Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

“N” UMUR 35 TAHUN


DENGAN POSTPARTUM SECTIO CAESAREA HARI Ke 0-2 ATAS
INDIKASI PLASENTA LETAK RENDAH DIRUANG KENANGA
RSUD WATES

Oleh :
Tutri Aprilian
2820173089

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKRTA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada pasien Ny. “N” Dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas
Indikasi Plasenta Letak Rendah (PLR) di Ruang Kenanga RSUD Wates. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik Maternitas semester V, pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan

(Tutri Aprilian)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( ) ( )
BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

A. Plasenta Letak Rendah


Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi
sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh
karenanya bagianterendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggu
(PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal
plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau belakang agak ke
arah fundus uteri. (Prawirohardjo, 2009)
Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke
arah proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim (SBR) ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim
(SBR) seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala I bisa mengubah luas permukaan
serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)
B. Klasifikasi
Plasenta prevaria dibagi menjadi beberapa jenis :
1. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri intemum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru intemum tertutup sebagian
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada
pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen
bawah uterus.
(Patrick,
2009)
C. Etiologi
Penyebab plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat
pada grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi
dan leiomyoma uteri (Norma, 2013). Sedangkan menurut Sofian (2012),
penyebab plasenta previa yaitu endometrium yang inferior, chorion leave
yang persesiten, dan korpus luteum yang bereaksi lambat.
D. Faktor Resiko Plasenta Previa
Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun
2. Paritas
3. Riwayat pembedahan rahim
4. Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
5. Hipoplasia endometrium
6. Korpus luteum bereaksi lambat
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko
lainnya yang berhubungan dengan plasenta previa yaitu :
1. Terdapat jaringan parut
2. Riwayat plasenta previa sebelumnya
3. Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
4.  Kehamilan ganda
5. Merokok
E. Patofisiologi
Kerusakan endometrium corpus uteri menyebabkan implantasi kurang
baik, sehingga plasenta berimplantasi dari segmen. Bisa juga disebabkan oleh
kebutuhan nutrisi melebihi normal (misal : gemelli, bayi besar) sehingga
plasenta melebar hingga mencapai segmen bawah rahim atau orifisium uteri
internum.
Pada plasenta previa perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat
terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar dan menipis, dan serviks
mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darah berwarna
merah segar. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis
dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindari karena ketidakmampuan
seranut otot segmen bawah uteri untuk berkokntraksi menghentikan
perdarahan itu. Perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
dari pada plasenta letak rendah. Tidak jarang terjadi kelainan letak pada janin.
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan
karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus.
Apabila plasenta telah lahir, serabut otot segmen bawah rahim tidak mampu
melakukan kontraksi untuk mengehntikan perdarahan, karena perlukaan
serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh dan mengandung banyak
pembuluh darah besar maka akan mengakibatkan perdarahan postpartum jika
persalinan berlangsung pervaginam (Manuaba,2010).
F. Manifestasi Klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah :
1. Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa nyeri;
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi;
3. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin belum masuk pintu;
atas panggul atau ada kelainan letak;
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari ostium uteri eksternum.
(Fadlun, 2011)
Adapun tanda dan gejala dari plasenta previa menurut Geri Morgan (2009)
yakni :
1. Perdarahan pervaginam tanpa disertai nyeri;
2. Terjadinya perdarahan yang tiba-tiba tanpa didahului tanda sebelumnya;
3. Terjadi selama trimester tiga;
4. Malpresentasi atau malposisi karena janin harus menyesuaikan diri akibat
adanya plasenta;
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan plasenta
previa yaitu:
1. Ultrasonografi (USG)   : pemeriksaan dilakukan untu penentuan lokasi
plasenta dan tidak menimbulkan bahaya radiasi pada janin(sofian,
2012)
2. Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3. Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi,
perlu diperiksa faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula
darah sewaktu. Pemeriksaan hanya dilakukan atas indikasi medis
(Norma, dkk. 2013).
H. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta
previa menurut Manuaba 2009, yaitu :
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemi bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi pada perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c. Asfiksia intauterine sampai dengan kematian
I. Penangan Plasenta Previa
Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :
1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah
sakit. Pasien diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap
termasuk golongan darah dan faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu
sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk
perawatan paru janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena
perdarahan ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik
seperti hipotensi, pasien tersebut mungkin mengalami perdarahan yang
cukup berat, lenih berat dari pada penampakannya secara klinis. Transfusi
darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit,
hubungan suami istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan dianjurkan minimal setelah 4 minggu,
memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun uteri internum
(OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan
istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan
yang cukup serius untuk merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan
ultrasonografi, color doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya
plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang
menghawatirkan.
7. Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat
di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok
karena perdarahan yang banyak, harus segera perbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian infus atau transfusi darah.
8. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum
pasien, kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin,
jenis plasenta previa dan paritas.
J. Sectio Caesarea
1. Definisi
Sectio caesareaadalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut(Sofyan, 2012).
Menurut Oxorn dan William (2010) Sectio caesareaadalah suatu
pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus. Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laparotomy) dan dinding uterus (histerektomi)
(Rasjidi, 2009).
2. Indikasi dan Kontra indikasi
Indikasi dan kontra indikasi section caesarea menurut Amru (2012):
a. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak:
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
3) Indikasi Kontra(relative)
a) Infeksi intrauterine
b) Janin Mati
c) Syok/anemia berat yang belum diatasi
d) Kelainan kongenital berat.
K. Masa Nifas
1. Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu.Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer
yang artinya bayi dan partus yang artinya melahirkan atau berarti masa
sesudah melahirkan. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode
waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah
selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali
seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Saleha, 2009).
2. Klasifikasi
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena
atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Menurut Juliana (2010) perubahan fisiologis pada masa nifas
diantaranya:
a. Tanda-tanda vital
1) Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 380C sebagai suatu
akibat dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam.
2) Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 jam pertama setelah
persalinan. Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan
cardiac out put dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan
cardia output dan stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan
sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan.Nadi antara 50-70 x/m
dianggap normal.
3) Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti
sebelum hamil.
4) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali.
Hipotensi yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening
setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai
suatu akibat gangguan pada daerah persarafan yang mungkin terjadi
setelah persalinan.
b. Adaptasi sistim cardiovaskuler
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan
tekanan darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke
posisi duduk.Hal ini disebut hipotensi orthostatik yang merupakan
kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan resitensididaerah
panggul.Segera setelah persalinan ibu kadang menggigil disebabkan
oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti jika tidak
disertai demam.
c. Adaptasi kandung kemih
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma akibat
tekanan edema dan menurunnya sensifitas terhadap tekanan cairan,
perubahan ini menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, biasanya ibu mengalami kesulitan
BAK sampai 2 hari pertama post partum.
d. Adaptasi sistem endokrim
Sistem endokrim mulai mengalami perubahan kala Iv persalinan
mengikuti lahirnyaplacenta, terjadi penurunan yang cepat dari estrogen
progesteron dan proaktin. Ibu yang tidak menyusui akan meningkat
secara bertahap dimana produksi ASI mulai disekitar hari ketiga post
partum. Adanya pembesaran payudara terjadi karena peningkatan
sistemvaskulan dan linfatik yang mengelilingi payudara menjadi besar,
kenyal, kencang dan nyeri bila disentuh.
e. Adaptasi sistem gastrointestinal
Pengembangan fungsi defekasi secara normal terjadi lambat dalam
minggu pertama post partum. Hal ini berhubungan dengan penurunan
motilitas usus, kehilangan cairan dan ketidaknyamanan parineal.
f. Adaptasi sistem muskuloskletal
Otot abdomen terus menerus terganggu selama kehamilan yang
mengakibatkan berkurangnya tonus otot yang tampak pada masa post
partum dinding perut terasa lembek, lemah, dan kotor. Selama
kehamilan otot abdomen terpisah yang disebut distasi recti
abdominalis, juga terjadi pemisahan, maka uteri dan kandung kemih
mudah dipalpasi melalui dinding bila ibu terlentang.
g. Adaptasi sistem integument
Cloasma gravidarum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin
belum menghilang sempurna setelah melahirkan.
h. Adaptasi Reproduksi
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
2) Lochea
Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas.
Jumlah dan warnah lokia akan berkurang secara progresif. Lochea
dapat dibagi menjadi:
a) Lochea rubra (Cruenta)
Warna merah berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, hari 1- 2
post partum.
b) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah muda, berisi darah dan lendir, sisa
chorion,amnion,desidua kuman kuman yang sudah mati, hari 3 –
