Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Amelia Maharani
Nim. 22149011091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2023
I. KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
peradangan pada lambung, usus kecil maupun usus besar yang akan
mengakibatkan terganggunya sistem pencernaan yang biasanya
memunculkan gejala diare dengan disertai mual ataupun muntah
sehingga terjadi penurunan kemampuan dalam mengabsorbsi nutrisi
(Lemone, Burke & Bauldoff, 2015).
Gastroenteritis akut (GEA) atau diare adalah buang air besar
(defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya ( Nurarif
Amin Huda, Kusuma Hardhi, 2015).
Gastroenteritis akut atau GEA adalah diare yang gejalanya tiba-
tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis juga
merupakan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer dan cair.
B. KLASIFIKASI
Gastroenteritis diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Gastroenteritis Akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan
dan perubahan tiba- tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan
oleh agen infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai
Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) atau Infeksi Saluran Kemih
(ISK), terapi antibiotic atau pemberian obat pencahar (laksatif).
Gastroenteritis akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit
kurang dari 14 hari)
2. Gastroenteritis kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya
frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya
(durasi) sakit lebih dari 14 hari. Seringkali gastroenteritis kronis
terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi,
penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,
intoleransi laktosa, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan
gastroenteritis akut yang tidak memadai.
3. Gastroenteritis Intraktabel Merupakan sindrom yang terjadi pada
bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih
lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme pathogen
sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel
terhadap terapi. Gastroenteritis kronis nonspesifik yang dikenal
juga dengan istilah kolon iritabel pada anak, merupakan penyebab
gastroenteritis kronis yang sering dijumpai pada anak - anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Anak - anak ini memperlihatkan feses
yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak
tercerna, dan lamanya melebihi 2 minggu
C. ETIOLOGI
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan meliputi
infeksi internal sebagai berikut
1) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, tersinia, dsb
2) Infeksi virus : enterovirus ( virus ECHO, poliomyelitis ),
adenovirus, rotavirus, dll.
3) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, oxyuris ),
jamur ( candida albicans )
b. Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan
makanan, seperti otitis media akut, tonsilitis tonsilofasingitis,
bronkopneumonia, dsb.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat meliputi disakarida dan
monosakarida
b. Ma labsorbs i lemak
c. Ma labsorbsi protein
3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Kram perut
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
3. Demam
4. Mual
5. Muntah
6. Kembung
7. Anoreksia
8. Lemah
9. Pucat
10. Urin output menurun (oliguria, anuria)
11. Turgor kulit menurun sampai jelek
12. Ubun-ubun / fontanela cekung
13. Kelopak mata cekung
14. Membran mukosa kering
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Nurarif (2015) secara umum gastroenteritis disebabkan oleh
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil 17 17
melewati rintangan asam lambung. Organisme masuk pada mukosa epitel,
berkembang biak pada usus dan menempel pada mukosa usus serta
melepaskan enterotoksin yang dapat menstimulasi cairan dan elektrolit
keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan destruksi pada mukosa
sel dari vili usus halus yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas
absorbsi cairan dan elektrolit. Interaksi antara toksin dan epitel, usus
menstimulasi enzim Adenilsiklase dalam membrane sel dan mengubah cyclic
AMP yang menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit, sehingga
timbul diare.
Diare yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan
integritas kulit pada daerah perianal. Selain itu juga, Sekresi air dan elektrolit
secara berlebihan ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dan asidosis metabolik sehingga dapat menimbulkan kekurangan
volume cairan dalam tubuh serta gangguan pertukaran gas akibat dari
asidosis metabolik.
Kekurangan volume cairan secara terus menerus dapat menimbulkan
syok hipovolemi. Selain itu juga, proses invasi dan pengerusakan mukosa
usus, organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium) sehingga
menyebabkan peradangan (timbul mual muntah) dan kerusakan pada mukosa
usus. Hal ini menyebabkan penurunan nafsu makan, serta gangguan pada
psikologi klien yang dapat menyebabkan ansietas. Penurunan nafsu makan
dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. :
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme
penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan
jumlah sel darah putih.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.

G. KOMPLIKASI
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus Paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang
H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pemberian cairan
1) Cairan per oral : pada pasien dengan dehidrasi ringan dan Na,
HCO, K dan glukosa kurang. Untuk diare akut di atas umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan atau sedang kadar natrium 50-60
meg/l dapat di buat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam.
2) Cairan parenteral :
a) Untuk dehidrasi ringan pada 1 jam pertama diberikan 25-
50 ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan
pemberian cairan parenteral 125 ml/kgBB
b) Untuk dehidrasi sedang pada 1 jam pertama diberikan 50-
100 ml/kgBB/hari. Kemudian dilanjutkan dengan
pemberian cairan parenteral 125 ml/kg BB
c) Untuk dehidrasi berat
- Anak usia 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
, 1 jam pertama diberikan 40ml/kgBB/jam atau10
tetes/kg BB/menit, 7 jam berikutnya diberikan 12
ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kg BB/menit , 16 jam
berikutnya diberikan 125 ml/kgBB oralit per oral bila
anak mau minum, teruskan dengan cairan intra vena 2
tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit
- Anak usia lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-
15 kg , 1 jam pertama diberikan 30 ml/kgBB/jam atau
8 tetes/kg BB/menit atau 10 tetes/kgBB/menit , 7 jam
kemudian diberikan 127 ml/kg BB oralit per oral, bila
anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan cairan
intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kg
BB/menit,
- Anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg 1 jam
pertama diberikan 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes
/kgBB/menit, 16 jam berikutnya diberikan 105 ml/kg
BB oralit per oral
3) Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus
pada pasien dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta
menjaga kesehatan pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu dengan memberikan ASI, bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin serta
makanan harus bersih.
4) Obat-obatan
- Obat anti spasmolitik
- Obat antibiotic
2. Keperawatan
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan penderita.
b. Jas panjangbilaada kemungkinan pencernaran dan sarung tangan
bila menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan
entero patogen dan cara mengurangi penularan
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari
kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan
keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien DBD pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluh an utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan
cair (GE tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi
ringan/sedang), atau Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE
berlangsung < 14 hari maka GE tersebut adalah GE akut, sementara
apabila langsung selama 14 hari atau lebih adalah GE persisten.
b. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien
seperti suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menurun atau
tidak ada, dan kemungkinan timbul GE. Tinja makin cair, mungkin
disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi
kehijauan karena bercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya
timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin
asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE. Apabila
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi,
Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi.
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumya misalnya
gastroenteritis akut riwayat penggunaan obat obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
gastroenteritis
4. Pengkajian Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0023)

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan,


ketidakmampuanmengabsorbsi nutrien (D0019)

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu


tubuh diatasnilai normal (D.0130)

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penekanan intra

abdoment) (D.0077)

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

6. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan


ketidakseimbangan cairan(D.0037)
C. INTERVENSI

No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Observasi.-,
Setelah • . dilakukan
1. identifikasi penyebab
Hipertermia berhubungan dengan intervensi keperawatan
hipertermia
proses penyakit ditandai dengan suhu diharapkan termogulasi
2. monitor suhu tubuh
tubuh diatas nilai normal. Ditandai membaik dengan kriteria hasil :
dengan : - menggigil membaik 3. monitor warna dan suhu kulit

- kejang menurun
 suhu tubuh diatas nilai normal Teraupetik
- takikardi membaik
 kejang 4. longgarkan atau lepaslan pakaian
- takipnea membaik
 takikardi 5. berikan cairan oral
 takipnea - suhu tubuh membaik
6. lakukan kompres dingin
 kulit terasa hangat - suhu kulit membaik
7. sesuaikan suhu lingkungan dengan
- tekana kebutuhan pasien
n darah membaik
Edukasi
8. anjurkan tirah baring

Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan elektrolit
10. Kolaborasikan pemberian antipiretik
2. D.0019 Setelah dilakukan Observasi
Defisit nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
penurunan intake makanan, diharapkan status nutrisi pasien 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Ketidakmampuan membaik dengan kriteria hasil : makanan
mengabsorbsi nutrient. - Porsi makanan yang 3. identifikasi makanan yang disukai
Dibuktikan dengan : dihabiskan meningkat
4. Identifikasi keburuhan kalori dan
 Berat badan menurun minimal - Diare menurun
nutrisi
10% dibawah rentang ideal
- Frekuens 5. Monitor asupan makanan
Kriteria
i makan membaik
 Cepat kenyang setelah makan 6. Monitor berat badan
- Nafsu makan membaik
 Kram/nyeri abdomen
Bising usus membaik Terapeutik
 Nafsu makan menurun
7. Berikan makanan secara menarik dan
 Bising usus hiperaktif
suhu yang sesuai
 Otot pengunyah lemah
8. Berikan makanan tinggi kalori dan
 Otot menelan lemah
protein
Edukasi
9. Anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi
untuk menetukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan jika perlu.
9. Kolaborasi pemberian obat antimetik
i’ika perlu
3. Hipovolemi b.d kehilangan cairan Setelah dilakukan Obsevasi
aktif. Intervensi keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala
Dibuktikan dengan : diharapkan status cairan pasien hypovolemia (missal
 Frekuensi nadi meningkat membaik dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
 Nadi teraba lemah - Turgor kulit membaik lemah, tekanan darah menurun, tekanan
 Tekanan darah menurun - Frekuensi nadi membaik nadi menyempit, turgor kulit menurun,
 Tekanan nadi menyempit - Tekanan darah membaik membrane mukosa kering,volume urin
 Turgor kulit menurun menurun,haus, lemah).
- Membrane mukosa
2. Monitor intake dan output cairan
 Membran mukosa
- Output urine meningkat Terapeutik

 V olume urin menurun 3. Hitung kebutuhan cairan


 Hematokrit meningkat 4. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
5. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
6. Anjurkan menghidari posisi
mendadak

Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian cairan


isotonis (Nacl.RL)

8. Kolaborasi pemberian infus cairan


kristaloid 20 ml/kg bb untuk anak

4. D.0037 Setelah dilakukan Observasi


Risiko ketidakseimbangan elektrolit intervensi keperawatan
berhubungan dengan diharapkan ketidakseimbangan 1. Monitor status hidrasi
ketidakseimbangan cairan. cairan elektrolit 2. Monitor BB harian
meningkat dengan
kriteria hasil : Terapeutik
- Asupan cairan Meningkat
3. Catat intake dan hitung
belance cairan

4. Berikan asupan cairan sesuai


kebutuhan
5. Pasang j alur IV, j ika perlu

Edukasi

6. Anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral


7. Kolaborasi pemberian

diuretic
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea,
A. D.,Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar
Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni
2021, jam 15.00)

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai