Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH:
MEDAN
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Berkat dan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Keperawatan Kritis Pada
Sistem Ekskresi Manusia (Gagal Ginjal Kronis/GGK)”.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,dan dengan kerendahan hati
kami meminta saran dan kritik untuk perbaikan tugas-tugas atau makalah kami
selanjutnya.
Medan,September 2023
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting
dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring
darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit,
serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih.
Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang
sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90%
darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke
medulla.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan semua faal ginjal secara bertahap,
diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal atau penurunan faal
ginjal lebih atau sama dengan 3 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Sesuai
rekomendasi dari NKF-DOQI (2202).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksin uremik) sehingga ginjal tidak
dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak &
Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa gagal ginjal kronik adalah ginjal
sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten
dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak ada.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
3
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat,biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson,
1995: 812).
Pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi
saluran kemih dan ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai,
4
kecuali tuberculosis, abses multiple, nekrosis papilla renalis yang tidak
mendapatkan pengobatan adekuat.
Stadium I
Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita
dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal
menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan
pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah
ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap
yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah
rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
5
konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada
stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih
dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal
diantara 5 % – 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala
kekurangan darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita
biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena
kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula menyerang tubulus
ginjal,kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan
gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam
tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan menggal kecuali ia
mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
6
2.4 Gejala Klinik Gagal Ginjal Kronik
Pada gagal ginjal kronis, gejala-gejalanya berkembang secara perlahan.
Pada awalnya tidak ada gejala sama sekali, kelainan fungsi ginjal hanya dapat
diketahui dari pemeriksaan laboratorium.Pada gagal ginjal kronis ringan sampai
sedang, gejalanya ringan meskipun terdapat peningkatan urea dalam darah. Pada
stadium ini terdapat nokturia dan hipertensi. Sejalan dengan perkembangan
penyakit, maka lama kelamaan akan terjadi peningkatan kadar ureum darah
semakin tinggi.Pada stadium ini, penderita menunjukkan gejala-gejala: letih,
mudahlelah, sulitkonsentrasi,nafsumakanturun, mual muntah, cegukan, tungkai
lemah, parastesi, keramotot-otot, insomia, nokturai, oliguria,sesaknafas, sembab,
batuk, nyeri perikardial,malnutrisi, penurunan berat badan letih.
Pada stadium yang sudah sangat lanjut, penderita bisa menderita ulkus dan
perdarahan saluran pencernaan. Kulitnya berwarna kuning kecoklatan dan kadang
konsentrasi urea sangat tinggi sehingga terkristalisasi dari keringat dan
membentuk serbuk putih di kulit (bekuan uremik). Beberapa penderita merasakan
gatal di seluruh tubuh.
b. Mulut bau amonia disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur.
c. Cegukan (hiccup)
a. Sistem Integumen
7
-Kulit berwarna pucat akibat anemia. Gatal dengan ekskoriasi akibat toksin
uremik.
-Anemia
-Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
-Ensefalopati metabolic
-Miopati
d. Sistem Kardiovaskuler
-Hipertensi
-Akibat penimbunan cairan dan garam.
5. Meramalkan prognosis
9
sebagai panduan pengejaran diagnosis dengan memakai sarana penunjang
laboratorium dan pemeriksaan yang lebih spesifik.
2. Pemeriksaan Laboratorium
b. USG
c. Nefrotomogram
d. Pielografi retrograde
e. Pielografi antegrade
10
Protein hewani, hiperkolesterolemia, hipertensi sistemik, gangguan
elektrolit (hipokalsemia & hipokalemia) merupakan faktor-faktor yang
memperburuk faal ginjal. Kelainan hemodinamik intrarenal (hipertensi
intraglomerulus) seperti terdapat pada hipertensi essensial dan nefropati diabetik
merupakan faktor yang harus diantisipasi dan dikendalikan untuk mencegah
penyakit ginjal terminal. Intervensi terhadap perubahan- perubahan patogenesis
dan patofisiologi ini merupakan kunci keberhasilan upaya untuk mencegah/
mengurangi penurunan faal ginjal (LFG) yang berakhir dengan penyakit
Perubahan faal ginjal (LFG) bersifat individual untuk setiap pasien GGK,
lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai tahun.
11
kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerularkendalikan terapi ISKdiet
protein yang proporsionalkendalikan hiperfosfatemiaterapi hiperurikemia bila
asam urat serum > 10 mg% terapi keadaan asidosis metabolik kendalikan keadaan
hiperglikemia
Pasien kelompok GGK dengan LFG ≤ 5 ml per hari dan sindrom nefrotik
dapat diberikan diuretika untuk memperlancar diuresis, misal furosemide. Takaran
furosemide 40-80 mg per hari, dapat dinaikkan 40 mg per hari (interval 2 hari)
sampai jumlah takaran maksimal 3 gram per hari.
13
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 8 Juni 2021
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Pekerjaan : Supir
Agama : Islam
Nama : Ny. I
Umur : 42 Tahun
Pendidikan : SMP
14
Status Pernikahan : menikah
A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasa sesak nafas dan mual lebih selama 2 minggu
sebelum rumah sakit
P
asien pernah menderita batu ginjal pada tahun 2008 dan ginjal kiri diambil.
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 36,8 oC
4. Respirasi : 26 x/menit
C. Body Systems
15
1. Pernafasan (B1 : Breathing)
2. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 76 x/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/90 mmHg, Suhu 36,8
oC, perfusi hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak
ada
3. Persyarafan (B 3 : Brain)
Jumlah urine 800 cc/24 jam, warna urine kuning pekat,Genital Hygiene
cukup bersih.
6. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Bentuk kepala mesochepal, rambut hitam dan tidak mudah rontok,
kulit kepala bersih.
3. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, penglihatan tidak ada
gangguan
16
4. Telinga : Simetris, bentuk normal,tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
5. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung, tida
terpasang alat bantu nafas
9. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, dan tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid
11. Abdomen: Inspeksi : tampak tidak ada asites,supel. Palpasi :hepar tidak teraba,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa feces. Auskultasi: peristaltik normal,
bising usus hipoaktif 12 x/m. Perkusi : dullness
12. Genital : urin warna kuning jernih kurang lebih 800 cc/hr
13. Ekstremitas : kedua extremitas tidak ada odem, terpasang infuse RL 20 tpm di
tangan kanan , akral hangat, CRT 4 detik.
Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup.Klien tidak
alergi makanan tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan
yang diberikan dan minum air putih sekitar 2 – 3 liter perhari.
C. Pola Eliminasi
17
Klien buang air besar 1 X/hari.Klien buang air kecil sering,Jumlah urine
800 cc/24 jam, warna urine kuning pekat.
Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat
di Rumah Sakit.
Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.Klien
tampak terganggu dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami
disorientasi.
L. Personal Higiene
18
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari,dan cuci
rambut 1 X/minggu.
M. Ketergantungan
N. Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress
menghadapi penyakit yang diderita.
O. Aspek Sosial/Interaksi
P. Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama
dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5
waktu sehari dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan
oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat
setempat.
V. ANALISA DATA
19
1 S : pasien mengatakan Gangguan Hipervolemia
sesak dan bengkak dikedua mekanisme dibuktikan dengan
extremitas regulasi penurunan kadar
O: Hb dan Ht dan
- RR : 15x/menit urine output
- Pasien terlihat lemah sedikit
dan bengkak pada
kaki
- CRT < 2 detik.
- Klien tampak hanya
terbaring di tempat
tidur dan jarang
melakukan aktivitas
karena kakinya sakit
untuk bergerak
- TD : 150/70mmHG
- N : 69x/menit
- RR : 15x/menit
2 S : Pasien mengatakan Posisi tubuh Pola nafas tidak
sesak sampai sulit berbicara yang efektif
O: menghambat
- TD : 150/70mmHG ekspansi paru
- N : 69x/menit
- RR : 15x/menit
20
3 DS : penurunan perfusi perifer
- Pasien mengatakan konsentrasi tidak efektif
masih merasa hemoglobin.
lemas.
- Pasien mengatakan
kaki pasien masih
bengkak.
- Pasien mengatakan
post HD hari Rabu
DO :
- Edema pada
ekstremitas bawah.
- Pengisian kapiler >3
detik.
- Akral teraba dingin.
- Warna klit
ekstremitas bawah
pucat.
- Turgor kulit buruk.
- Warna kulit hitam.
- Hemoglobin (L) 8,9
g/dL
- Hematokrit (LL)
27%
- Ureum (H) 60,
59mg/dL
21
- Kreatinin (HH)
5,41mg/dL
2. Pola nafas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
22
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas 1. Mengetahui
. efektif b.d intervensi 2x8 jam (I.01012) tingkat pola
hiperventilasi masalah 1. Monitor pola nafas nafas pasien
keperawatan pola (frekuensi, kedalaman, 2. Membantu
nafas tidak efektif usaha nafas) kepatenan jalan
dapat teratasi 2. Pertahankan nafas pasien
kepatenan jalan nafas
dengan kriteria 3. Membantu
hasil : 3. Posisikan semi-
mengurangi
fowler/fowler
Pola nafas dipsnea pasien
(L.01004) 4. Berikan oksigenasi
4. Membantu
5. Kolaborasi
- Dipsnea kecukupan
pemasangan alat bantu
menurun oksigenasi
nafas (terpasang
- Penggunaan pasien
ventilator)
otot bantu 5. Melancarkan
6. Kolaborasi pemberian
nafas sedang kepatenan jalan
obat
- Frekuensi nafas pasien
nafas normal
23
perifer tua, hipertensi, tua, hipertensi,
menurun dan kadar dan
3.Turgor kulit kadar kolestrol
kolestrol tinggi).
membaik tinggi).
4. Akral - Memonitor panas, 3. Memonitor
membaik
nyeri, bengkak, panas, nyeri,
kemerahan pada bengkak,
2. Terapeutik ekstremitas
4. MemberiKan
- Pemberian
produk produk darah
darah 5. Menganjurkan
3. Edukasi melakukan
perawatan kulit
- Anjurkan melakukan
yang tepat (mis,
perawatan kulit
yang tepat (mis, melembabkan
melembabkan kulit yang kulit yang
kering pada
kering pada
kaki). kaki).
24
17.00 2 Memposisikan semi fowler S: Pasien meminta posisi bed
WIB dinaikan
O:
- Pasien terlihat nyaman
dan tertidur
17.15 2 Mempertahankan kepatenan S:
WIB jalan nafas memasang alat O:
bantu nafas - Pasien terpasang
oksigen 5l
18.30 1 Memonitor tanda dan gejala S: Pasien mengatakan BAK
WIB hipervolemia hanya sedikit, sesak, dan
bengkak dan merasa haus
O: pasien tampak pucat
19.35 1 Mengidentifikasi adanya S: Pasien mengatakan BAK
WIB hipervolemia hanya sedikit, sesak, dan
bengkak dan merasa haus
O:
- Adanya
ganggua
n mekanisme regulasi
- Penurunan kadar Hb
8.9 gr/dl
- Intake lebih banyak dari
pada output
19.40 1 Memberikan teknik S: pasien
nonfarmakologi untuk mengatakan bersedia
mengurangi rasa haus diberikan tindakan O:
pasien diukur
menggunakan
Pengkajian haus
VAS dengan hasil
25
sebelum 8 dan
sesudah
diberikan hasil 5
26
16x/menit
- Tidak ada suara
tambahan
12.10 1 Mengidentifikasi adanya S: pasien mengatakan karena
WIB hipervolemia gagal ginjal koronik
O:
- Adanya gangguan
mekanisme regulasi
- Intake lebih banyak dari
pada output
27
18-05- 2 S: pasien mengatakan sesak nafas
2021 O:
14.45 - KU lemah
WIB - Kesadaran composmentis GCS E4V5M6
- Irama nafas lambat
- RR : 16X/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Monitor frekuensi nafas
- Posisikan semi fowler/fowler
18-05- 3 S:
2021 - Pasien mengatakan kakinya masih bengkak.
14.45 - Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi
WIB O:
- TD : 147/89 mmHg
28
- Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
(mis, diabetes militus, perokok, orang tua,
hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi).
- Pemberian produk darah.
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis, melembabkan kulit yang kering
pada kaki).
29
BAB 4
KESIMPUAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Penyebab gagak ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok:
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang
berulang dan nefron yang memburuk Obstruksi saluran kemih, Destruksi
pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama
4.2 Saran
Jadi diet untuk penyakit Gagal Ginjal Kronis sebaiknya:
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat
Informasi
Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Balai Penerbitan Dep. IPP. FKUI. Jakarta
3. http://hanif.web.ugm.ac.id/gagal-ginjal-kronik.html
4. http://jiptunair/gdlsuharto-cox.html
5. Guyton and Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC. Jakarta
6. Kapantow, Nova. 2008. Bahan Ajar Ilmu Gizi Klinik. Bagian Ilmu Gizi
Fakultas Kedok-
7. Mubin, Halim. 2007. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan
Terapi Edisi2. EGC. Jakarta.
8. Lintong, Poppy M. 2005. Ginjal Dan Saluran Kencing Bagian Bawah. Bagian
Patologi
9.https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/10/11/makalah-gagal-…jal-
kronik-ggk/
31