Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
KEPERAWATAN KELUARGA
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayahnya,makalah ini dapat rerselaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini
adalah tugas individu dalam mata kuliah Keperawatan Keluarga. Tidak lupa saya
ucapkan terima kasih pada pihak yang telah membantu kelancaran tugas ini,
terutama dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga yang telah memberi banyak
pengarahan serta ilmu kepada kami para mahasiswa.
Semoga makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi pembaca. Saya juga
mengharapkan kritik dan saran, supaya tugas selanjutnya dapat menjadi lebih baik
dari sebelumnya.
Penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. TUJUAN.........................................................................................................5
C. MANFAAT.....................................................................................................6
BAB II KONSEP TEORI........................................................................................7
A. Konsep Dasar Ibu Hamil.................................................................................7
B. KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI..............................17
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................20
a. Pengkajian.....................................................................................................20
b. Diagnosa Keperawatan..................................................................................24
c. Rencana Intervensi........................................................................................25
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................29
A. IDENTITAS KELUARGA...........................................................................29
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUAGA.......................................................30
C. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA...................32
D. LINGKUNGAN............................................................................................32
E. STRUKTUR KELUARGA...........................................................................33
F. FUNGSI KELUARGA.................................................................................34
G. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK........................................................35
H. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA..................................................37
I. HARAPAN KELUARGA.............................................................................37
J. ANALISA DATA.........................................................................................37
K. PRIORITAS MASALAH.............................................................................38
L. RENCANA KEPERAWATAN....................................................................41
M. IMPLEMENTASI & EVALUASI................................................................44
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................49
A. KESIMPULAN.............................................................................................49
B. SARAN.........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 2 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan (Saifudin, dkk. 2010. Penyebab abortus imminens
diantaranya adalah melakukan hubungan seksual pada saat hamil muda
(Bobak, Lowdermilk, Jense, 2012. Pola aktivitas ibu yang berat
(Prawirohardjo, 2010. Dampak abortus imminens diantaranya adalah
perdarahan dan infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada abortus setelah
ada pelepasan jaringan di dinding rahim sehingga menyebabkan
kematian janin dan diikuti perdarahan dari jalan lahir. Infeksi terjadi
pada abortus karena disebabkan oleh penolong selain petugas kesehatan
misalnya mbah dukun yang menggunakan alat yang tidak steril atau
dilakukan di tempat yang tidak memiliki standar medis minimal.
(Sujiatini, mufdlilah, hidayat asri, 2009 Beberapa langkah untuk
pencegahan abortus telah dilakukan pemerintah yaitu kebijakan
melakukan kunjungan minimal empat kali dan 10 Tahun selama
kehamilan. Penanganan yang di lakukan pada abortus imminens `adalah
dengan pemeriksaan USG dan bedrest total (Kemenkes, 2013.) Dalam
kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor
atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan
prinsip dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien
menghadapi pilihan yang telah dipilih (aborsi).
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara nyata tentang pelaksanaan
keperawatan dan melakukan asuhan keperawatan keluarga pada
klien ibu hamil dengan resiko tinggi.
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Konsep Dasar Ibu Hamil
2. Menjelaskan konsep dasar kehamilan dengaan Resiko Tinggi
3. Menjelaskan askep Teori keperawatan keluarga pada ibu hamil
5
4. Menjelaskan askep keperawatan keluarga pada ibu hamil dengan
resiko tinggi
C. MANFAAT
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Ibu Hamil
2. Untuk mengetahui konsep dasar kehamilan dengaan Resiko Tinggi
3. Untuk mengetahui askep Teori keperawatan keluarga pada ibu
hamil
4. Untuk mengetahui askep keperawatan keluarga pada ibu hamil
dengan resiko tinggi
6
BAB II
KONSEP TEORI
7
2) Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti
leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
8
3) Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan
pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a) Payudara membesar, tegang dan sakit
b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola
mamae sekunder
d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar
dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak
cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi
tempat berkembang biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu
sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat
encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung
lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
4) Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5
bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang
dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi
pada linea alba serta linea nigra.
5) Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah
yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan (tanda Chadwick).
6) Perubahan padaTungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus
yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
9
7) Perubahan Sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
10
suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen
selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu
ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.
Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil
atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki
seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa
ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman,
1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan
ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita
kemungkinan akan mengingat kembali saat–saat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang
memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.
3) Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda–beda ini dipengaruhi oleh
faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks
selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada
wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan
rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk
menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan
seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk.
Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan
kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya
untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan
somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa
tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
11
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain
dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual
mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan
yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan
cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku
pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka
alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan
dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar
pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan
perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson,
Lowdermilk, 1993).
d. Tugas Perkembangan
1) Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita
tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan
wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
12
a) Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang
kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik
diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa
wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan
saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi
medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan
budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa
alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi
yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi
tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak
alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka
hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran
seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima
kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita
mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu
dilahirkan.
b) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering
memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan
bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan
cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk
bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum
keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada
perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
13
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang
lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan
suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya
karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama
seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti
masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga
dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal
yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan
tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang
dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif.
Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan
kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan
kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik
untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan
untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan.
Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan
perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa
tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak
nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu
dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan
kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2) Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan
seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang
anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran
feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita
14
karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen.
Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi,
dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak-anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi
orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua
(Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain
tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri
mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan
kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak
harus diselesaikan.
3) Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu
(Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya
adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka
miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang
tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba
untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada
kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka
bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk
perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan
mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini.
Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji
perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita
lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai
sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu
proses perkembangan(Rubin, 1975)
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk
15
orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan,
teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk
memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg,
1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran
yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4) Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil
akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit
komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa
nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama
yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan
pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai.
Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975)
menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi
sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru
tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk
selama–lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan
suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan
bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat
peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing
pasangan.
5) Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan
timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan
rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah
tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
16
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan,
apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan
yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.
18
Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal,
dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran dan
melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35 tahunan juga
memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat proses melahirkan.
Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan, namun pada wanita dengan usia
35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu 7 dari 1000 kehamilan.
Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun keatas aalah
terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah yang meningkat
secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin mengandung protein, terjadi
pembengkakan pada pergelangn kaki, tangan dan wajah. Bila terdiagnosis pre-
eklamsia harus diperiksa juga fungsi organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal,
jantung, paru, mata, otak dan sistem syaraf.
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 : 3).
Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan
adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995 :
96).
19
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti
meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron,
menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon
danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause.
Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko tinggi adalah
sebagai berikut :
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
c) Keguguran (abortus).
d) Persalinan tidak lancar / macet.
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f) Janin mati dalam kandungan.
g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.
3. Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin
sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan cara :
a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna
20
BAB 3
21
i. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau keluhan yang
dirasakan selama hamil, hamil keberapa, usia kehamilan sekarang, tanggal
perkiraan melahirkan, kebutuhan selama kehamilan, persiapan persalinan dan
persiapan awal menjadi ibu, harapan yang diinginkan tentang cara kelahiran, jenis
kelamin bayi, status nutrisi, pola berkemih.
ii. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan pengalaman
persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus) janin, dan riwayat medis
yang meliputi: riwayat pembedahan, penggunaan obat, penyakit yang menyertai,
riwayat menstruasi.
iii. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan, pendidikan,
status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status sosial ekonomi, persepsi
tentang kehamilan saat ini (apakah kehamilan ini diinginkan, direncanakan,
apakah wanita dan pasangan senang, apakah wanita menerima kehamilan),
masalah yang timbul akibat kehamilan (finansial, karier/pekerjaan, tempat
tinggal), perubahan pola seksual.
iv. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu hamil dengan
suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan dengan keluarga suami, riwayat
cacat dan kelainan genetik Riwayat keluarga memberi informasi tentang keluarga
pasien, orang tua, saudara kandung, anak, Hal ini membantu mengidentifikasi
gangguan genetik, familial dan kondisi yang dapat mempengaruhi status
kesehatan wanita atau janin.
v. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan ginekologi,
payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar, pemeriksaan dalam,
palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut keluhan utama dan riwayat
kesehatan atau penyakit yang pernah diderita pasien.
vi. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:
pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa,), tekanan darah, tinggi
badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH), USG, VDRL, hepatitis,
EKG, titer rubela, toxo, pap smear.
vii. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi, jantung, diabetes,
cacat bawaan.
22
Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan adalah
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah yang meliputi
pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan normal dan penyimpangan
dari normal,
2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan
23
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah :
1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber sumber yang dimiliki
2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi
4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
5) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat adalah :
1) Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat
digunakan untuk perawatan wanita hamil
2) Sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan
3) Sejauh mana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik dengan petugas
kesehatan
5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data yang didapat selama pengkajian.
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
i. Ansietas yang berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap diri sendiri dan janin,
Krisis situasional/maturasional, Perubahan fisik selama hamil, Rasa tidak nyaman
selama krhamilan, Ancaman terhadap konsep diri, Stres, Perubahan status peran,
status kesehatan, pola peran, keadaan ekonomi
ii. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan respon keluarga terhadap
diagnosa kehamilan
iii. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap
penatalaksanaan kesehatan dan kehamilan
iv. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Morning
sicknes atau Emesis gravidarum.
24
v. Perubahan pola seksual yang berhubungan dengan Rasa kurang nyaman pada
kehamilan, Rasa takut bahwa senggama akan mencederai janin.
vi. Konflik peran orang tua berhubungan dengan Ketidaktahuan peran yang harus
dijalankan, Perubahan status peran, perkawinan
vii. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Persepsi negatif terhadap kehamilan,
Psikososial, Perubahan fisik selama kehamilan.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari
5 tugas perawatan kesehatan keluarga.
c. Rencana Intervensi
Tujuan utama intervensi yang akan dilakukan pada asuhan keperawatan yang
diberikan pada masa kehamilan adalah :
i. Wanita akan menunjukan pengetahuan yang benar tentang adaptasi yang dialami
tubuh seorang ibu hamil terhadap perkembangan janin sebagai dasar untuk
memahami rasional dan pentingnya perawatan, koping yang digunakan dan
menjalankan perannya.
ii. Wanita akan menggunakan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi, kebutuhan
seksual, aktivitas sehari hari, rasa tidak nyaman akibat kehamilan, dan perawatan
diri.
iii. Wanita akan mengenali gejala gejala yang menunjukan deviasi/penyimpangan
dari kehamilan normal dan melaporkan hal hal tersebutuntuk dapat segera diatasi.
iv. Wanita dan keluarganya akan berpartisipasi secara aktifdalam perawatannya
selama kehamilan.
26
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KELUARGA
1. Kepala Keluarga
a. Nama : Tn. B
b. Umur : 34 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Kebon Jeruk LK. II RT 6 Pinang Jaya
2. Komposisi Keluarga
Hubungan Dgn
No. Nama Umur L/P Agama Pendidikan Pekerjaan
KK
3. Genogram
Keterangan :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Perempuan
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah
27
4. Tipe Keluarga
Keluarga inti
6. Identifikasi Budaya
Bapak “B” mengatakan keluarganya adalah asli suku Jawa yang berkebangsaan
Indonesia serta tidak ada kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.
7. Identifikasi Agama
Tn. Bmengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan keyakinan semua
beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu, Tn. B mengatakan
agama sangat penting karena agama merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat
nantinya.
8. Rekreasi Keluarga
Keluarga berekreasi dengan menonton TV sambil bercengkerama, kalau ada waktu
luang biasanya pergi berkebun.
28
2. Pemeriksaan Fisik
29
C. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. B berada pada tahap perkembangan keluarga dengan ibu hamil, ini
ditandai oleh istri Tn. B yang sedang Hamil 7 bulan.
D. LINGKUNGAN
1. Karateristik Rumah
Luas rumah 100 m2 , tipe rumah semi permanen, dimana terdapat 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi dan mempunyai 1 kamar tidur
untuk anak. Dimana ventilasi dari tiap ruangan dimanfaatkan setiap hari dengan ada
jendela setiap ruangan, kecuali ruangan tamu mempunyai 2 jendela, sehingga cahaya
dapat masuk ke ruangan pada siang hari. Penerangan rumah dengan menggunakan
lampu listrik, lantai rumah menggunakan plesteran, sedangkan lantai dapur memakai
plesteran. Kondisi rumah secara keseruhan cukup bersih, status rumah masih milik
orang tua (menumpang), mempunyai kamar mandi dan WC. Tn. B mengatakan
mandi di kamar mandi. Sumber air minum keluarga adalah air sumur.
30
Denah rumah Tn. B adalah sebagai berikut :
Kandang KM
Keterangan :
RT : Ruang Tamu
KT RM RM : Ruang Makan
KT : Kamat Tidur
Dap
Halam
RK
KM : Kamar Mandi
RT
: sUmur
KT
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola dan proses komunikasi keluarga
Tn. B mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga menyelesaikan
31
masalah dengan membicarakan terlebih dahulu dengan angota keluarga dan
pengambilan keputusan oleh kepala keluarga yang sudah dimusyawarahkan
sebelumnya.
3. Struktur peran
Tn. B mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah, Ny Ysebagai
ibu rumah tangga dan juga ikut mencari nafkah serta sebagai anggota masyarakat.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
membutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Tn. B mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di keluarga dan yang
berlaku di masyarakat.
3. Fungsi Ekonomi
Tn. B mengatakan dari penghasilan setiap bulan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keluarga Tn.
B memiliki tabungan atau simpanan uang tapi kadang-kadang simpanan tersebut
bisa habis digunakan untuk keperluan mendadak seperti : apabila ada anggota
keluarga yang sakit jadi diperlukan biaya untuk membawanya ke pelayanan
kesehatan. Dimana Tn. B bekerja sebagai buruh dan jika ada waktu luang Tn. B
sering pergi ke kebun.
32
4. Fungsi perawatan Keluarga
a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga mengatakan setiap masalah kesehatan yang ada masih belum mampu
ditangani dengan segera dan apabila ada salah satu dari anggota keluarga yang
sakit keluarga memutuskan untuk membawa ke pelayanan kesehatan seperti
bidan atau puskesmas kalau tidak bisa ditangani dirumah.
c. Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan selama ini sudah cukup mampu merawat anggota
keluarga yang sakit dengan membuatkan jamu kalau ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit. Kalau tidak berhasil baru kemudian mengajak berobat
ke bidan atau puskesmas.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan
Keluarga mengatakan tahu akan kepentingan kesehatan lingkungan yang dapat
memenuhi kesehatan seperti menyediakan wc (jamban). Kondisi rumah
keluarga cukup bersih, membuang limbah rumah tangga di kebun belakang
rumahnya.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan jika salah satu dari anggota keluarga yang sakit selalu
dibawa ke fasilitas kesehatan, yang dapat dijangkau oleh keluarga seperti
bidan desa atau puskesmas.
5. Fungsi Reproduktif
Ny. R mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena saat ini Ny.
R dalam keadaan hamil. Setelah anaknya lahir, Ny. R berharap ingin ikut KB
tetapi belum tahu KB apa yang akan digunakan nantinya.
2) Palapasi abdomen:
a) Leopold I
TFU setinggi pusat usia janin 30 minggu (tujuh bulan), pada fundus
teraba keras, bulat dan lunak (bokong).
b) Leopold II
Punggung janin tcrletak di bagiart perut kanan dan bagian keci-kecil
(ekstremitas), teraba pada perut sebelah kiri
c) Leopold III
Teraba bulat, melenting dan keras (kepala) dan bagian terbawah masih
dapat digoyang-goyangkan.
d) Leopold IV
Kepala janin belum masuk PAP.
34
STRESSOR DAN KOPING KELUARGA
2. Stressor
a. Stressor Jangka Pendek
Tn. B mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menghadapi masalah yang
berkepanjangan, sehingga membuat keluarganya menjadi khawatir, bingung
dan cemas. Bila ada masalah keluarga, mereka selalu menyelesaikan secara
kekeluargaan.
b. Stressor Jangka Panjang
Saat ini keluarga Tn. B sedang memikirkan ekonomi keluarganya agar
dapat terus meningkat.
3. Koping
Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang
menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dengan bersama-sama dan selalu
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
H. HARAPAN KELUARGA
Keluarga mengatakan senang bila ada petugas kesehatan yang melakukan
kunjungan rumah, keluarga sangat berharap masalah yang berhubungan dengan
kesehatan yang dialami keluarga dapat teratasi dengan diberikannya informasi yang
dibutuhkan oleh keluarganya serta keluarga juga berharap agar Ny. R bisa melahirkan
dengan selamat.
35
I. ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan Etiologi
Ds : Perubahan Gaya hidup yang
- Ny. R mengatakan suaminya pemeliharaan kesehatan tidak sehat (merokok)
perokok
Do :
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Ny.M sudah memasuki trimester
ke-3
Do :
- Kamar mandi klien agak licin
- Halaman depan rumah licin
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Ny.M sudah memasuki trimester
ke-3
36
Ds : Ansietas pada Ibu M Kurangnya
- Ny. R mengatakan belum keluarga bapak B pengetahuan keluarga
mengikuti KB dan hanya tentang pengguanaan
melakukan pantan berkala kontra sepsi( KB )
Do :
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Jarak kelahiran lebih dari 2
tahun
- Anak pertama 7 tahun
- Ny.M sudah memasuki trimester
ke-3
J. PRIORITAS MASALAH
1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang
tidak sehat (merokok)
Kriteria Bobot Pembenaran
1.sifat masalah : resiko Skala Peningkatan gaya hidup
1) Potensial 1 sehat dengan tidak merokok
Resiko 2
Aktual 3 2/3X 1 = 2/3
37
4.tensi masalah untuk di cegah : segera Keluarga merasa bahwa hal
ditangani tersebut bukan masalah
4) Skala serius yang tidak perlu
Segera ditangani 2 2/2 X 1 = 1 penanganan cepat
Tdk perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
38
Kriteria Bobot Pembenaran
1.sifat masalah : potensial Peningkatan
Skala Pengetahuan tentang
1) Potensial 1 kontrasepsi
1/3X 1 =
Resiko 2
1/3
Aktual 3
39
K. RENCANA KEPERAWATAN
No. Evaluasi
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar Intervensi
Dx.
1 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Tingkatkan pemahaman
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : menyebutkan kembali keluarga tentang perilaku atau
keluarga akan dapat 1. Menguraikan tentang gaya pengertian dengan kebiasaan yang tidak sehat :
meningkatkan hidup yang tidak sehat singkat
pemeliharaan setelah diberikan 2. Berikan informasi tentang
kesehatan dengan penjelasan resiko-resiko yang akan timbul
merubah gaya hidup 2. Keluarga menyebutkan dari kebiasaan yang tidak sehat
yang tidak sehat 2. Menyebutkan tentang dampak dari gaya hidup a. resiko terhadap yang
dengan dampak dari gaya hidup yang tidak sehat bersangkutan
mengoptimalkan yang tidak sehat setelah b. Resiko terhadap orang lain
sumber-sumber diberikan penjelasan c. Keuntungan merubah
daya yang dimiliki perilaku tidak sehat
3. mengidentifikasi sumber-
sumber yang dapat 3. Keluarga menyebutkan 3. Diskusikan bersama keluarga
dimanfaatkan untuk sumber-sumber dalam strategi-strategi yang dapat
perubahan pemeliharaan keluarga yang dapat digunakan untuk merubah
kesehatan setelah dimanfaatkan untuk kebiasaan yang tidak sehat
diberikan penjelasan perubahan pemeliharaan
kesehatan 4. Berikan dukungan dan
4. menyatakan kesanggupan dorongan pada keluarga untuk
untuk merubah mencapai keberhasilan
pemeliharaan kesehatan
setelah diberikan 4. Keuarga menyatakan 5. bantu klien untuk
penjelasan sanggup untuk merubah mengupayakan lingkungan
pemeliharaan kesehatan yang dapat mendukung
(kebiasaan merokok) perubahan kebiasaan yang
tidak sehat
40
6. Berikan penyuluhan kesehatan
7. Bantu keluarga
mengidentifikasi sumber-
sumber dalam keluarga yang
dapat dimanfaatkan untuk
perubahan pemeliharaan
kesehatan
2 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Bantu keluarga untuk mampu
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : menyebutkan kembali merasakan “kerentanan”
keluarga akan dapat 1. Menyebutkan resiko dan dengan benar resiko dari terhadap bahaya lingkungan
melakukan bahaya lingkungan yang bahaya lingkungan
pencegahan ada setelah diberikan 2. Anjurkan keluarga untuk
terhadap akibat yang penjelasan 2. Keluarga meningkatkan tanggung jawab
akan timbul dari dapat menyebutkan diri keluarga dalam
bahaya lingkungan 2. Menjelaskan pencegahan - kembali dengan benar mencegahan stressor dan
yang ada –encegahan yang dapat pe meningkatkan kesehatan dan
dilakukan setelah ncegahan akibat keselamatan lingkungan
diberikan penjelasan bahaya lingkungan
3. Beri penjelasan tentang cara
3. Keluarga bersedia untuk mencegah resiko :
menjaga lingkungan - Memberikan penjelasan
dalam keluarga yang tentang bahaya merokok
kondusif terhadap BUMIL dan janin
- Menganjurkan suami dan
ayah untuk tidak merokok
disekitar istri yang sedang
hamil
- Menganjurkan keluarga
untuk menyediakan tempat
untuk pembuangan abu
41
rokok
3 Setelah dilakukan Setelah dilakukan kunjungan Verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji tingkat kecemasan
penyuluhan, selama 5 x, keluarga dapat : Pengetahuan menjelaskan kembali
keluarga akan dapat 1. Menjelaskan program KB program KB yang akan 2. Anjurkan Keluarga
mencegah terjadinya yang akan diikuti diikuti mengikuti program KB
ansietas pada saat
kehamilan 2. Menjelaskan tentang 2. Keluarga dapat 3. berikan penyuluhan
kehamilan menyebutkan kembali tentang ibu hamil
tentang penjelasan
3. menjelaskan asupan gizi kehamilan 4. memberikan asupan gizi
saat hamil ibu hamil
3. keluarga dapat
4. mengurangi ansietas pada menjelaskan kembali 5. mengurangi ansietas
saat hamil asupan nutrisi saat pada ibu hamil
hamil
5. mmenjelaskan cara
breastcare pada saat 4. keluarga dapat 6. merikan penyuluhan
pasca melahirkan mengatasi ansietas tentang breastcare pada
yang terjadi saat pasca melahirkan
5. keluarga dapat
mendemonstrasikan
kembali cara
breastcare yang benar
42
L. IMPLEMENTASI & EVALUASI
No.
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx.
1 Sabtu/25 Mei 2013 1. Meningkatkan pemahaman keluarga Minggu/26 Mei 2013
tentang perilaku atau kebiasaan yang S:
tidak sehat. - Ny. R mengatakan mengerti
tentang perilaku hidup sehat
2. Memberikan informasi tentang resiko- - Ny. R mengatakan tidak akan
resiko yang akan timbul dari kebiasaan melakukan kebiasaan yang tidak
yang tidak sehat sehat
a. Resiko terhadap yang bersangkutan
b. Resiko terhadap orang lain O:
c. Keuntungan merubah perilaku tidak - Rumah Ny. R bebas asap rokok
Sehat - Suami Ny. R merokok di luar
rumah
3. Mendiskusikan bersama keluarga
strategi-strategi yang dapat digunakan A :
untuk merubah kebiasaan yang tidak - Keluarga masih melakukan
Sehat kebiasaan tidak sehat ( suami Ny.
R masih merokok)
43
4. Memberikan dukungan dan dorongan P:
pada keluarga untuk mencapai - Diskusikan tentang pemahaman
keberhasilan keluarga tentang perilaku atau
kebiasaan yang tidak sehat.
5. Membantu klien untuk mengupayakan
lingkungan yang dapat mendukung
perubahan kebiasaan yang tidak sehat
44
keluarga dalam mencegahan stressor O:
dan meningkatkan kesehatan dan - Lantai kamar mandi
keselamatan lingkungan keluarha Tn.B sudah tidak
licin lagi
3. Memberikan penjelasan tentang cara - Halaman rumah Tn. B tidak licin
mencegah resiko : lagi
a. Memberikan penjelasan tentang bahaya
merokok terhadap BUMIL dan janin A:
b. Menganjurkan suami dan ayah untuk - Keluarga Tn. B dapat menjaga
tidak merokok disekitar istri yang sedang kebersihan lingkungn dan
hamil menjauhi resiko cedera.
45
3. Memberikan penyuluhan tentang ibu penkes
hamil - Ny.R mengatakan mengerti
dengan apa yang telah
4. Memberikan asupan gizi ibu hamil disampaikan dalam penkes (Gizi
Bumil, Breast care )
- Keluarga Tn. B mengatakan
5. Mengurangi ansietas pada ibu hamil
akan mengikuti program KB
A:
- Keluarga Tn. B sudah tidak
cemas dan mengerti
persiapan pasca persalinan
46
47
BAB 5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan. Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan
terbagi atas trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester
III (28 – 42 minggu).
Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil dengan
usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang muncul pada
saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah pada janin.
Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami
masalah pada kandung kemih dibandingkan wanita hamil dengan usia yang
lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah resiko keguguran lebih besar, lebih
banyak yang melahirkan melalui operasi.
B. SARAN
Pembaca lebih diharapkan mencari sumber referensi lebih lagi tentang
askep keperawatan pada ibu hamil.perawat juga dapat mengedukasi para wanita
untuk selalu menjaga kehamilan nya. Sebagai perawat harus mengedukasikan
kepada masyarakat agar masalah dengan kehamilan resiko tinggi dapat
terselesaikan dan dapat dicegah sejak dini
48
DAFTAR PUSTAKA
49