DISUSUN OLEH:
JP020.02.013
CI INSTITUSI
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
2. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2015), faktor penyebab gastroeneteritis akut pada
bayi/anak yaitu:
a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
3. Klasifikasi
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu
(pada orang dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas
waktu 2 minggu.
4. Patofisiologi
Patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya motilitas dan
cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium,
potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja,
sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi
asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit
dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
5. Manifestasi Klinik
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
i. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
6. Penatalaksanaan
a. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
a) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:
(1) Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus
set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus
1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt
(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
(3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1
ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
6 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
(4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% +
1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
(5) Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1
(4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2) Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh
Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
b. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan
rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses
penyakit. Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan
penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
7. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
8. Prognosa
Penyebab gastroenteritis akut mendadak tersering adalah virus, maka
tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan
sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Diare akut dapat
disembuhkan dengan pemberian makanan seperti biasa dan minuman/cairan
yang cukup saja. Mencoba untuk menyembuhkan diare dengan obat seperti
menyumbat saluran pipa yang akan keluar menyebabkan aliran balik dan akan
memperbanyak salauran tersebut.
9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biarkan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemek
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter. Jejuni
sangat dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyabab secara
kualitatif dan kuantitatif tentang pada diare kronik
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA)
& elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopik dan mikroskopik
b. pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa
c. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
(culture dan sensitivity test)
9. Pemeriksaan analisis gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faat ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calcium
dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda
hipoglikemia
1. LAMBUNG
Lambung (gaster)
Bagian dalam dari dinding lambung menghasilkan lendir atau musin.
Bagian fundus menghasilkan getah lambung, Dinding lambung dapat
menghasilkan hormon gastrin dan mengandung kelenjar getah lambung.
Hormon gastrin berguna untuk merangsang sekresi getah lambung.
Fungsi Lambung :
a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh
peristaltic lambung dan getah lambung.
b. Getah cerna lambung yang dihasilkan adalah :
2. Pepsin, fungsinya enzim yang memecahkan protein.
3. Asam garam (HCl), fungsinya menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
4. Lendir : melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung
5. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dan karsinogen (karsinogen dan protein susu)
2. USUS HALUS
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar
pencernaan dan penyerapan. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Getah usus halus bersifat basa, dan
mengandung enzim :
a. Sakarase : memecah sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa
b. Maltase : memecah maltosa menjadi dua glukosa
c. Laktase : memecah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa
d. Erepsinogen yang belum aktif : diaktifkan oleh
enterokinase menjadi erepsin yang memecah pepton
menjadi asam amino
Usus halus terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Duodenum (20 cm/8 inci)
Disebut juga usus dua belas jari. Bagian pertama usus halus yang
terbentuk sepatu kuda. Bermuara dua saluran : saluran getah
pancreas dan saluran empedu. Memeliki Fungsi : mencerna secara
kimiawi.
2) Jejenum (2,5 m / 8 kaki)
Disebut juga usus kosong manusia dewasa, panjang : 2-8 meter, 1-
2 m mrp bagian usus. Terjadi pencernaan secara kimiawi
menghasilkan enzim pencernaan
3) Ileum (3,6 m/12 kaki). Ileum disebut juga usus penyerapan
menempati 3/5 akhir. - Penyerapan sari-sari makanan.
3. USUS BESAR
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktul maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. (PPNI SDKI,
2018).
a. Diare berhubungan dengan malabsorbsi dibuktikan dengan data
subjektif objektif
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan
dengan data subjektif objektif
c. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
perubahan status nutrsi dibuktikan dengan data subjektif objektif
d. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolism dibuktikan dengan data subjektik objektif
e. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
data subjektif objektif
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan peniliaian klinik untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (PPNI SIKI, 2018).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Edukasi
14. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
DS : -
Respirasi DO : -
DS :
Sirkulasi DO :
Aktivitas Dan DS :
Istirahat
DO:
DS:
Neurosensori DO:
Reproduksi dan DS :
Seksualitas
DO:
Nyeri dan DS :
Kenyamanan
DO :
DS:
Psikologis
DS : -
Kebersihan diri DO : -
DS :
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
tubuh diatas nilai hasil : 2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui suhu
normal, kulit terasa 1. menggil menurun 3. Monitor kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Jam 09.00
Jam 11.30
4. Memberikan cairan oral
Respon: Keluarga pasien mengatakan
suhu tubuh pasien berkurang
Jam 12.10
5. Anjurkan tirah baring
Respon: Keluarga pasien mengatakan
keringat pasien berkurang
Jam 12.04
Jam 12.10
P : Lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Monitor suhu tubuh
2. Monitor kadar elektrolit
3. Sediakan lingkungan yang
dingin
4. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
5. Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
6. Berikan cairan oral
P: Lanjutkan Intervensi
Kolaborasi Kolaborasi
Jam 14.10
Jam 14. 25
Jam 15.30
4. Membasashi dan kipasi permukaan
tubuh
Respon: Pasien merasa nyaman
Jam 17.10
5. Memberikan cairan oral
Respon: Keluarga pasien mengatakan
suhu tubuh pasien berkurang eluarga
pasien mengatakan keringat pasien
berkurang
Jam 16.16
Jam 16.16
P : Hentikan Intervensi
P: Hentikan Intervensi
P: Lanjutkan Intervensi