
yang dianjurkan kognitif untuk
- Penyalahgunaan laksatif mengkomunikasikan
- Efek agen farmakologis kebutuhan
- Ketidakteraturan kebiasaan defekasi - Identifikasi
- Kebisaan menahan dorongan penggunaan obat-
defekasiPerubahan lingkungan obatan yang
menyebabkan
konstipasi
Teraupetik :
- Batasi minuman
yang mengandung
kafein dan alkohol
- Jadwalkan rutinitas
BAK
- Lakukan masase
abdomen
- Berikan terapi
akupuntur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab
dan faktor risiko
konstipasi
- Anjurkan minum air
putih sesuai dengan
kebuthan (1500-2000
mL/hari)
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan berserat
(25-30 gram/hari)
- Anjurkan
meninkataknan
aktivitas fisik sesuai
kebutuhan
- Anjurkan berjalan
15-20 menit 1-2
kali/hari
- Anjurkan berjongkok
untuk memfasilitasi
proses BAB
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
ahli gizi, jika perlu
Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan selama (I.08238)
Penyebab : 3x24 jam maka Observasi :
- Agen pencedera fisiologis (mis. tingkat nyeri 1.Identifikasi lokasi,
Inflamasi, iskemia, neoplasma) karakteristik, durasi,
menurun (L.08066)
- Agen pencedera kimiawi (mis. frekuensi, kualitas,
Terbakar, bahan kimia iritan)
dengan kriteria intensitas nyeri
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, hasil : 2.Identifikasi skala
amputasi, terbakar, terpotong, 1. Keluhan nyeri nyeri
mengangkat berat, prosedur operan, menurun 3.Identifikasi respons
trauma, latihan fisik berlebihan) 2. Meringis menurun nyeri non verbal
Kriteria Mayor dan Minor : 3. Sikap protektif 4.Idnetifikasi faktor
Kriteria mayor menurun yang memperbebrat
Subjektif : 4. Gelisah menurun dan memperingn nyeri
- Mengeluh nyeri 5. Kesulitan tidur 5.Identifikasi
Objektif : menurun pengetahuan dan
- Tampak meringis 6. Frekuensi nadi keyakinan tentang
- Bersikap protektif (mis. Waspasa, menurun nyeri
posisi menghindari nyeri) 6.Identifikasi pengaruh
- Gelisah budaya terhadap
- Frekuensi nadi meningkat respon nyeri
- Sulit tidur 7.Identifikasi pengaruh
Kriteria minor nyeri pada kualitas
Subjektif : hidup
- (tidak tersedia) 8.Monitor keberhasilan
Objektif : terapi komplementer
- Tekanan darah meningkat yang sudah diberikan
- Pola napas berubah 9.Monitor efek samping
- Nafsu makan berubah penggunaan analgetik
- Proses berpikir terganggu Teraupetik :
- Menarik diri 1.Berikan teknik
- Berfokus pada diri sendiri nonfarmakologis
- Diaforesis untuk mengurangi
rasa nyeri
2.Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3.Fasilitas istirahat dan
tidur
4.Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1.Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2.Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4.Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5.Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Resiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
tindakan (I.14539)
Faktor Resiko: keperawatan Observasi :
- Penyakit kronis (mis. Diabetes diharapkan infeksi - Monitor tanda dan
mellitus) menurun dengan gejala infeksi lokal
- Efek prosedur invasif kriteria hasil : dan sistemik
- Malnutrisi 1. Kemerahan Terapeutik :
- Peningkatan paparan organisme menurun - batasi jumlah
patogen lngkungan 2. Bengkak pengunjung
- Ketidakadekuatan pertahanan menurun - berikan perawatan
primer : 3. Nyeri menurun kulit pada area
- Gangguan peristaltik 4. Cairan berbau edema
- Kerusakan integritas kulit busuk menurun - cuci tangan sebelum
- Perubahan sekresi PH dan sesudah kontak
- Penurunan kerja siliaris dengan pasien dan
- Ketuban pecah lama lingkungan pasien
- Ketuban pecah sebelum - pertahankan teknik
waktunya aseptik pada pasien
- Merokok beresiko tinggi
- Statis cairan tubuh Edukasi :
- Ketidakadekuatan pertahanan - jelaskan tanda dan
tuuh sekunder : gejala infeksi
- Penurunan hemoblobin ‘ajarkan cara
- Imununosupresi mencuci tangan
- Leukopenia yang benar
- Supresi respon inflamasi - ajarkan etika batuk
- Vaksinasi tidak adeku - ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
- anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu
Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen
tindakan selama Hipovolemia (I.03116)
Penyebab : 3x24 jam maka Observasi :
- Kehilangan cairan aktif status cairan 1.Periksa tanda dan
- Peningkatan permeabilitas kapiler gejala hipovolemia
membaik
- Kekurangan intake cairan (mis. Frekuensi nadi
(L.03028) dengan
Kriteria Mayor dan Minor meningkat, nadi
Kriteria Mayor kriteria hasil : teraba lemah, tekanan
Subjektif 1. Turgor kulit darah menurun,
- (tidak tersedia) meningkat tekanan nadi
Objektif 2. Freuensi nadi menyempit, turgot
- Frekuensi nadi meningkat membaik kulit menurun,
- Nadi terasa lemah 3. Tekanan darah membran mukosa
- Tekanan darah menurun membaik kering, volume urin
- Tekanan nadi menyempit 4. Tekanan nadi menurun, hematokrit
- Turgor kulit menurun membaik meningkat, haus,
- Membrane mukosa kering 5. Mmebran mukosa lemah)
- Volume urin menurun (JVP) membaik 2.Monitor intake dan
- Hematokrit meningkat output cairan
Kriteria Minor Teraupetik :
Subjektif : 1.Hitung kebutuhan
- Merasa lemah cairan
- Mengeluh haus 2.Berikan posisi
Objektif : modified
- Pengisian vena menurun Tredelenburg
- Status mental berubah 3.Berikan asupan cairan
- Suhu tubuh meningkat oral
- Konsentrasi urin meningkat Edukasi :
- Berat badan turun tiba-tiba 1.Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
2.Anjuran menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonik
(mis. NaCl, RL)
2.Kolaborasi
pemmberian cairan IV
hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3.Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, plasamante)
4.Kolaborasi pemberian
produk darah
Pola nafas tidak efektif (D.0005) Setelah dilakukan Manajemen Jalan
tindakan selama Napas (I.01011) :
Penyebab : 3x24 jam maka Observasi :
- Defisit pusat pernapasan pola napas 1. Monitor pola napas
- Hambatan upaya napas (mis. Nyeri membaik (frekuensi,
saat bernapas, kelemahan otot (L.01004) dengan kedalaman, usaha
pernapasan) napas)
kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas
- Deformitas dinding dada
1. Dispnea menurun tambahan (mis.
- Gangguan neuromuskuler
2. Penggunaan otot Gurgling, mengi,
- Gangguan neurologis (mis.
bantu napas wheezing, ronkhi
Elektroensefalogram [EEG] positif,
menurun kering)
cedera kepala, gangguan kejang)
3. Pemanjangan fase 3. Monitor sputum
- Imaturitas neurologis
ekspirasi menurun (jumlah, warna,
- Penurunan energi
4. Frekuensi napas aroma)
- Obesitas
membaik Teraupetik :
- Posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru 1. Pertahankan
- Sindrom hipoventilasi kepatenan jalan napas
- Kerusakan inervasi diafragma dengan head-tilt dan
(kerusakan saraf C5 ke atas) chin-lift (jaw-trust jika
- Cedera pada medula spinalis curiga trauma
- Efek agen farmakologis servikal)
- Kecemasan 2. Posisikan semi-fowler
Kriteria Mayor dan Minor atau fowler
Kriteria Mayor 3. Berikan minum
Subjektif hangat
- Dispnea 4. Lakukan fisioterapi
Objektif dada, jika perlu
- Penggunaan otot bantu pernapasan 5. Lakukan penghisapan
- Fase ekspirasi memanjang lendir kurang dari 15
- Pola napas abnormal (mis. detik
Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, 6. Lakukan
kussmaul, cheyne-stokes) hipeproksigenasi
Kriteria Minor sebelum penghisapan
Subjektif endotrakeal
- Ortopnea 7. Kkeluarkan sumbatan
Objektif benda padat dengan
- Pernapasan pursed-lip forsep McGill
- Pernapasan cuping hidung 8. Berika oksigen, jika
- Diameter thoraks anterior-posterior perlu
meningkat Edukasi :
- Ventilasi semenit menurun 1. Anjurkan asupan
- Kapasitas vital menurun cairan 2000 ml/hari,
- Tekanan ekspirasi menurun jika tidak
- Tekanan inspirasi menurun kontraindikasi
- Ekskursi dada berubah 2. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

Intoleransi aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan Manajemen Energi


tindakan selama (I.05178)
Penyebab : 3x24 jam maka Observasi :
- Ketidakseimbangan antara tolerasni aktivitas 1.Identifikasi gangguan
suplai dan kebutuhan oksigen fungsi tubuh yang
meningkat
- Tirah baring mengakibatkan
(L.05047) dengan
- Kelemahan kelelahan
kriteria hasil : 2.Monitor kelelahan
- Imobilitas 1. Frekuensi nadi fisik
- Gaya hidup monoton meningkat 3.Monitor pola dan jam
Kriteria Mayor dan Minor 2. Keluhan lelah tidur
Kriteria mayor menurun 4.Mmonitor lokasi dan
Subjektif : 3. Dispnea saat ketidaknyamanan
- Mengeluh lelah aktivitas menurun selama melakukan
Objektif 4. Dispnea setelah aktivitas
- Frekuensi jantung meningkat >20% aktivitas menurun Teraupetik :
dari kondisi istirahat 5. Perasaan lemah 1.Sediakan lingkungan
Kriteria minor menurun nnyaman dan rendah
Subjektif :
stimulus (mis.
- Dispnea saat atau setelah aktivitas
Cahaya, suara,
- Merasa tidak nyaman setelah
kunjungan)
beraktivitas
2.Lakukan latihan
- Merasa lemah
rentang gerak pasif
Objektif :
dan/atau aktif
- Tekanan darah berubah > 20% dari
3.Berikan aktivitas
kondisi istirahat
distraksi yang
- Gambaran EKG menunjukkan
menangkan
aritmia saat/setelah aktivitas
4.Fasilitasi duduk disisi
- Gambaran EKG menunjukkan
tempat tidur, jika
iskemia
tidak dapat berpindah
- Sianosis
atau berjalan
Edukasi :
1.Anjurkan tirah
baringAnjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
2.Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkkurang
3.Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1.Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Menyusui efektif (D.0028) Setelah dilakukan Konseling Laktasi
tindakan maka (i.03094):
Penyebab : status menyusui Observasi :
Fisiologis klien membaik 1. Identifikasi keadaan
- Hormon oksitoksin dan prolaktin emosional ibu saat
(L.03029) dengan
adekuat akan dilakukan
- Payudara membesar, alveoli mulai
kriteria hasil : konseling menyusui
terisi ASI 1. Perlekatan bayi 2. Identifikasi keinginan
- Tidak ada kelainan pada struktus pada payudara ibu dan tujuan menyusui
payudara meningkat 3. Identifikasi
- Puting menonjol 2. Kemampuan ibu permasalahan yang
- Bayi aterm memposisikan bayi ibu alami selama
- Tidak ada kelainan bentuk pada dengan benar proses menyusui
mulut bayi meningkat Teraupetik :
Situasional 3. Miksi bayi lebih 1. Gunakan teknik
- Rawat gabung dari 8 kali/ 24 jam mendengarkan aktif
- Dukungan keluarga dan tenaga (mis. Duduk sama
4. Berat badan bayi
kesehatan adekuat tinggi, dengarkan
- Faktor budaya
meningkat masalah ibu)
Gejala dan Tanda : 5.Tetesan/pancaran 2. Berikan pujian
Mayor (Subjektif): ASI meningat terhadap perilaku ibu
- Ibu merasa percaya diri selama 6. Suplai ASI yang benar
menyusui adekuat meningkat Edukasi
(Objektif): 7. Putting tidak 1. Ajarkan teknik
- Bayi melekat pad payudara ibu lecet setelah 2 menyusui ang tepat
dengan benar minggu melahirkan sesuai kebutuhan ibu
- Ibu mampu memposisikan bayi meningkat
dengan benar 8. Kepercayaan diri
- Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam
ibu meningkat
24 jam
- Berat badan bayi meningkat
9. Lecet pada
puting menurun
- ASI menets/memancar 10. Kelelahan
- Suplai ASI adekuat maternal menurun
- Puting tidak lecet setelah minggu 11. Kecemasan
kedua maternal menurun
Minor (Subjektif):
- Tidak tersedia
(Objektif):
- Bayi tidur setelah menyusui
- Payudara ibu kosong setelah
menyusui
- Bayi tidak rewel dan menangis
setelah menyusui
Menyusui tidak efektif (D.0029) Setelah dilakukan

Penyebab : tindakan 1. Identifikasi


Fisiologis
keperawatan 1x24 keadaan emosional
- Ketidakadekuatan suplai ASI
- Hambatan pada nenonatus (mis. jam ekspetasi ibu saat akan
Prematuritas, sumbing)Anomali
payudara ibu (mis. Puting yang meningkat dengan dilakukn konseling
masuk ke dalam)
- Ketidakadekuatan refleks oksitoksin krikteria hasil menyusui
- Ketidakadekuatan refleks
1. verbalisasi 2. Identifikasi
menghisap bayi
- Payudara bengkak perasaan positif keinginan dan
- Riwayat operasi payudara
- Kelahiran kembar terhadap bayi tujuan menyusui
Situasional
- Tidak rawat gabung membaik T
- Kurang terpapar informasi tenntang 2. kekhawatiran 3. Gunakan teknik
pentingnya menyusui dan/atau
akibat hospitalisasi
metode menyusui mendengarkan
- Kurangnya dukungan keluarga menurun
- Faktor budaya aktif (misal: duduk
Gejala dan Tanda :
sama tinggi,
Mayor (Subjektif):
- Kelelahan maternal dengarkan
- Kecemasan maternal
(Objektif): permasalahan ibu
- Bayi tidak mampu melekat pada
payudara ibu 4. Berikan pujian
- ASI tidak menetes/memancar
terhadap perilaku
- BAK bayi kurang dari 8 kali dalam
24 jam ibu yang benar
- Nyeri dan/atau lecet terus menerus
setelah minggu kedua E:
Minor (Subjektif):
- Tidak tersedia Ajarkan teknik
(Objektif): menyusui yang tepat
- Intake bayi tidak adekuat sesuai kebutuhan ibu
- Bayi menghisap tidak terus-menerus
- Bayi menangis saat disusui
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/431295862/Laporan pendahuluan -Plasenta-Previa

https://id.scribd.com/document/446792164/LP-PLASENTA-PREVIA

Prawirohardjo, Sarowono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SIKI), Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai