Disusun Oleh :
Amelia Maharani
Nim. 22149011091
B. Epidimiologi
Plasenta previa banyak ditemukan pada ibu dengan kehamilan berisiko
seperti pada ibu dengan paritas tinggi, dan usia diatas 30 tahun, uterus yang
cacat serta ibu dengan kehamilan ganda. Pada beberapa rumah sakit, insiden
plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9%. Insiden di negara maju
lebih rendah yakni sekitar 0,3-0,6 % dari seluruh persalinan atau kurang dari
1% yang disebabkan berkurangnya jumlah ibu dengan paritas tinggi atau
risiko tinggi. Kejadian plasenta previa. Peningkatan penggunaan
ultrasonografi dapat meningkatkan deteksi dini plasenta previa. Kejadian
plasenta previa adalah 1 dari 200 persalinan (Prawirohardjo 2010; Quennan,
2012).
C. Klasifikasi
Ada empat macam jenis berdasarkan letaknya (Cunningham, 2010):
1. Plasenta previa totalis yaitu ostium internum tertutup sama sekali oleh
jaringan plasenta.
2. Plasenta previa parsialis yaitu ostium internum tertutup sebagian oleh
jaringan plasenta
3. Plasenta previa marginalis dimana tepi plasenta terletak pada bagian
pinggir ostium internum dan
4. Plasenta letak rendah yaitu plasenta tertanam dalam segmen bawah
uterus, sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium
internum tetapi sangat berdekatan.
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa yaitu perdarahan rasa
nyeri yang biasanya terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya, perdarahan secara tiba-tiba. Pasien
dengan plasenta previa dapat digolongkan kedalam beberapa
kelompok (Cunningham, 2010) yaitu :
1. Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat
kebutuhan yang mendesak untuk melahirkan janin tersebut,
2. Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang
aterm,
3. Kelompok yang berada dalam proses persalinan dan
4. Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga
uterus harus dikosongkan meskipun janin masih imatur.
Penatalaksanaan yang tepat adalah pengurangan aktivitas fisik,
menghindari pemeriksaan dalam dan pemberian cairan infus
berupa elektrolit dan tranfusi jika perdarahan terus menerus.
D. Etiologi
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta
previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio
sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti
belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta
previa yaitu :
1. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap
menerima implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga
diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi
pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
2. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada
grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas
operasi dan leiomioma uteri. (Norma, dkk. 2013)
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
a. Endometrium yang inferior
b. Chorion leave yang persesiten
c. Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang
kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Brown
menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua
kapsularis.
E. Manifestasi klinis
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya terjadi
pada akhir trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan,
perdarahan uterus keluar tanpa disertai rasa nyeri. Perdarahan pertama
biasanya sedikit kemudian berhenti sendiri, namun perdarahan berulng tanpa
sebab yang jelas akan timbul kembali. Pada plasenta letak rendah, perdarahan
baru terjadi pada saat mulai persalinan, bisa sedikit sampai banyak mirip
dengan solusio plasenta. Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim sehingga dapat
menybabkan perdarahan berlangsung hingga pasca persalinan. Perdarahan
bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih
mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada
retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta (Prawirohardjo, 2010).
F. Gejala dan Dampak Ibu dan Janin
Gejala dan dampak yang dapat terjadi pada ibu dan janin dengan kasus
plasenta previa adalah sebagai berikut:
1. Gejala
Gejala-gejala plasenta previa ialah perdarahan tanpa nyeri, sering terjadi
pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim, bagian
terendah masih tinggi diatas pintu atas panggul (kelainan letak).
Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala. Biasa
perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda
dari abortus, perdarahan pada plasenta previa di sebabkan karena
pergerakan antara plasenta dengan dinding rahim.Biasanya kepala anak
sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim, kepala
tidak dapat mendekati pintu atas panggul, karena hal tersebut di atas, juga
ukuran panjang rahim berkurang maka plasenta previa lebih sering
terdapat kelainan letak(Rukiyah, 2010:205-206).
2. Dampak
a. Bahaya pada ibu dengan plasenta previa jika terjadi, yaitu
perdarahan yang hebat, Infeksi sepsis dan emboli udara
b. Sementara bahaya untuk janinnya antara lain yaitu Hipoksia,
Perdarahan dan syok (Maryunani, 2013:138).
G. Faktor Risiko
Faktor risiko plasenta previa menurut Mochtar dalam Norma (2013)
adalah:
1. Usia ibu > 35 tahun
2. Paritas banyak
3. Endometrium cacat oleh karena bekas cesar atau bekas kuretase
4. Jarak persalinan yang dekat yaitu kurang dari 2 tahun
5. Mioma uteri
6. Polip endometrium
7. Kehamilan kembar
8. Ibu yang merokok
9. Riwayat plasenta previa sebelumnya
10. Adanya luka jaringan parut sehingga dapat menyebabkan hipoplasia
endometrium sedangkan faktor lainnya adalah reaksi korpus luteum
melambat.
C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SLKI)
1. Nyeri Akut b/d Tingkat nyeri ekspetasi Manajemen nyeri (I.08238).
Agen Pencedera menurun (L. 08066). Tindakan
Fisik akibat Setelah dilakukan Observasi :
prosedur operasi tindakan keperawatan selama Identifikasi,lokasi,karakteristik,durasi,
suction cesare 1 x 24 jam diharapkan frekuensi,kualias dan intensitas nyeri
(D.0077) gangguan rasa nyeri identifikasi skala nyeri
berkurang
Kriteria Hasil : identifikasi respon nyeri non verbal
Cunningham, F., Leveno, K.., Bloom, S., Hauth, J., Rouse, D., Spong, C. (2010).
Williams Obstetrics,(23rd ed.). San Francisco: The Mc Graw-Hill Companies