NURWAHDINI : P.21.069
MARWAH : P.21.0
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur tas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah te
ntang Gagal Ginjal Kronik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendap
atkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ber
kontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranga
n baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperba
iki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga Makalah tentang Gagal Ginjal Kronik dapat m
emberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................
B. Pathway ................................................................................................................
C. Pengkajian ............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1
akan mengalami peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 1995 – 2025
sebesar 414%. Peningkatan ini sangat disayangkan karena sebenarnya penyakit
gagal ginjal dapat dicegah dan dideteksi dini jika masyarakat mempunyai
kesadaran mengenai pentingnya ginjal terhadap kesehatan (YGDI, 2012).
Gejala gagal ginjal kronik sering kali tidak terlihat pada tahap awal
penyakit, tetapi akan semakin jelas seiring berjalannya waktu. Beberapa gejala
yang umum meliputi kelelahan yang berlebihan, penurunan nafsu makan,
peningkatan tekanan darah, pembengkakan pada kaki dan tangan, perubahan pola
buang air kecil, anemia, gangguan tidur, gatal-gatal pada kulit, dan kelemahan otot.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
3
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,
2006). GGK memiliki etiologi yang bervariasi dan tiap negara memiliki data
etiologi GGK yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat, diabetes melitus tipe 2
merupakan penyebab terbesar ESRD. Hipertensi menempati urutan kedua. Di
Indonesia, menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia glomerulonefritis
merupakan 46.39% penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Sedangkan diabetes melitus, insidennya 18,65% disusul obstruksi / infeksi ginjal
(12.85%) dan hipertensi (8.46%) (Firmansyah, 2010). Etiologi gagal ginjal
kronik menurut Brunner & Suddarth (2006) adalah penyakit sistemik seperti
diabetes melitus, glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak
dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter seperti penyakit ginjal
polikistik, gangguan vaskuler, infeksi, medikasi atau toksik. Lingkungan dan
agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronik mencakup timah,
kadmium, merkuri dan kromium.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas-kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut
terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu Pada kedua kasus ter- sebut,
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mem- pertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Meskipun
ketidakmampuan fungsional terminal sama pada kedua jenis gagal ginjal ini,
tetapi gagal ginjal akut mempunyai gambaran khas dan akan dibahas secara
terpisah pada Bab 49.
4
urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa
penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus (glomerulo- nefritis), sedangkan
jenis yang lain terutama menye- rang tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit
polikistik ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim
ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada
semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut.
Gambaran dari masing-masing penyakit parenkim ginjal akan dibahas kemudian
pada bab ini.
Gejala GGK biasanya tidak terlalu jelas pada tahap awal. Namun, ketika
fungsi ginjal semakin menurun, gejala yang mungkin muncul meliputi
kelelahan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, gatal-gatal, kram otot,
pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki, serta perubahan pola buang air
kecil.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor dan kondisi yang dapat menjadi penyebab gagal ginj
al kronik (GGK). Berikut adalah beberapa etiologi umum GGK:
5
c. Penyakit Ginjal Polikistik (Polo]l.ycystic Kidney Disease/PKD): PKD adalah
penyakit keturunan yang menyebabkan pertumbuhan kista-kista pada ginjal. P
ertumbuhan kista yang berkelanjutan dapat menyebabkan kerusakan struktural
dan fungsi ginjal.
d. Gangguan autoimun: Penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE) dan penyakit glomerulonefritis lupus menyebabkan kerusakan ginjal kr
onik. Sistem kekebalan tubuh yang keliru menyerang ginjal dan merusak jarin
gan ginjal.
e. Infeksi Ginjal Kronis: Infeksi berulang atau infeksi ginjal yang tidak diobati d
engan baik dapat menyebabkan kerusakan ginjal progresif.
f. Obstruksi saluran kemih: Obstruksi atau penyumbatan saluran kemih, seperti
batu ginjal atau pembesaran prostat, dapat menyebabkan kerusakan ginjal seiri
ng waktu.
g. Penggunaan obat-obatan: Penggunaan jangka panjang obat-obatan tertentu, se
perti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat-obatan nefrotoksik lain
nya, dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
h. Gangguan Vaskular: Kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah ginjal, sep
erti penyakit pembuluh darah ginjal atau aterosklerosis, dapat menyebabkan G
GK.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada banyak faktor risiko lain yang dap
at menyebabkan GGK, termasuk merokok, obesitas, paparan bahan kimia beracu
n, serta riwayat keluarga dengan GGK. Penting untuk diingat bahwa setiap kasus
GGK dapat memiliki penyebab yang berbeda, dan diagnosis akurat harus ditega
kkan oleh profesional medis yang berkualifikasi
6
a. Kelelahan: Kelelahan yang tidak wajar atau terus menerus bisa menjadi tanda
awal GGK. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi hormon eritropoietin
oleh ginjal, yang dapat menyebabkan anemia.
b. Penurunan nafsu makan: Seseorang dengan GGK mungkin mengalami penuru
nan nafsu makan dan berat badan yang tidak stabil.
c. Mual dan muntah: Kadar toksin dalam tubuh yang tidak dapat disaring oleh gi
njal yang rusak dapat menyebabkan mual dan muntah.
d. Gatal-gatal: Akumulasi racun dalam darah karena ginjal yang tidak berfungsi
dengan baik dapat menyebabkan rasa gatal yang intens. Gatal-gatal terutama
mungkin terjadi di seluruh tubuh atau di bagian kulit tertentu.
e. Gangguan tidur dan konsentrasi: Kadar toksin yang tinggi dalam darah dapat
menyebabkan gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan kebingungan mental.
f. Pembengkakan: Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik dapat mengakibatka
n penumpukan cairan dalam tubuh, yang biasanya terlihat sebagai pembengka
kan pada kaki, pergelangan kaki, atau wajah.
g. Perubahan pola buang air kecil: Seseorang dengan GGK mungkin mengalami
perubahan pola buang air kecil, seperti sering buang air kecil (terutama di mal
am hari), urin berbusa, atau perubahan warna urin.
h. Tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol: GGK dapat menyebabkan peningka
tan tekanan darah, dan tekanan darah tinggi dapat menjadi penyebab atau akib
at GGK.
i. Nyeri punggung: Kadang-kadang, GGK bisa menyebabkan nyeri punggung y
ang terlokalisasi di area ginjal.
Penting untuk diingat bahwa tanda dan gejala ini dapat bervariasi antar
a individu dan bergantung pada tingkat keparahan GGK. Jika Anda mengalami g
ejala yang mencurigakan atau memiliki kekhawatiran terkait kesehatan ginjal, se
baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.
4. Patofisiologi
7
Patofisiologi gagal ginjal kronik (GGK) melibatkan serangkaian
perubahan yang terjadi dalam fungsi ginjal, proses adaptasi, dan kompensasi
tubuh. Berikut adalah gambaran umum tentang patofisiologi GGK
8
mengaktifkan SRAA, menyebabkan peningkatan tekanan darah, retensi
natrium, dan peningkatan produksi aldosteron.
g. Anemia dan Gangguan Hematopoiesis: Ginjal berperan dalam produksi
hormon eritropoietin, yang merangsang produksi sel darah merah dalam
sumsum tulang. Dalam GGK, produksi eritropoietin terganggu, menyebabkan
anemia.
h. Komplikasi Sistemik: GGK dapat menyebabkan berbagai komplikasi sistemik
seperti gangguan kardiovaskular, gangguan saraf, gangguan pencernaan,
gangguan tulang
5. Pemeriksaan penunjang
9
d. Pemeriksaan Gambaran Radiologi: Pemeriksaan gambaran radiologi seperti ul
trasonografi ginjal dapat membantu dalam mengevaluasi ukuran, struktur, dan
kelainan fisik ginjal. Pemeriksaan CT scan atau MRI dapat digunakan dalam k
asus-kasus yang lebih kompleks.
e. Biopsi Ginjal: Dalam beberapa situasi, biopsi ginjal dapat dilakukan untuk me
ngidentifikasi penyebab yang mendasari GGK dan memastikan diagnosis yan
g akurat. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan ginjal untuk di
periksa di bawah mikroskop.
f. Pemeriksaan Tambahan: Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan darah leng
kap, profil lipid, tes fungsi tiroid, dan pemeriksaan tambahan tergantung pada
gejala, riwayat medis, dan kondisi klinis individu.
6. Penatalaksanaan
10
2) Mengelola tekanan darah: Penting untuk menjaga tekanan darah dalam
kisaran normal dengan penggunaan obat antihipertensi dan menerapkan
perubahan gaya hidup sehat.
3) Mengelola diabetes: Jika GGK disebabkan oleh diabetes, pengendalian
gula darah yang baik sangat penting untuk mengurangi kerusakan ginjal
lebih lanjut.
b. Terapi farmakologi:
c. Manajemen komplikasi:
11
2) Cuci darah peritoneal: Prosedur ini melibatkan penggunaan cairan
khusus yang dimasukkan ke dalam peritoneum (lapisan dalam rongga
perut) untuk menyaring limbah dari darah.
3) Transplantasi ginjal: Jika memungkinkan, transplantasi ginjal dapat
menjadi pilihan terapi pengganti ginjal yang paling efektif dan
berkelanjutan.
7. Komplikasi
12
dapat menyebabkan gangguan tulang seperti osteodistrofi renal, peningkatan
risiko patah tulang, dan kelainan dalam metabolisme tulang.
d. Gangguan Metabolisme Asam-Basa: Ginjal berperan penting dalam menjaga
keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Dalam GGK, gangguan fungsi ginjal
dapat menyebabkan asidosis metabolik, yaitu penumpukan asam dalam tubuh.
Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, mual, muntah, dan
perubahan tingkat kesadaran.
e. Gangguan Sistem Saraf: Keracunan uremia, yaitu penumpukan produk limbah
dalam darah, dapat menyebabkan gangguan saraf. Pasien dengan GGK dapat
mengalami kebingungan, kesulitan konsentrasi, gangguan tidur, tremor, kram
otot, dan bahkan kejang.
f. Gangguan Pencernaan: GGK dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan
menyebabkan gejala seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
perubahan berat badan. Penumpukan zat beracun dalam darah juga dapat
mempengaruhi fungsi hati dan menyebabkan gangguan hati.
g. Komplikasi Infeksi: Pasien GGK memiliki sistem kekebalan tubuh yang
melemah, yang meningkatkan risiko infeksi. Infeksi saluran kemih, infeksi
saluran peritoneal (jika menggunakan cuci darah peritoneal), dan infeksi darah
(sepsis) adalah beberapa komplikasi infeksi yang mungkin terjadi.
B. Pathway
13
C. Pengkajian
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Uji fungsi ginjal: Mengevaluasi tingkat kreatinin, urea, dan elektrolit (natrium,
kalium, kalsium, fosfor) dalam darah untuk menilai fungsi ginjal.
b. Analisis urin: Memeriksa adanya proteinuria (kebocoran protein ke dalam uri
n), hematuria (darah dalam urin), atau abnormalitas lain dalam urin.
c. Profil hematologi: Mengukur kadar hemoglobin dan hitung sel darah putih unt
uk mendeteksi anemia atau infeksi.
d. Profil lipid: Memeriksa kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah untuk m
engevaluasi risiko penyakit kardiovaskular yang terkait dengan GGK.
14
4. Pemeriksaan Radiologi:
5. Penilaian Nutrisi:
a. Evaluasi status nutrisi pasien, termasuk pengukuran berat badan, tinggi badan,
dan indeks massa tubuh (BMI).
b. Menilai asupan makanan dan toleransi diet pasien.
c. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi khusus, seperti batasan protein, garam,
kalium, atau fosfor.
d. Pengkajian yang komprehensif ini membantu dokter dalam menentukan
diagnosis GGK, menilai tingkat kerusakan ginjal, mengidentifikasi penyebab
yang mendasari, dan merencanakan pengelolaan yang tepat untuk pasien.
D. Diagnosa
Gangguan integrasi kulit b.d perubahan status nutrisi d.d Kerusakan jaringan dan
lapisan kuli
Defisit Nutrisi b.d Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien d.d Berat badan
menurun minimal 10% dibawahh rentang ideal, Nasfsu makan menurun
15
d. Hipervolemia (D.0022)
Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi d.d Edema anasarka dan edema
perifer, oliguria
Perfusi Perifer tidak Efektif b.d Hiperglikemia (kadar kulah darah), d.d Warna
kulit pucat, Edema
Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologi d.d mengeluh nyeri, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu.
E. Intervensi
No Diagnosa Luaran Intervensi
1. Gangguan Setelah dilakukan TINDAKAN (I.11353)
Integritas intervensi
Kulit/Jaringa keperawatan Observasi
n (D.0129) selama 2x24 jam
maka, integritas Iidentifikasi penyebab gangguan integritas
kulit dan jaringan kulit (mis. perubaahaan sirkulasi, perubahan
meningkat dengan status nuutrisi, perubahan kelembapan, suhu
kriteria hasil: lingkungan eksternal, penurunan mobilitas)
(L.14125)
Terapeutik
1. Kerusakan
jaringan (5) Gunakan produk berbahan petrolium atau
menurun minyak pada kulit kering
2. Kerussakan Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
lapisan kulit (5) hipoalergik pada kulit sensitif
16
mennurun Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering
n
Edukasi
1. Keluhan lela (5) Lakukan latihan rentan gerak pasif atau aktif
menurun Berikan aktifitas distraksi yang
2. Perasaan lemah menenangkan
(5) menurun
Edukasi
Kolaborasi
17
3. Defisit Setelah dilakukan TINDAKAN (I.03119)
Nutrisi intervensi
(D.0019) keperawatan Obserfasi
selama 7 jam
maka, status Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dengan kriteria nutrien
hasil: (L.03030) Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
1. Berat badan (5)
membaik Terapeutik
2. Nafsu makan
(5) membaik Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
18
3. Oliguria(produk
si urin sedikit) mL/jam dalam 6 jam
(5) menurun
Kolaborasi
Edukasi
1. Dispnea (5)
menurun
19
2. Warna kulit (5)
membaik
20
Daftar Pustaka
http://simkesnas.stikesbuleleng.ac.id/index.php/simkesnas/article/view/141
https://docs.google.com/document/d/1plodYXq0Ls6Kc3IFMv21s6tiJ7hDBKYA/edit?
pli=1 Penulis 1 , Penulis 2 , Penulis 3 (Jenis Huruf Tahoma 11pt) PROSEDING
1* 1 2
http://eprints.umpo.ac.id/2521/1/PREVALENSI%20FAKTOR%20RISIKO.pdf
PREVALENSI FAKTOR RISIKO GAGAL GINJAL KRONIK, LAILY ISRO’IN
CHOLIK HARUN ROSJIDI
https://repository.unair.ac.id/97635/4/4.%20BAB%201PENDAHULUAN.pdf NUR
AIDA RAHMAH AGUSTIN - nur aida.pd NU
https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis
earch.yahoo.com/search;_ylt=AwrgLCvfDbpkcq4CNRZXNyoA;_ylc=X1MDMjc2NjY
3OQRfcgMyBGZyA21jYWZlZQRmcjIDc2ItdG9wBGdwcmlkA2swTWdUY1lrUlZtcn
l0THVzUWRqQ0EEbl9yc2x0AzAEbl9zdWdnAzEwBG9yaWdpbgNzZWFyY2gueWF
ob28uY29tBHBvcwMwBHBxc3RyAwRwcXN0cmwDMARxc3RybAMxOQRxdWVy
eQNHYWdhbCUyMGdpbmphbCUyMGtyb25pawR0X3N0bXADMTY4OTkxNTIxOA
--?p=Gagal+ginjal+kronik&fr2=sb-top&fr=mcafee&type=E211US714G0
21
KEPERAWATAN KRITIS. PENERBIT BUKU KEDOOKTERAN. -Patricia Gonce
Morton -Dorrie fontaine -Carolyn M. Hudak -Barbara M.Gallo. EGC 2011. Cetakan
2014. Volume1.Edisi 8
Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA Nic-Noc. Edisi refvisi
jilid 2. Penyusunn -Amin Huda Nurarif, S.Kep.,Ns -Hardhi Kusuma, S..Kep.,Ns.
Penerbit Mediaction Jogja JL. Rigroad barat, Godegan Rt 5 Tamantirtoo, kasihan batu,
Jogjakarta. Cetakan 1 januari 2015
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensi Keperawatan indonesia (SiKI),
Edisi 1. Cetakan III, jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2017), Standar Luaran Keperawatan indonesia (SLKI),
Edisi 1. Cetakan III, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensis Keperawatan indonesia (SLKI),
Edisi 1. Cetakan III, jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Sekta Kedokteran. Fakultas kedokteran UI. Media Aesculapius. Edisi ketiga. Jilit 1
-Arif mansjoer
22
23