TAHUN 2021/2022
Oleh :
HERLINA OLANDA
21300063
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteri internum (OUI). Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan
meluasnya segmen bawah bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi
plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun masa intranatal, dengan ultrasonografi. Oleh karena itu
pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal maupun intranatal(Mochtar, 2007).
3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan pervaginam. Pada kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa.
2. Perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak
dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas
Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak
janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian
janin dalam rahim (Manuaba, 2005)
Gejala yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus plasenta previa
adalah sebagai berikut(Rukiyah, 2010)
a. Perdarahan tanpa disertai nyeri yang sering terjadi pada malam
hari.biasanya perdarahan terjadi sebulum memasuki bulan ke
tujuh.
b. Biasanya kepala anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
katub bawah rahim.
c. Terjadi kelainan letak pada janin.
4. KLASIFIKASI
5. PENATALAKSAAAN
Tatalaksana Umum
1. Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl
0,9% atau Ringer Laktat).
2. Lakukan penilaian jumlah perdarahan Jika perdarahan banyak dan
berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa memperhitungkan usia
kehamilan.Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara
noninvasif.
Terapi Aktif
Sectio Caesarea
Pre Op Post Op
Risiko
Infeksi
(D.0142)
Uterus Laktasi
F. Pemeriksaan penunjang.
a. Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah
pembedahan
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi.
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
d. Urinalis / kultur urine.
e. Pemeriksaan elektrolit.
G. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan DS 10%, garam fisiologis dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan intravena biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-8 jam setelah operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil
tidur terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari pertama post operasi
pasien dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam
lalu menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah
menjadi posisi semifowler dan selanjutnya selama berturut-turut, hari demi
hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien dapat
dipulangkan.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpaang 24-48 jam / lebih lama tergantung jeis operasi.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotic adalah cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda
disetiap institusi dan berdasarkan resep dokter.
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
supositoria (ketopropen sup 2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam /
paracetamol), Injeksi pentidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu.
c. Obat-obatan lain
d. Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien dapatdiberikan
caboransia seperti Neurobion I vit.C
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
Merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat,
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial.
1. Gangguan pola tidur (D.0055)
2. Anaietas (D.0080)
3. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
4. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
5. Risikoo konstipasi (D.0052)
6. Nyeri akut (D.0077)
7. Resiko infeksi (D.0142)
8. Hipovolemia (D.0023)
9. Pola nafas tidak efktif (D.0005)
10. Intoleransi aktivitas (D.0056)
11. Menyusui efektif (D.0028)
12. Menyusui tidak efektif (D.0029)
I. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
https://id.scribd.com/document/446792164/LP-PLASENTA-PREVIA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia