Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENYAKIT GINJAL

Disusun oleh Kelompok 5/B :


1. Fanisa Dwita Putri G1E121054
2. Prima Septiana G1E121058
3. Ariana Herawati G1E121060
4. Naufal Nabillah Putra G1E121062
5. Shelsilia Andisa G1E121064
6. Nurul Sabrina G1E121066

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan penyertaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Penyakit Ginjal” dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Patofisiologi. Melalui
penulisan makalah ini, penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalahini,karena itu


kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini sangat diperlukan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Jambi, 26 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI…....…………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Penyakit Ginjal……………………………………………………………...

2.2 Dasar-dasar patofisiologi gangguan, jenis dan sifat, etiologi penyakit ginjal………….

2.3 Klasifikasi penyakit gangguan pada ginjal……………………………………………..

2.4 Ciri-ciri penyakit gangguan pada ginjal………………………………………………...

2.5 Etiologi penyakit gangguan ginjal……………………………………………………...

2.6 Patogenesis, patologi dan patofisiologi serta manifestasi klinik penyakit ginjal…….…

2.7. Komplikasi penyakit gangguan pada ginjal……………………………………………

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….

3.2 Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…............……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit ginjal adalah salah satu kondisi medis yang rentan terjadi sehingga patut
diwaspadai. Ginjal adalah dua buah organ yang berbentuk seperti kacang merah yang berada
di kedua sisi tubuh bagian belakang atas, tepatnya di bawah tulang rusuk manusia. Fungsi
ginjal di antaranya untuk menghasilkan renin yang merupakan enzim untuk mengatur tekanan
darah. Senyawa eritropoeting yang berfungsi untuk menstimulasi produksi sel darah merah
juga dihasilkan melalui ginjal.
Selain itu, organ ini juga berfungsi untuk menyaring ampas metabolisme tubuh. Bahkan
ginjal yang sehat bisa menjaga kadar garam dan mineral tetap seimbang dalam tubuh. Hal yang
tidak kalah penting, ginjal mampu menghasilkan senyawa aktif dari vitamin D agar kesehatan
tulang tetap terjaga.
Ketika ginjal mengalami gangguan, maka sisa-sisa metabolisme tubuh akan menyebabkan
terjadinya pembengkakan pada bagian pergelangan kaki, muntah-muntah, sesak napas dan
kurang tidur. Jika tidak segera ditangani, penyakit ginjal ini pun merupakan kondisi yang
cukup berbahaya.
Penyakit ginjal memilii jenis, sifat dan etiologinya yang harus kita ketahui serta ciri-ciri
penyakit gangguan ginjal ini, agar ita dapat segera mengetahui apabila memiliki ciri-ciri
penyakit ginjal.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang tercantum pada latas belakang maka rumusan masalah adalah
mengetahui dasar awal penyakit ginjal mulai dari gambaran, jenis, ciri-ciri serta komplikasi
penyakit gangguan pada ginjal.
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran penyakit ginjal
b. Mahasiswa dapat ,menguraikan dasar-dasar patofisiologi gangguan, jenis dan sifat, etiologi
penyakit ginjal.
c. Mahasiswa dapat menggambarkan klasifikasi penyakit gangguan pada ginjal
d. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri penyakit gangguan pada ginjal
e. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi penyakit gangguan pada ginjal
f. MAhasiswa dapat menjelaskan pathogenesis, patologi, dan patofisiologi serta manifestasi
klinik penyakit ginjal
g. Mahasiswa dapat menjelaskan dan menggambarkan komplikasi penyakit gangguan pada
ginjal
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Penyakit Ginjal

Gambaran klinis Penyakit Ginjal Kronik (PGK) terlihat nyata bila ureum darah lebih dari
200 mg/dl. Uremia menyebabkan gangguan fungsi hampir semua sistem organ seperti; gangguan
cairan dan elektrolit, metabolikendokrin, neuromuskular, kardiovaskular dan paru, kulit,
gastrointestinal, hematologi serta imunologi. Hemodialisis merupakan suatu usaha untuk
mengurangi gejala uremia tersebut, sehingga gambaran klinis pasien juga dapat membaik. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis penderita PGK yang menjalani
hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional.
Sampel mencakup semua pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2015 yang memenuhi kriteria inklusi, sehingga didapatkan sebanyak 104 sampel.
Jenis data adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medik. Hasil penelitian menunjukkan
kebanyakan pasien adalah kelompok usia 40-60 tahun sebanyak 62,5% dan sebagian besar jenis
kelamin pria sebanyak 59 pasien (56,7%). Gambaran klinis paling banyak berupa keadaan gizi
sedang 94,2%, diikuti dengan kadar Hb 7-10g/dl 68,3%, konjungtiva anemia 62,5%, edema perifer
53,8%, hipertensi derajat 1 32,7%, lemah, letih, lesu sebanyak 30,8%, dan mual 12,5%. Simpulan
penelitian ini adalah gambaran klinis penderita PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang terbanyak yaitu anemia hipertensi derajat satu, keadaan gizisedang, konjungtiva
anemia, dan edema perifer.

2.2 Dasar-dasar patofisiologi gangguan, jenis dan sifat, etiologi penyakit ginjal

a. Dasar-dasar patofisiologi gangguan ginjal

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresi ke
dalam urine) tertimbum dalam darah. Terjadi uremi dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan makin berat (Brunner & Suddarth,
2002). Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli
yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal (Brunner & Suddarth, 2002). Pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertropi sruktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surving nephrons) sebagai upaya
kompensasi yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan 8 terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran
darah glomerulus.

Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa dan diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif,
walaupun penyakit dasarnya tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin–
angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi,
sklerosis, dan progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksisrenin– angiotensin - aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factors seperti transforming growth factorsβ (TGF- β). Beberapa
hal yang dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronikadalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat variabilitas interindividual untuk
terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulointerstitial (Suwitra, 2006 dalam
PDSPDI, 2006).

Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik adalah terjadinya terjadi kehilangan daya
cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat.
Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60 %
pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea
dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30 % mulai terjadi keluhan pada pasien seperti:
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang, dan terjadi penurunan berat badan. Sampai
pada di bawah 30 % pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti: anemia,
9 peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, maupun infeksi saluran cerna.
Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti: hipo atau hipervolemi, gangguan
keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.

Pada LFG di bawah 15 % akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan pasien
sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy), antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal. Pada stadium ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal (Suwitra,
2006 dalam PDSPDI, 2006).
b. Jenis dan Sifat Gangguan Ginjal

1. Degenerasi dan Nekrosis


Dalam keadaan normal, sel berada pada keadaan homeostasis, di mana terdapat
keseimbangan sel dengan lingkungan sekitar. Sel yang terjejas merupakan satu rangkaian
perubahan biokimia atau morfologi yang terjadi ketika kondisi homeostasis mengalami
gangguan hebat. Perubahan tersebut bisa kembali ke kondisi normal (reversible) atau tidak
(irreversible). Terdapat bermacam-macam penyebab jejas pada sel, baik sebab eksogen (dari
luar tubuh) seperti trauma fisik (panas,dingin, suntukan jarum), kimiawi (racun, obat, bahan
toksik), dan biologi (virus, bakteri, parasit, jamur) maupun sebab endogen (dari dalam tubuh)
seperti kelainan genetik, metabolit, hormon, sitokin, dan substansi bioaktif yang lain.
Perubahan reversibel dan ireversibel dapat terjadi pada morfologi ginjal akibat bermacam-
macam agen penyebab jejas terutama agen kimiawi maupun radikal bebas. Perubahan
reversibel yang mungkin terjadi pada ginjal antara lain adalah degenerasi sel tubulus, inflamasi
sel tubulus, dan terbentuknya cast atau silinder, sedangkan perubahan ireversibel dari sel
tubulus antara lain adalah atrofi atau dilatasi lumen, fibrosis sel tubulus, dan yang paling berat
adalah nekrosis sel tubulus. Perubahan ireversibel biasanya ditandai dengan hilangnya brush
border dan inti sel yang memipih.
2. Nekrosis Tubular Akut
Nekrosis Tubular Akut (NTA) adalah suatu kelainan klinikopatologi yang secara
morfologik ditandai oleh destruksi sel epitel tubulus dan klinik dengan gangguan faal ginjal
akut. NTA dibedakan atas NTA iskemik dan NTA nefrotoksik. Nekrosis Tubular Akut (NTA)
iskemik dapat terjadi karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, misalnya pada pasien yang
mengalami syok akibat perdarahan, trauma, luka bakar, trauma, obstruksi usus, reaksi
transfusi, 18 dan operasi. Karena epitel tubulus-tubulus ginjal terutama tubulus proksimal
sangat peka terhadap suatu iskemia, maka jaringan ini akan mengalami kerusakan dalam batas–
batas tertentu, walaupun sisa jaringan ginjal lainnya tampak seperti tidak mengalami kelainan.
Iskemia adalah penyebab paling sering, dan lamanya iskemia akan menentukan luasnya cedera
yang terjadi dan prognosis kembalinya fungsi ginjal. Penelitian menunjukkan bahwa iskemia
selama 25 menit atau kurang berakibat pada kerusakan ringan yang masih reversibel,
sedangkan iskemia 2 jam menimbulkan kerusakan berat yang ireversibel.
Nekrosis tubular akut (NTA) adalah Acute Kidney Injury (AKI) yang disebabkan oleh
cedera iskemia atau nefrotoksik pada epitel tubulus ginjal, sehingga dapat terjadi kerusakan
dan kematian epitel tubulus.dengan gejala klinis oliguria yang dilanjutkan diuresis. Perjalanan
klinik dari NTA dibedakan atas tahap awal, maintenance, dan penyembuhan. Tahap awal
berlangsung selama 36 jam, ditandai dengan penurunan pengeluaran kemih (oliguria)
dilanjutkan dengan tahap maintenance yang berlangsung dari hari kedua sampai keenam di
mana pengeluaran kemih turun drastis sampai 50-400 ml/hari disertai tanda-tanda uremia.
Adanya kerusakan tubulus menyebabkan retensi cairan, sehingga terjadi uremia, hiperkalemia,
edem, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis, peningkatan blood urea nitrogen (BUN) sekitar
25-30mg/dl per-hari, dan kreatinin kira-kira 2,5mg/dl per-hari.

c. Etiologi Penyakit ginjal

Etiologi Penyakit ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes
mellitus, glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak terkontrol, obstruksi
traktus urinarius, lesi herediter, penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskuler, infeksi, medikasi
atau agen toksik. Lingkungan dan agen 7 berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis
mencakup timah, kadmium, merkuri, dan kromium (Brunner & Suddarth, 2002).
Penyebab PGK tidak hanya disebabkan oleh satu sebab saja melainkan berbagai macam.
Berdasarkan survey dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2010 (Suwitra,
2006 dalam PDSPDI, 2006)mencatat penyebab penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis di
Indonesia yaitu:
1) Glomerulonefritis
2) Diabetes Mellitus
3) Obstruksi dan Infeksi
4) Hipertensi
5) Sebab lain diantaranya : nefritis, lupus, nefropati, intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan,
tumor ginjal.
2.3 Klasifikasi Penyakit gangguan pada ginjal
1. Gagal Ginjal Akut
Terjadi akibat ginjal tidak mampu menyaring zat sisa dalam darah. Penyebabnya adalah
batu saluran kemih, konsumsi obat, dehidrasi berat, dan trauma pada ginjal. Gejala gagal ginjal
berupa penurunan jumlah urine, kaki bengkak, sesak napas, nyeri dada, kecemasan, kejang,
hingga koma. Mioglobin juga dapat membahayakan ginjal dan memicu gagal ginjal.
2. Batu Ginjal
Ditandai dengan terbentuknya kristal di dalam ginjal, sehingga dikenal sebagai kencing
batu. Batu ginjal bisa berpindah ke saluran kemih lain seperti ureter, kandung kemih, dan
uretra. Bila ini terjadi, kristal dapat melukai dinding saluran kemih dan menyebabkan urine
bercampur darah. Salah satu gejalanya adalah rasa nyeri yang hilang dan timbul di daerah
pinggang.
3. Glomerulonefritis
Peradangan glomerulus atau pembuluh darah kecil yang berfungsi menyaring darah.
Akibatnya, ginjal tidak bisa menyaring darah dengan normal hingga berujung pada gagal
ginjal. Gejala glomerulonefritis adalah kencing berdarah, tekanan darah tinggi, jarang buang
air kecil, nyeri perut, kencing berbusa, serta pembengkakan di wajah, tangan, kaki, dan perut
karena penumpukan cairan dalam tubuh.
4. Nefritis Akut
Peradangan pada nefron ginjal. Pengidap nefritis akut mengalami demam, muntah, tekanan
darah tinggi, nyeri punggung, dan gangguan kencing.
5. Infeksi Saluran Kencing
Terjadi saat bakteri menginfeksi saluran kencing. Kondisi ini ditandai dengan demam,
nyeri saat berkemih, dan sering buang air kecil.
6. Asidosis
Disebabkan karena banyaknya kadar karbondioksida dalam tubuh, diare, penurunan
jumlah insulin, hingga ketidakmampuan ginjal dalam menyaring zat basa dalam tubuh.
Gejalanya berupa mudah lelah, sering mengantuk, linglung, sulit bernapas, sakit kepala,
jantung berdebar kencang, dan nafsu makan menurun.
7. Uremia
Penumpukan urea dalam darah, menyebabkan iritasi pada sistem saraf. Biasanya pengidap
uremia mengalami kram kaki, hilang nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, muntah, dan sulit
berkonsentrasi.
8. Gagal Ginjal Kronis
Penurunan fungsi ginjal di bawah batas normal lebih dari tiga bulan. Gagal ginjal kronis
ditandai dengan ketidakmampuan ginjal dalam menyaring kotoran, mengontrol jumlah air
dalam tubuh, serta mengontrol kadar garam dan kalsium dalam darah. Gejalanya adalah sesak
napas, muntah, nyeri tulang, kaki kebas, berat badan menurun, kaki atau mata bengkak, hingga
pingsan.
9.Tumor ginjal
Tumor ginjal adalah benjolan yang muncul di ginjal akibat pertumbuhan sel abnormal.
Tumor ginjal yang berukuran kecil biasanya bersifat jinak, sedangkan yang berukuran besar
biasanya bersifat ganas dan dapat menyebabkan kanker ginjal.
Penyebab tumor ginjal belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa faktor risiko
yang meningkatkan peluang seseorang mengalami penyakit ini. Faktor risiko tersebut meliputi:
• Obesitas dan pola makan yang tidak sehat
• Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol
• Riwayat hipertensi atau penyakit kanker ginjal dalam keluarga
• Sering terpapar zat beracun atau mengonsumsi obat-obatan tertentu
• Rutin menjalani terapi cuci darah
Sebagian besar tumor ginjal tahap awal biasanya tidak menimbulkan gejala. Jika muncul
gejala, biasanya tidak spesifik dan bisa menyerupai penyakit ginjal lainnya.
Pengobatan tumor ginjal tergantung pada ukuran, tahapan, pertumbuhan, dan perkembangan
tumor itu sendiri. Tahap awal pengobatannya adalah dengan observasi penuh untuk mencegah
pertumbuhan tumor dan mempertahankan fungsi ginjal. Pada tahap lanjut, tumor ginjal
memerlukan terapi dengan obat-obatan dan operasi.
Selain beberapa penyakit ginjal di atas, masih ada beberapa macam penyakit ginjal yang
dapat terjadi, contohnya penyakit ginjal polikistik, lupus nefritis atau peradangan ginjal akibat
penyakit lupus, serta hidronefrosis.
2.4 Ciri-ciri penyakit gangguan pada ginjal

Ciri-ciri penyakit gangguan pada Ginjal

 Kelelahan
 Gangguan tidur
 Kulit kering dan gatal
 Sering Buang Air Kecil
 Kencing Darah
 Kencing Berbuih
 Pembengkakan di Area Wajah dan Kaki
 Kesulitan bernapas
 Penurunan Nafsu Makan
 Kram otot
Ciri-ciri penyakit ginjal kronis dapat ditandai dengan adanya perubahan warna dan cairan
urin, pembengkakan, kelelahan, rasa metalik di mulut, kedinginan, hingga kesulitan
berkonsentrasi. Urin berubah menjadi lebih keruh, kecoklatan, bahkan hingga mengeluarkan
darah.

2.5 Etiologi penyakit gangguan pada ginjal

 Menderita diabetes, hipertensi, penyakit jantung, atau penyakit hati


 Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
 Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal yang berulang
 Menderita obesitas
 Memiliki pola makan yang tinggi garam atau gula
 Memiliki kebiasaan jarang minum air putih sehingga meningkatkan risiko kekurangan
cairan
 Berusia lanjut
 Memiliki daya tahan tubuh yang lemah atau menderita penyakit autoimun
 Memiliki kelainan bentuk ginjal
2.6 Patogenesis, patologi dan patofisiologi serta manifestasi klinik penyakit ginjal

a. Patogenesis pada penyakit ginjal

Patogenesis gagal ginjal akut (acute kidney injury) adalah ketika terjadi gangguan
perfusi oksigen dan nutrisi dari nefron baik karena pasokan yang menurun maupun
permintaan yang meningkat. Patogenesis dari gagal ginjal akut dibedakan berdasarkan
etiologinya.

 Prerenal

Hipoperfusi ke ginjal yang menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG),


seperti pada hipovolemia, gangguan fungsi jantung, vasodilatasi sistemik dan peningkatan
resistensi vaskular. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan dalam mempertahankan
tekanan filtrasi intraglomerulus sehingga ginjal hanya menerima 25% dari curah jantung
(cardiac output). Sistem pembuluh darah di ginjal dapat mempertahankan perfusi hingga
tekanan darah sistemik dengan mean arterial pressure (MAP) 65 mmHg. Dalam sebuah
penelitian, MAP 72 – 82 mmHg diperlukan untuk menghindari gagal ginjal akut pada
pasien syok sepsis dan bila terdapat gangguan ginjal.

 Renal

Gangguan terjadi dalam ginjal seperti tubulus, glomerulus, interstisial dan


pembuluh darah intrarenal. Nekrosis tubular akut (Acute Tubular Necrosis / ATN)
merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan gagal ginjal akut. Kerusakan dan
kematian sel tubulus dapat disebabkan karena iskemik maupun toksik. “Sampah” hancuran
sel akibat ATN ini kemudian dapat menumpuk dan menyebabkan obstruksi yang
memperparah gagal ginjal akut.

Pada gagal ginjal akut akibat gangguan renal, dapat terjadi isothenuria (kegagalan
mengatur osmolalitas urin), osmolalitas urin dapat kurang dari 300 mOsm/kgBB.

 Pasca Renal

Adanya obstruksi pada traktus urinarius dimulai dari tubulus ginjal hingga uretra
dimana terjadi peningkatan tekanan intratubular. Obstruksi ini juga dapat memicu
gangguan tekanan darah pada ginjal dan reaksi inflamasi yang mengakibatkan penurunan
LFG.[3-6]

b. Patologi dari penyakitr ginjal

Berbagai penyakit ginjal, seperti batu ginjal dan gagal ginjal kronis dapat dideteksi dengan
patologi anatomi. Batu ginjal adalah endapan keras yang terbentuk dari mineral dan garam asam
yang mengendap dalam urine yang terkonsentrasi. Gejalanya berupa nyeri parah pada sisi perut,
dan sering disertai mual.

Sementara itu, gagal ginjal kronis adalah kondisi ketika fungsi ginjal mengalami penurunan
secara bertahap karena kerusakan pada organ tersebut. Secara medis, gagal ginjal kronis
didefinisikan sebagai penurunan laju penyaringan atau filtrasi ginjal, yang berlangsung selama 3
bulan atau lebih.

Berikut ini beberapa penyakit ginjal yang bisa dideteksi patologi anatomi:

 Gagal Ginjal Akut: Kondisi ini terjadi ketika fungsi ginjal tiba-tiba terganggu. Ada tiga
jenis gagal ginjal akut tergantung pada lokasi gangguan yaitu gagal ginjal prerenal,
gagal ginjal intrinsik, dan gagal ginjal pasca.
 Gagal Ginjal Kronis: Kondisi rusaknya fungsi ginjal secara bertahap. Gagal ginjal
kronis bisa terjadi ketika ada penurunan aliran darah ke ginjal atau ketika fungsi nefron
terganggu.
 Batu ginjal: Batu ginjal terbentuk di dalam ginjal saat urine menjadi pekat. Kondisi ini
menyebabkan urine mengkristal dan membentuk endapan keras. Jika urine berwarna
kuning, artinya tubuh membutuhkan asupan cairan segera. Endapan batu ginjal tidak
menyebabkan kerusakan permanen, tapi bisa menyebar ke bagian lain dari sistem
saluran kemih.
 Penyakit Ginjal Polikistik: Kondisi kelainan bawaan di mana kelompok kista jinak
terbentuk di dalam atau di bagian luar ginjal. Hal ini menyebabkan pembesaran ginjal,
menyebabkan fungsinya melemah secara bertahap. Kista bervariasi tergantung ukuran
dan seberapa besar dan berapa banyak kista yang ada akan menentukan kerusakan pada
ginjal.
Selain bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit ginjal, patologi anatomi juga bisa jadi
salah satu pemeriksaan untuk membantu diagnosis penyakit lain. Mulai dari kanker, penyakit hati,
tumor, penyakit autoimun, dan infeksi.

c. Patofisiologi pada penyakit ginjal

Pada penyakit gagal ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara progresif yang
ditandai dengan atrofi tubular, glomerulosklerosis, fibrosis tubulointerstisial, infiltrate sel
mononuclear dan sclerosis vascular.

Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang
masih tersisa sebagai upaya kompensasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang
diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus, akhirnya diikuti oleh proses
maladptasi barupa sclerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-anglontensin-
aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sclerosis dan
progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikimia, disiplidemia.

d. Manifestasi klinis penyakit ginjal

 Tekanan darah tinggi


 Perubahan frekuensi dan jumlah buang
air kecil dalam sehari
 Adanya darah dalam urin
 Lemah serta sulit tidur
 Kehilangan nafsu makan
 Sakit kepala
 Tidak dapat berkonsentrasi
 Gatal
 Sesak
 Mual & muntah
 Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, serta pada kelopak mata waktu
pagi hari
2.7 Komplikasi penyakit pada gangguan ginjal

Komplikasi, dalam kedokteran adalah sebuah perubahan tak diinginkan dari sebuah
penyakit, kondisi kesehatan atau terapi. Penyakit dapat menjadi memburuk atau menunjukkan
jumlah gejala yang lebih besar atau perubahan patologi, yang menyebar ke seluruh tubuh atau
berdampak pada sistem organ lainnya. Komplikasi bisa dipicu oleh berbagai faktor mulai obat
kimia, tindakan medis, hingga penyakit tertentu. Selain itu munculnya komplikasi bisa juga
disebabkan oleh : Daya tahan tubuh yang rendah, adanya penyakit yang menjalar ke seluruh tubuh,
dan Ketakmampuan pembuluh darah dalam menetralkan semua penyakit.

a. . Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik

Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gagal ginjal kronik adalah (Baugman, 2000) :

 Penyakit tulang Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan


mengakibatkan deklafisikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh
(osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
 Penyakit Kardiovaskuler Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik
(sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
 Anemia Selain dalam fungsi sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritroprotri yang mengalami difisiensi di ginjal akan mengakibatkan
penurunan hemoglobin.
 Disfungsi Seksual Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria, pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia.

b. . Komplikasi penyakit ginjal kronik

Komplikasi penyakit ginjal kronik (PGK) yang dapat muncul adalah anemia, neuropati
perifer, komplikasi kardiopulmunal, komplikasi GI (gastrointestinal), disfungsi seksual, defek
skeletal, parastesia, disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralisis flasid, serta fraktur
patologis (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Penyakit ginjal adalah istilah yang menggambarkan setiap gangguan pada ginjal.
Penyakit ginjal dapat menyebabkan fungsi ginjal dalam membersihkan dan menyaring
limbah atau racun dari darah menjadi terganggu.
b. Jenis dan sifat gangguan pada ginjal yaitu 1). Degenerasi dan Nekrosis, 2). Nekrosis
Tubular akut. Etiologi Penyakit ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak
terkontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter, penyakit ginjal polikistik, gangguan
vaskuler, infeksi, medikasi atau agen toksik
c. Klasifikasi penyakit gangguan ginjal yaitu Gagal ginjal akut, Batu ginjal,
Glomerulonnefritis, Nefritis akut, infeksi saluran kencing, Asidosis, Uremia, Gagal ginjal
kronis, dan Tumor ginjal.
d. Ciri-ciri penyakit gagal ginjal yaitu kelelahan, gangguan tidur, kulit kering, sering BAK,
Kencing darah, Kencing berbuih, Pembengkakan, Sulit nafas, Penurunan nafsu makan
dan Kram otot.
e. Etiologi penyakit gangguan ginjal yaitu menderira diabetes, hipertensi, penyakit jantung,
penyakit hati dll.
f. Patogenesis yaitu prerenal, renal dan pasca renal. Penyakit ginjal yang bisa dideteksi
patologi anatomi yaitu gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, batu ginjal, dan penyakit
ginjal polikistik.
g. Komplikasi penyakit gangguan ginjal kronik yaitu penyakit tulang, penyakit
kardiovaskuler, anemia, disfungsi seksual.
3.2 Saran
a. Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit ginjal, diharapkan masyarakat lebih
berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan
melalui makanan maupun berolaharaga yang benar.
b. Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya
penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., Hackley, J. C., (2000), Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku Dari

Brunner & Suddarth (Terjemahan), EGC, Jakarta.

Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alihbahasa oleh Andry

Hartono. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai