Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT

GAGAL GINJAL

DISUSUN OLEH :

1. KHARISMA PUTRI KINANTI (1440120211961)


2. LALITA ALPHA C. (1440120211962)
3. LUCIA TANTIANA (1440120211963)
4. LUCKY LITANTRI (1440120211964)
5. MALISSA FEBRINA HADI S. (1440120211965)

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES NGESTI WALUYO PARAKAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
pencipta atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
kami saat ini dapat menyelesaikan tugas dengan lancar

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “KMB 1” dengan
judul “ Gagal Ginjal”. Dalam penulisan kali ini, kami tidak luput dari kesulitan.
Namun berkat YME serta bimbinga dari semua pihak kami dapat menyelesaikan tepat
pada waktunya.

Kami menyadari makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan.


Oleh karena itu, kami memohon maaf atas kekurangan tersebut. Kami juga senantiasa
menerima saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Temanggung, 9 november 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG ..................................................................................1
B. TUJUAN .......................................................................................................1
C. MANFAAT ...................................................................................................2
BAB II ISI ................................................................................................................2
1. KONSEP MEDIS .........................................................................................3
A. Pengertian ........................................................................................3
B. Etiologi ..............................................................................................4
C. Manifestasi Klinis .............................................................................4
D. Patofisiologi.......................................................................................5
E. Pathway .............................................................................................5
F. Pemeriksaan penunjang ....................................................................6
G. Komplikasi ........................................................................................7
H. Pentalaksanaan ..................................................................................7
2. ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................8
A. Pengkajian..........................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................9
C. Rencana Tindakan .............................................................................9
D. Evaluasi..............................................................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................11
A. Kesimpulan .......................................................................................11
B. Saran .................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi


ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari
dalam tubuh (Vitahealth,2007). Penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akibat suatu
penyakit, kelainan anatomi ginjal dan penyakit yang menyerang ginjal itu sendiri.
Apabila hanya 10 % dari ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai pada
penyakit ginjal endstage renal disease (ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir.
Awitan gagal ginjal mungkin akut, yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa
jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal dapat juga kronik, yaitu terjadi perlahan
dan berkembang perlahan, mungkin dalam beberapa tahun (Baradero, 2009).

Pada pasien gagal ginjal membutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu


hemodialisa. Pasien ini harus menjalani terapi hemodialisa sepanjang hidupnya,
biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3 jam atau 4 jam per kali terapi
(Smeltzer, 2002). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien agar patuh
menjalani terapi hemodialisa seumur hidupnya. Dalam menjalani terapi hemodialisa
ini pasien menglami perubahan-perubahan dalam hidupnya. Banyak reaksi emosional
yang dialami pasien GGK yang menjalani hemodialisa dan mengharuskan pasien
tersebut bereaksi dan menghadapi masalah yang dialaminya dengan menggunakan
kooping yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini pasien akan merasa sengan bila ada
dukungan dari keluarga secara emosional pasien akan merasa lega bila ada perhatian
dari keluarga, serta mendapat saran, kesan atau pesan pada dirinya (Imelda Tharob,
2012).
Dukungan keluarga dibutuhkan pasien GGK yang menjalani terapi
hemodialisa untuk mendapatkan perhatian dari keluarganya dan juga dukungan harga
diri. Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif terhadap individu, pemberian
semangat, persetujuan terhadap pendapat individu, perbandingan yang positif dengan
individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri
dan kompetensi. Sebaliknya apabila keluarga tidak memahami kebutuhan anggota
keluarganya yang sakit, maka akan memperburuk keadaan pasien dengan tidak
mendapatkan perhatian dan dukungan yang semestinya diberikan oleh keluarganya.
(Taylor, 1999)
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Dukungan
Keluarga Pada Paien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa”

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian gagal ginjal
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal
3. Untuk mengetahui patofisiologi gagal ginjal
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari gagal ginjal
5. Untuk mengetahui komplikasi dari gagal ginjal
6. Untuk memahami dan menerapkan asuhan keperawatan dengan gangguan
gagal ginjal

C. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pendidikan biasa menambah
referensi dan pengetahuan, bagi tenaga medis khusunya keperawatan bisa
memahami dan menerapkan asuhan keperawatan dengan gangguan gagal ginjal
BAB II
ISI

1. Konsep Medis
A. Pengertian
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan
homeostatis tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk
keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi hormone dan enzim yang
membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme
kalsium dan fosfor. Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas dan
elektronik, sehingga mempertahankan komposisi cairan yg normal(Baradeo
etail,2009)

Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat


menjalankan fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama
darah akan masuk ke glomerolus dan mengalami penyaringan melalui
pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerolus, zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak terpakai dan yang beberapa masih terpakai serta
cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein
dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap bertahan didalam darah.
Filtrat(hasil penyaringan) akan terkumpul dibagian ginjal yang disebut kapsul
Bowman. Selanjutnya filtrat akan diproses didalam tubulus ginjal. Disini, air
dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap
lagi dan akan terjadi penambahan Zat-zat sampah metabolisme lain kedalam
filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin

Gagal ginjal dibagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal akut(acute renal


failure=ARF) dan gagal ginjal kronik(chronic renal failure=CRF). Pada gagal
ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa Minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan
fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sampai ginjal
tidak dapat berfungsi sama sekali(end stage renal disease).
B. Etiologi
1. Etiologi gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu:
 Prerenal
Prerenal artinya akar masalahnya diluar ginjal akan tetapi akan mempengaruhi
ginjal karena sesuatu tersebut akan berhubungan dengan ginjal. Sesuatu
tersebut adalah berkaitan dengan suplai darah, yakni karena penurunan suplai
darah ke ginjal.
Contoh penyebab prerenal yang dapat menimbulkan gagal ginjal, antara lain:
 Hipovolemia (volume darah yang rendah) karena kehilangan darah;
 Dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (misalnya, muntah , diare ,
berkeringat, demam );
 Asupan cairan kurang;
 Obat, misalnya, diuretik dapat menyebabkan kehilangan air yang
berlebihan, dan Aliran darah yang abnormal ke dan dari ginjal karena
penyumbatan arteri atau vena ginjal.

 Renal
yakni kerusakan langsung pada ginjal itu sendiri, diantaranya akibat dari:
 Sepsis : sistem kekebalan tubuh yang kalah melawan infeksi sehingga
infeksi menyebar ke seluruh tubuh termasuk menyebabkan peradangan
dan kerusakan ginjal. Hal ini biasanya tidak terjadi pada infeksi saluran
kemih .
 Obat-obatan: Beberapa obat bersifat racun bagi ginjal, termasuk
nonsteroidal anti-inflamasi (NSID) seperti ibuprofen dan naproxen .
 Rhabdomyolysis: Ini adalah situasi di mana ada kerusakan otot yang
signifikan dalam tubuh, dan serat otot yang rusak menyumbat sistem
penyaringan ginjal. ini dapat terjadi karena truma, luka parah, dan luka
bakar. Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kolesterol
tinggi dapat menyebabkan rhabdomyolysis.
 Glomerulonefritis akut atau peradangan pada glomeruli, sistem
penyaringan ginjal. Banyak penyakit dapat menyebabkan peradangan
ini termasuk lupus eritematosus sistemik (SLE) , Wegener
granulomatosis , dan sindrom Goodpasture.
 Postrenal
postrenal berarti penyebab-penyebab yang terjadi disaluran kencing setelah
ginjal, disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi aliran urin:
 Obstruksi atau penyumbatan kandung kemih atau ureter misalnya
karena batu ginjal dapat menyebabkan tekanan balik ke ginjal karena
ginjal terus menghasilkan urin, sedangkan terbendung di bagian
bawahnya. Ketika tekanan meningkat cukup tinggi, ginjal akan rusak
dan bisa mati.
 Hipertrofi prostat atau kanker prostat dapat menghalangi urethra
sehingga urin pada kandung kemih tidak dapat mengalir melalui
kencing.
 Tumor di perut yang mengelilingi dan menghalangi ureter.
 Batu ginjal. Biasanya, batu ginjal mempengaruhi hanya satu ginjal dan
tidak menyebabkan gagal ginjal.

2. Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes militus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu (Robinson,2013)
 Penyakit glomerular kronis(glomerulonefritis)
 Infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis)
 Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
 Penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis)
 Obstruksi saluran kemih( nephrolithisis)
 Diabetes yang tidak terkontrol,
 Tekanan darah tinggi atau Hipertensi yang •)tidak terkontrol, dan
 Glomerulonefritis kronik.
C. Manifestasi Klinis
1. Gagal ginjal akut
Beberapa tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh klien gagal ginjal
akut(anymous,2008; Judith, 2002)

 Oliguria/anuria
Kondisi ini dipicu oleh karena hipofiltrasi pada ginjal, sehingga output urine
akan mengalami penurunan bahkan tidak ada sama sekali(anuria
 azotemia
 ketidakseimbangan elektrolit
 asidosis metabolik
 manifestasi klinis pada GI track
 manifestasi klinis pada sistem saraf pusat
 manifestasi klinis pada integumen
 manifestasi klinis pada kardiovaskular
 manifestasi klinis pada sistem pernapasan
 panas

2. Gagal Ginjal Kronis


Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak, sehingga kerusakan kronis secara fisiologis
ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal
kronis(Robinson,2013; Judith, 2006)
 Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering,
penurunan turgor kulit, kelemahan, fatique dan mual. Kemudia terjadi
penurunan kesadaran(somnolen) dan nyeri kepala yang hebat.
 Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi,Aritmia, Kardiomyopati, uremic percarditis, effusi
perikardial(kemungkinan bisa terjadi temponade jantung), gagal jantung,
edema periorbital dan edema Perifer
 Respiratory System
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura,
crackles, sputum yang kental, euremic pleuritis dan euremic lung dan sesak
napas
 Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai perotitis esofagitis,gastritis, ulseratif duodenal, lesi
pada usus halus/usus besar, colitis dan pankreatitis
 Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan,kering dan ada scalp
 Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neurophaty Perifer, nyeri, gatal pada
lengan dan kaki
 Endokrin
Biasanya terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma,
peningkatan sekresi aldosteron dan kerusakan metabolisme karbohidrat
 Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia(dampak dari dialysis) dan kerusakan platelet
 Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis dan
klasifikasi (otak,mata,gusi,sendi,miokard)

D. Patofisologi

Kondisi gagal ginjal akut disebabkan oleh 3 faktor pemicu yaitu


prerenal,renal,dan pos renal ketiga faktor ini memiliki kaitan yang berbeda-
beda. Prerenal berkaitan dengan kondisi dimana aliran darah ke ginjal
mengalami penurunan. Kondisi ini dipicu oleh kondisi hipovolemi hipotensi
vasokonstriksi dan penurunan cardiakoutput. Dengan adanya kondisi ini maka
GFR ( glomerular filtration rate ) akan mengalami penurunan dan
meningkatkan reabsorsi tubular. Untuk faktor renal berkaitan dengan adanya
keruskan pada jaringan parenkin ginjal. Kerusakan ini dipicu oleh tramua
maupun penyakit-penyakit pada ginjal itu sendiri. Jaringan yang menjadi
tempat utama fisiologis ginjal, jika rusak akan mempengaruhi fungsi ginjal.
Sedangkan faktor pos renal berkaitan dengan adanya obstruksi pada saluran
kemih, sehingga akan timbul stagnansi bahkan adanya refluks urin flow pada
ginjal. Dengan demikian beban tahanan atau restitensi ginjal akan meningkat
dan akhirnya mengalami kegagalan ( judith,2005)
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal
dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% - 50% dalam hal GFR
(glomerular filtration rate) pada penurunan fungsi rata-rata 50% biasanya
muncul tanda dan gejala azotemia sedang,poli uri,nokturia,hipertensi dan
sesekali terjadi anemia. Selain itu selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka
keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan
gejala gagal ginjal kronis hampir sama dengan gagal ginjal akut namun awitan
waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal kronis
membawa dampak yang sistemik terhadap suatu sistem tubuh dan sering
mengakibatkan komplikasi ( madar, 2008)
E. Pathway
Gagal Ginjal Kronis

Gangguan reabsorbsi Hipernatremia

Hiponatremia
Retensi cairan

Vol.vaskuler turun
Vol vaskuler meningakt

Hipotensi

Permeabilitas kapiler
Perfusi turun meningkat

Oedema
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

Stagnansi vena

Infiltrasi

Kerusakan jaringan kulit

Oedema pulmonal

Ekspansi paru turun

Retensi CO2

dyspneu
Asidosis respiratorik

Ketidakefektifan pola nafas

Gangguan pertukaran gas


F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis yang dibutuhkan untuk menegakan diaagnosa gagal ginjal
akut adalah :
1. Kadar kimia darah
2. Urinalisis
3. Utrasonografi ( USG)
4. Darah lengkap
5. ECG ( electrocardiography)
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menegakan dignosa gagal
ginjal kronis adalah :
1. Biokimiawi
2. Urinalisis
3. Utrasonografi ginjal

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gagal ginjal ( Baugman,2014)
1. Gagal ginjal akut
Komplikasi yang dapat terjadi odari gagakl ginjal akut diantaranya gagal
ginjal kronik, infeksi dan sindrom uremia. Komplikasi infeksi sering
mengakibatkan penyebab kematian pada gagal ginjal akut, dan harus
segera dibrantas dengan antibiotik yang adekuat, bila laju filtrasi
glomerolus menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati 0,
maka pasien akan menderita sindrom urimik, yaitu suatu komplek gejala
yang terjadi akibat atau berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen
karena gagal ginjal. Sindrom uremia ditangani secara simtomtik
2. Gagal ginjal kronik
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari gagal ginjal kronis
a. Penyakit tulang
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Anemia
d. Disfungsi seksual
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada gagal ginjal akut dilakukan secara komprehensif
baik dalam dispilin medis,nurse practitionict,nutritionct dan lain sebagianya.
Berikut ini adalah manajemen penatalaksanaan pada klien gagal ginjal akut
( judith,2022)
1. Tata laksana umum
2. Tata laksana medis
Terapi medis yang digunakan adalah:
a. Furosemid
b. Kalsium glukonat
c. Natrium polystyrene
d. Natrium bikarbonat
3. Observasi ketat
4. Terapi edukatif

Tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk


mengomptimalkan fungsi ginjal yang ada dan memperthankan
keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang hidup klien. Oleh
karena itu, beberapa hal yang harus di perhatikan dalam melakukan
penatalaksanaan pada klien gagal ginjal kronik
(Robinson,2013;Baughman,2000)
1. Perawatn kulit yang baik
2. Jaga kebersihan oral
3. Beri dukungan nutrisi
4. Pantau adanya hiperkalemia
5. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia
6. Kaji status hidrasi dengan hati-hati
7. Kontrol tekanan darah
8. Pantau ada atau tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi
9. Latih klien nafas dalam dan batuk efektif untuk mecegah terjadinya
kegagalan nafas akibat obstruksi
10. Jaga kondisi septik dan apsetik setiap prosedur perawatan
11. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan
12. Observasi adanya gejala neurologis
13. Atasi komplikasi dari penyakit
14. Laporkan segara jika ditemui tanda-tanda perikarditis
15. Tata laksana dialisis atau transplantasi ginjal

2. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995;Dermawan, 2012).

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal kronik, namun pada laki-laki lebih
beresiko tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan
periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.

b. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih terdapat penyakit sekunder yang menyertai. Keluhan bisa
berupa output urin menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena
komplikasi pada system sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual, muntah, fatigue, napas bau urea,
dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh menurunnya fungsiginjal sehingga berakibat terjadi
penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme dalam tubuh.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan gagal ginjal kronik biasanya mengalami penurunan output urin,
penurunan kesadaran, perubahan pola nafas karena komplikasi dari gangguan sistem
ventilasi, fatigue, perubahan fisiologi kulit, nafas bau urea. Pada kondisi yang sudah
memburuk seperti pada gagal ginjal tahap akhir yang diperlukan terapi hemodialisa atau
transplantasi ginjal, pasien sering didapati mengalami perubahan dalam segi psikologinya
seperti depresi, cemas merasa tidak berdaya, putus asa.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Kemungkinan adanya riwayat penyakit Diabetes Mellitus (DM), nefrosklerosis, hipertensi,


gagal ginjal akut yang tidak tertangani dengan baik, obstruksi atau infeksi urinarius,
penyalahgunaan analgetik.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Gagal ginjal kronik bukan merupakan merupakan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berpengaruh pada penyakit ini. Namun penyakit Diabetes
Mellitus dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronik
karena penyakit tersebut bersifat herediter.

Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola pemeliharaan–pemeliharaan

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mempunyai persepsi yang kurang baik terhadap
kesehatannya dan biasanya pasien mengalami nyeri bersifat hilang timbul, lemah, mual, dan
terdapat odem.

2. Pola aktivitas latihan

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan aktivitas karena adanya
kelemahan otot.

3. Pola nutrisi metabolik

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu
mual, muntah, anoreksia, yang disertai penurunan berat badan.

4. Pola eliminasi

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan eliminasi, misalnya
oliguria, diare atau konstipasi, dan perut kembung.

5. Pola tidur–istirahat
Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan pola tidur, sulit tidur dan
kadang sering terbangun di malam hari.

6. Pola kognitif–perseptual

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik memiliki komunikasi yang baik dengan orang
lain, pendengaran dan penglihatan baik, dan tidak menggunakan alat bantu.

7. Pola toleransi-koping stress

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik, dapat menerima keadaan penyakitnya.

8. Persepsi diri atau konsep diri

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik tidak mengalami gangguan konsep diri.

9. Pola seksual–reproduksi

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik mengalami gangguan ini sehubungan dengan
kelemahan tubuh.

10. Pola hubungan dan peran

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik, memiliki komunikasi yang baik dengan
keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.

11. Pola nilai dan keyakinan

Biasanya pasien dengan Gagal Ginjal Kronik tidak mengalami gangguan dalam pola nilai dan
keyakinan.

h. Pemeriksaan Fisik

1. Kondisi umum dan tanda-tanda vital

Kondisi klien gagal ginjal kronik biasanya lemah, tingkat kesadaran bergantung pada tingkat
toksisitas. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital sering didapatkan Respirasi Rate (RR)
meningkat (takipnea), hipertensi atau hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif.

2. Pemeriksaan fisik

a. Kulit, rambut dan kuku


Inspeksi : warna kulit, jaringan parut, lesi,dan vaskularisasi.Amati adanya pruritus, dan
abnormalitas lainnya.Palpasi : palpasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur, edema,
dan massa.

b. Kepala

Inspeksi : kesimetrisan muka. Tengkorak, kulit kepala (lesi, massa).

Palpasi : dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah tengah garis
kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala pembengkakan, massa, dan
nyeri tekan, kekuatan akar rambut.

Mata

Inspeksi : kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya. Amati daerah orbital ada
tidaknya edema, kemerahan atau jaringan lunak dibawah bidang orbital, amati konjungtiva
dan sklera (untuk mengetahui adanya anemis atau tidak) dengan menarik/membuka kelopak
mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea)
dengan berdiri disamping klien dengan menggunkan sinar cahaya tidak langsung. Inspeksi
pupil, iris.

Palpasi : ada tidaknya pembengkakan pada orbital dan kelenjar lakrimal.

d. Hidung

Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi dan cairan yang keluar.

Palpasi : batang dan jaringan lunak hidung adanya nyeri, massa, penyimpangan bentuk.

e. Telinga

Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak telinga, warna,dan lesi.

Palpasi : kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak, tulang telinga ada nyeri atau
tidak.

f. Mulut dan faring

Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan kongenital, kebersihan mulut, faring.

g. Leher
Inspeksi : bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut atau
massa.

Palpasi : kelenjar limfa/kelenjar getah bening, kelenjar tiroid.

h. Thorak dan tulang belakang

Inspeksi : kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang belakang, pada wanita (inspeksi
payudara: bentuk dan ukuran).

Palpasi : ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita (palpasi payudara: massa).

i. Paru posterior, lateral, interior

Inspeksi : kesimetrisan paru, ada tidaknya lesi.

Palpasi : dengan meminta pasien menyebutkan angka misal 7777. Bandingkan paru kanan
dan kiri. Pengembangan paru dengan meletakkan kedua ibu jari tangan ke prosesus xifoideus
dan minta pasien bernapas panjang.

Perkusi : dari puncak paru kebawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat

suara perkusi: sonor/hipersonor/redup

Auskultasi : bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikular, bronchovesikular, bronchial,
tracheal: suara

abnormal : wheezing, ronchi, krekels.

j. Jantung dan pembuluh darah

Inspeksi : titik impuls maksimal, denyutan apical

Palpasi : area aorta pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke intercostae 3, dan 4 kiri
daerah trikuspidalis, dan mitralpada interkosta 5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7
cm ke garis midklavikula kiri.

Perkusi : untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).

Auskultasi : bunyi jantung I dan II untuk mengetahui adanya bunyi jantung tambahan.
k. Abdomen

Inspeksi : ada tidaknya pembesaran, datar, cekung, kebersihan umbilikus.

Palpasi : epigastrium, lien, hepar, ginjal.

Perkusi : 4 kuadran (timpani,hipertimpani, pekak).

Auskultasi : 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus).

l. Genetalia

Inspeksi : inspeksi anus (kebersihan, lesi, massa, perdarahan) dan lakukan tindakan rectal
touch(khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat), perdarahan, cairan, dan bau.

Palpasi : skrotum dan testis sudah turun atau belum.

m. Ekstremitas

Inspeksi : inspeksi kesimetrisan, lesi,massa.

Palpasi : tonus otot, kekuatan otot.

Kaji sirkulasi : akral hangat/dingin, warna, Capillary Refill Time (CRT).Kaji kemampuan
pergerakan sendi.Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela, arcilles.Kaji reflek patologis :
reflek plantar.

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler


2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin

ANALISA DATA

NO TANGGAL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH


1 Ds: Perubahan Gangguan
-pasien mengatakan ia membran pertukaran gas
merasa sesak napas alveolus
Do:
-frekuensi pernapasan
24x/menit
-terdapat bunyi napas
tambahan ronkhi
-warna kulit pucat
2 Ds:- Penurunan Perfusi perifer
Do: konsentrasi tidak efektif
-nilai hemoglobin hemoglobin
7,5g/dL
-akral teraba dingin
-warna kulit pucat

INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan -monitor frekuensi, irama,
b.d perubahan membran keperawatan selama kedalaman dari upaya napas
alveolus-kapiler 1x24jam, diharapkan -monitor pola napas
pertukaran gas meningkat -monitor kemampuan batuk
dengan kriteria hasil: efektif
-frekuensi napas -monitor adanya produksi
16-24x/menit sputum
-bunyi napas tambahan -auskultasi bunyi napas
berkurang -berikan oksigen tambahan,
-pola napas membaik jika perlu
-warna kulit membaik
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan -periksa sirkulasi perifer
b.d penurunan konsentrasi keperawatan selama -identifikasi kebiasaan pola
hemoglobin 1x24jam, diharapkan perfusi makan
perifer meningkat dengan -identifikasi rencana
kriteria hasil: transfusi
-warna kulit membaik -jelaskan tujuan transfusi
-tidak terjadi edema perifer -monitor tanda-tanda vital
-tidak ada nyeri ekstermitas sebelum dan sesudah
-tidak ada kram otot transfusi
-akral hangat -monitor reaksi transfusi
-nilai hemogloblin -berikan Nacl 0,9% 50-
10-12g/dL 100mL sebelum transfusi

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


TINDAKAN
1.1 menghitung frekuensi, RR=24x/menit, irama
irama, kedalaman dari reguler, kedalaman
upaya napas normal
1.2 melihat pola napas Pola napas pasien
1.3 menanyakan apakah pasien dispneu
ada batuk berdahak Pasien mengatakan
1.4 menanyakan apakah pasien sudah batuk berdahak
bisa batuk beberapa hari terakhir
1.5 mengauskultasi bunyi napas dengan konsistensi
1.6 memberikan pasien oksigen kental
dengan nasal kanul flow Pasien mengatakan ia
4L/m bisa batuk tapi merasa
kurang tuntas karena
sebentar saja pasti ada
dahak lagi
Terdapak bunyi napas
tambahan ronkhi di
kedua lobus
Pasien mau
menggunakan nasal
kanul
2.1 Memeriksa sirkulasi perifer -CRT >2detik, akral
2.2 Menanyakan kebiasaan pola makan digin, kulit pasien pucat,
pasien konjungtiva anemis
2.3 Menjelaskan tujuan dan prosedur -pasien mengatakan ia
transfusi hanya menghabiskan 3
2.4 Memonitor tanda-tanda vital sendok makan dari porsi
sebelum transfusi makan yang diberikan
2.5 Memantau reaksi transfusi -pasien dan keluarga
2.6 Memasang nacl 0,9% 50-100Ml mengerti
sebelum transfusi -TD:180/80 mmHg
2.7 Memantau tanda-tanda vital setelah RR:22X/menit
transfusi N:64X/menit
S:36,7C
-Tidak ada reaksi alergi
selama transfusi
-telah terpasang IV
catheter dan IVFD NaCl
0.9% 10 tpm
-TD:170/60 mmHg
RR:22X/menit
N:60x/menit
S:36,7C

EVALUASI

HARI/JAM DIAGNOSA EVALUASI(SOAP)


KEPERAWATAN
D.0003 Gangguan S: pasien mengatakan
pertukaran gas b.d sesaknya berkurang
perubahan membran O: -RR:20x/menit
alveolus-kapiler -masih terdengar bunyi
napas tambahan ronkhi
A: masalah gangguan
pertukaran gas teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
1.1 monitor frekuensi,
irama, kedalaman
dari upaya napas
1.3 monitor kemampuan
batuk efektif
1.5 auskultasi bunyi
napas
D.0009 Perfusi perifer tidak S: -
efektif b.d penurunan O:
konsentrasi hemoglobin -nilai hemoglobin terbaru
8,4g/Dl
-CRT >2detik
-warna kulit pucat
A: masalah perfusi perifer
tidak efektif teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi
2.1 memeriksa sirkulasi
perifer

DAFTAR PUSTAKA
Baradeo M. et all.2009, Klien gangguan ginjal: seri asuhan keperawatan, Jakarta, EGC

Madara B, Denino VP. 2008. Pathophysiology second edition. London: -Jones and Bartlett
Publisher Inc

Judith. 2005. Pathophysiology A 2-in-1 Reference for nurses. Philadelphia; Lippincott


Williams&wilkins

McClellan WM, Schoolewerth AC, Gehr T. 2006. Management of chronic kidney disease
first edition. USA: profesional communication inc

Vitahealth. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baradero Mary.2009.Klien Gangguan Ginjal.Jakarata:perpustakaan nasiona

Imelda Tharob. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme Koping Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai