Anda di halaman 1dari 76

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KUALITAS

TIDUR PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG


MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
SKRIPSI

Oleh:

NISA RIZQI AMALIA

G1D014014

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN
KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD PROF.DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana


Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Oleh:

NISA RIZQI AMALIA

G1D014014

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto” yang disusun dan diajukan sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Penulis
ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan kepada :
1. Kedua orangtua, Mas’ud, S.Ag., S.Pd dan Siti Muhimah yang telah
mencurahkan kasih sayang dan senantiasa mendoakan keberhasilan
penulis serta dukungan baik moril maupun materil selama proses
penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Saryono, S.Kp., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
3. Ns. Mekar Dwi Anggraeni, S.Kep., M.Kep., PhD., selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman.
4. Ns. Arif Setyo Upoyo, S.Kp., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu, tenaga, arahan serta kesabaran selama
membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ns. Iwan Purnawan, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga, arahan serta kesabaran selama
membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Ns. Atyanti Isworo, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB. dan Ns. Sidik Awaludin,
S.Kep., M.Kep., Sp. KMB., selaku Dosen Penguji atas berbagai saran dan
masukan sehingga skripsi ini dapat tersusun secara lebih baik.
7. Ns. Rahmi Setiyani, MN selaku ketua tim komisi yang berkenan
memberikan saran dan izin dalam penelitian.
8. Ns. Asep Iskandar, M.Kep, Sp.Kom. selaku Dosen Pembimbing
Akademik selama menjadi mahasiswa S1 Keperawatan yang selalu

v
memberi masukan dan dukungan dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan akademik.
9. Segenap bapak dan ibu dosen Jurusan Keperawatan yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan
selama mengikuti perkuliahan.
10. Seluruh staf karyawan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang telah
mendukung penulis selama studi.
11. Kakak dan adik (Irfanuddin Wakhid, S.Kep., Ns. dan Ulwan Farid
Habibi) serta segenap keluarga yang telah memberikan doa, dukungan
dan semangat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
12. Calon suami Muhammad Wildan Fadhlillah, S.T yang setia mendampingi
dan mensuport penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
13. Sahabat Tina Sari, Elsava Tamara Putri Murwanda, Nur Fitria Mualifah,
Ajeng Tyas Putri, Lita Rulianti, Annisya Retnoningsih, serta segenap
keluarga besar Greenhouse yang telah memberikan waktu, doa dan
dukungannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Keperawatan angkatan 2014 (Genetic)
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.Terimakasih telah
memberikan inspirasi, semangat, dan kebersamaan yang indah selama
ini.
15. Responden penelitian pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa yang telah terlibat dalam penelitian ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
bantuannya hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari masih
banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena
itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil
yang lebih baik, dan semoga penelitian ini dapat memberi manfaat.

Purwokerto, 21 April 2019

Penulis

vi
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN KUALITAS
TIDUR PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Nisa Rizqi Amalia1, Arif Setyo Upoyo 2, Iwan Purnawan3

ABSTRAK

Latar Belakang: Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sering
kali dihadapkan dengan berbagai stressor. Stressor dapat berakibat buruk terhadap
kualitas tidur. Hal tersebut bergantung pada mekanisme koping yang digunakan,
sehingga mekanisme koping diduga mempengaruhi kualitas tidur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden, mekanisme
koping dengan kualitas tidur pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan
metode analitik korelasional. Pengambilan sampel menggunakan consecutive
sampling dengan responden pasien (59 sampel). Analisis data menggunakan Chi-
square dan Fisher's Exact Test.
Hasil: Mayoritas responden adalah laki-laki, usia dewasa, durasi hemodialisa <6
bulan, anemia, mekanisme koping adaptif dan kualitas tidur yang buruk.
Berdasarkan hasil uji menghasilkan nilai mekanisme koping, jenis kelamin dan
usia, masing-masing hasil menunjukkan tidak ada hubungan dengan kualitas tidur,
dengan masing-masing nilai p = 1,000, p = 0,865 dan p = 0,112. Hasil lama
menjalani hemodialisa pasien <6 bulan dan kadar Hb menunjukkan bahwa
terdapat hubungan dengan kualitas tidur, dengan masing-masing nilai p = 0,01
dan p = 0,03.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara lama menjalani hemodialisa
dan kadar HB dengan kualitas tidur dan tidak terdapat hubungan bermakna antara
mekanisme koping, jenis kelamin, dan usia dengan kualitas tidur pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani HD.

Kata kunci: Kualitas tidur, gagal ginjal kronik, mekanisme koping

vii
RELATION BETWEEN COPING MECHANISM AND SLEEP
QUALITY CONTROL ON CHRONICAL KIDNEY FAILURE
PATIENT UNDERGO HAEMODIALYSIS TREATMENT AT
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO, PURWOKERTO

Nisa Rizqi Amalia1, Arif Setyo Upoyo 2, Iwan Purnawan3

ABSTRACT

Background: Several patients that having a chronical kidney failure often faced
with few of stressors especially that undergo haemodialysis (Hd) treatment. These
stressors could affect badly to sleep quality. This thing depends on coping
mechanism that used, so that coping mechanism estimated affecting sleep quality.
This study aims to determine the relationship between characteristic respondents,
coping mechanism with sleep quality on patient who had chronical kidney failure
that undergo haemodialysis treatment.
Methods: This study design is cross-sectional research design with correlation
analytic method. consecutive sampling was chosen as sampling technique with
patients’s respondent ( 59 sample). Data analysis used Chi-square and Fisher’s
Exact Test.
Results: The mayority of patients’s respondent are male, adult age, duration of
hemodialysis <6 months, anemia, adaptive coping mechanism and poor sleep
quality. result the value of coping mechanism, gender and age, each of the result
shown there’s no relation to sleep quality, with each of p-value = 1,000,
p = 0,865, and p = 0,112. The result on patients duration of hemodialysis <6
months and rate of Hb shown that there is relation between on each parameter and
sleep quality, with each value p = 0,01 and p = 0,03.
Conclusions: There is a meaningful relationship between respondent that undergo
haemodialysis and rate of Hb treatment and there is no significant relationship
between coping mechanism, gender and age, with sleep quality on a patient that
had chronical kidney failure undergo HD treatment.

Keywords: Sleep quality, chronical kidney failure, coping mechanism

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ........................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ......................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
A. Landasan Teori.............................................................................. 6
1. Gagal Ginjal Kronik ................................................................. 6
2. Mekanisme Koping ................................................................... 7
3. Kualitas Tidur ........................................................................... 8
4. Hubungan mekanisme kopig dengan kualitas tidur .................... 10
B. Kerangka Teori ............................................................................. 10
C. Kerangka Konsep .......................................................................... 11
D. Hipotesis ....................................................................................... 11

ix
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 12
A. Desain Penelitian ........................................................................... 12
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 12
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 12
D. Variabel Penelitian ........................................................................ 13
E. Definisi Operasional ...................................................................... 13
F. Alur Penelitian .............................................................................. 14
G. Instrumen Penelitian ...................................................................... 15
H. Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 17
I. Sumber Data ................................................................................. 17
J. Analisis Data ................................................................................. 18
K. Etika Penelitian ............................................................................. 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 19
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 19
B. Pembahasan ................................................................................. 21
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 32
A. Kesimpulan .................................................................................. 32
B. Saran ............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 34
LAMPIRAN
BIODATA

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................... 13
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Mekanisme Koping ................................ 16
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kesioner Kualitas Tidur .......................................... 17
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden ........................................ 19
Tabel 4.2 Gambaran Mekanisme Koping Dan Kualitas Tidur ................ 20
Tabel 4.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan kualitas tidur ...... 20
Tabel 4.4 Hubungan Mekanisme koping dengan kualitas tidur ............... 21

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 10
Gambar 2.2 Kerangka Konsep................................................................... 11

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Kuesioner

Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 6. Hasil Uji Univariat dan Uji Bivariat

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan salah satu masalah kesehatan
utama yang menyebabkan kematian terbesar di dunia. Menurut hasil penelitian
Global Burden of Disease, pada tahun 1990 penyakit tersebut mendapat
peringkat ke-27 penyebab kematian di dunia dan pada tahun 2010 terjadi
peningkatan menjadi peringkat ke-18 (Kemenkes 2017). Angka kejadian
gagal ginjal kronik secara global menurut Hill et al. (2016) mendapatkan
prevalensi sebesar 13,4% (Kemenkes 2017). Sedangkan, prevalensi gagal
ginjal kronik di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,2 %
(Riskesdas 2013). Prevalensi pada tingkat provinsi khususnya di Jawa Tengah
menempati urutan ke-3 dengan prosentase 0,3% (Riskesdas 2013).
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal yang terjadi
secara progresif dan irreversibel sehingga tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan (cairan dan elektrolit) sehingga menyebabkan
terjadinya uremia (Smeltzer & Bare 2008). Terapi peganti merupakan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik.
Sebanyak 78% terapi pengganti yang sering digunakan adalah hemodialisa
(Pernefri 2013). Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa sering
kali mengalami berbagai permasalahan yang menyebabkan pasien mengalami
stres.
Menurut Soehardjono (2006) dalam Canisti (2013) berpendapat bahwa
penyakit gagal ginjal kronik dapat menimbulkan stres pada seseorang yang
mengalaminya. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada pasien sering kali
dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Masalah yang muncul diantaranya,
kelemahan fisik yang dirasakan seperti mual, muntah, nyeri, lemah otot,
oedema (Ratnawati 2011 dalam Agustina 2013). Pasien biasanya juga
menghadapi masalah keuangan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan,
dorongan seksual yang menghilang, impotensi, khawatir terhadap perkawinan
dan ketakutan terhadap kematian. (Smeltzer & Bare 2002).

1
2

Permasalahan-permasalahan yang dialami pasien gagal ginjal dapat


menyebabkan stres yang dapat mempengaruhi kualitas tidurnya. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Safruddin et al. (2017) yang menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat stres maka semakin buruk kualitas tidur yang dialami
oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur. Kualitas tidur
meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur. Aspek kuantitatif seperti lamanya
tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur dan frekuensi terbangun.
Sedangkan aspek kualitatif berdasarkan subjektif seperti kedalaman serta
kepulasan tidur (Buysse et al. 1998 dalam Nilifda, Najmir&Hardisman 2016)
Menurut penelitian Sabry et al. (2010) menyatakan bahwa sebanyak
79,5% dari 88 pasien hemodialisa mempunyai kualitas tidur yang buruk.
Kualitas tidur secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
yaitu status kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup, obat-obatan, dan stres
psikologis (Asmadi 2008). Berdasarkan penelitian yg dilakukan oleh Sabet et
al. (2013), kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik dipengaruhi oleh usia,
durasi dialisis/lama menjalani hemodialisa, jenis kelamin, status pernikahan,
anemia dan uremia.
Timbulnya stres yang menyebabkan pasien mengalami gangguan
kualitas tidur memunculkan mekanisme koping untuk memecahkan suatu
permasalahan. Menurut Mubin dan i’ien (2004), mekanisme koping dapat
mempengaruhi dalam keberhasilan stres. Stres akan membaik maupun
memburuk tergantung dari mekanisme koping yang digunakan.
Mekanisme koping merupakan konsep untuk memecahkan masalah.
Koping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang
penuh tekanan. Selain itu, untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap
masalah (Suliswati 2005). Menurut Stuart (2007) mekanisme koping terbagi
menjadi 2 yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif.
Rumah sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo merupakan salah satu rumah
sakit tipe B yang dimiliki oleh Jawa Tengah. Jumlah kujungan pasien gagal
ginjal kronik di rumah sakit tersebut selama bulan Januari sampai Oktober
2017 sebanyak 6104. Data hasil survei pendahuluan di RS Margono Soekarjo
3

pada tanggal 8 Desember 2017 yang dilakukan pada 10 pasien gagal ginjal
kronik di unit hemodialisa, 80% pasien mengalami kualitas tidur yang buruk
dan 20% kualitas tidur baik. Pasien dengan kualitas tidur buruk 30%
menggunakan mekanisme koping adaptif dan 50% menggunakan mekanisme
koping maladaptif. Sedangkan pasien dengan kualitas tidur yang baik, 20%
menggunakan mekanisme koping adaptif.
Kesimpulannya, dari pasien gagal ginjal kronik yang mengalami
kualitas tidur buruk ada yang menggunakan mekanisme koping adaptif dan ada
juga yang menggunakan koping maladaptif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian “Apakah ada hubungan antara mekanisme
koping dengan kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik?”