6 post partum.
c) Lochea serosa (old blood)
Berwarna pucat kekuning-kuningan,mengandung sedikit
darah,tetapi banyak leukosit,kuman kuman yang sudah mati dan
desidua, hari ke 7-9 post partum.
d) Lochea alba
Berwarna putih, kuning, pucat, mengandung lendir,
leukosit,kuman yang sudah mati, jumlah semakin
berkurangsetelah hari ke 10-11 post partum.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochea stasis
Lochea tidak lancar keluarnya.
3) Serviks
Serveksi mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium ekstern dapat dimasuki oleh dua hingga tiga
tangan: setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.Karena robekan
kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi.Serviks tidak pernah kembali
kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lubang kecil
seperti mata jarum; serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil
yang berupa lubang yang sudah sembuh, tertutuptapi berbentuk
celah.Dengan demikian, os servisis wanita yang sudah pernah
melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkanriwayat
kelahiran lewat vagina.
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaab tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol.
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya tegang oleh tekanan kepada bayi yang bergerak
maju.Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan
kembali bagian besartonusnya sekaligus tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
6) Payudara
Payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali
jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar lebih
kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan status hormonal serta
dimulainya laktasia.
7) Traktus urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasme sfigner dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.
4. Perubahan Psikologi Masa Nifas
Perubahan psikologi masa nifas menurut Saleha (2009) adalah:
a. Periode Taking In
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada
kekhawatiran akan tubuhnya.
2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi
pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya.
Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan
ibu. Bidan harus dapat menciptakan suasana nyaman bagi ibu
sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan
permasalahan yang dihadapi.
b. Periode Taking On
1) Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK,
serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut.
6) Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.
Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi.
5. Data Fokus Masa Nifas
Menurut Doenges (2011) adalah sebagaiberikut:
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
2) Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
b. Pola nutrisi dan metabolik
1) Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
2) Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
3) Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
4) Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
c. Pola aktivitas setelah melahirkan
1) Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
2) Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
3) Apakah ibu tampak mengantuk ?
d. Pola eliminasi
1) Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
2) Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
e. Neuro sensori
1) Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
2) Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
3) Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
4) Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
5) Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
f. Pola persepsi dan konsep diri
1) Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
2) Adakah permasalahan yang berhubungan dengan
perubahanpenampilan tubuhnya saat ini ?
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Pemeriksaan TTV
b) Pengkajian tanda-tanda anemia
c) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
d) Pemeriksaan reflek
e) Kaji adanya varises
f) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
2) Payudara
a) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
b) Kaji adanya abses
c) Kaji adanya nyeri tekan
d) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
e) Kaji pengeluaran ASI
3) Abdomen atau uterus
a) Observasi posisi uterus atau tinggi fundus uteri
b) Kaji adnanya kontraksi uterus
c) Observasi ukuran kandung kemih
4) Vulva atau perineum
a) Observasi pengeluaran lokhea
b) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
c) Kaji adanya pembengkakan
d) Kaji adanya luka
e) Kaji adanya hemoroid
h. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Beberapaujilaboratoriumbiasasegeradilakukanpadaperiodepasca
partum.Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkalidibutuhkan pada
hari pertama pada partumuntuk mengkajikehilangan darah pada
melahirkan.
2) Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan
cateteratau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen
inidikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau
kulturdan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai
selamapasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji
untukmenentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy
yangmungkin (Bobak, 2009).
6. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada post partum menurut
Saleha (2009) :
a. Nyeri b.d. Agen injuri fisik (proses pembedahan).
b. Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui.
c. Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir,
bantuan pertolongan persalinan.
d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
e. Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan
penurunan peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
f. Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya
informasi tentang penanganan postpartum
7. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan post partum menurut Saleha (2019) :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


hasil

1 Nyeri akut Tujuan: Setelah 1. Kaji ulang skala nyeri 1. Mengidentifikasi kebutuhan
b.d. agen diberikan asuhan 2. Anjurkan ibu agar dan intervensi yang tepat
injuri fisik keperawatan menggunakan teknik 2. Untuk mengalihkan
relaksasi dan distraksi perhatian ibu dan rasa nyeri
(trauma diharapkan nyeri ibu
rasa nyeri yang dirasakan
jalan lahir, berkurang denga 3. Motivasi : untuk 3. Memperlancar pengeluaran
episiotomi) kriteria hasil: mobilisasi sesuai lochea, mempercepat
1. Skala nyeri 0-1, indikasi involusi dan mengurangi
ibu mengatakan 4. Berikan kompres nyeri secara bertahap.
nyerinya hangat 4. meningkatkan sirkulasi
berkurang sampai 5. Delegasi pemberian pada perinium
hilang. analgetik 5. melonggarkan system saraf
2. Tidak merasa perifer sehingga rasa nyeri
nyeri saat berkurang
mobilisasi
3. Tanda vital dalam
batas normal .
S = 37 C
N = 80 x/menit
TD = 120/80
mmHG
RR= 18-20 x
/menit

2 Menyusui Tujuan: setelah 1. Kaji ulang tingkat 1. Membantu dalam


tidak efektif diberikan asuhan pengetahuan dan mengidentifikasi kebutuhan
b.d. Kurang keperawatandiharap pengalaman ibu saat ini agar memberikan
tentang menyusui intervensi yang tepat.
pengetahua kan ibu dapat
sebelumnya. 2. Posisi yang tepat biasanya
n ibu, mencapai kepuasan 2. Demonstransikan dan mencegah luka/pecah
terhentinya menyusuidengan tinjau ulang teknik putting yang dapat merusak
proses kriteria hasil: menyusui dan mengganggu.
menyusui. 1. ibu 3. Anjurkan ibu 3. Agar kelembapan pada
mengungkapkan mengeringkan puting payudara tetap dalam batas
proses situasi setelah menyusui normal.
menyusui
2. bayi mendapat
ASI yang cukup.
3 Risiko Tujuan: setelah 1. Kaji lochea (warna, 1. Untuk dapat mendeteksi
infeksi b.d. diberikan askep bau, jumlah) tanda infeksi lebih dini dan
Faktor diharapkan infeksi kontraksi uterus dan mengintervensi dengan
kondisi jahitan tepat.
risiko: pada ibu tidak terjadi
episiotomi. 2. Pembalut yang lembab dan
Episiotomi, dengan kriteria hasil: 2. Sarankan pada ibu banyak darah merupakan
laserasi 1. Dapat agar mengganti media yang menjadi tempat
jalan lahir, mendemonstrasik pembalut tiap 4 jam. berkembangbiaknya kuman.
bantuan an teknik untuk 3. Pantau tanda-tanda 3. Peningkatan suhu > 38C
menurunkan vital. menandakan infeksi.
pertolongan
resikoinfeksi 4. Lakukan rendam 4. Untuk memperlancar
persalinan. 2. Tidak terdapat bokong. sirkulasi ke perinium dan
tanda-tanda 5. Sarankan ibu mengurangi udema.
infeksi. membersihkan 5. Membantu mencegah
perineal dari depan ke kontaminasi rektal melalui
belakang. vaginal.
4 Gangguan Tujuan: Kebutuhan 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui kemampuan
pemenuhan ADL-nya dapat klien dalam klien dan dapat memenuhi
ADL terpenuhi dengan memenuhi kebutuhan kebutuhannya.
sehari-hari. 2. Bantu dan latihan yang
berhubunga kriteria hasil:
2. Bantu klien dalam teratur membiasakan klien
n dengan 1. Klien dapat pemenuhan melakukan aktivitas sehari-
kelemahan memenuhi kebutuhan sehari-hari. hari.
fisik kebutuhan sehari- 3. Anjurkan keluarga 3. Keluarga dapat membantu
hari tanpa untuk kooperatif dan bekerja sama
bantuan orang dalam perawatan. memenuhi kebutuhan klien
lain dan mempercepat proses
2. Keadaan umum penyembuhan.
baik
3. Kekuatan otot
baik
5 Gangguan Tujuan: Gangguan 2. Kaji bising usus, 1. Mengevaluasi fungsi usus.
eliminasi eliminasi teratasi diastasis recti. Diastasis recti berat
BAB : dengan kritenia 3. Kaji adanya menurunkan tonus otot
abdomen yang diperlukan
Konstipasi
berhubunga hasil: Hemoroid. untuk mengejan selama
n dengan 1. Klien secara 4. Anjurkan diet pengosongan.
penurunan verbal makanan tinggi serat, 2. Hemoroid akan
mengatakan peningkatan cairan. menyebabkan gangguan
peristaltik,
mampu BAB 5. Anjurkan peningkatan eliminasi.
nyeri aktivitas dan ambulasi 3. Makanan tinggi serta dan
normal tanpa
episiotomi, keluhan sesuai sesuai toleransi. peningkatan cairan
penurunan pola. 6. Kolaborasi pemberian merangsang eliminasi.
aktivitas. laksantif, supositona 4. Membantu peningkatan
atau enema. peristaltik gastrointestinal.
5. Meningkatkan untuk
kembali ke kebiasaan
defekasi normal dan
mencegah mengejan atau
stress perianal selama
pengosongan
6 Kurang Tujuan: setelah 1. Berikan informasi 1. Membantu mencegah
pengetahua diberikan askep tentang perawatan infeksi, mempercepat
n: diharapkan dini (perawatan penyembuhan dan berperan
perineal) perubahan pada adaptasi yang positif
Perawatan pengetahuan ibu
fisiologi, lochea, dari perubahan fisik dan
post partum tentang perawatan perubahan peran, emosional.
b.d. dini dan bayi istirahat, KB. 2. Menambah pengetahuan ibu
Kurangnya bertambahdengan 2. Berikan informasi tentang perawatan bayi
informasi kriteria hasil: tentang perawatan sehingga bayi tumbuh
tentang 1. mengungkapkan bayi (perawatan tali dengan baik.
penanganan kebutuhan ibu pusat, 3. Memperjelas pemahaman
pada masa post ari,memandikan dan ibu tentang apa yang sudah
postpartum.
partum dan dapat imunisasi). dipelajari.
melakukan 3. Sarankan agar
aktivitas yang mendemonstrasikan
perlu dilakukan apa yang sudah
dan alasannya dipelajari.
seperti perawatan
bayi, menyusui,
perawatan
perinium.
DAFTAR PUSTAKA

Amru,Sofian. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obsteri Operatif Obstetri.


Social edisi 3 jilid 1&2. Jakarta: EGC.
Bobak. 2009. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.Jakarta: EGC
Doengus, Merillyn E. 2011. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman
untukPerencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi 2. Jakarta: EGC
Juliana, Rina. 2010. Perawatan Post Partum Menurut Perspektif Budaya Aceh.KTI:
Universitas Sumatra Utara
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran :EGC
Marmi, A. Retno Murti Suryaningsih dan Ery Fatmawati. 2015. Asuhan Kebidanan
Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurmayawati, Diah. 2014. Hubungan Kehamilan Lewat Waktu (Postterm) dengan
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas,
No 7. Akademi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung.
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan , Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentika Medika
Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta:
Sangung Seto.
Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti.2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta:
Trans Info Media
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2008.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai