Anda di halaman 1dari 28

TELAAH JURNAL GAGAL GINJAL KRONIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Kritis
Dosen Pembimbing : Nur Intan Hayati K. S.Kep., Ners., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

Eka Mustika R (AK118051)


Esah Rahayu (AK118059)
Fitri S P (AK118066)
Indah Nur Safitri (AK118078)
Jania D J M (AK118086)
Luthfia Serenli N (AK118094)
Muhamad Heikal Dinnuloh (AK118109)

Kelompok 1
SGD F

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Gagal Ginjal Kronik”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandung, 24 Mei 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................3

1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................4

2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik .......................................................................................4

2.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ...................................................................................4

2.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronik........................................................................................5

2.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik ................................................................................6

2.5 Perjalanan Klinik Gagal Ginjal Kronik.........................................................................8

2.6 Manifestasi Klinik Gagal Ginjal Kronik .....................................................................9

2.7 Komplikasi Gagal Ginjal Kronik ..................................................................................9

2.8 Pemeriksaan Diagnostik Gagal Ginjal Kronik ...........................................................10

2.9 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik ........................................................................11

2.10 Pathway.....................................................................................................................12

BAB III.................................................................................................................................13
TELAAH JURNAL ............................................................................................................13
3.1 Telaah Jurnal PICOT ..................................................................................................13

3.2 Pembahasan Jurnal .....................................................................................................19


DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................24

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi nefron ginjal yang lambat,
progresif, samar (insidious) dan ireversibel yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG). Ginjal berfungsi sebagai organ ekskresi zat- zat tubuh dan endokrin. Pada
penyakit ini penderita mengalami kerusakan ginjal yang signifikan sehingga timbunan
produk sisa metabolisme akan menjadi toksik yang kemudian menyebabkan komplikasi
berupa sindroma uremia. Sindroma uremia dapat mempengaruhi sistem tubuh berupa
gangguan biokimia, genitourinaria, kardiovaskular, pernapasan, hematologi, kulit,
saluran cerna gangguan kalsium dan rangka.
Untuk memperbaiki masalah- masalah diatas, maka dilakukan terapi pengganti ginjal
(renal replacement therapy) sebagai kompensasi fungsi ginjal yang berkurang. 1-10 Salah
satu terapi yang sering dilakukan pada penderita gagal ginjal kronik adalah hemodialisis.
Pada tahun 2007 The United States Renal Date System (USRDS) menunjukkan adanya
peningkatan populasi penderita gagal ginjal kronik di Amerika Serikat dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, dimana prevalensi penderita gagal ginjal kronik mencapai
1.569 orang per sejuta penduduk. Sedangkan jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia
tahun 2012 terbilang tinggi, mencapai 300.000 orang. Di RSUD Tugurejo Semarang
jumlah pasien gagal ginjal dari bulan Januari sampai bulan Juli 2013 sebanyak 982 orang.
Sedangkan yang menjalani hemodialisis sebanyak 80 orang.
Hemodialisis biasanya dilakukan secara rutin 3 kali seminggu, dengan durasi rata-
rata 3- 5 jam setiap melakukan terapi.Di Indonesia hemodialisis dilakukan 2 kali dalam
seminggu dengan durasi 5 jam setiap hemodialisis. Hemodialisis ini memberikan dampak
terhadap kesehatan fisik, psikologis dan sosial. Kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik pada derajat 5 (End Stage Renal Disease [ESRD]) merupakan ukuran penting
dalam terapi.
Menurut World Health Organization (WHO) kualitas hidup adalah persepsi individu
dari posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan nilai sistem di mana
mereka tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan mereka, harapan, standar dan
kekhawatiran. Kualitas hidup dikelompokkan dalam 4 domain yaitu kesehatan fisik,
kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

1
Durasi dialisis berperan penting dalam mempengaruhi kualitas hidup. Menurut
Vasielieva, dalam analisis regresi liner, durasi dialisis memiliki kolerasi terbalik dengan
kualitas hidup. Dalam domain kesehatan fisik, kesehatan psikologis, dan hubungan
sosial, kualitas hidup pada pasien hemodialisis dengan lama menjalani hemodialisis
kurang dari 8 bulan lebih baik dibandingkan pasien yang menjalani hemodialisis dalam
waktu lebih dari 8 bulan. Dalam British Journal of Health Psychology menyebutkan
bahwa pasien gagal ginjal yang baru mulai dialisis mempunyai pemahaman penyakit
yang rendah, pasien yang menjalani dialisis dengan jumlah waktu moderat memiliki
pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang baru mulai dialisis dan
pasien yang menjalani dialisis dalam jangka waktu yang lama (bentuk parabola). Selain
itu, pasien yang menjalani dialisis dalam jangka ginjal kronik.waktu yang lebih lama
memandang dialisis menggangu kehidupan sehari- hari dibandingkan dengan pasien yang
belum melakukan dialisis (pasien pra- dialisis). Penelitian yang dimuat dalam The New
England Journal of Medicine (NEJM) menyatakan bahwa memperpanjang durasi waktu
pengobatan memberikan pengaruh pada kualitas hidup. Meskipun demikian, tingkat
kematian pada pasien yang menjalani hemodialysis terus menerus melebihi 20% terutama
setelah dialisis pemeliharaan dimulai.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
analisis mengenai hubungan lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik

2
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi gagal ginjal kronik ?
2. Bagaimana klasifikasi gagal ginjal kronik ?
3. Bagaimana etiologi gagal ginjal kronik ?
4. Bagaimana patofisiologi gagal ginjal kronik ?
5. Bagaimana perjalanan klinik gagal ginjal kronik ?
6. Bagaimana manifestasi klinik gagal ginjal kronik ?
7. Bagaimana komplikasi gagal ginjal kronik ?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik gagal ginjal kronik ?
9. Bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal kronik ?
10. Bagaimana phatway gagal ginjal kronik ?
11. Bagaimana telaah jurnal pada gagal ginjal kronik ?
12. Bagaimana pembahasan jurnal pada gagal ginjal kronik ?

1.2 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui klasifikasi gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal kronik
4. Untuk mengetahui patofisiologi gagal ginjal kronik
5. Untuk mengetahui perjalanan klinik gagal ginjal kronik
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik ggal ginjal kronik
7. Untuk mengetahui komplikasi gagal ginjal kronik
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik gagal ginjal kronik
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronik
10. Untuk mengetahui pathway gagal ginjal kronik
11. Untuk mengetahui telaah jurnal gagal ginjal kronik
12. Untuk mengetahui pembahasan jurnal pada gagal ginjal kronik

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronis stadium End Stage Renal Disease (ESRD) yaitu kerusakan fungsi
ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berakibat peningkatan pada kadar ureum (uremia) (Smeltzer and Bare, 2002). Gagal
ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama atau lebih tiga bulan dengan
LFG kurang dari 60ml/menit/1,73 (Perhimpunan Nefrologi Indonesia). Gagal ginjal
kronik merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel. Ditandai
oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara medadak dan cepat (hitungan jam –
minggu). Penyakit gagal ginjal tahap akhir tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal, ginjal tidak dapat merespon sesuai dengan perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari. Retensi natrium dan air dapat meningkatkan
beban sirkulasi berlebihan, terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

2.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Derajat Deskripsi GFR(Ml/min/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal ≥ 90

2 Kerusakan ginjal ringan dengan GFR 60 - 89


ringan

3 Kerusakan ginjal ringan dengan GFR 30 – 59


sedang

4 Kerusakan ginjal ringan dengan GFR 15 – 29


berat

5 Gagal ginjal < 15

4
Gagal ginjal kronikdiklasifikasikan berdasarkan nilai GFR (Glomeruli Fitrate
Rate). Berikut tabel klasifikasi gagal ginjal kronik.

2.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Etiologi gagal ginjal kronik dapat dibedakan menjadi penyebab sistemik, vaskular,
gangguan glomerulus, gangguan tubulointerstisial, dan penyebab lainnya.
Penyebab Sistemik
Diabetes dan hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berupa nefropati yang bias
menjadi etiologi gagal ginjal kronik

Penyakit Vaskular
Penyakit vaskular yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik adalah :
- Stenosis arteri renalis
- Vaskulitis
- Ateroemboli
- Nefrosklerosis akibat hipertensi
- Trombosis vena renal

Penyakit glomerulus
Penyakit glomerulus yang menyebabkan gagal ginjal kronik dapat bersifat primer
maupun sekunder. Penyebab primer misalnya nefropati lgA, nefropati membranosa, dan
sindrom Alport. Penyebab sekunder dapat diakibatkan oleh rheumatoid arthitis, lupus,
endokarditis, skleroderma, hepatitis B dan hepatitis C.

5
Penyakit Tubulointerstisial
Penyebab penyakit tubulointerstisial adalah obat yang bersifat nefrotoksik seperti
allopurinol dan sulfonamida. Penyakit tubulointerstisial juga dapat disebabkan oleh
penyakit, diantaranya adalah infeksi, sindrom sjogren, hipokalemia atau hiperkalsemia
kronis, dan sarkoidosis.

Penyakit lain
Gagal ginjal kronik juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran kemih atau
komplikasi dari gagal ginjal akut. Obstruksi saluran kemih dapat diakibatkan oleh
pembesaran prostat jinak, batu ginjal, striktur uretra, tumor, defek kongenital ginjal,
neurogenic bladder atau fibrosis retroperitoneal.
Faktor Risiko
Faktor risiko gagal ginjal kronis :
 Genetik : terdapat gen – gen yang ditemukan berhubungan dengan gagal ginjal
kronik, diantaranya gen uromodulin, APOL1, dan gen – gen yang mengatur sistem
renin angiotensis
 Jenis kelamin : pria memiliki risiko lebih tinggi
 Usia : semaki tua, risiko semakin tinggi
 Obesitas
 Merokok
 Alkohol dan obat yang bersifat nefrotoksik seperti allopurinol dan sulfonamida
 Riwayat keluarga dengan penyakit gagal ginjal kronik
 Berat badan lahir rendah
 Gagal ginjal akut : risiko penyakit ginjal kronik meningkat hingga 10 kali lipat
 Diabetes melitus : studi United States Renal Data System (USRDS) menemukan
setengah dari pasien penyakit ginjal kronik tahap akhir memiliki nefropati diabetik
 Hipertensi : 27% pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium akhir memiliki
hipertensi.
 Obstructive sleep apnea

2.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik


Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2006),

patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung ada penyakit yang

mendasarinya. Tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang


6
lebih sama. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertropi strruktural dan

fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephron) sebagai upaya kompensasi,

yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth factor. Hal ini

mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oeh peningkatan tekanan kapiler

dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya

diikuti oeh penurunan nefron yang progesif walaupun penyakit dasarnya tidak aktif

lagi.

Adanya peningkatan aktivitas renin-angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut

memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progesifitas

tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin- angiotensin-aldosteron sebagian

diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor ß (TGF-ß).

Beberapa hal juga dianggap berperan terhadap terjadiya progesifitas penyakit ginjal

kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat

variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus

maupun tubulointersitial.

Pada stadium yang paling dini gagal ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang

ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal LFG masih normal atau malah

meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi

nefron yang progesif yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin

serum. Sampai pada LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhan

(asimptomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kretainin serum.

Sampai pada LFG sebesar 30% mulai terjadi keluhan seperti nokturia, badan lemah,

mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG kurang

dari 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti

anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,


7
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi

seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas maupun infeksi saluran cerna.

Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipovolemia atau

hipervolumia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.

Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan

pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (ginjal replacement therapy) antara

lain dialisis atau transplantasi ginjal.

2.5 Perjalanan Klinik Gagal Ginjal Kronik

Menurut Price & Wilson (1995), perjalanan umum gagal ginjal progesif dapat
dibagi menjadi tiga stadium.

a. Stadium pertama
Stadium ini dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini
kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan
fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang
berat pada ginjal tersebut. Seperti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan
mengadakan tes GFR yang diteliti.

b. Stadium kedua
Stadium kedua perkembangan tersebut disebut insufiesiensi ginjal, dimana
lebih dari 75% jaringan berfungsi rusak (GFR besarnya 25% dari normal). Pada
tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar protein dan diet. Pada
stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal.
Azotemia stress akibat infeksi, gagal jantung akibat dehidrasi. Pada stadium ini
juga muncul gejala nokturia dan poliuria.

c. Stadium ketiga
Disebut stadium gagal ginjal akhir atau uremia. Gagal ginjal stadium akhir
timbul apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau hanya sekitar
200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10% dari normal. Pada

8
keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN aakan meningkat dengan sangat
menyolok sebagai respon terhadap GFR yang sedikit megalami penurunan. Pada
stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup
parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan
elektrolit tubuh.

2.6 Manifestasi Klinik Gagal Ginjal Kronik


Menurut Smelzer dan Bare, manifestasi gagal ginjal kronik terbagi menjadi
berbagai sistem yaitu:
Sistem Manifestasi klinis
Kardiovaskuler Hipertensi, friction rub perikardial, pembesaran vena leher
Integumen edema periorbotal, pitting edema (kaki, tangan,
sacrum).Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan
kasar
Pulmoner Crackels, sputum kental dan kiat, nafas dangkal.
Gastrointestinal Nafas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan lewat mulut,
anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan diare, pendarahan
dari saluran GI
Neuro Kelemahan dan keletihan, konfusi disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai
Muskoloskeleta Kram otot dan kekuatan otot hilang, fraktur tulang, edema
l
pada ekstremitas
Reproduksi Amenore
Perkemihan Oliguri, anuria, dan proteinuria.

2.7 Komplikasi Gagal Ginjal Kronik


Menurut Brunner dan Suddarth (2002), komplikasi potensial gagal ginjal kronik
yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan mencakup:

9
a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi produksi
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi akibat retensi cairan dalam natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin, aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fofat kadar kalium
serum yang rendah.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik Gagal Ginjal Kronik

Beberapa pemeriksaan diagnostik untuk gagal ginjal kronik antara lain:

a. Pemeriksaan laboratorium

Penilaian GGK dengan gangguan yang serius dapat dilakukan dengan

pemeriksaan laboratorium, seperti kadar serum sodium/natrium dan potassium atau

kalium, pH, kadar serum fosfor, kadar Hb, hematokrit, kadar urea nitrogen dalam

arah (BUN) serum dan konsentrasi kreatinin urin urinalisis.

Pada stadium yang cepat pada insufiensi ginjal, anlisa urine dapat
menunjang dan sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi ginjal, batas
kreatinin, urin rata-rata dari urine tampung selama 24 jam. Analisa urine dapat
dilakukan pada stadium gagal ginjal yang mana dijumpai produksi urine yang tidak
normal. Dengan urine analisa juga juga dapat menunjukkan kadar protein, glukosa,
RBC/eritrosit dan WBC/leukosit serta penurunan osmolaritas urin. Pada gagal
ginjal yang progesif dapat terjadi output urin yang kurang dan frekuensi urine
menurun, monitor kadar BUN dan kadar kreatinin sangat penting bagi pasien gagal
ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein serta urea yang
harus dikeluarkan oleh ginjal. Normal kadar BUN dan kreatinin 20:1. Bila ada
peningkatan BUN selalu diindikasikan adanya dehidrasi dan kelebihan intake
protein.

b. Pemeriksaan radiologi

10
Beberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunakan untuk mengetahui
gangguan fungsi ginjal antara lain:
1. Flat-flat radiografi keadaan ginjal, ureter dan vesika urinaria untuk
mengidentifikasi bentuk, ukuran, posisi dan klasifikasi dari gijal. Pada
gambaran ini akan terlihat bahwa ginjal mengecil yang mungkin disebabkan
adanya proses infeksi.
2. Computer Tomography Scan yang digunakan untuk melihat secara jelas
anatomi ginjal yang penggunaannya dengan memakai kontras atau tanpa
kontras.
3. Intervenous Pyelography (IVP) dugunakan untuk mengevaluasi keadaan fungsi
ginjal dengan memakai kontras. IVP biasa dugunakan pada kasus gangguan
ginjal yang disebabkan oleh trauma, pembedahan, anomali kongenital, kelainan
prostat, caculi ginjal, abses ginjal, serta obstruksi saluran kencing.
4. Arteriorenal Angiography digunakan untuk mengetahui sistem arteri, vena dan
kapiler ginjal dengan menggunakan kontras.
5. Magnetig Rosonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi kasus
yang disebabkan oleh obstruksi uropathy, ARF, proses infeksi ginjal serta post
transplantasi ginjal.

C. Biopsi ginjal
Untuk mendiagnosa kelainan ginjal dengan mengambil jaringan ginjal
lalu dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada kasus glomerulonefritis, sindrom
nefrotik, penyakit ginjal bawaan dan perencanaan transplantasi ginjal.

2.9 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik meliputi:


a. Penatalaksanaan konservatif gagal ginjal kronik lebih bermanfaat bila penurunan
faal ginjal masih ringan, yaitu dengan memperlambat progesif gagal ginjal,
mencegah kerusakan lebih lanjut, pengelolaan uremia dan komplikasinya, kalsium
dan fosfor serum harus dikendalikan dengan diet rendah fosfor dan hiperurisemia.

b. Dialisis
Dialisis Peritonial (DP) meliputi:
1. DP intermiten (DPI)
2. DP Mandiri Berkesinambungan (DPMB)
11
3. DP Dialirkan Berkesinambungan (DPDB)
4. DP Nokturnal (DPN)
c. Hemodialisa
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisis tetap
atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya LFG sekitar 5-10 mL/menit. Dialisis
diperlukan bila ditemukan keadaan seperti keadaan umum buruk dan gejala klinis
nyata, K serum >200mg/dL, pH darah <7,1. Anuri berkepanjangan >5 hari,
sindrom uremia; mual, muntah, anoreksia, neuropati memburuk.
d. Tranplantasi ginjal (TG)
1) Transplantasi Ginjal Donor Hidup (TGHD)
2) Transplantasi Ginjal Donor Jenazah (TGD)

2.10 Pathway

12
BAB III
TELAAH JURNAL
3.1 Telaah Jurnal PICOT

NO JUDUL PENULIS P I C O T

1. Pola Terapi Rizaldy Penderita Pola Tidak ada Penelitian 2019


pada Faktor Taslim penyakit Terapi ini
Risiko Pinzon, Ginjal pada melibatkan
Kardioserebr Martinus Kronis Faktor 92 pasien
ovaskuler Bagas yang Risiko penyakit
Pasien Hogantara menjalani Kardio ginjal kronis
Penyakit Padmanab hemodialis serebrova yang
Ginjal a, Esdras is di RS skuler menjalani
Kronis yang Ardi Bethesda hemodialisis
Menjalani Pramudita, dan RS terdiri dari
Hemodialisis Sugianto Panti 60 laki-laki
Rapih (65,2%) dan
Yogyakart 32
a. perempuan
(34,8%)
dengan rata-
rata usia 50
tahun.
Pasien
dengan
riwayat
klinis yang
berisiko
menjadi
penyakit
kardioserebr
ovaskular
dan belum
mendapat
pengobatan
13
39 orang
(42,4%).
Faktor risiko
kardioserebr
ovaskular
paling
banyak
adalah
hiperhomosi
steinemia 91
pasien
(98,9%).
Obat yang
banyak
digunakan
untuk
mengurangi
terjadinya
penyakit
kardioserebr
ovaskular
adalah asam
folat dengan
jumlah 81
pasien
(89%), anti
anemia 77
pasien
(90,6%), dan
anti
hipertensi 74
pasien
(90,2%).
Kesimpulan:
Pola terapi

14
yang banyak
digunakan
adalah asam
folat, anti
anemia, dan
anti
hipertensi.

2. TERAPI Sri Atun Pasien TERAPI Penelitian 2020


THOUGHT Wahyunin gangguan THOUG terhadap
STOPPING, gsih fisik yang HT respon
RELAKSAS mendapatk STOPPI pasien
I an terapi NG, ansietas
PROGRESI thought RELAKS setelah
F DAN stopping, ASI mendapatka
PSIKOEDU relaksasi PROGRE n terapi
KASI progresif SIF DAN adalah
TERHADA dan PSIKOE persepsi
P psikoeduk DUKASI pasien
PENURUN asi di meluas,
AN Ruang respon
ANSIETAS Hemodiali fisiologis
PASIEN sa lantai 3 pasien
GGK YANG Rumah terjadi
MENJALA Sakit Pelni peningkatan
NI Jakarta. tidur dan
HEMODIA makan,
LISA respon
afektif
pasien tidak
merasa
khawatir dan
pasien dapat
bersosialisas
i. Simpulan,
pelaksanaan
15
paket terapi
keperawatan
yang efektif
diberikan
pada skala
ringan
adalah terapi
generalis
dan terapi
spesialis
thought
stopping,
relaksasi
progresif
dan
psikoedukasi
dengan hasil
kemampuan
pasien
mengontrol
ansietas
meningkat
serta
berdampak
positif
terhadap
caregiver.

3. PENGARU Santi Pasien TERAPI Tidak ada Adanya 2017


H TERAPI Variselia; gagal RELAKS pengaruh
RELAKSAS Deasti ginjal ASI terapi
I Nurmagup kronik MASSA relaksasi
MASSAGE hita; yang GE massage
TERHADA Mamnu`ah menjalani TERHA terhadap
P SKOR hemodialis DAP penurunan
INSOMNIA is di RS SKOR skor
16
PADA PKU INSOMN insomnia
PASIEN Muhamma IA dengan
GAGAL diyah I PADA p=0,000 ,
GINJAL Yogyakart PASIEN α=0,05.
KRONIK a. GAGAL Analisis data
YANG GINJAL selanjutnya
MENJALA KRONIK menggunaka
NI n
HEMODIA Independent
LISIS DI t-test
RS. PKU menunjukka
MUHAMM n perbedaan
ADIYAH I bermakna
YOGYAKA secara
RTA statistika
antara
kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
dengan p
value 0,000 ,
α = 0,05.

4. Pengaruh Fatchurroz Pasien Terapi Tidak ada Ada 2020


Terapi Zikir ak gagal Zikir penurunan
Terhadap Himawan, ginjal tingkat
Tingkat Suparjo, tahap depresi
Depresi pada Cuciati akhir yang kelompok
Pasien Gagal menjalani intervensi
Ginjal yang hemodialis dengan uji
Menjalani a di RSU beda pre-
Haemodialis Kardinah post
a Kota Wilcoxom
Tegal dan nilai 0,007.
17
menjalank Dengan rata-
an terapi rata
hemodialis penurunan
a dua kali score 4,95
dalam point. Dari
seminggu, 20
beragama responden
islam, bias terdapat 15
membaca responden
dan terjadi
terindikasi penurunan
nya score 11,83
adanya point dan 5
depresi responden
dengan mengalami
BDI II. peningkatan
rata-rata 5
point. Tidak
ada
pengaruh
penurunan
tingkat
depresi pada
kelompok
control
dengan uji
beda pre-
post
Wilcoxon
nilai 0,268.
Terdapat
peningkataa
n score
depresi 10
responden

18
dan 9
responden
mengalami
penurunan
dengan rata-
rata
penurunan
6.75 point.

5. PENGARU Nanda Penderita TERAPI Tidak ada terdapat 2020


H TERAPI Suryani gagal MUSIK pengaruh
MUSIK Sagala, ginjal DANGD terapi musik
DANGDUT Hotma kronik UT dangdut
TERHADA Royani yang TERHA terhadap
P TINGKAT menjalani DAP tingkat
Siregar,
KECEMAS hemodialis TINGKA kecemasan
Saria
AN PASIEN a di T pasien gagal
Darmi
DENGAN wilayah KECEM ginjal kronik
GAGAL kerja ASAN dalam
GINJAL Rumah menjalani
KRONIK Sakit terapi
DALAM Umum hemodialisa,
MENJALA Daerah dan
NI TERAPI Kabupaten mengalami
HEMODIA Tapanuli penurunan
LISA Selatan tingkat
Penelitian. kecemasan
sebesar -
3,145.

3.2 Pembahasan Jurnal

1.1. JURNAL 1 : “Pola Terapi pada Faktor Risiko Kardioserebrovaskuler


Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis”

19
Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penurunan fungsi ginjal secara
progresif dan sudah berlangsung lama. Pola terapi pada PGK sangat bervariasi
karena PGK memiliki banyak faktor risiko seperti penyakit
kardioserebrovaskular sehingga perlu diberikan obat yang sesuai dengan penyakit
yang mendasari.
Pada penyakit ginjal kronis insiden dan prevalensi tergantung pada jenis
kelamin, usia, ras, dan penyakit bawaan. Prevalensi penyakit ginjal kronis dengan
jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan meningkat dengan
bertambahnya usia (Krauss & Hak, 2000). Data pada Tabel 1 menunjukkan
prevalensi laki-laki lebih banyak yaitu 60 orang (65,2%) sedangkan perempuan
32 orang (34,8%). Perbedaan jenis kelamin dapat menyebabkan perbedaan pola
hidup. Pola hidup seperti merokok, mengonsumsi alkohol yang merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit ginjal yang ditemukan lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan perempuan (Chang dkk., 2016). Distribusi usia paling banyak pada
rentang 56 tahun sampai 65 tahun yaitu berjumlah 28 orang (30,4%). Pada usia
lebih dari 40 tahun terjadi penurunan bersihan kreatinin 0,75 mL/menit/tahun
(Mallappallil & Friedman, 2014).
Obat yang banyak digunakan pada faktor risiko kardioserebrovaskular pasien
penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah asam folat 81 pasien
(89%), anti anemia 77 pasien (90,2%), dan anti hipertensi 74 pasien (90,6%).
Faktor risiko kardioserebrovaskular yang paling banyak ditemukan dan hampir
ditemui pada setiap pasien yang menjalani hemodialisis adalah
hiperhomosisteinemia. Terdapat jumlah yang cukup tinggi dari pasien yang
memiliki riwayat klinis tetapi belum menerima obat yaitu lebih dari 40% (39 dari
92 pasien).

1.2. JURNAL 2 : “TERAPI THOUGHT STOPPING, RELAKSASI


PROGRESIF DAN PSIKOEDUKASI TERHADAP PENURUNAN
ANSIETAS PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA”
Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif dan irreversible yang
menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk sisa dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Karakterisktik pasien yang mengalami ansietas di ruang hemodialisa lantai 3
Rumah Sakit Pelni Jakarta meliputi usia rata-rata dewasa lebih dari 41 tahun,

20
jenis kelamin sebagian besar perempuan, pekerjaaan ibu sebagian besar ibu
rumah tangga, pendidikan rata-rata menengah (SMA) dan status perkawinan
menikah. Faktor predisposisi penyebab ansietas pada pasien yang banyak
ditemukan adalah pada aspek biologis akibat penyakit kronis, aspek psikososial
sedih dan khawatir, dan pada aspek sosial budaya yaitu pekerjaan pasien yang
kurang memadai.
Hasil pelaksanaan paket terapi keperawatan yang efektif diberikan pada
skala ringan adalah terapi generalis dan terapi spesialis thought stopping,
relaksasi progresif dan psikoedukasi dengan hasil kemampuan pasien
mengontrol ansietas meningkat serta berdampak positif terhadap caregiver.

1.3. JURNAL 3 : “PENGARUH TERAPI RELAKSASI MASSAGE


TERHADAP SKOR INSOMNIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS. PKU
MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA”

Penelitian yang dilakukan menunjukkan jika berdasarkan jenis kelamin pada


pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis yang mengalami insomnia lebih
banyak laki-laki dari pada perempuan yaitu 12:8. Dalam penelitian sebelumnya
45% dari 311 jumlah pasien gagal ginjal 10 kronik yang mengalami insomnia
dimana 156 adalah laki-laki dan 155 adalah perempuan (Sabbatini, 2002).
Penelitian ini menunjukkan jika usia pada pasien gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis yang mengalami insomnia terbanyak adalah pada usia 46 sampai 65
yaitu berjumlah 13 orang sedangkan 8 orang lainnya berumur 26 sampai 45.
Penelitian ini menujukkan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis mengalami insomnia ≤36 berjumlah 14 orang dan >36 bulan
berjumlah 6 orang. Responden dalam penelitian ini dengan waktu terpendek
adalah 7 bulan dan terpanjang adalah 144 bulan. Responden pada kelompok
eksperimen yang memiliki skor insomnia tertinggi pada postestadalah responden
yang menjalani hemodialisis dengan jangka waktu 144 bulan dengan skor 18, 126
bulan dengan skor 19, 78 bulan dengan skor 22 dan 50 bulan dengan skor 16.
Setelah dilakukan terapi relaksasi massage dan dilakukan postestmaka responden
yang memiliki waktu hemodialisis 144 bulan dengan skor 15, 126 bulan dengan
skor 17 dan 50 bulan dengan skor 12.

21
Responden pada kelompok esperimen dengan lama hemodialisis rata-rata 12
bulan sampai 36 bulan memiliki skor insomnia sebanyak 11 sampai 16. Namun
ketika diberikan intervensi terapi relaksasi massageskor insomnia cenderung
berkurang secara signifikan yaitu 6 sampai 7. Artinya jika semakin lama
menjalani hemodialisis maka skor insomnia nya semakin tinggi dan ketika
diberikan terapi relaksasi massage skor insomnia menurun.

1.4. JURNAL 4 : ” Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Tingkat Depresi pada


Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Haemodialisa”

Tingkat depresi pada pasien yang menjalani hemodialisa dipengaruhi oleh


banyak faktor, termasuk didalamnya adalah karateristik responden baik usia, jenis
kelamin maupun lama hemodialisis.
Intervensi spiritual dzikir merupakan kesadaran hadirnya Allah Ta’ala, dimana
dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk. Dzikir
sebagai terapi psikoreligius mampu meningkatkan kekebalan tubuh melalui
jaringan psiko-neuro-endokrin. Semua protektor yang ada di dalam tubuh
manusia bekerja optimal sesuai dengan ketaatan beribadah, pendekatan diri
kepada Allah Ta’ala. Adanya rasa syukur sehingga tercipta suasana
keseimbangan neurotransmitter di dalam otak (Jauhari, 2014).

1.5. JURNAL 5 : “PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
DALAM MENJALANI TERAPI HEMODIALISA”

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tapanuli Selatan,


bahwa responden yang berusia 26-35tahun ada 1 responden (8.3%), 36-45 tahun
ada 6 responden (50.0%), usia 46-55 ada 2 responden (16.7%), usia 56-65 tahun
ada 2 responden (16.7%) dan yang berusia >65 tahun ada 1 responden (8.3%).
Seiring denganbertambahnya usia, organ tubuh mengalami penurunan fungsi atau
bahkan kegagalan dalam menjalankan fungsinya.
Hasil penelitian yang dilakkan di RSUD Tapanuli Selatan diketahui bahwa
responden berjenis kelamin mayoritas responden berjenis kelaminlaki-laki
sebanyak 8 responden (66.7%) dan yang berjenis kelamin perempuanberjumlah
4responden (33.3%).

22
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tapanuli Selatan,
bahwa dari lama hemodialisis responden 12-24 bulan sebanyak 1 orang (8.3%),
7-12 bulan sebanyak 4 orang (33.3%) dan 1-6 bulan 1 orang 58.3%. Semakin
lama pasien menjalani hemodialisa maka pasien semakin patuh untuk menjalani
hemodialisa karena biasanya responden telah mencapai tahap menerima ditambah
mereka juga kemungkinan banyak mendapatkan pendidikan kesehatan dari
perawat dan juga dokter tentang penyakit dan pentingnya melaksanakan
hemodialisa secara teratur bagi mereka.
Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh terapi musik dangdut terhadap
tingkat kecemasan pada pasien hemodialisis di ruang hemodialisa RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2020 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.) Hasil penelitian karakteristik responden, mayoritas responden berada pada
rentang usia 36-45 tahun ada 6 responden (50.0%), dari jenis kelamin mayoritas
responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8responden (66.7%) dan yang
berjenis kelamin perempuan berjumlah 4 responden (33.3%), dan mayoritas lama
hemodialisis adalah 1-6 bulan dengan jumlah 7 responden (58.3%). 2.) Hasil rata-
rata tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi musik dangdut pada kelompok
eksperimen adalah 12.58. 3.) Hasil rata-rata tingkat kecemasan sesudah diberikan
terapi music dangdut pada kelompok eksperimen adalah 9.08. 4.) Hasilanalisis
data menggunakanuji Shapiro wilk setelahterapi musik dangdut diperoleh nilaiP-
value= 0,002 (<0,05), artinya terdapat pengaruh terapi music dangdut terhadap
tingkat kecemasan pasien GGK dalam menjalani terapi hemodialisa.

23
DAFTAR PUSTAKA

Aisara, Sitifa., Azmi, S., Yanni, M. 2018. “Gambaran Klinis Penderita Penyakit Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. Djamil Padang.”
Jurnal Kesehatan Andalas, 7(1).
Bayhakki. 2013. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.

Candra D. 2015. Kadar Albumin dan Hemoglobin Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Diabetes dan Non-diabetes. Jurnal INJEC. Volume 2.

Rizaldy Taslim Pinzon, Martinus Bagas Hogantara Padmanaba, Esdras Ardi Pramudita,
Sugianto. 2019. “Pola Terapi pada Faktor Risiko Kardioserebrovaskuler Pasien
Penyakit Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis”. Jurnal Farmasi dan
Kefarmasian Indonesia. Vol 6.

Sri Atun Wahyuningsih. 2020. “TERAPI THOUGHT STOPPING, RELAKSASI


PROGRESIF DAN PSIKOEDUKASI TERHADAP PENURUNAN
ANSIETAS PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA”. Jurnal
Keperawatan Silampari.

Santi Variselia; Deasti Nurmaguphita; Mamnu`ah. 2017. “PENGARUH TERAPI


RELAKSASI MASSAGE TERHADAP SKOR INSOMNIA PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RS.
PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA”.
Fatchurrozak Himawan, Suparjo, Cuciati. 2020. “Pengaruh Terapi Zikir Terhadap
Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal yang Menjalani Haemodialisa”.
Jurnal Of Holistic Nursing Science.
Nanda Suryani Sagala, Hotma Royani Siregar, Saria Darmi. 2020. “PENGARUH
TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DALAM MENJALANI
TERAPI HEMODIALISA”. Jurnal Education and Development. Vol 8.

Anda mungkin juga menyukai