Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik

Dosen pengampu: Ns. M.Syikir.,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 6

NURWAHDINI : P.21.069

MARWAH : P.21.0

MUH. QARDAWI : P.21.0

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA GENERASI POLEWALI MANDAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur tas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah te
ntang Gagal Ginjal Kronik. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendap
atkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ber
kontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranga
n baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperba
iki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah tentang Gagal Ginjal Kronik dapat m
emberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Polewali, 08 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................

KATA PEENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................


B. Rumus Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Konsep Medis .......................................................................................................


1. Definisi ...........................................................................................................
2. Etiologi ...........................................................................................................
3. Tanda dan Gejala ...........................................................................................
4. Patofisiologi ...................................................................................................
5. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................
6. Penatalaksanaan .............................................................................................
7. Komplikasi .....................................................................................................

B. Pathway ................................................................................................................
C. Pengkajian ............................................................................................................

1. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Penunjang .....................................................


2. Pemeriksaan Fisik ..............................................................................................

D. Diangnosa, Luaran, Intervensi .............................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gagal ginjal kronis merupakan penurunan status fungsi ginjal irreversible


yang membutuhkan membutuhkan terapi pengganti ginjal. Masalah untuk pasien
gagal ginjal adalah masalah dapat dimotivasi dengan self care management selama
menjalani pengobatan gagal ginjal. Self care merupakan salah satu kemampuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan. Self care management pada pasien HD meliputi
pembatasan cairan, pengaturan diet, pengobatan dan perawatan akses vaskuler.
Tujuan: Untuk melakukan analisa kasus kelolaan pada klien dengan gagal ginjal
kronis dengan intervensi inovasi self care management untuk mencegah
peningkatan Interdialitic Weight Gain (IDWG) di Ruang Hemodialisis RSUD
Taman Husada Bontang. 

Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakin non


communicable disease dengan prevalensi yang terus meningkat. Penyakit ini jika
tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan pasien harus menjalani
hemodialisis, menurunkan Quality of life penderitanya dan menimbulkan
komplikasi yang lain. Strategi self-management dinilai merupakan cara efektif
untuk mencegah terjadinya perkembangan penyakit tersebut. Oleh karena itu, perlu
diketahui support system yang dapat meningkatkan self-management pada pasien
gagal ginjal kronik. 

Angka penderita gagal ginjal di Indonesia mencapai 70 ribu lebih. Data


beberapa pusat nefrologi di Indonesia dipekirakan insidens dan prevalensi penyakit
ginjal kronik masing-masing berkisar 100 – 150/1 juta penduduk dan 200 – 250/1
juta penduduk. Penelitian WHO pada tahun 1999 memperkirakan di Indonesia

1
akan mengalami peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun 1995 – 2025
sebesar 414%. Peningkatan ini sangat disayangkan karena sebenarnya penyakit
gagal ginjal dapat dicegah dan dideteksi dini jika masyarakat mempunyai
kesadaran mengenai pentingnya ginjal terhadap kesehatan (YGDI, 2012).

Penyakiit gagal ginjal kronik menimbulkan berbagai kondisi patologi klinis


pada tubuh. Salahsatu kondisi patologis yang umum.. Gagal ginjal kronis atau
penyakit ginjal kronis menyebabkan cairan, elektrolit, dan limbah menumpuk di
dalam tubuh dan menimbulkan gangguan. Gejala bisa lebih terasa ketika fungsi
ginjal memburuk. Pada tahap lanjut, gagal ginjal kronis dapat berakibat fatal,
terutama jika tidak ditangani, misalnya dengan cuci darah. Data penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan gagal ginjal kronis di Indonesia terjadi akibat
hipertensi dan diabetes (nefropati diabetik) yang tidak terkontrol.

Gejala gagal ginjal kronik sering kali tidak terlihat pada tahap awal
penyakit, tetapi akan semakin jelas seiring berjalannya waktu. Beberapa gejala
yang umum meliputi kelelahan yang berlebihan, penurunan nafsu makan,
peningkatan tekanan darah, pembengkakan pada kaki dan tangan, perubahan pola
buang air kecil, anemia, gangguan tidur, gatal-gatal pada kulit, dan kelemahan otot.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu gagal ginjal kronik (GGK) ?


2. Apa penyebab dan gejala pada gagal ginjal kronik ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu gagal ginjal kronik (GGK)


2. Meengetahui penyebab dan gejala pada gagal ginjal kronik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan dunia. Pasien


yang mengalami gagal ginjal biasanya akan melakukan terapi penggantian ginjal
yang akan memiliki efek terhadap kualitas hidup pasien. Beberapa studi
menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani dialisis akan
mengalami penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu penting untuk mengetahui
faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani dialisis. Peneliti melakukan telaah sistematis terhadap kualitas
hidup pasien gagal ginjal yang menjalani dialisis. Peneliti melakukan
penelusuran terhadap beberapa database yaitu ProQuest, PubMed dan Science
direct dan telaah terhadap beberapa studi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eklusi. Berdasarkan hasil telaah sistematis diketahui bahwa status
sociodemografi seperti umur, pendidikan, status pekerjaan dan etnis
berhubungan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal. Selain itu status klinis
dan gangguan psikologis juga berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Jenis
terapi dialisis juga berhubungan dengan kualitas hidup dimana beberapa studi
menemukan bahwa pasien yang menjalani terapi dialisis dengan dialisis
peritoneal memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan pasien yang
menjalani terapi hemodialisis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien GGK yaitu faktor
sosiodemorafi, status klinis dan gangguan psikologis serta jenis terapi dialis
yang digunakan. 

3
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,
2006). GGK memiliki etiologi yang bervariasi dan tiap negara memiliki data
etiologi GGK yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat, diabetes melitus tipe 2
merupakan penyebab terbesar ESRD. Hipertensi menempati urutan kedua. Di
Indonesia, menurut data Perhimpunan Nefrologi Indonesia glomerulonefritis
merupakan 46.39% penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Sedangkan diabetes melitus, insidennya 18,65% disusul obstruksi / infeksi ginjal
(12.85%) dan hipertensi (8.46%) (Firmansyah, 2010). Etiologi gagal ginjal
kronik menurut Brunner & Suddarth (2006) adalah penyakit sistemik seperti
diabetes melitus, glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi yang tidak
dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter seperti penyakit ginjal
polikistik, gangguan vaskuler, infeksi, medikasi atau toksik. Lingkungan dan
agens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronik mencakup timah,
kadmium, merkuri dan kromium.

Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yang luas-kronik dan
akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya gagal ginjal akut
terjadi dalam beberapa hari atau beberapa minggu Pada kedua kasus ter- sebut,
ginjal kehilangan kemampuannya untuk mem- pertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Meskipun
ketidakmampuan fungsional terminal sama pada kedua jenis gagal ginjal ini,
tetapi gagal ginjal akut mempunyai gambaran khas dan akan dibahas secara
terpisah pada Bab 49.

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang


merusak massa nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit
parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus

4
urinarius juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa
penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus (glomerulo- nefritis), sedangkan
jenis yang lain terutama menye- rang tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit
polikistik ginjal) atau dapat juga mengganggu perfusi darah pada parenkim
ginjal (nefrosklerosis). Namun, bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada
semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut.
Gambaran dari masing-masing penyakit parenkim ginjal akan dibahas kemudian
pada bab ini.

Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis gagal ginjal kronik


sangat mirip satu dengan lain karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan
secara sederhana defisiensi jumlah total nefron yang berfungsi dan kombinasi
gangguan yang pasti tidak dapat dielakkan lagi.

Gejala GGK biasanya tidak terlalu jelas pada tahap awal. Namun, ketika
fungsi ginjal semakin menurun, gejala yang mungkin muncul meliputi
kelelahan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, gatal-gatal, kram otot,
pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki, serta perubahan pola buang air
kecil.

2. Etiologi

Ada beberapa faktor dan kondisi yang dapat menjadi penyebab gagal ginj
al kronik (GGK). Berikut adalah beberapa etiologi umum GGK:

a. Diabetes Mellitus: Diabetes mellitus adalah penyebab utama GGK di banyak


negara. Tingginya kadar gula darah kronis pada diabetes menyebabkan kerusa
kan pembuluh darah dan kerusakan ginjal yang bertahap.
b. Hipertensi (tekanan darah tinggi): Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol
dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal. Hal ini mengganggu aliran dara
h ke ginjal dan mengakibatkan kerusakan ginjal progresif.

5
c. Penyakit Ginjal Polikistik (Polo]l.ycystic Kidney Disease/PKD): PKD adalah
penyakit keturunan yang menyebabkan pertumbuhan kista-kista pada ginjal. P
ertumbuhan kista yang berkelanjutan dapat menyebabkan kerusakan struktural
dan fungsi ginjal.
d. Gangguan autoimun: Penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE) dan penyakit glomerulonefritis lupus menyebabkan kerusakan ginjal kr
onik. Sistem kekebalan tubuh yang keliru menyerang ginjal dan merusak jarin
gan ginjal.
e. Infeksi Ginjal Kronis: Infeksi berulang atau infeksi ginjal yang tidak diobati d
engan baik dapat menyebabkan kerusakan ginjal progresif.
f. Obstruksi saluran kemih: Obstruksi atau penyumbatan saluran kemih, seperti
batu ginjal atau pembesaran prostat, dapat menyebabkan kerusakan ginjal seiri
ng waktu.
g. Penggunaan obat-obatan: Penggunaan jangka panjang obat-obatan tertentu, se
perti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat-obatan nefrotoksik lain
nya, dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
h. Gangguan Vaskular: Kondisi yang mempengaruhi pembuluh darah ginjal, sep
erti penyakit pembuluh darah ginjal atau aterosklerosis, dapat menyebabkan G
GK.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada banyak faktor risiko lain yang dap
at menyebabkan GGK, termasuk merokok, obesitas, paparan bahan kimia beracu
n, serta riwayat keluarga dengan GGK. Penting untuk diingat bahwa setiap kasus
GGK dapat memiliki penyebab yang berbeda, dan diagnosis akurat harus ditega
kkan oleh profesional medis yang berkualifikasi

3. Tanda dan Gejala

Gagal ginjal kronik (GGK) pada awalnya seringkali tidak menunjukkan


gejala yang khas. Gejala mungkin baru muncul ketika fungsi ginjal sudah sangat
terganggu. Beberapa tanda dan gejala yang dapat terkait dengan GGK meliputi:

6
a. Kelelahan: Kelelahan yang tidak wajar atau terus menerus bisa menjadi tanda
awal GGK. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi hormon eritropoietin
oleh ginjal, yang dapat menyebabkan anemia.
b. Penurunan nafsu makan: Seseorang dengan GGK mungkin mengalami penuru
nan nafsu makan dan berat badan yang tidak stabil.
c. Mual dan muntah: Kadar toksin dalam tubuh yang tidak dapat disaring oleh gi
njal yang rusak dapat menyebabkan mual dan muntah.
d. Gatal-gatal: Akumulasi racun dalam darah karena ginjal yang tidak berfungsi
dengan baik dapat menyebabkan rasa gatal yang intens. Gatal-gatal terutama
mungkin terjadi di seluruh tubuh atau di bagian kulit tertentu.
e. Gangguan tidur dan konsentrasi: Kadar toksin yang tinggi dalam darah dapat
menyebabkan gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan kebingungan mental.
f. Pembengkakan: Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik dapat mengakibatka
n penumpukan cairan dalam tubuh, yang biasanya terlihat sebagai pembengka
kan pada kaki, pergelangan kaki, atau wajah.
g. Perubahan pola buang air kecil: Seseorang dengan GGK mungkin mengalami
perubahan pola buang air kecil, seperti sering buang air kecil (terutama di mal
am hari), urin berbusa, atau perubahan warna urin.
h. Tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol: GGK dapat menyebabkan peningka
tan tekanan darah, dan tekanan darah tinggi dapat menjadi penyebab atau akib
at GGK.
i. Nyeri punggung: Kadang-kadang, GGK bisa menyebabkan nyeri punggung y
ang terlokalisasi di area ginjal.

Penting untuk diingat bahwa tanda dan gejala ini dapat bervariasi antar
a individu dan bergantung pada tingkat keparahan GGK. Jika Anda mengalami g
ejala yang mencurigakan atau memiliki kekhawatiran terkait kesehatan ginjal, se
baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.

4. Patofisiologi

7
Patofisiologi gagal ginjal kronik (GGK) melibatkan serangkaian
perubahan yang terjadi dalam fungsi ginjal, proses adaptasi, dan kompensasi
tubuh. Berikut adalah gambaran umum tentang patofisiologi GGK

a. Kerusakan Ginjal: GGK biasanya dimulai dengan kerusakan struktural dan


fungsi ginjal yang berkelanjutan. Ini dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab, termasuk diabetes, hipertensi, penyakit ginjal polikistik, infeksi
kronis, dan penyakit autoimun.
b. Penurunan Kapasitas Filtrasi: Ginjal memiliki jutaan unit penyaring kecil
yang disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus renal.
Kerusakan nefron mengakibatkan penurunan kapasitas filtrasi glomerulus,
yang menghalangi kemampuan ginjal untuk menyaring limbah dan racun dari
darah secara efisien.
c. Perubahan Hemodinamik: Kerusakan ginjal mempengaruhi keseimbangan
hemodinamik dalam tubuh. Terjadi perubahan tekanan darah, aliran darah
ginjal, dan resistensi vaskular ginjal. Ginjal merespons dengan mekanisme
adaptasi seperti vasokonstriksi arteriol eferen untuk menjaga tekanan darah
dan mengkompensasi penurunan filtrasi glomerulus.
d. Retensi Zat-Zat Beracun: Dalam GGK, ginjal tidak mampu membuang limbah
dan produk sisa metabolisme dari darah secara efisien. Akibatnya, zat-zat
beracun seperti urea, kreatinin, asam urat, dan elektrolit seperti kalium mulai
menumpuk dalam darah.
e. Gangguan Keseimbangan Elektrolit dan Asam-Basa: Ginjal yang rusak juga
tidak dapat mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam-basa dalam
tubuh. Ini dapat menyebabkan peningkatan kadar kalium (hiperkalemia),
penurunan kadar kalsium, gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis
metabolik), dan perubahan lainnya dalam konsentrasi elektrolit
f. Aktivasi Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (SRAA): Sistem renin-
angiotensin-aldosteron, yang berperan dalam mengatur tekanan darah dan
volume cairan tubuh, terlibat dalam patofisiologi GGK. Kerusakan ginjal

8
mengaktifkan SRAA, menyebabkan peningkatan tekanan darah, retensi
natrium, dan peningkatan produksi aldosteron.
g. Anemia dan Gangguan Hematopoiesis: Ginjal berperan dalam produksi
hormon eritropoietin, yang merangsang produksi sel darah merah dalam
sumsum tulang. Dalam GGK, produksi eritropoietin terganggu, menyebabkan
anemia.
h. Komplikasi Sistemik: GGK dapat menyebabkan berbagai komplikasi sistemik
seperti gangguan kardiovaskular, gangguan saraf, gangguan pencernaan,
gangguan tulang

5. Pemeriksaan penunjang

Untuk mendiagnosis dan mengevaluasi gagal ginjal kronik (GGK), do


kter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang. Berikut adalah beber
apa pemeriksaan yang umum dilakukan:

a. Pemeriksaan Darah: Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengevaluasi fungsi


ginjal, mengukur tingkat kreatinin, urea, dan elektrolit seperti natrium, kalium,
dan kalsium. Tingkat kreatinin yang tinggi dalam darah merupakan indikasi k
erusakan ginjal. Pemeriksaan juga mencakup penilaian kadar hemoglobin unt
uk mendeteksi anemia yang terkait dengan GGK.
b. Pemeriksaan Urine: Pemeriksaan urin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi gi
njal dan mendeteksi adanya protein, darah, atau abnormalitas lain dalam urin.
Tes urin juga dapat membantu dalam diagnosis penyebab yang mendasari GG
K.
c. Penilaian GFR (Glomerular Filtration Rate): GFR adalah ukuran yang diguna
kan untuk mengevaluasi tingkat filtrasi glomerulus dalam ginjal. Pemeriksaan
GFR dapat dilakukan menggunakan rumus berdasarkan kadar kreatinin serum
seperti rumus MDRD (Modification of Diet in Renal Disease) atau rumus CK
D-EPI (Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration).

9
d. Pemeriksaan Gambaran Radiologi: Pemeriksaan gambaran radiologi seperti ul
trasonografi ginjal dapat membantu dalam mengevaluasi ukuran, struktur, dan
kelainan fisik ginjal. Pemeriksaan CT scan atau MRI dapat digunakan dalam k
asus-kasus yang lebih kompleks.
e. Biopsi Ginjal: Dalam beberapa situasi, biopsi ginjal dapat dilakukan untuk me
ngidentifikasi penyebab yang mendasari GGK dan memastikan diagnosis yan
g akurat. Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel jaringan ginjal untuk di
periksa di bawah mikroskop.
f. Pemeriksaan Tambahan: Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan darah leng
kap, profil lipid, tes fungsi tiroid, dan pemeriksaan tambahan tergantung pada
gejala, riwayat medis, dan kondisi klinis individu.

Pemeriksaan penunjang tersebut membantu dalam mengevaluasi tingk


at kerusakan ginjal, mengidentifikasi penyebab yang mendasari GGK, serta me
mbantu dalam perencanaan pengelolaan dan penanganan yang tepat. Pemeriksaa
n ini harus dilakukan oleh profesional medis yang berkualifikasi dan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik (GGK) melibatkan pendekatan


yang holistik untuk mengurangi gejala, memperlambat progresi penyakit, dan
menjaga kesehatan umum pasien. Berikut adalah beberapa aspek
penatalaksanaan GGK:

a. Perubahan gaya hidup dan diet:

1) Pengaturan asupan diet: Pasien GGK sering disarankan untuk membatasi


konsumsi garam, protein, kalium, dan fosfor dalam makanan mereka
sesuai dengan rekomendasi dokter atau ahli gizi.

10
2) Mengelola tekanan darah: Penting untuk menjaga tekanan darah dalam
kisaran normal dengan penggunaan obat antihipertensi dan menerapkan
perubahan gaya hidup sehat.
3) Mengelola diabetes: Jika GGK disebabkan oleh diabetes, pengendalian
gula darah yang baik sangat penting untuk mengurangi kerusakan ginjal
lebih lanjut.

b. Terapi farmakologi:

1) Penggunaan obat-obatan: Dokter mungkin meresepkan obat-obatan


seperti inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE) atau antagonis
reseptor angiotensin II (ARB) untuk mengontrol tekanan darah dan
melindungi ginjal.
2) Suplemen dan obat-obatan lain: Dalam beberapa kasus, suplemen seperti
vitamin D atau obat-obatan untuk mengontrol anemia (misalnya,
Eritropoetin Stimulating Agents) mungkin direkomendasikan.

c. Manajemen komplikasi:

1) Pengendalian edema: Pasien dengan retensi cairan harus mengikuti diet


rendah garam dan mengambil diuretik sesuai petunjuk dokter.
2) Pengendalian anemia: Jika kadar hemoglobin rendah, terapi suplemen
besi atau transfusi darah mungkin direkomendasikan.
3) Pengelolaan gatal-gatal: Untuk mengurangi gejala gatal-gatal, dokter
dapat meresepkan obat antihistamin atau agen topikal lainnya.

d. Terapi pengganti ginjal:

1) Hemodialisis: Prosedur ini melibatkan penggunaan mesin dialisis untuk


menyaring limbah dan racun dari darah.

11
2) Cuci darah peritoneal: Prosedur ini melibatkan penggunaan cairan
khusus yang dimasukkan ke dalam peritoneum (lapisan dalam rongga
perut) untuk menyaring limbah dari darah.
3) Transplantasi ginjal: Jika memungkinkan, transplantasi ginjal dapat
menjadi pilihan terapi pengganti ginjal yang paling efektif dan
berkelanjutan.

e. Perawatan jangka panjang dan dukungan:

1) Mengelola komplikasi terkait GGK, seperti penyakit jantung, gangguan


tulang, dan gangguan keseimbangan elektrolit.
2) Mendukung kesehatan mental dan kualitas hidup dengan dukungan
psikologis, pendidikan, dan pengelompokan dukungan

7. Komplikasi

Gagal ginjal kronik (GGK) dapat menyebabkan berbagai komplikasi


yang dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Beberapa komplikasi umum
yang terkait dengan GGK meliputi:

a. Gangguan Kardiovaskular: GGK meningkatkan risiko penyakit jantung dan


gangguan kardiovaskular lainnya, termasuk penyakit arteri koroner, gagal
jantung, penyakit pembuluh darah perifer, dan gangguan irama jantung.
Tekanan darah tinggi, retensi cairan, peningkatan kadar natrium, dan
perubahan hormonal dapat berkontribusi pada perkembangan komplikasi
kardiovaskular ini.
b. Anemia: GGK dapat menyebabkan penurunan produksi hormon eritropoietin,
yang berperan dalam produksi sel darah merah. Akibatnya, pasien GGK
sering mengalami anemia, yang dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas,
pucat, dan penurunan daya tahan fisik.
c. Gangguan Tulang dan Mineral: Pada GGK, tubuh mengalami
ketidakseimbangan mineral seperti kalsium, fosfor, dan vitamin D. Hal ini

12
dapat menyebabkan gangguan tulang seperti osteodistrofi renal, peningkatan
risiko patah tulang, dan kelainan dalam metabolisme tulang.
d. Gangguan Metabolisme Asam-Basa: Ginjal berperan penting dalam menjaga
keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Dalam GGK, gangguan fungsi ginjal
dapat menyebabkan asidosis metabolik, yaitu penumpukan asam dalam tubuh.
Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, mual, muntah, dan
perubahan tingkat kesadaran.
e. Gangguan Sistem Saraf: Keracunan uremia, yaitu penumpukan produk limbah
dalam darah, dapat menyebabkan gangguan saraf. Pasien dengan GGK dapat
mengalami kebingungan, kesulitan konsentrasi, gangguan tidur, tremor, kram
otot, dan bahkan kejang.
f. Gangguan Pencernaan: GGK dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan
menyebabkan gejala seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
perubahan berat badan. Penumpukan zat beracun dalam darah juga dapat
mempengaruhi fungsi hati dan menyebabkan gangguan hati.
g. Komplikasi Infeksi: Pasien GGK memiliki sistem kekebalan tubuh yang
melemah, yang meningkatkan risiko infeksi. Infeksi saluran kemih, infeksi
saluran peritoneal (jika menggunakan cuci darah peritoneal), dan infeksi darah
(sepsis) adalah beberapa komplikasi infeksi yang mungkin terjadi.

B. Pathway

13
C. Pengkajian

1. Riwayat Medis dan Keluhan Pasie

a. Riwayat medis pasien, termasuk riwayat penyakit ginjal sebelumnya, penyakit


sistemik seperti diabetes atau hipertensi, riwayat penggunaan obat-obatan nefr
otoksik, dan riwayat keluarga dengan GGK.
b. Keluhan yang dialami pasien, seperti edema (pembengkakan pada kaki, tanga
n, atau wajah), penurunan berat badan yang tidak disengaja, lelah yang berlebi
han, sesak napas, kesemutan, atau gangguan tidur.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Tekanan darah: Mengukur tekanan darah pasien untuk mengevaluasi keberada


an hipertensi, yang sering terkait dengan GGK.
b. Pemeriksaan edema: Memeriksa adanya edema pada ekstremitas, perut, atau
wajah.
c. Pemeriksaan jantung dan paru: Mendengarkan suara jantung dan paru untuk \
mengevaluasi adanya tanda-tanda gagal jantung atau gangguan pernapasan.

3. Pemeriksaan Laboratorium:

a. Uji fungsi ginjal: Mengevaluasi tingkat kreatinin, urea, dan elektrolit (natrium,
kalium, kalsium, fosfor) dalam darah untuk menilai fungsi ginjal.
b. Analisis urin: Memeriksa adanya proteinuria (kebocoran protein ke dalam uri
n), hematuria (darah dalam urin), atau abnormalitas lain dalam urin.
c. Profil hematologi: Mengukur kadar hemoglobin dan hitung sel darah putih unt
uk mendeteksi anemia atau infeksi.
d. Profil lipid: Memeriksa kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah untuk m
engevaluasi risiko penyakit kardiovaskular yang terkait dengan GGK.

14
4. Pemeriksaan Radiologi:

a. Ultrasonografi ginjal: Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk


mengevaluasi ukuran, bentuk, dan struktur ginjal.
b. Pemeriksaan gambaran radiologi tambahan seperti CT scan atau MRI dapat
digunakan dalam kasus-kasus yang lebih kompleks.

5. Penilaian Nutrisi:

a. Evaluasi status nutrisi pasien, termasuk pengukuran berat badan, tinggi badan,
dan indeks massa tubuh (BMI).
b. Menilai asupan makanan dan toleransi diet pasien.
c. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi khusus, seperti batasan protein, garam,
kalium, atau fosfor.
d. Pengkajian yang komprehensif ini membantu dokter dalam menentukan
diagnosis GGK, menilai tingkat kerusakan ginjal, mengidentifikasi penyebab
yang mendasari, dan merencanakan pengelolaan yang tepat untuk pasien.

D. Diagnosa

a. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)

Gangguan integrasi kulit b.d perubahan status nutrisi d.d Kerusakan jaringan dan
lapisan kuli

b. Intolerasi aktifitas (D.0056)

Intolerasi aktifitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, merasa lemah

c. Defisit Nutrisi (D.0019)

Defisit Nutrisi b.d Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien d.d Berat badan
menurun minimal 10% dibawahh rentang ideal, Nasfsu makan menurun

15
d. Hipervolemia (D.0022)

Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi d.d Edema anasarka dan edema
perifer, oliguria

e. Perfusi Perifer Tidak fektif (D.00099)

Perfusi Perifer tidak Efektif b.d Hiperglikemia (kadar kulah darah), d.d Warna
kulit pucat, Edema

f. Gangguan Pertukaran Gas (D.003)

Gangguan pertukaran gas b.d Ketidak seimbangan ventilasi-perfusi, d.d


Dipsnea, warna kulit abnorma

g. Nyeri Akut (D.007)

Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologi d.d mengeluh nyeri, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu.

E. Intervensi
No Diagnosa Luaran Intervensi
1. Gangguan Setelah dilakukan TINDAKAN (I.11353)
Integritas intervensi
Kulit/Jaringa keperawatan Observasi
n (D.0129) selama 2x24 jam
maka, integritas  Iidentifikasi penyebab gangguan integritas
kulit dan jaringan kulit (mis. perubaahaan sirkulasi, perubahan
meningkat dengan status nuutrisi, perubahan kelembapan, suhu
kriteria hasil: lingkungan eksternal, penurunan mobilitas)
(L.14125)
Terapeutik
1. Kerusakan
jaringan (5)  Gunakan produk berbahan petrolium atau
menurun minyak pada kulit kering
2. Kerussakan  Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
lapisan kulit (5) hipoalergik pada kulit sensitif

16
mennurun  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kulit kering
n
Edukasi

 Anjurkan menggunakan pelembab (mis.


Lotion, serum)
 Anjurkan minum air yang cukup
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
sayur
 Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim

2. Intolerasi Setelah dilakukan TINDAKAN (I.051178)


aktifitas intervensi
(D.0056) keperawatan Observasi
selama 1x24 jam
maka, toleransi  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
aktifitas mengakibatkan kelelahan
meningkat dengan  Monitor kelelahaan fisik dan
kriteria hasil:
(L.05047) Terapeutik

1. Keluhan lela (5)  Lakukan latihan rentan gerak pasif atau aktif
menurun  Berikan aktifitas distraksi yang
2. Perasaan lemah menenangkan
(5) menurun
Edukasi

 Anjurkan melakukan aktifitas secara


bertahap
 Ajurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara


meningkatkan asupan makanan

17
3. Defisit Setelah dilakukan TINDAKAN (I.03119)
Nutrisi intervensi
(D.0019) keperawatan Obserfasi
selama 7 jam
maka, status  Identifikasi status nutrisi
nutrisi membaik  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dengan kriteria nutrien
hasil: (L.03030)  Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
1. Berat badan (5)
membaik Terapeutik
2. Nafsu makan
(5) membaik  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk, jika mampu

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan jumlah
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

4. Hipervolemia Setelah dilakukan TINDAKAN (I.03114)


(D.0022) intervensi
keperawatan Obserfasi
selama 12 jam
maka, status cairan  Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
membaik dengan Edema)
kriteria hasil:  Monitor tanda homokonsentrasi (mis. Berat
(L.03028) jenis urine)

1. Edema anasarka Terapeutik


dan edema
perifer (5)  Batasi asupan cairan dan garam
menurun
2. Konsentrasi Edukasi
urine (5)
menurun  Anjurkan melapor jika haluan urine <0,5

18
3. Oliguria(produk
si urin sedikit) mL/jam dalam 6 jam
(5) menurun
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian diuretik

5. Perfusi Setelah dilakukan TINDAKAN


Perifer Tidak intervensi
fektif keperawatan Observasi
(D.00099) selama 2x24 jam
maka perfusi  Periksa sirkulasi perifer (edema)
perifer meningkat  Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
dengan kriteria bengkak pada ekstermitas
hasil: (L.02011)
Terapeutik
1. Warna kulit
pucat (5)  Hindari pemasangan infus atau pengambilan
menurun darah diarea keterbatasan perfusi
2. Edema perifer  Lakukan pencegahan infeksi
(5) membaik  Lakukan perawatan kaki dan kuku

Edukasi

 Anjurkan berhenti merokok


 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
 Anjurkan melakpukan perawatan kulit yang
tepat (mis. Melembabkan kulit kering pada
kaki

6. Gangguan Setelah dilakukan


Pertukaran intervensi
Gas (D.003) keperawatan
selama 2x24 jam
maka, pertukaran
gas meningkat
dengan kriteria
hasil: (L.01003)

1. Dispnea (5)
menurun

19
2. Warna kulit (5)
membaik

7. Nyeri Akut Setelah dilakukan TINDAKAN


(D.007) intervensi
keperawatan Observasi
selama 1x24 jam
maka, tingkat  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
nyeri menurun upaya nafas
dengan kriteria  Monitor pola nafas
hasil:
Terapeutik
1. Keluhan nyeri
(5) menurun  Atur interval pemantauan respirasi sesuai
2. Kesulitan tidur kondisi pasien
(5) menurun  Dokumentasi hasil pemantauan
3. Tekanan darah
(5) membaik Edukasi
4. Proses berfikir
(5) membaik  Jelaskann tujuan dan prosedur pemantauan
5. Nafsu makan  Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
(5) membaik
6. Pola tidur (5)
membaik

20
Daftar Pustaka

http://simkesnas.stikesbuleleng.ac.id/index.php/simkesnas/article/view/141

https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/Hearty/article/view/7947 Sevrima Anggraini,


Zurayya Fadila, DOI: https://doi.org/10.32832/hearty.v11i1.7947

Keywords: Kualitas Hidup, Gagal Ginjal Kronik, Dialysis.

https://docs.google.com/document/d/1plodYXq0Ls6Kc3IFMv21s6tiJ7hDBKYA/edit?
pli=1 Penulis 1 , Penulis 2 , Penulis 3 (Jenis Huruf Tahoma 11pt) PROSEDING
1* 1 2

SIMPOSIUM KESEHATAN NASSIONAL e-ISSN 2962-1828

http://eprints.umpo.ac.id/2521/1/PREVALENSI%20FAKTOR%20RISIKO.pdf
PREVALENSI FAKTOR RISIKO GAGAL GINJAL KRONIK, LAILY ISRO’IN
CHOLIK HARUN ROSJIDI

https://repository.unair.ac.id/97635/4/4.%20BAB%201PENDAHULUAN.pdf NUR
AIDA RAHMAH AGUSTIN - nur aida.pd NU

https://chat.openai.com/c/db2bfad9-f771-458d-9989-ffed557319af Etiologi. Tan


da dan Gejala. Patofisiologi. Pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan. Komplikasi

https://www.alodokter.com/gagal-ginjal-kronis
earch.yahoo.com/search;_ylt=AwrgLCvfDbpkcq4CNRZXNyoA;_ylc=X1MDMjc2NjY
3OQRfcgMyBGZyA21jYWZlZQRmcjIDc2ItdG9wBGdwcmlkA2swTWdUY1lrUlZtcn
l0THVzUWRqQ0EEbl9yc2x0AzAEbl9zdWdnAzEwBG9yaWdpbgNzZWFyY2gueWF
ob28uY29tBHBvcwMwBHBxc3RyAwRwcXN0cmwDMARxc3RybAMxOQRxdWVy
eQNHYWdhbCUyMGdpbmphbCUyMGtyb25pawR0X3N0bXADMTY4OTkxNTIxOA
--?p=Gagal+ginjal+kronik&fr2=sb-top&fr=mcafee&type=E211US714G0

21
KEPERAWATAN KRITIS. PENERBIT BUKU KEDOOKTERAN. -Patricia Gonce
Morton -Dorrie fontaine -Carolyn M. Hudak -Barbara M.Gallo. EGC 2011. Cetakan
2014. Volume1.Edisi 8

Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA Nic-Noc. Edisi refvisi
jilid 2. Penyusunn -Amin Huda Nurarif, S.Kep.,Ns -Hardhi Kusuma, S..Kep.,Ns.
Penerbit Mediaction Jogja JL. Rigroad barat, Godegan Rt 5 Tamantirtoo, kasihan batu,
Jogjakarta. Cetakan 1 januari 2015

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensi Keperawatan indonesia (SiKI),
Edisi 1. Cetakan III, jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2017), Standar Luaran Keperawatan indonesia (SLKI),
Edisi 1. Cetakan III, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2016), Standar Intervensis Keperawatan indonesia (SLKI),
Edisi 1. Cetakan III, jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Sekta Kedokteran. Fakultas kedokteran UI. Media Aesculapius. Edisi ketiga. Jilit 1
-Arif mansjoer

R AIDA RAHMAH AGUSTIN - nur aida.pdf

NUR AIDA RAHMAH AGUSTIN - nur aida.pd

22
23

Anda mungkin juga menyukai