B. Perumusan masalah
Permasalahan yang dihadapi pasien gagal ginjal dapat menyebabkan
stres bagi pederitanya sehingga memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan tekanan yang
menimpanya. Konsep untuk memecahkan masalah disebut mekanisme koping.
Jika mekanisme koping baik akan menurunkan stres sehingga kualitas tidur
baik. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, peneliti menentukan
suatu permasalahan yaitu adakah hubungan mekanisme koping dengan kulitas
tidur pasien gagal ginjal kronik?

C. Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
mekanisme koping dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik. Adapun
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik
responden pasien gagal ginjal kronik seperti usia, jenis kelamin, lama
menjalani hemodialisa dan kadar Hb. 2) Mengidentifikasi gambaran
mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik. 3) Mengidentifikasi
gambaran kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik. 4) Menganalisis
hubungan karakteristik responden dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal
4

kronik. 5) Menganalisis hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur


pasien gagal ginjal kronik.

D. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
profesi keperawatan yaitu untuk memberikan informasi tentang gangguan
kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa,
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk menangani
masalah tersebut. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber
informasi yang berhubungan dengan mekanisme koping dan kualitas tidur pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialiasa.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian mengenai mekanisme
koping dengan kualitas tidur berdasarkan penelusuran penulis yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Safruddin, Ahmad dan Radjab (2017)
yang berjudul “Hubungan tingkat stres dengan kualitas tidur pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa” menunjukan hasil bahwa
terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Persamaan dengan penelitian ini
yaitu variabel terikat dan responden yang digunakan, yaitu kualitas tidur
dan pasien gagal ginjal kronik. Perbedaannya terletak pada variabel bebas
yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan variabel tingkat stres
sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti variabel bebasnya
mekanisme koping.
2. Penelitian yang dilakukan Rompas, Tangka & Rotti (2013) yang berjudul
“hubungan kadar hemoglobin dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal
kronik di poli ginjal dan hipertensi BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kansou
Manado“ menunjukan hasil terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan
kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik. Persamaan dengan penelitian ini
yaitu variabel terikat yang digunakan, sedangkan perbedaannya pada
variabel bebas yang digunakan, pada penelitian ini menggunakan variabel
5

bebas kadar hemoglobin dan variabel bebas yang akan diteliti yaitu
mekanisme koping.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2015) dengan judul “Hubungan
mekanisme koping dengan insomnia pada lansia di posyandu kelurahan
Grendeng Purwokerto” menunjukan hasil terdapat hubungan mekanisme
koping dengan insomnia pada lansia. Persamaan dengan penelitian ini
yaitu variabel bebas yang digunakan, yaitu mekanisme koping. Perbedaan
dengan penelitian yang akan diteliti yatu pada variabel terikat dan
responden, dimana pada penelitian ini variabel terikatnya adalah insomnia
dan respondennya adalah lansia, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan peneliti, variabel terikatnya kualitas tidur dan responden dalam
penelitan yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori

1. Gagal ginjal kronik


Gagal ginjal kronik merupakan suatu penurunan fungsi jaringan
ginjal secara progresif dan irreversibel, yang ditandai dengan penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang dari 60mL/min/1,73 m selama
minimal 3 bulan. Terapi pengganti ginjal sangat diperlukan, agar tubuh tetap
dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta membuang
zat sisa metabolisme. Terapi tersebut berupa dialisis atau transplantasi
ginjal.
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Saragih (2010) dalam Pernefri
(2013) adalah Diabetes, Hipertensi, Glumerulonefritis (peradangan
glumerulus), Infeksi nefritis tubulointerstisial (peradangan interstisial tulus
ginjal), Pielonefritis kronis (infeksi ginjal diakibatkan oleh virus/bakteri)
atau Nefropati refluks (kerusakan ginjal akibat aliran balik urin ke ginjal),
Penyakit gagal ginjal polikistik (kelainan ginjal yang ditandai dengan
pembentukan kista non kanker), Uropati obstruktif (penyumbatan saluran
urin) dan Lupus eritematosis sistemik (SLE) (penyakit yang menyebabkan
peradangan pada jaringan ikat yang dapat merusak beberapa organ).
Tanda dan gejala gagal ginjal kronik menurut Agraric (2014) yaitu
(a). Gatal-gatal secara terus menerus di bagian tubuh; (b). Penurunan
bahkan hilangnya nafsu makan; (c). Pitting edema; (d). Hemoglobin
menurun drastis pada kisaran 6-9 ditandai dengan lemas dan tidak kuat
untuk berjalan kaki; (e). Aktifitas normal biasanya terasa lebih berat dari
biasanya; (f). Sulit buang air kecil; (g). Tekanan darah meningkat karena
kelebihan cairan dan uremia; (i). Kalium terakumulasi dalam darah
(hiperkalemi) termasuk malaise dan aritmia jantung; (j). Overload volume
yang fluida menyebabkan edema dan edema paru; (k). Metabolik asidosis.
Adapun permasalahan yang dialami oleh pasien gagal ginjal menurut
Smeltzer dan Bare (2002) diantaranya yaitu masalah finansial, kesulitan

6
7

mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta


impotensi, depresi akibat sakit yang kronis, dan ketakutan terhadap
kematian. Selain itu, pasien-pasien yang berusia muda khawatir terhadap
perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya dan beban yang
ditimbulkan pada keluarganya. Pasien dengan hemodialisa jangka panjang
sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan
kesembuhannya dan terkadang pasien merasa perasaan marah, jika rasa
marah pasien tidak diungkapkan, perasaan marah akan diproyeksikan ke
dalam diri pasien sehingga menimbulkan depresi, rasa putus asa serta upaya
bunuh diri. Sedangkan jika rasa marah pasien diproyeksikan kepada orang
lain hal ini dapat menghancurkan hubungan pasien dengan keluarga
(Smeltzer & Bare 2002).
Selain permasalahan tersebut, Menurut Sabry et al. (2010),
permasalahan yang sering dialami pasien gagal ginjal kronik yaitu gangguan
tidur. Penelitian Sabry et al. (2010) menyatakan bahwa sebanyak 79,5% dari
88 pasien hemodialisa mempunyai kualitas tidur yang buruk. Masalah tidur
yang umum dialami oleh pasien hemodialisa adalah insomnia, restless leg
syndrome (kelainan neurologis yang ditandai dengan sensasi tidak nyaman
pada kaki seperti kaki berdenyut, tertarik, atau seperti ada yang merayap di
kaki yang tidak dapat dikendalikan dan terjadi terutama pada malam hari
sehingga dapat mengganggu tidur), sleep apnea (henti pernapasan saat
tidur) dan excessive daytime sleepiness (gejala yang timbul dari
kecenderungan untuk merasakan kantuk yang berlebihan pada periode
terjaga) (Kosmadakis & Medcalf 2008).

2. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2007) Mekanisme koping yaitu usaha seseorang
terhadap stres yang dihadapinya. Mekanisme koping merupakan respon
individu dalam menangani beban yang dapat menimbulkan stres pada tubuh.
Keberhasilan seseorang dalam menghadapi stres tersebut menunjukkan
bahwa individu tersebut sudah mampu beradaptasi terhadap stres (Rasmun
2009). Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
8

mekanisme koping adalah usaha individu ketika individu menghadapi stres


dan bagaimana individu tersebut menanggulangi stres yang dihadapinya.
Adapun jenis Mekanisme Koping Menurut (Stuart 2009),
mekanisme koping dibagi menjadi 3 bagian antara lain : Problem Focused
Coping, merupakan mekanisme koping individu yang melibatkan tugas dan
usaha langsung yang digunakan individu untuk menyelesaikan masalah itu
sendiri. Termasuk dalam koping ini adalah negosiasi, konfrontasi dan
menerima nasihat. Cognitively Focused Coping, merupakan mekanisme
koping dimana reaksi individu untuk mengontrol masalah dan berusaha
menetralisirnya. Termasuk dalam koping ini adalah perbandingan positif,
pengabaian secara elektif dan mengontrol keinginan. Emotional Focused
Coping, merupakan mekanisme koping dimana pasien berorientasi terhadap
tekanan emosional. Contohnya termasuk penggunaan mekanisme pertahan
ego, seperti penyangkalan, penindasan, atau proyeksi.
Menurut Kelliat (1999) dalam Bombay (2016) mekanisme koping
ada dua macam yaitu mekanisme koping adaptif, adalah suatu usaha yang
dilakukan individu dalam menghadapi stres yang dialami dan bersifat
positif, rasional dan konsruktif. Mekanisme koping maladaptif, suatu usaha
yang dilakukan individu dalam menghadapi stres yang bersifat negatif,
merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaikan masalah secara
tuntas. Mekanisme koping yang maladaptif dapat memberikan dampak
seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan fisik dan bahkan resiko bunuh
diri.

3. Kualitas tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
tidak muncul perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,
serta tanda-tanda fisik akibat kekurangan tidur (Hidayat 2006). Kualitas
tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur,
waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek
subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Buysse et al. 1998 dalam
Nilifda 2016 ).
9

Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual


yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam
hari atau efesiensi tidur. Kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang
mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,
kemampuan mudah tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan
medis.
Menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak
mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat
dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Tanda fisik, meliputi :
ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
Tanda psikologis, meliputi : menarik diri, apatis dan respon menurun,
merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung,
timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan
memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur secara
umum diantaranya yaitu status kesehatan, lingkungan, diet, gaya hidup obat-
obatan, dan stres psikologis (Asmadi 2008). Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kualitas tidur menurut Sabet et al. (2012) diantaranya usia,
pada usia 50-60 kualitas tidur semakin buruk, durasi dialisis/ lama menjalani
hemodialisa, semakin lama menderita penyakit gagal ginjal kronik, kualitas
tidurnya semakin buruk. Jenis kelamin, dalam penelitian ini responden
dengan jenis kelamin perempuan cenderung mengalami kualitas tidur yang
buruk dibandingkan dengan responden laki-laki, status pernikahan dalam
penelitian ini pada responden yang telah menikah memiliki kualitas tidur
yang buruk dibandingkan responden yang belum menikah. Selain itu
menurut Pena-Martínez et al. (2015) anemia dan uremia mempengaruhi
kualitas tidur yang buruk pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.
10

4. Mekanisme koping dengan kualitas tidur


Pasien gagal ginjal seringkali dihadapkan dengan permasalahan.
Masalah-masalah tersebut dapat menyebabkan stres bagi penderita gagal
ginjal kronik. Stres merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Safruddin et al. (2017)
semakin tinggi tingkat stres maka semakin buruk kualitas tidur yang dialami
oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Adanya
permasalahan tersebut memunculkan mekanisme koping.
Mekanisme koping merupakan konsep untuk memecahkan masalah,
hal tersebut untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap masalah dan
tekanan yang menimpa seseorang. Koping dilakukan untuk
menyeimbangkan emosi individu dalam situasi yang penuh tekanan
(Suliswati 2005). Seperti permasalahan yang dialami oleh pasien gagal yang
dapat menyebabkan stres, dimana pasien dapat berespon terhadap
permasalahan tersebut berbeda setiap individu. Stres akan berakhir baik
maupun buruk tergantung dari mekanisme koping yang digunakan (Mubin
dan I’ien 2004). Sehingga dengan demikian mekanisme koping diduga
mempengaruhi kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik.

B. Landasan/Kerangka teori

Gagal ginjal kronik

Usia, durasi dialisis/lama Permasalah pada gagal


menjalani hemodialisa, ginjal kronik
jenis kelamin, status
pernikahan, status
kesehatan, lingkungan, Sumber stressor Mekanisme koping
diet, gaya hidup, obat-
obatan, dan stres
psikologis, anemia,
Kualitas tidur Managemen stres
uremia

Gambar 2.1 Kerangka teori


(Smeltzer dan bare 2002), (Hidayat 2006),(Asmadi 2008),(Stuart 2009), (Sabry, et al.
2010) (Sabet, et al. 2012),(Pena-Martínez, et al .2015), , (Kemenkes 2017)
11

C. Kerangka konsep

Mekanisme koping dan


Kualitas tidur
karakteristik responden
rresresponden

Diet, gaya hidup, lingkungan, uremia

Gambar 2.2 kerangka konsep

Keterangan : = variabel yang diteliti

= variabel tidak diteliti

D. Hipotesis

Ha : Ada hubungan yang bermakna antara mekanisme koping dengan kualitas


tidur pasien gagal ginjal kronik.

Ha : Ada hubungan yang bermakna antara karakteristik responden (lama


menjalani HD dan kadar HB) dengan kualitas tidur

Ho : Tidak ada hubungan bermakna antara mekanisme koping degan kualitas


tidur pasien gagal ginjal kronik.

Ho : Tidak ada hubungan bermakna antara karakteristik responden dengan


kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Penelitian ini menggambarkan fenomena atau hubungan antara
fenomena tertentu, sehingga menggunakan desain korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Pada desain penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam
satu kali waktu. Metode analitik korelasi pada penelitian ini digunakan untuk
mengukur hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisa.

B. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di Ruang hemodialisa RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Pengambilan data mekanisme koping dan
kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik dilaksanakan bulan Agustus 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang memenuhi kriteri yang telah ditetapkan (Nursalam 2008).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien GGK di Ruang Hemodialisa
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yang menggunakan Jaminan kesehatan.
Jumlah populasi rata-rata perbulan sebanyak 141 pasien.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam 2008). Besar sampel pada penelitian
dihitung dengan rumus berdasarkan rumus slovin yaitu (Sugiyono 2010) :
responden

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = populasi
d = 10%
Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
teknik sampling consecutive sampling. Consecutive sampling ini dilakukan

12
13

mengambil setiap pasien yang datang dan memenuhi kriteria penelitian sampai
jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Adapun kriteria inklusi adalah pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, sudah menikah, mampu
berkomunikasi, lama menjalani hemodialisa < 1 tahun. Sedangkan kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah stres berat, dan mengkonsumsi obat
antidepresan.

D. Variabel penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mekanisme koping
dan variabel terikatnya adalah kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik.

E. Definisi operasional penelitian


Definisi operasional ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman
mengenai data yang akan dikumpulkan dan untuk menghindari kesesatan alat
pengumpulan data.
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat

Variabel Definisi operasional cara ukur Hasil ukur Skala

Mekanisme Usaha yang Menggunakan 1. Adaptif= skor Nominal


koping dilakukan oleh Kuisioner adaptif ≥ skor
seseorang ketika yang diadopsi maladaptif
menghadapi suatu dari penelitian 2. Maladaptif =
masalah. Bombay, skor maladaptif >
Elvira. M.,A. skor adaptif
(2016) dengan
20 pertanyaan
Kualitas Suatu keadaan Kuisioner 1. Kualitar tidur Nominal
tidur dimana tidur PSQI yang baik < 5
terpenuhi diadopsi dari 2. Kualitas tidur
berdasarkan kualitas kuesioner buruk >5-21
dan kuantitas. baku dari
penelitian
Sari, I. (2017)
Usia Lama waktu hidup Kuesioner 1. Dewasa (26-45) Ordinal
sejak dilahirkan tahun
2. Lansia awal (46-
55) tahun
3. Lansia akhir (56-
65) tahun
14

Jenis Istilah yang Kuesioner Nominal L


kelamin mengacu atau 1. Laki-laki
membedakan 2. Perempuan
status biologis
dan tampilan fisik
antara laki-
lakidan
perempuan
Lama Lama waktu Kuesioner 1. ≤ 6 bulan Nominal
Hemodialisa menjalani 2. > 6 bulan
hemodialisa dari
pertama kali
hemodialisa
Kadar HB Ukuran pigmen Berdasarkan hasil 1. Anemia (laki- Nominal
respiratorik dalam laboratorium laki= <13gr/dl,
butiran-butiran perempuan= <12
darah merah. gr/dl
2. Tidak anemia
(laki-laki= >13
gr/dl,
perempuan= >12
gr/dl

F. Alur penelitian
Penelitian ini melalui prosesi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian. Tahap persiapan dimulai yaitu penentuan masalah dan studi
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo. Kemudian
peneliti mengumpulkan materi dan konsep yang mendukung penelitian serta
membuat proposal penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan proposal oleh
dosen pembimbing skripsi, maka dilakukan seminar proposal dan melakukan
persiapan penelitian.
Tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan, namun sebelum penelitian
ini dilaksanakan, peneliti meminta izin kepada Wakil Dekan Fakultas ilmu-
ilmu Kesehatan Unsoed, kemudian surat tersebut diberikan kepada bagian tata
usaha RSUD Dr.Margono Soekarjo untuk permohonan izin dilaksanakan
penelitian. Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan seminar proposal
di RSUD Dr.Margono Soekarjo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2018 di ruang hemodialisa RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Peneliti mengumpulkan data primer dari pasien itu sendiri melalui
kuesioner dengan cara wawancara dan data sekunder dengan melihat hasil
Laboratorium pada rekam medis pasien untuk melihat nilai kadar HB pre
hemodialisa. Kemudian peneliti memperkenalkan diri kepada responden,
15

menyampaikan tujuan penelitian dan menanyakan kesediaan untuk menjadi


responden. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diberikan lembar
persetujuan untuk ditandatangani, dan dijelaskan tentang cara pengisian dengan
kuesioner penelitian. Kemudian peneliti melakukan screening untuk pasien
yang mengalami stres berat dengan menggunakan kuesioner PSS (Perceived
Stress Scale). Hal tersebut dilakukan untuk memilih sampel yang sesuai
dengan kriteria penelitian.
Tahap terakhir pada penelitian ini yaitu tahap penyelesaian. Peneliti
melakukan analisis data yang telah didapatkan selama penelitian. Kemudian
menyusun laporan hasil penelitian dan akan dilakukan seminar hasil.

G. Instrumen
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui mekanisme koping yang
digunakan oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa adalah the
ways of coping yang telah dimodifikasi oleh Lita (2013) dalam penelitian
Bombay, Elvira (2016)yang terdiri dari 20 pertanyaan. Instrumen mekanisme
koping ini menggunakan skala Likert pernyataan bersifat favorabel dan
unfavorabel. Kriteria pemberian skor untuk item favorabel meliputi jawaban
Sangat Setuju (SS) mendapatkan nilai 4, Setuju (S) mendapat nilai 3, Tidak
Setuju (TS) mendapatkan nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapatkan nilai
1. Kriteria pemberian skor untuk item unfavorabel meliputi jawaban Sangat
Setuju (SS) mendapatkan nilai 1, Setuju (S) mendapat nilai 2, Tidak Setuju
(TS) mendapatkan nilai 3, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapatkan nilai 4.
Skor total dari pernyataan favorabel adalah 40 sementara skor total dari
pernyataan unfavorable adalah 16. Untuk menentukan responden yang
menggunakan mekanisme koping adaptif atau maladaptif dengan melihat nilai
perbandingan skor pernyataan yang lebih besar yaitu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Nilai perbandingan skor adaptif = x / 40

Nilai perbandingan skor maladaptf = Y / 16


Keterangan :

x : nilai skor pernyataan adaptif dan Y : nilai skor pernyataan maladaptif.


13

mengambil setiap pasien yang datang dan memenuhi kriteria penelitian sampai
jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. Adapun kriteria inklusi adalah pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, sudah menikah, mampu
berkomunikasi, lama menjalani hemodialisa < 1 tahun. Sedangkan kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah stres berat, dan mengkonsumsi obat
antidepresan.

D. Variabel penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mekanisme koping
dan variabel terikatnya adalah kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik.

E. Definisi operasional penelitian


Definisi operasional ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman
mengenai data yang akan dikumpulkan dan untuk menghindari kesesatan alat
pengumpulan data.
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat

Variabel Definisi operasional cara ukur Hasil ukur Skala

Mekanisme Usaha yang Menggunakan 1. Adaptif= skor Nominal


koping dilakukan oleh Kuisioner adaptif ≥ skor
seseorang ketika yang diadopsi maladaptif
menghadapi suatu dari penelitian 2. Maladaptif =
masalah. Bombay, skor maladaptif >
Elvira. M.,A. skor adaptif
(2016) dengan
20 pertanyaan
Kualitas Suatu keadaan Kuisioner 1. Kualitar tidur Nominal
tidur dimana tidur PSQI yang baik < 5
terpenuhi diadopsi dari 2. Kualitas tidur
berdasarkan kualitas kuesioner buruk >5-21
dan kuantitas. baku dari
penelitian
Sari, I. (2017)
Usia Lama waktu hidup Kuesioner 1. Dewasa (26-45) Ordinal
sejak dilahirkan tahun
2. Lansia awal (46-
55) tahun
3. Lansia akhir (56-
65) tahun
14

Jenis Istilah yang Kuesioner Nominal L


kelamin mengacu atau 1. Laki-laki
membedakan 2. Perempuan
status biologis
dan tampilan fisik
antara laki-
lakidan
perempuan
Lama Lama waktu Kuesioner 1. ≤ 6 bulan Nominal
Hemodialisa menjalani 2. > 6 bulan
hemodialisa dari
pertama kali
hemodialisa
Kadar HB Ukuran pigmen Berdasarkan hasil 1. Anemia (laki- Nominal
respiratorik dalam laboratorium laki= <13gr/dl,
butiran-butiran perempuan= <12
darah merah. gr/dl
2. Tidak anemia
(laki-laki= >13
gr/dl,
perempuan= >12
gr/dl

F. Alur penelitian
Penelitian ini melalui prosesi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan,
dan penyelesaian. Tahap persiapan dimulai yaitu penentuan masalah dan studi
pendahuluan yang dilakukan di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo. Kemudian
peneliti mengumpulkan materi dan konsep yang mendukung penelitian serta
membuat proposal penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan proposal oleh
dosen pembimbing skripsi, maka dilakukan seminar proposal dan melakukan
persiapan penelitian.
Tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan, namun sebelum penelitian
ini dilaksanakan, peneliti meminta izin kepada Wakil Dekan Fakultas ilmu-
ilmu Kesehatan Unsoed, kemudian surat tersebut diberikan kepada bagian tata
usaha RSUD Dr.Margono Soekarjo untuk permohonan izin dilaksanakan
penelitian. Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan seminar proposal
di RSUD Dr.Margono Soekarjo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2018 di ruang hemodialisa RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Peneliti mengumpulkan data primer dari pasien itu sendiri melalui
kuesioner dengan cara wawancara dan data sekunder dengan melihat hasil
Laboratorium pada rekam medis pasien untuk melihat nilai kadar HB pre
hemodialisa. Kemudian peneliti memperkenalkan diri kepada responden,
15

menyampaikan tujuan penelitian dan menanyakan kesediaan untuk menjadi


responden. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diberikan lembar
persetujuan untuk ditandatangani, dan dijelaskan tentang cara pengisian dengan
kuesioner penelitian. Kemudian peneliti melakukan screening untuk pasien
yang mengalami stres berat dengan menggunakan kuesioner PSS (Perceived
Stress Scale). Hal tersebut dilakukan untuk memilih sampel yang sesuai
dengan kriteria penelitian.
Tahap terakhir pada penelitian ini yaitu tahap penyelesaian. Peneliti
melakukan analisis data yang telah didapatkan selama penelitian. Kemudian
menyusun laporan hasil penelitian dan akan dilakukan seminar hasil.

G. Instrumen
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui mekanisme koping yang
digunakan oleh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa adalah the
ways of coping yang telah dimodifikasi oleh Lita (2013) dalam penelitian
Bombay, Elvira (2016)yang terdiri dari 20 pertanyaan. Instrumen mekanisme
koping ini menggunakan skala Likert pernyataan bersifat favorabel dan
unfavorabel. Kriteria pemberian skor untuk item favorabel meliputi jawaban
Sangat Setuju (SS) mendapatkan nilai 4, Setuju (S) mendapat nilai 3, Tidak
Setuju (TS) mendapatkan nilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapatkan nilai
1. Kriteria pemberian skor untuk item unfavorabel meliputi jawaban Sangat
Setuju (SS) mendapatkan nilai 1, Setuju (S) mendapat nilai 2, Tidak Setuju
(TS) mendapatkan nilai 3, Sangat Tidak Setuju (STS) mendapatkan nilai 4.
Skor total dari pernyataan favorabel adalah 40 sementara skor total dari
pernyataan unfavorable adalah 16. Untuk menentukan responden yang
menggunakan mekanisme koping adaptif atau maladaptif dengan melihat nilai
perbandingan skor pernyataan yang lebih besar yaitu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Nilai perbandingan skor adaptif = x / 40

Nilai perbandingan skor maladaptf = Y / 16


Keterangan :

x : nilai skor pernyataan adaptif dan Y : nilai skor pernyataan maladaptif.


16

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner mekanisme koping (Bombay 2016)


Jenis Indikator Sebaran item Jumlah
Koping
Adaptif - Menbicakan masalah dengan 1,4,5,9,12,16,11, 12
keluarga 14,18,2,8,7
- Berdoa dan bertawakal
- Membicarakan dengan orang
yang profesional
- Menyelesaikan masalah secar
bertahap
- Meninta nasihat pada orang lain
- Membicaran pada orang terdekat
- Berfikir masalah ini wajar karena
apa yang sudah dilakukan di
masa lalu
- Mengambil hikmah dari masalah
yang dihadapi
- Menyakinkan diri sendiri untuk
tidak khawatir
- Mencoba lebih baik lagi dan
menerima masalah sebagai suatu
pengalaman
- Mencoba melihat masalah dengan
sudut pandang yang berbeda.
- Menyakinkan diri sendiri bahwa
masalah ini tidak terlalu penting
Maladaptif Melampiaskan masalah dengan orang lain 3,6,10,13,15,19, 8
- Menghindar dari orang lain 20,1
- Merahasiakan kondisi sakit
- Melakukan sesuatu yang
berbahaya
- Marah dan menyalahkan orang
lain.
- Mencoba melupakan masalah
- Mencoba melakukan pengobatan
lain
- Tetap beraktifitas walaupun
dalam kondisi sakit

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian skala kualitas tidur yaitu
kuisioner PSQI (Pittsburg Sleep Quality Index) yang diadopsi dari penelitian
(Sari 2017). Kuisioner PSQI ini terdiri dari 7 komponen penelitian, meliputi :
kualitas tidurnya secara subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur
sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan disfungsi aktifitas di
siang hari. Masing – masing komponen mempunyai kisaran 0-3 dengan 0
menunjukan tidak ada kesulitan tidur yang berat. Skor dari tujuh komponen
tersebut dijumlahkan menjadi satu dengan kriteria penilaian yang
17

dikelompokan sebagai berikut : kualitas tidur baik < 5, kualitas tidur buruk > 5-
21.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kualitas Tidur

No Komponen Nomor soal


1. Komponen 1 : kualitas tidur subjektif 9
2. Komponen 2 : latensi tidur 2
3. Komponen 3 : durasi tidur 4

4. Komponen 4 : efisiensi tidur 4,1,3

5. Komponen 5 : gangguan tidur 5b,5c,5d,5e,5f,5h,5i,5j


6. Komponen 6 : penggunaan obat tidur 6
7. Komponen 7 : disfungsi aktifitas di siang hari 7

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen
PSQI ( Pittsburg Sleep Quality Index), dikarenakan kuesioner telah diuji
validitas dan reliabilitas pada penelitian Sari (2017) dengan koefisien alpha
cronbach sebesar 0.753, sedangkan kuesioner Instrumen untuk mengukur
mekanisme koping yang diadopsi dari penelitian Lita (2013) dalam Bombay
(2016) menggunakan 5 pilihan jawaban dan peneliti merubah menjadi 4 pilihan
jawaban sehingga peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap
kuesioner tersebut. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS Wijayakusuma Purwokerto.
Hasil uji validitas menunjukan hasil bahwa dari 20 pertanyaan terdapat 6
pernyataan yang tidak valid (2, 6, 7, 10, 13, 17, ) dan 14 valid (1, 3, 4, 5, 8, 9,
11, 12, 14, 15, 16, 18, 19, 20) dengan koefisien alpha cronbach 0,628.

I. Sumber data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer untuk mengetahui data demografi meliputi usia,
jenis kelamin, lama menjalani hemodialisa, mekanisme koping dan kualitas
tidur. Sedangkan data sekunder untuk mengetahui jumlah pasien gagal ginjal
RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo dan hasil laboratorium pasien gagal ginjal
kronik pre hemodialisa.
18

J. Analisis data
Analisis atau pengolahan data yang dilakukan setelah data yang
diperlukan terkumpul dengan melalui tahap-tahap, yaitu editing, coding,
tabulating dan aplikasi data/pengujian data. Pada tahap editing, peneliti melihat
kembali kelengkapan data yang didapatkan dari responden. Pada tahap coding,
peneliti memberikan kode pada hasil kuesioner yang diperoleh dari responden
untuk memudahkan dalam pengolahan data. Pada tahap tabulating, peneliti
memasukan data ke database komputer. Analisis data yang digunakan pada
penelitian ini yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil analisis
univariat terdiri dari karakteristik responden, gambaran mekanisme koping dan
gambaran kualitas tidur, sedangkan analisis bivariat digunakan untuk melihat
hubungan antara mekanisme koping terhadap kualitas tidur dan untuk melihat
hubungan antara karakteristik responden terhadap kualitas tidur. Analisis
bivariat ini menggunakan uji Chi Square dan uji alternatif dari Chi Square
(Fisher's Exact Test).

K. Etika penlitian
Menurut Nursalam (2008) prinsip etika penelitian terdiri dari 3 macam
yaitu : Persetujuan (Informed consent), Informed consent merupakan bentuk
persetujuan antara peneliti dan responden, yang berupa lembar persetujuan, dan
diberikana sebelum penelitian dimulai. Lembar ini dilengkapi dengan judul
penelitian dan manfaat penelitian, sehingga responden mengerti maksud dan
tujuan penelitian. Keputusan sepenuhnya diberikan kepada responden, dan
tidak terdapat pemaksaan atas keterlibatan untuk menjadi responden. Tanpa
nama (Anonimity), Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti
tidak mencantumkan nama responden tetapi hanya mencantumkan kode
penganti nama responden. Kerahasiaan (Confidentiality), Informasi yang telah
dikumpulkan dari responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya
digunakan untuk mengembangkan ilmu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian yang terdiri dari karakteristik


responden berdasarkan umur, jenis kelamin, lama menjalani HD, kadar Hb,
gambaran mekanisme koping dan kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di rumah sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Berikut
merupakan pembahasan dari hasil penelitian :

1. Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 59 pasien gagal ginjal kronik yang sedang
menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Margono Sokarjo. Distribusi
karakteristik responden diuraikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden (n=59)
Karakteristik Frekuensi Persentase
(%)
Umur
Dewasa 23 38,9
Lansia Awal 16 27,1
Lansia Akhir 20 33,9
Jenis Kelamin
Laki-laki 32 54,2
Perempuan 27 45,8
Lama menjalani HD
≤ 6 bulan 45 76,3
> 6 bulan 14 23,7
Kadar HB
Anemia 56 94,9
Tidak anemia 3 5,10

Mayoritas responden berada pada usia dewasa dalam rentan 26-45


tahun yakni sebanyak 23 (38,9%) responden. Responden laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan responden perempuan. Berdasarkan lama
menjalani hemodialisa, mayoritas responden menjalani hemodialisa ≤6
bulan lebih banyak dibandingkan dengan responden yang menjalani
hemodialisa > 6 bulan yaitu sebesar 45 (76,3%) Dilihat dari Kadar Hb
mayoritas responden mengalami anemia sebesar 56 (94,9%).

19
20

2. Gambaran mekanisme koping dan kualitas tidur responden


Mekanisme koping dan kualitas tidur dijabarkan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Gambaran mekanisme koping dan kualitas tidur
Variabel Frekuensi Presentase
Mekanisme koping
Adaptif 54 91,5
Maladaptif 5 8,50

Kualitas tidur
Baik 19 32,2
Buruk 40 67,8

Proporsi responden dengan mekanisme koping adaptif lebih banyak


dibandingkan dengan mekanisme koping maladaptif yakni sebanyak 54
(91,5%) responden. Responden dengan kualitas tidur buruk lebih banyak,
yakni sebanyak 40 (67,8 %) responden dibandingkan dengan responden
dengan kualitas tidur yang baik.

3. Hubungan karakteristik responden dengan kualitas tidur


Tabel 4.3 Hubungan karakteristik responden dengan kualitas tidur
Karakteristik Kulitas tidur p-value r
Baik Buruk
f(%) f (%)
Usia
Dewasa 11(18,6) 12(20,3) 0,112 0,263
Lansia awal 3(5,1) 13(22,0)
Lansia akhir 5(8,5) 15(25,4)
Jenis Kelamin
Laki-laki 10(16,9) 22 (37,3) 0,865 0,02
Perempuan 9 (15,3) 18 (30,5)
Lama menjalani
HD
≤ 6 bulan 9 (15,3) 36 (61,0) 0,01 0,424
> 6 bulan 10 (16,9) 4 (6,8)
Kadar HB
Anemia 16 (27,1) 40 (67,8) 0,03 0,318
Tidak anemia 3 (5,1) 0 (0)

Karakteristik responden dari Tabel 4.3 menunjukan karakteristik


lama menjalani HD dan kadar HB memiliki hubungan yang bermakna
terhadap kualitas tidur, dengan nilai p < 0.05, yaitu sebesar p = 0.01 pada
lama menjalani HD dan p = 0.03 pada kadar Hb.
21

4. Hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur


Hubungan mekanisme kopig dan kualitas tidur dijelaskan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4 hasil uji koefisien kontingensi mekanisme koping dan kualitas tidur
Variabel Kualitas tidur Total p-value R
Baik Buruk
f (%) f (%) f (%)
Mekanisme
koping
Adaptif 18 (30,5) 36 (61,0) 54 (91,5) 1,000 0,079
Maladaptif 1 (1,7) 4 (6,8) 5 (8,5)

Jumlah 59 (100%)
Keterangan : *p <0,05
Tabel 4.4 menunjukan hasil uji mekanisme koping dan kualits tidur.
Hasil menunjukan nilai p-value = 1,000 dengan nilai r = 0,079 yang berarti
tidak ada hubungan bermakna antara mekanisme koping dengan kualitas
tidur (p > 0.05) dan keeratan hubungan sangat lemah.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini akan dibahas beberapa hal yang mengacu pada hasil
penelitian, seperti: karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin, lama
menjalani HD, dan kadar HB, mendeskripsikan mekanisme koping dan
mendeskripsikan kualitas tidur. Pada penelitian ini juga akan dibahas mengenai
hubungan antara karakteristik responden dengan kualitas tidur serta membahas
mengenai hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur.

1. Karakteristik responden
a. Karakteristik responden berdasarkan usia
Hasil karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas
responden berada pada usia dewasa dalam rentan 26-45 tahun yakni
sebanyak 23 (38,9%) responden. Gagal ginjal kronik semakin banyak
menyerang pada usia dewasa. Hal ini dikarenakan pola hidup yang tidak
sehat seperti banyaknya mengkonsumsi makanan cepat saji, kesibukan
yang membuat stres, duduk seharian di kantor, sering minum kopi,
minuman berenergi, jarang mengkonsumsi air putih. Kebiasaan kurang
baik tersebut menjadi faktor risiko kerusakan pada ginjal (Dharma 2015).
22

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) bertambahnya usia dapat


meningkatkan kerentanan terhadap penyakit tertentu, salah satunya
adalah gagal ginjal kronik. Bertambahnya usia diatas 40 tahun,
menyebabkan penurunan kecepatan ekskresi glomerulus dan
memburuknya fungsi tubulus sebagai akibat dari berkurangnya nefron.
Fungsi ginjal akan mengalami penurunan sekitar 10
ml/menit/1,73 m2 pada setiap dekade pertambahan usia. Pada usia
dekade keempat dapat terjadi penurunan GFR 60-89 ml/menit/1,73 m2,
dengan perhitungan standar laju filtrasi glomerulus/LFG (Glomerular
Filtration Rate/GFR) normal sekitar 100 ml/menit/1,73 m2 (Syamsir &
Elvira 2007).

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


Hasil karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden
perempuan yaitu sebanyak 32 (54,2%) responden. Berdasarkan data
yang diperoleh dalam penelitian ini, menunjukan bahwa populasi pasien
yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Margono Soekarjo
mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al. (2016) yang menunjukkan
bahwa mayoritas responden adalah laki-laki (88,2%) dan sisanya
perempuan (11,8%).
Tingginya angka kejadian gagal ginjal pada laki-laki dapat
disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti mengkonsumsi kopi dan
merokok (Nurchayati 2011). Selain itu, terdapat teori lain yang
mengatakan bahwa laki-laki lebih beresiko terkena penyakit gagal ginjal
kronik daripada perempuan karena secara fisiologis perempuan memiliki
hormon estrogen lebih banyak. Hormon estrogen dapat mempengaruhi
kadar kalsium. Kalsium mampu mencegah pembentukan batu ginjal,
melalui pencegahan penyerapan oksalat secara berlebihan (Ganong 2008
dalam Satyaningrum 2011).
23

c. Karakteristik responden berdasarkan lama menjalani hemodialisa


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden
menjalani hemodialisa ≤6 bulan lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang menjalani hemodialisa > 6 bulan yaitu sebesar 45
(76,3%) responden. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan, jumlah
penderita yang menjalani hemodialisa secara rutin meningkat setiap
tahunnya dan peluang hidup pasien yang menjalani hemodialisa satu
bulan adalah 87,3% lebih tinggi dibandingkan dengan peluang hidup
yang menjalani hemodialisa 1 tahun yaitu sebesar 46,7 % (Indonesian
Renal Registry (IRR) 2014).

d. Karakteristik responden berdasarkan kadar hemoglobin


Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dilihat dari kadar Hb
mayoritas responden mengalami anemia sebesar 56 (94,9%). Faktor
utama penyebab anemia pada gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis adalah defisiensi eritropoetin. Hal tersebut dapat terjadi
akibat kehilangan darah yang banyak, seperti tindakan flebotomi
berulang untuk pemeriksaan laboratorium dan retensi darah pada dialiser,
dan kurangnya asupan makanan yang mengandung besi (Finkelstein et al.
2009). Penyebab lain yang mempengaruhi eritropoesis pada pasien
dengan hemodialisa adalah intoksikasi aluminium, akibat terpapar oleh
konsentrasi tinggi dialisat aluminium dan asupan pengikat fosfat yang
mengandung aluminium. Aluminium mampu menghambat metabolisme
besi sehingga menyebabkan anemia (National Kidney Foundation 2012).

2. Gambaran mekanisme koping dan kualitas tidur responden


Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki
mekanisme koping adaptif yaitu sebanyak 53 responden dari total 59
responden. Mekanisme koping adapatif yaitu mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan (Stuart 2007). Hal tersebut
biasanya ditandai dengan pasien mampu mengontrol emosi, bercerita,
berbagi dengan orang lain, memecahkan masalah, menerima dukungan,
memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah dan
24

memiliki pandangan luas. Adapun mekanisme koping seseorang


dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan, bakat, teknik
pertahanan, dukungan sosial dan motivasi individu (Wutun et al. 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kualitas
tidur buruk lebih banyak, yakni sebanyak 40 (67,8 %) dari total 59
responden. Sesuai dari pelaporan responden, responden sering mengalami
nyeri kaki, gatal, edema, sesak nafas, merasa lelah, dan lemah yang
mungkin dapat mengganggu tidur pasien. Berdasarkan hasil survey Murtagh
et al. (2007) sepertiga penderita gagal ginjal kronik mengeluhkan gejala
berupa kekurangan energi (76%), pruritus (74%), mengantuk (65%),
dyspnea (61%), edema (58%), nyeri (53%), dan gangguan tidur (41%).
Adapun Menurut Sabry et al. (2010) Gangguan tidur yang biasanya
dialami diantaranya Restless Leg Syndrome (RLS), Sleep Apnoea (SA),
Excessive Daytime Sleepiness (EDS), narkolepsi, tidur berjalan, mimpi
buruk, periodic limb movement disorder, serta insomnia yang disebut
memiliki prevalensi paling tinggi pada populasi pasien dialisis. Prevalensi
insomnia pada pasien hemodialisis berkisar antara 45 – 69.1% (Sabry et al.
2010). Gangguan tidur sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang
berlangsung lama, sehingga mampu mempengaruhi kualitas tidur pasien.
Kualitas tidur meliputi kebiasaan seseorang, termasuk kuantitas tidur,
latensi tidur, efisiensi tidur dan gangguan tidur (Safruddin, Musfira & Arya
2017).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya insomnia
pada pasien hemodialisa, yaitu gaya hidup, biologis, dan dialisis. Faktor
gaya hidup meliputi kebiasaan merokok dan konsumsi kopi. Faktor biologis
meliputi adekuasi nutrisi, anemia, keseimbangan kalsium dan faktor dialisis
meliputi shift dialisis, lama waktu menjalani dialisis, dan adekuasi dialisis
(Rosdiana 2010).

3. Hubungan karakteristik responden dengan kualitas tidur


a. Hubungan usia dengan kualitas tidur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara usia dengan kualitas tidur pada pasien gagal ginjal
25

kronik yang menjalani hemodialisa, dengan nilai p = 0,112 (p>0.05) dan


nilai r = 0,263. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekercioglu et al. (2015) yang mengatakan bahwa usia bukan
merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada pasien CKD,
hal tersebut dibuktikan dengan nilai p = 0.6 (p>0.05).
Penelitian lain yang juga sejalan yaitu menurut Menon et al.
(2015) yang mengatakan bahwa usia pasien hemodialisa berkorelasi
negatif dengan kualitas tidur. Meskipun tidak terdapat hubungan antara
usia dengan kualitas tidur, namun berdasarkan hasil pada tabel 4.3
menunjukan bahwa lansia akhir lebih banyak mengalami kualitas tidur
yang buruk dibandingkan dengan dewasa, yaitu sebanyak 25,5%. Hal ini
disebabkan oleh fungsi tubuh yang mengalami degenerasi, tidak hanya
disebabkan faktor dialisis itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tel (2013), menemukan bahwa usia lanjut mayoritas
mengalami masalah tidur. Pengaruh kualitas tidur yang buruk pada lansia
ini, bukan hanya dipengaruhi oleh faktor terapi HD, melainkan juga
disebabkan oleh penurunan fungsi baik fisik, mental dan sosial, sehingga
berpengaruh terhadap kualitas tidur.
Gangguan kualitas tidur pada lansia disebabkan karena kerusakan
nukleus preoptic ventrolateral yang berperan dalam pengaturan pola
tidur. Pada lansia episode tidur REM cenderung memendek, serta
terdapat penurunan dari periode tidur. Selain itu, peningkatan kecemasan
akibat dari perubahan fungsi tubuh yang dialami lansia turut berperan
terhadap kualitas tidur (Tarwoto & Wartonah 2015).

b. Hubungan jenis kelamin dengan kualitas tidur


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas tidur pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mehrabi et al. (2017), yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kualitas tidur pada pasien yang menjalani hemodialisa, dengan nilai
26

p = 0,865 (p>0.05) an nilai r = 0.02. Hal tersebut juga sejalan dengan


penelitian Bastos et al. (2007) yang menunjukkan nilai p = 0,11 (p>0.05).
Berdasarkan beberapa penelitian disebutkan jenis kelamin bukan
merupakan salah satu penyebab gangguan kualitas tidur pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Gangguan kualitas tidur
yang terjadi pada pasien hemodialisa, dipengaruhi banyak faktor, tidak
melihat berdasarkan jenis kelaminnya. Terdapat penelitian yang
mengatakan gangguan kualitas tidur yang terjadi pada laki-laki, dapat
terjadi akibat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah gaya
hidup. Pada wanita juga dapat mangalami gangguan kualitas tidur,
dimana salah satu penyababnya adalah menopause (Rosdiana 2010).

c. Hubungan lama menjalani hemodialisa dengan kualitas tidur


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan
antara lama menjalani hemodialisa dengan kualitas tidur dengan nilai p =
0,01. Dapat dilihat bahwa hasil penelitian responden yang menjalani
hemodialisa < 6 bulan memiliki kualitas tidur buruk yang lebih besar
dibandingkan dengan yang sudah menjalani HD > 6 bulan. Hal tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan Chiu et al. (2009) kualitas tidur
yang buruk dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa,
sebagai akibat dari respon inflamasi yang ditimbulkan pada awal
menjalani terapi hemodialisa. Hal tersebut berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Menon et al. (2015) didapatkan hasil bahwa
semakin lama menjalani hemodialisa semakin buruk kualitas tidur pasien
gagal ginjal kronik. Hal ini terjadi karena progresifitas gejala dari
penyakit yang menjalani terapi atau komplikasi yang disebabkan oleh
terapi hemodialisa jangka panjang yang menyebabkan kualitas tidur
pasien menjadi buruk (Al-Jahdali et al. 2010; Rosdiana 2010).

d. Hubungan kadar hemoglobin dengan kualitas tidur


Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan kualitas tidur pasien
27

gagal ginjal kronik yang menjalani HD dengan nilai p = 0,03 (p<0.05).


Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Menon et al.
(2015) dan Rompas et al. (2013), yang mengatakan bahwa pasien gagal
ginjal kronik akan cenderung mengalami penurunan kadar hemoglobin
sehingga akan timbul komplikasi anemia. Berdasarkan pembahasan
sebelumnya dijelaskan bahwa, faktor utama yang menyebabkan pasien
yang menjalani hemodialisa mengalami anemia yaitu akibat dari
defisiensi eritropoetin. Pasien yang mengalami anemia akan muncul
gejala seperti badan terasa lemah, mual dan kurang nafsu makan,
sehingga akan berdampak pada kualitas tidur yang buruk. Penelitian lain
membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara anemia
terhadap kualitas tidur yang buruk pada pasien gagal ginjal kronik yaitu
disebabkan oleh peningkatan kadar transferin sebagai akibat dari
kekurangan zat besi.

e. Hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara mekanisme koping dengan kualitas tidur, dengan
nilai p = 1,000 dan nilai r = 0,079 yang artinya keeratan hubungan
sangat lemah antara mekanisme koping dan kualitas tidur, sehingga
terdapat faktor lain yang mempengaruhi baik pada mekanisme koping
maupun kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Adapun faktor yang mempengaruhi mekanisme koping
yaitu dukungan sosial (Mu’tadin 2002 dalam Armiyati & Desi 2014).
Dukungan sosial memiliki efek yang positif terhadap manajemen
penyakit yang mampu memfasilitasi dalam keberhasilan pengobatan
jangka panjang dan penyesuaian pasien terhadap penyakit. Efek posiitif
lainnya dari dukungan sosial yaitu mampu meningkatkan mekanisme
koping pasien, meminimalkan stres dan meningkatkan fungsi psikososial
dan kepatuhan terhadap pengobatan (Theodoritsi et al. 2016).
Keluarga merupakan salah satu peran dalam dukungan sosial.
Dukungan sosial dari peran keluarga saat pasien menjalani terapi
28

hemodialisa sangat diperlukan untuk bisa dijadikan sebagai tempat


menumpahkan perasaannya pada saat stres dan kehilangan semangat
akibat dari terapi yang dijalani. Dukungan dan perasaan yang positif yang
diberikan keluarga akan merubah cara pandang pasien tentang
penyakitnya bahkan adanya harapan tinggi untuk sembuh akan menjadi
dorongan bagi pasien untuk menerapkan disiplin dalam menjalan
tindakan hemodialisa (Auer 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujiasih, Azza
& Cahya (2015) menunjukkan bahwa sebanyak 78 dari 80 responden
yang menjalani hemodialisa berada pada mekanisme koping adaptif.
Responden dengan koping maladaptif adalah responden yang mendapat
dukungan kurang baik dari keluarganya. Keluarga responden hanya
mengantarkan saat menjalani terapi hemodialisa, tanpa mendampingi
responden selama terapi. Berdasarkan pengamatan pada penelitian ini,
hampir keseluruhan responden didampingi oleh keluarganya pada saat
menjalani terapi hemodialisa.
Selain itu dukungan sosial yang turut berperan terhadap
mekanisme koping pada penderita gagal ginjal kronik, yaitu adanya
jamkesmas atau jaminan kesehatan lain yang mengnggung biaya terapi
hemodialisa. Berdasarkn hasil pengamatan selama penelitian, semua
responden menggunakanjaminan kesehatan untuk menjalani hemodialisa.
Hal tersebut dapat mengurangi stresor karena tidak terbebani dengan
masalah perekonomian untuk dapat menjalani terapi hemodialisa. Oleh
karena itu, adanya dukungan tersebut, dapat membantu menurunkan
gangguan psikologis pasien PGK (Nurchayati 2011).
Menurut Bandura (1997) dalam Rustandi, Hengky, dan Helen
(2018), faktor lain yang dapat mempengaruhi mekanisme koping pada
pasien hemodialisa yaitu self efficacy. Individu dengan self-efficacy
tinggi akan berusaha keras untuk menghadapi tantangan hidup, sementara
rendahnya self-efficacy kemungkinan besar akan memperlemah bahkan
menghentikan usaha seseorang. Jika individu meyakini bahwa mereka
29

mampu mengendalikan stresor yang ada, maka individu tersebut dapat


menggunakan mekanisme koping yang adaptif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35
responden yang memiliki mekanisme koping adaptif, mangalami kualitas
yang buruk. Kualitas tidur yang buruk ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, dimana secara fisiologis pasien belum mampu
beradapasi terhadap penyakit gagal ginjal kronik dan terapi hemodialisa
yang telah dijalani. Faktor-faktor tersebut meliputi kadar hemoglobin,
gaya hidup, lamanya menjalani HD, serta kadar ureum dan kreatinin.
Anemia dapat terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang disebabkan
sebagai efek dari hemodialisa ataupun dari penyakit itu sendiri. Pasien
yang menjalani hemodialisa akan mengalami intoksikasi aluminium.
Patogenesisnya belum sepenuhnya dimengerti, namun terdapat bukti
bahwa intoksikasi aluminium menyebabkan eritropoesis.
Akumulasi aluminium dapat mengganggu sintesis porfirin, dan
sirkulasi besi antara prekursor sel darah merah pada sumsum tulang,
sehingga akan menghambat metabolisme besi normal. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya eritropoesis (National Kidney Foundation
2012). Dampak anemia terhadap kualitas tidur, dipengaruhi oleh gejala
yang ditimbulkan yaitu gejala fatigue seperti lemah, letih, dan lesu
(Rompas et al. 2013). Hal ini sesuai dengan laporan responden yang
menyatakan responden merasa lelah dan lemah.
Menurut Sakitri, Nurul dan Azizah (2017) mengatakan bahwa
komplikasi lain yang terjadi saat berlangsungnya hemodialisis yaitu
Dialysis Disequilibrium Syndrome (DDS). DDS dapat terjadi akibat dari
proses pengeluaran cairan dan urea dari dalam darah yang terlalu cepat
selama hemodialisis. Hal tersebut dapat berdampak pada kondisi
fisiologis seperti, sakit kepala tiba-tiba, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, jantung berdebar-debar, disorientasi dan kejang. Gejala-gejala
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pasien selama menjalani Hd,
sehingga dapat berdampak pada gangguan kualitas tidur. Hal ini sesuai
30

dengan laporan responden, sering kali merasa pusing, sakit kepala, dan
mual.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kualitas tidur pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yaitu faktor gaya
hidup. Faktor ini terdiri dari riwayat merokok, kebiasaan mengkonsumsi
kopi, dan lain-lain. Merokok dapat mempengaruhi kualitas tidur yang
buruk karena nikotin yang terkandung dalam rokok tersebut. Nikotin
bekerja sebagai stimulan yang akan membuat penghisapnya tetap
waspada dan terjaga, sehingga menyebabkan ganguan tidur (Rosdiana
2010).
Faktor dialisis juga dapat mempengaruhi kualitas tidur pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Terdapat
penelitian yang mengatakan bahwa pada awal-awal menjalani terapi
hemodialisa, tubuh akan memberikan respon fisiologi yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur. Namun, seiring berjalannya waktu,
semakin lama seseorang menjalani hemodialisa, maka tubuh sudah
mampu beradaptasi terhadap respon yang timbul (Relawati, Hakimi &
Huriah 2015 ). Terdapat penelitian lain yang mengatakan bahwa terapi
hemodialisa dapat menimbulkan respon inflamasi. Respon inflamasi
tersebut memiliki korelasi positif terhadap kualitas tidur. Hal tersebut
dibuktikan bahwa terdapat 79.8% responden yang menjalani HD > 3
bulan mengalami kualitas tidur yang buruk (Chiu et al. 2009).
Terapi hemodialisa dapat menimbulkan peningkatan kadar IL-1β,
IL-6 dan TNF-α. Penigkatan kadar tersebut akibat dari stimulasi oleh
dialisat yang terkontaminasi atau membran dengan bahan yang tidak
kompatibel (Abdelwhab 2010). IL-1β, IL-6 dan TNF-α merupakan
sitokin inflamasi yang juga berperan dalam pengatur tidur. Sitokin IL-
1β bekerja pada neuron hiotalamus yang mengubah neurotransmitter
GABAergic dalam Ca2+-, dan TNF-α bekerja pada korteks
somatosensori untuk menstimulasi penigkatan aktivitas gelombang tidur.
Peningkatan yang berlebihan pada sitokin tersebut, sehingga mampu
31

menimbulkan gaangguan tidur pada pasien yang menjalani terapi


hemodialisa (Kapsimalis 2007 dalam Chiu et al. 2009).
Faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas tidur yang buruk
yaitu gejala-gejala yang dirasakan yang disebabkan karena kelebihan
cairan. Pasien gagal ginjal kronik menjalani hemodialisa pada awal-awal
menjalani hemodialisa belum sepenuhnya patuh dalam pembatasan
cairan hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Kamaluddin dan Rahayu
(2009), pasien yang menjalani hemodialisa <6 bulan tidak patuh sebesar
62,5% dan yang menjalani hemodialisa >6 bulan yaitu sebesar 37,5%.
Pasien gagal ginjal kronik yang tidak mematuhi pembatasan asupan
cairan akan mengalani penumpukan cairan sehingga menyebabkan
edema paru dan hipertropi pada ventrikel kiri. Penumpukan cairan dalam
tubuh menyebabkan fungsi kerja jantung dan paru-paru berat, sehingga
mengakibatkan pasien cepat lelah dan sesak. Gejala-gejala fisik tersebut
dapat mengganggu tidur pasien sehingga menyebabkan kualitas tidur
buruk pada pasien gagal ginjal kronik (Smeltzer & Bare 2002). Hal
tersebut sesuai dari pelaporan responden yang menyatakan bahwa pasien
terkadang mengalami sesak nafas dan merasa lelah.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian hubungan mekanisme koping dengan kualitas tidur pada


pasien gagal ginjal kronik ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian. Keterbatasan tersebut yaitu terdapat variabel pengganggu
seperti diet, gaya hidup, lingkungan, uremia dan peneliti tidak dapat
mengedalian respon fisiologis dari responden seperti (lemah, letih, nyeri, sesak
nafas, gatal, dan lain-lain)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara
mekanisme koping dengan kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Karakteristik responden dari usia, paling banyak berada pada usia dewasa.
Jenis kelamin lebih banyak daripada perempuan. Responden yang menjalani
hemodialisa ≤6 bulan lebih banyak daripada >6 bulan. Mayoritas kadar Hb
pasien rendah /mengalami anemia.
2. Gambaran mekanisme koping pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa cederung menggunakan mekanisme koping adaptif .
3. Gambaran kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik mayoritas mengalami
kualitas tidur yang bruk.
4. Terdapat hubungan bermakna antara karakteristik responden (lama
menjalani hemodialisa & kadar Hb) dengan kualitas tidur pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani homodialisa.
5. Tidak terdapat hubungan bermakna antara mekanisme koping dengan
kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani homodialisa.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka dapat diberikan
saran-saran berikut :
1. Bagi praktek keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang tepat seperti terapi musik/ massage
yang dapat menurunkan masalah kualitas tidur pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa.

32
33

2. Bagi penelitian selanjutnya


Saran untuk penelitian selanjutnya adalah peneliti menggali faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa seperti : diet, gaya hidup, lingkungan, dan uremia..
DAFTAR PUSTAKA

Abdelwhab, Mostafa & Mohamed 2010, ‘Sleep Disorders in Hemodialysis


Patients’, Journal Kidney, Vol 19:175–181

Agustina, K. 2013, ‘Strategi coping pada family caregiver pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialis’, jurnal psikologi klinis dan mental, vol. 2,
no. 3.

Al-Jahdali, H, Khogeer, H.A., Al-Qadhi, W.A., et al. 2010, ‘Insomnia in Cronic


Renal Patients on Dialysis in Saudi Arabia’, Journal of Circadian Rhythms,
vol. 8, no. 7.

Armiyati & Desi 2014, ‘Faktor yang Berkorelasi Terhadap Mekanisme Koping
Pasien Ckd Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud Kota Semarang’, Jurnal
Universitas Muhamadiyah Semarang.

Asmadi 2008, Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan


dasar klien, Salemba Medika, Jakarta.

Auer, J. 2006, Living Well with Kidney Failure, Class Publishing, Boston.

Bastos, Romualdo, Lara, et al. 2007, ‘Sleep Disturbances In Patients On


Maintenance Hemodialysis: Role Of Dialysis Shift’, Rev Assoc Med Bras,
vol. 53, no. 6.

Bombay 2016, ‘Hubungan tingkat depresi dengan mekanisme koping pasien


gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa di RS PKU
Muhamadiyah’,Skripsi, Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah,
Yogyakarta.

Canisti 2013, ‘Kecemasan dan depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisis’, Jurnal psikologi ulayat, vol. 1, no. 2, pp.
207–22.

34
35

Chiu, C., Fang, L., Chen,Y, et al,. 2009, ‘Higher systemic inflammation is
associated with poorer sleep quality in stable haemodialysis patients’,
Nephrol Dial Transplant , Vol : 24 hal: 247–251.

Dharma, PS. 2014, Penyakit Ginjal Deteksi Dini dan Pencegahan, CV Solusi
Distribusi, Yogyakarta.

Finkelstein FO, Story K, Firanek C, et al. 2009, ‘Health-related quality of life and
hemoglobin levels in chronic kidney disease patients’, Clin J Am Soc
Nephrol, vol. 4, pp. 33–8.

Hidayat, A. A. A. 2006, Pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi konsep


dan proses keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Indonesian Renal Registry (IRR). 2014, 7th Report Of Indonesian Renal Registry.

Kamaluddin & Rahayu 2009, ‘Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi


kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo’, Journal Keperawatan
Soedirman.Vol.4, No.1

kemenkes 2017, Situasi penyakit ginjal kronik, kemenkes, jakarta.

Kosmadakis, G. C., & Medcalf, J. F. 2008, ‘Sleep Disorders In Dialysis Patients’,


The International Journal Of Artificial Organs, vol. 31, no. 11, pp. 919–27.

Mehrabi, Saman, and Jamshid. 2017, ‘Sleep Quality in Patients Undergoing Long-
term Hemodialysis Using the Pittsburgh Sleep Quality Index’, Nephrourol
Mon, vol. 9, no. 2.

Menon, Alla, Madhuri,et al. 2015, ‘Sleep quality in end-stage renal disease
patients on maintenance hemodialysis: A six month prospective survey’, Int
J Pharm Sci Res, vol. 6, no. 2.
36

Mubin, F. M., & I’ien N.A. 2004, ‘Koping perawat terhadap stres kerja di ruang
rawat inap Bougenvil rumah sakit Telogorejo Semarang’, Jurnal Litbang
Universitas Muhamadiyah Semarang.

Murtagh FE, Addinationhall JM, E.P. & Donohoe P, Carey I, Jenkins K,


Higginson IJ. 2007, ‘Symptoms in advanced renal disease: A crosssectional
survey of symptom prevalence in stage 5 chronic kidney disease managed
without dialysis’, Journal Of Palliative Medicine, vol. 10.

National Kidney Foundation 2012, K/DOQI Clinical Practice Guidelines for


Chronic Kidney Disease: Evaluation, classification and stratification.

Nilifda,H., Nadjmir & Hardisman 2016, ‘Hubungan Kualitas Tidur dengan


Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan
2010 FK Universitas Andalas’, Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 5, no. 1, pp.
243–9.

Nurchayati 2011, ‘Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kulitas hidup


pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah
Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas’
Tesis, Program Pascasarjana Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

Nursalam 2008, Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan,


Salemba Medika, Jakarta.

Pena-Martínez, B., Navarro, V., Oshiro, H., et al. 2015, ‘Factores asociados a
mala calidad de sueño en pacientes con insuficiencia renal crónica en
hemodiálisis’, Diálisis y Trasplante, vol. 36, no. 1, pp. 20-26.

Pernefri 2013, Laporan penyakit ginjal dan hipertensi di Indonesia tahun 2011,
Indonesian Renal Registry, Jakarta.

Pujiasih, Azza & Cahya 2015, ‘hubungan dukungan keluarga dengan mekanisme
koping pasien CKD derajat 5 yang mejalani terai hemodialisa di RSD Dr.
Soebandi’,Skipsi, Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah,
Jember.
37

Rahman M., Kaunang T., Elim T. 2016, ‘Hubungan antara lama menjalani
hemodialisis dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis di
Unit Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado’, Jurnal e-Clinic,
vol. 4.

Rasmun 2009, Keperawatan kesehatan mental terintegrasi dengan keluarga,


Sagung Seto, Jakarta.

Relawati, Hakimi & Huriah 2015, ‘Pengaruh self help goup terhadap kualitas
hidup pasien hemodialisa di RS Pusat Kesehatan Umum UMY’, jurnal
ilmiah kesehatan keperawatan, Vol.11, No.3

Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI,


depkes.

Rompas, Jon & Julia 2013, ‘Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kualitas Tidur
Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Poli Ginjal Dan Hipertensi Blu Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado’, eiournal keperawatan, vol. 1, no. 1.

Rosdiana, Ida 2010, ‘Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian insomnia
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD kota
Tasikmalaya dan Garut’, Thesis, Program Pascasarjana Keperawatan
Universitas Universitas Indonesia, Jakarta.

Rustandi, Hengky, & Helen 2016, ‘analisis faktor yang berhubungan dengan
mekanisme koping pasien yang menjalani hemodialisa RS. Dr. M. Yunus’,
Journal of Nursing and Public Health, vol. 6, no. 1.

Sabet, R., Naghizadeh, M., M., & Azari, S. 2012, ‘Quality of sleep in dialysis
patients’, Iran J Nurs Midwifery Res, vol. 1, no. 4, pp. 270–4.

Sabry, A. A., Zenah, H. A., Wafa, E., Mahmoud, K., et al. 2010, ‘Sleep Disorders
in Hemodialysis Patients’, Saudy Journal of Kidney Diseases and
Transplantion, vol. 21, no. 2, pp. 300–5.
38

Safruddin, Musfira,A.,& Arya, P.R. 2017, ‘Hubungan tingkat setres dengan


kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa di RS Universitas Hasanuddin’, Jurnal Universitas Muslim
Indonesia Makassar.

Sakitri, Nurul & Azizah . 2017, ‘Pengaruh Intradialytic Exercise Terhadap


Fatigue Pasien Hemodialisis Di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten’,
Thesis , Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.

Sari, I. 2017, ‘Perbedaan kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa 2 kali dan 3 kali di RS PKU Muhamadiyah’, Skripsi,
Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Satyaningrum M. 2011, ‘Hubungan dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet


Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Terapi Hemodialisis Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta’, Skripsi, Jurusan Keperawatan STIKES
Aisyah Yogyakarta.

Sekercioglu, N., Curtis, B., Murphy, S.,et al. 2015, Sleep quality and its correlates
in patients with chronic kidney disease : a cross-sectional design Sleep
quality and its correlates in patients with chronic kidney disease : a cross-
sectional design, vol. 6049.

Smeltzer, S.C. & bare, B.G. 2002, Buku ajar keperwatan medikal bedah, EGC,
Jakarta.

Smeltzer, S.C. & bare, B.G. 2008, Buku ajar keperwatan medikal bedah, EGC,
Jakarta.

Stuart, G. W. 2007, Buku saku keperawatan jiwa, EGC, Jakarta.

Stuart, G. W. 2009, Buku saku keperawatan jiwa, EGC, Jakarta.

Sugiyono 2010, Metode penelitin kuantitatif kualitatif &RND, Alfabeta, Bandung.

Suliswati 2005, Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa, EGC, Jakarta.


Lampiran 1. Surat ijin penahuluan
Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian yang


berjudul “Hubungan mekanisme koping dengan kulitas tidur pada pasien
gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Margono Soekarjo” ini tidak merugikan
saya serta telah dijelaskan secara jelas tentang tujuan penelitian, dan kerahasiaan
data. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian
yang akan dilakukan oleh Nisa Rizqi Amalia, Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto,...............................
Responden

(..................................)
Lampiran 4. Kuesioner penelitian

KUESIONER HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN


KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. Karakteristik responden
Nama inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Status pernikahan :
Lama menjalani HD :
B. Kuesioner mekanisme koping
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER MEKANISME KOPING
Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan seksama kemudian berikan
jawaban saudara pada lembar jawaban bagi setiap pertanyaan tersebut dengan
cara memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai dengan pilihan saudara.
Kolom tersebut sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya membicarakan masalah dengan keluarga

3. Saya melampiaskan masalah pada orang lain

4. Saya berdoa dan bertawakal

5. Saya Membicarakan masalah dengan orang


yang lebih profesional (dokter,perawat)
8. Saya mencoba untuk melihat masalah saat ini
Lampiran 2. Permohonan Menjadi responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Saudara/Saudari
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nisa Rizqi Amalia


NIM : G1D014014
Status : Mahasiwa jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman.

Dengan ini saya mengajukan permohonan kepada saudara/i untuk menjadi


responden dalam penelitian saya dengan judul “Hubungan mekanisme koping
dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik di RSUD Prof. Dr.Margono
Soekarjo”. Adapun segala informasi yang saudara/i berikan akan dijamin
kerahasiaannya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan
merugikan saudara/i. Atas perhtian dan kesediaan saudara/i untuk berpartisiasi
dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

(Nisa Rizqi Amalia)


Lampiran 3. Persetujuan Menjadi Responden

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian yang


berjudul “Hubungan mekanisme koping dengan kulitas tidur pada pasien
gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Margono Soekarjo” ini tidak merugikan
saya serta telah dijelaskan secara jelas tentang tujuan penelitian, dan kerahasiaan
data. Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian
yang akan dilakukan oleh Nisa Rizqi Amalia, Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Purwokerto,...............................
Responden

(..................................)
Lampiran 4. Kuesioner penelitian

KUESIONER HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN


KUALITAS TIDUR PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. Karakteristik responden
Nama inisial :
Umur :
Jenis kelamin :
Status pernikahan :
Lama menjalani HD :
B. Kuesioner mekanisme koping
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER MEKANISME KOPING
Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan seksama kemudian berikan
jawaban saudara pada lembar jawaban bagi setiap pertanyaan tersebut dengan
cara memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai dengan pilihan saudara.
Kolom tersebut sebagai berikut :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
No Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya membicarakan masalah dengan keluarga

3. Saya melampiaskan masalah pada orang lain

4. Saya berdoa dan bertawakal

5. Saya Membicarakan masalah dengan orang


yang lebih profesional (dokter,perawat)
8. Saya mencoba untuk melihat masalah saat ini
dengan sudut pandang yang berbeda dengan
memikirkan hal-hal positif (pasrah dan tetap
menjalankan pengobatan)
9. Saya mencoba untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi secara bertahap
(contoh: mencari informasi terkait kondisi
sakit)
11. Saya berfikir masalah ini wajar terjadi karena
apa yang sudah dilakukan di masa lalu

12. Saya meminta nasihat pada orang lain yang


memiliki kondisi yang sama

14. Saya mengambil hikmah dari masalah yang


dihadapi saat ini
15. Saya marah dan menyalahkan orang lain atas
masalah ini

16. Saya ketika ada masalah membicarakannya


pada orang terdekat.

18. Saya menyakinkan diri sendiri untuk tidak


khawatir karena setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya.
19. Saya mencoba untuk melupakan masalah

20. Saya mencoba untuk melakukan pengobatan


lain sebelum memutuskan pengobatan medis
(contoh : pengobatan alternative)
C. Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Petunjuk: Pertanyaan berikut berhubungan dengan kebiasaan tidur anda selama
menjadi pasien heomodialisa (cuci darah). Jawaban anda harus menunjukkan
jawaban yang paling akurat. Jawablah semua pertanyaan.
1. Selama menjadi pasien hemodialisa, jam berapa anda biasanya pergi tidur
dimalam hari?.................................................................................................
2. Selama menjadi pasien hemodialisa, berapa menit biasanya anda habiskan
waktu ditempat tidur, sebelum anda akhirnya tertidur?................................
3. Selama menjadi pasien hemodialisa, jam berapa anda biasanya bangun setiap
pagi?.....................................................................................................
4. Selama menjadi pasien hemodialisa, berapa jam anda tidur dimalam hari?
(jumlah jam pada tidur malam)…………………………………………….
5. Selama menjadi pasien hemodialisa, seberapa sering anda mengalami
kesulitan tidur? :
Pertanyaan Tidak 1 Kali 2 Kali per 3 Kali
pernah per minggu atau lebih
Selama minggu (2) per
1 bulan (1) minggu
yang (3)
lalu (0)
a. Tidak dapat tidur dalam
waktu 30 menit

b. Terbangun ditengah
malam atau bangun pagi
terlalu cepat

c. Bangun untuk ke kamar


mandi

d. Tidak dapat bernafas


dengan nyaman
e. Batuk atau mendengkur
keras
f. Merasa kedinginan

g. Merasa kepanasan

h. Mengalami mimpi buruk

i. Merasa nyeri atau sakit –


sakit dibadan
j. Alasan lain silahkan
dituliskan:

6. Selama menjadi pasien


hemodialisa, seberapa sering
anda mengkonsumsi obat
untuk membantu tidur anda?
7. Selama menjadi pasien
hemodialisa, seberapa sering
muncul masalah – masalah
yang dapat mengganggu
anda saat makan, atau
beraktifitas sosial?
8. Selama menjadi pasien
hemodialisa, berapa banyak
masalah yang menghampiri
anda?

Pertanyaan Sangat Baik Buruk Sangat


baik (1) (2) buruk
(0) (3)
9. Selama menjadi pasien
hemodialisa, bagaimana anda
menilai kualitas tidur anda
secara keseluruhan?
Lampiran 5. Hasil uji validitas dan reliabilitas

1. Uji validitas kuesioner mekanisme koping


Total Total
item_1 Pearson item_11 Pearson
Correlation .746" Correlation .599"
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
item_2 Pearson item_12 person C pearson C
Correlation .184 .425'(-) .425'(-)
Sig. (2-tailed) .331 Sig. (2-tailed) .019
N 30 N 30
item_3 Pearson item_13 Pearson
Correlation .574" Correlation .292
Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed) .117
N 30 N 30
item_4 Pearson item_14 Pearson
Correlation .404' Correlation .808"
Sig. (2-tailed) .027 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
item_5 Pearson item_15 Pearson
Correlation .547" Correlation .750"
Sig. (2-tailed) .002 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
item_6 Pearson item_16 Pearson
Correlation .330 Correlation .425'
Sig. (2-tailed) .075 Sig. (2-tailed) .016
N 30 N 30
item_7 Pearson item_17 Pearson
Correlation .185 Correlation .242(-)
Sig. (2-tailed) .329 Sig. (2-tailed) .197
N 30 N 30
item_8 Pearson item_18 Pearson
Correlation .547" Correlation .619"
Sig. (2-tailed) .002 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
item_9 Pearson item_19 Pearson
Correlation .712" Correlation .472'
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 30 N 30
item_10 Pearson item_20 Pearson
Correlation .150 Correlation .434'
Sig. (2-tailed) .430 Sig. (2-tailed) .016
N 30 N 30
2. Uji realibilitas
mekaisme koping
Cronbach's N of
Alpha Items
.648 20
Lampiran 6. Hasil Univariat dan Bivariat

A. Karakteristik responden

Statistics

mekanismekopi
ng kualitastidur usia jeniskelamin lamahd kadarhb

N Valid 59 59 59 59 59 59

Missing 0 0 0 0 0 0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dewasa 23 38,9 38,9 38,9

lansia awal 16 27.1 27.1 27,1

lansia akhir 20 33.9 33.9 100,0

Total 59 100.0 100.0

Jeniskelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 32 54.2 54.2 54.2

perempuan 27 45.8 45.8 100.0

Total 59 100.0 100.0


Lamahd

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <6 45 76.3 76.3 76.3

>6 14 23.7 23.7 100.0

Total 59 100.0 100.0

Kadarhb

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid anemia 56 94.9 94.9 94.9

tidak anemia 3 5.1 5.1 100.0

Total 59 100.0 100.0

Mekanismekoping

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid adaptif 54 91.5 91.5 91.5

maladaptif 5 8.5 8.5 100.0

Total 59 100.0 100.0


Kualitastidur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 19 32.2 32.2 32.2

buruk 40 67.8 67.8 100.0

Total 59 100.0 100.0

B. Hubungan karakteristik responden dengan kualitas tidur

mekanismekoping * kualitastidur
Crosstab
Kualitastidur
baik Buruk Total
mekanismekoping Adaptif Count 18 36 54
% within 33.3% 66.7% 100.0%
mekanismekoping
% within kualitastidur 94.7% 90.0% 91.5%
% of Total 30.5% 61.0% 91.5%
Maladaptif Count 1 4 5
% within 20.0% 80.0% 100.0%
mekanismekoping
% within kualitastidur 5.3% 10.0% 8.5%
% of Total 1.7% 6.8% 8.5%
Total Count 19 40 59
% within 32.2% 67.8% 100.0%
mekanismekoping
% within kualitastidur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.2% 67.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .373 1 .542
b
Continuity Correction .012 1 .912
Likelihood Ratio .403 1 .526
Fisher's Exact Test 1.000 .478
Linear-by-Linear .366 1 .545
Association
N of Valid Cases 59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,61.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .079 .542
N of Valid Cases 59

umur * kualitastidur
Crosstab
kualitastidur
baik buruk Total
umur dewasa awal Count 4 6 10
% within umur 40.0% 60.0% 100.0%
% within kualitastidur 21.1% 15.0% 16.9%
% of Total 6.8% 10.2% 16.9%
dewasa akhir Count 7 6 13
% within umur 53.8% 46.2% 100.0%
% within kualitastidur 36.8% 15.0% 22.0%
% of Total 11.9% 10.2% 22.0%
lansia awal Count 3 13 16
% within umur 18.8% 81.3% 100.0%
% within kualitastidur 15.8% 32.5% 27.1%
% of Total 5.1% 22.0% 27.1%
lansia akhir Count 5 15 20
% within umur 25.0% 75.0% 100.0%
% within kualitastidur 26.3% 37.5% 33.9%
% of Total 8.5% 25.4% 33.9%
Total Count 19 40 59
% within umur 32.2% 67.8% 100.0%
% within kualitastidur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.2% 67.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4.869a 3 .182
Likelihood Ratio 4.809 3 .186
Linear-by-Linear 2.170 1 .141
Association
N of Valid Cases 59
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,22.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .276 .182
N of Valid Cases 59

umur * kualitastidur
Crosstab
kualitastidur
baik buruk Total
umur dewasa Count 11 12 23
% within umur 47.8% 52.2% 100.0%
% within kualitastidur 57.9% 30.0% 39.0%
% of Total 18.6% 20.3% 39.0%
lansia awal Count 3 13 16
% within umur 18.8% 81.3% 100.0%
% within kualitastidur 15.8% 32.5% 27.1%
% of Total 5.1% 22.0% 27.1%
lansia akhir Count 5 15 20
% within umur 25.0% 75.0% 100.0%
% within kualitastidur 26.3% 37.5% 33.9%
% of Total 8.5% 25.4% 33.9%
Total Count 19 40 59
% within umur 32.2% 67.8% 100.0%
% within kualitastidur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.2% 67.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 4.373a 2 .112
Likelihood Ratio 4.373 2 .112
Linear-by-Linear 2.663 1 .103
Association
N of Valid Cases 59
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5,15.

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .263 .112
N of Valid Cases 59
jeniskelamin * kualitastidur
Crosstab
kualitastidur
baik buruk Total
Jeniskelamin laki-laki Count 10 22 32
% within jeniskelamin 31.3% 68.8% 100.0%
% within kualitastidur 52.6% 55.0% 54.2%
% of Total 16.9% 37.3% 54.2%
perempuan Count 9 18 27
% within jeniskelamin 33.3% 66.7% 100.0%
% within kualitastidur 47.4% 45.0% 45.8%
% of Total 15.3% 30.5% 45.8%
Total Count 19 40 59
% within jeniskelamin 32.2% 67.8% 100.0%
% within kualitastidur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.2% 67.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .029a 1 .865
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .029 1 .865
Fisher's Exact Test 1.000 .542
Linear-by-Linear .029 1 .866
Association
N of Valid Cases 59
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,69.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .022 .865
N of Valid Cases 59

lamamenjalaniHd * kualitastidur
Crosstab
kualitastidur
baik buruk Total
lamamenjalaniHd <6 bulan Count 9 36 45
% within lamamenjalaniHd 20.0% 80.0% 100.0%
% within kualitastidur 47.4% 90.0% 76.3%
% of Total 15.3% 61.0% 76.3%
>6 bulan Count 10 4 14
% within lamamenjalaniHd 71.4% 28.6% 100.0%
% within kualitastidur 52.6% 10.0% 23.7%
% of Total 16.9% 6.8% 23.7%
Total Count 19 40 59
% within lamamenjalaniHd 32.2% 67.8% 100.0%
% within kualitastidur 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 32.2% 67.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.936a 1 .000
b
Continuity Correction 10.687 1 .001
Likelihood Ratio 12.363 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear 12.716 1 .000
Association
N of Valid Cases 59
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.654 1 .010
b
Continuity Correction 3.785 1 .052
Likelihood Ratio 7.144 1 .008
Fisher's Exact Test .030 .030
Linear-by-Linear 6.541 1 .011
Association
N of Valid Cases 59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 0,97.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .318 .010
N of Valid Cases 59
BIODATA

1. Nama Lengkap : Nisa Rizqi Amalia


2. NIM : G1D014014
3. Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 26 Agustus 1996
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat Asal : Dk. Kaligadung rt:03/rw:03,
Desa Penggarutan, Kecamatan
Bumiayu, Kabupaten Brebes
7. Nomor HP : 085742474404
8. E-mail : nisarizqiamalia@gmail.com
9. Judul Penelitian : Hubungan mekanisme koping
dengan kualitas tidur pasien
gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa
di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Instansi
2000 TK Bustanul Atfal, Taalumul Huda Bumiayu
2002 SD Islam Taalumul Huda, Bumiayu
2008 SMP Islam Taalumul Huda, Bumiayu
2011 SMA Islam Taalumul Huda, Bumiayu
2014 Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai