Anda di halaman 1dari 64

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit ginjal kronik (PGK) menggambarkan kerusakan ginjal dan/atau penurunan

fungsi ginjal selama 3 bulan atau lebih dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60

ml/menit/1,73 m2 (1,2). PGK adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,

mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan

gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi

pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal(3).

PGK diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakit dan dasar etiologi. Pada klasifikasi

berdasarkan derajat penyakit dinilai dari LFG dan dibagi menjadi 5 derajat. Ketika LFG <15

ml/mnt/1,73 m2 disebut gagal ginjal. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun

sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai uremia. Pada tahap ini

pasien memerlukan terapi pengganti ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam

mengeliminasi toksin tubuh sehingga tidak terjadi gejala yang lebih berat(3,4).

PGK merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, insiden dan

prevalensi gagal ginjal meningkat, hasil yang jelek, dan memerlukan biaya tinggi. Jumlah

penderita gagal ginjal dengan dialisis atau transplantasi ginjal meningkat dari 340.000 hingga

651.000 (tahun 1999-2010)(5).

Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis (GGK) di Indonesia pada tahun 2013 sebesar

0,2%, dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah (0,4%) dan prevalensi terendah

di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa
2

Tenggara Barat, dan Kalimantan Timur (0,1%). Sedangkan prevalensi penyakit ginjal kronik di

Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,3% atau masih diatas angka nasional(6).

Pengobatan gagal ginjal kronik dibagi dalam dua tahap yaitu penanganan konservatif dan

terapi penggantian ginjal(7). Terapi pengganti ginjal yang biasanya dilakukan dapat berupa

transplantasi ginjal dan dialisis yang terdiri dari hemodialisis, dialisis peritoneal(3) dan

hemofiltrasi(4). Terapi pengganti ginjal terbanyak yang diberikan oleh renal unit adalah

hemodialisis atau HD (82%), diikuti oleh Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau

CAPD (12,8%), transplantasi (2,6%), dan Continuous Renal Replacement Therapy atau CRRT

(2,3%)(8).

Terapi hemodialisis merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti

air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran

semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi

proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi(9). Di Indonesia jumlah pasien baru yang menjalani HD

mengalami peningkatan setiap tahun dengan pasien gagal ginjal terminal/End Stage Renal

Disease (ESRD) merupakan pasien terbanyak (84%) diikuti dengan pasien Gagal Ginjal Akut

(GGA) sebanyak 9%, dan pasien GGA pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) sebanyak 7%. Pada

tahun 2011 terdapat 15353 pasien yang baru menjalani HD dan meningkat cukup tinggi

menjadi 19621 pada tahun 2012, lalu mengalami penurunan pada tahun berikutnya menjadi

15128. Tetapi kemudian meningkat menjadi 17193 pada tahun 2014(8). Data di RSUD Prof. W.

Z. Johannes menunjukkan terjadi peningkatan kunjungan ke unit hemodialisis setiap tahun

diantaranya tahun 2013 sebesar 1841 kunjungan, tahun 2014 sebesar 6041 kunjungan, tahun
3

2015 sebesar 6758 kunjungan(10), tahun 2016 sebesar 7118 kunjungan. Selama tahun 2017

terdapat 1 pasien baru yang menjalani HD pada bulan Juli(11).

Secara ideal semua pasien derajat 5 dapat mulai menjalani dialisis (7). Salah satu insiasi

HD dilakukan apabila ada penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab

yang jelas. HD berhasil memperpanjang umur pasien serta memberikan kualitas hidup yang

baik(12). Pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015), Anggraini (2016), Khabibi dan

Hartanti (2016) didapatkan pasien HD mempunyai kualitas hidup baik(13,14,15). Sedangkan

penelitian yang di lakukan oleh Paulus (2016) dan Albert (2016) di RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang menunjukkan bahwa lebih banyak pasien HD yang memiliki kualitas hidup

buruk, yaitu sebesar 57,7 %(10) dan 51,72%(16).

Kualitas hidup dalam bidang kesehatan secara global dapat didefinisikan sebagai derajat

kepuasan hati sebagai akibat dari terpenuhinya kebutuhan secara sternal dan pemenuhan

persepsi(17). Menurut World Health Organization (WHO), 1994 (dikutip oleh Anggraini, 2016),

kualitas hidup adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup

ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dengan standar

hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka(14).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, status nutrisi, faktor dukungan keluarga, adekuasi hemodialisis dan lama menjalani

HD(13,14). Penelitian di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes oleh Paulus, 2016 menunjukkan

karakteristik pasien HD antara lain lebih banyak pasien berusia > 45 tahun (82,7%), berjenis

kelamin laki-laki (51,9%), berpendidikan tinggi (79,8%), tidak memiliki pekerjaan (59,6%),

menjalani HD secara adekuat (65,4%), dan lama menjalani HD > 12 bulan (59,6%) (10).

Sedangkan penelitian oleh Albert, 2016 menunjukkan bahwa lebih banyak pasien berusia > 45
4

tahun (74,1%), berjenis kelamin laki-laki (51,7%), berpendidikan tinggi (86,2%), dan

memiliki pekerjaan sebelum menjalani HD (72,4%)(16).

Status nutrisi memiliki peran penting pada kualitas hidup pasien GGK yang menjalani

HD dan malnutrisi adalah faktor utama terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien

HD(4,18). Komplikasi malnutrisi tersering pada HD adalah Malnutrisi Energi Protein (MEP) (18)

karena HD akan meningkatkan katabolisme protein (19). Selain itu anoreksia, mual, dan muntah

sebagai sindrom uremia juga dapat mempengaruhi asupan makanan pasien HD(3).

Penatalaksanaan nutrisi dapat mengurangi beratnya gejala uremia. Diet protein yang

melebihi kebutuhan akan menyebabkan akumulasi produk katabolisme protein. Sebaliknya diet

protein yang tidak adekuat akan memicu terjadinya katabolisme cadangan protein dan

menyebabkan akumulasi produk-produk sisa yang tidak diekskresikan. Sehingga dengan diet

yang tepat akan mengurangi gejala uremia(19). Oleh karena itu, pasien PGK yang menjalani HD

membutuhkan status gizi yang baik untuk meningkatkan kesehatannya(13).

Menurut Goldstein-Fuchs dan LaPierre, 2014 (dikutip oleh Kandarini), penilaian status

nutrisi pada pasien PGK tidak dapat menggunakan satu parameter saja, tetapi meliputi

beberapa parameter seperti klinis, riwayat medis, pemeriksaan fisik, riwayat psikososial,

riwayat diet/food recall, pemeriksaan biokimia, antropometri, subjective global assessment

(SGA), dan malnutrition inflammation score (MIS).

Penatalaksanaan nutrisi pada PGK bertujuan untuk memperlambat progresivitas penyakit

ginjal, memperbaiki kualitas hidup, serta menurunkan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular pada PGK(20). Penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Cintari (2012) dan

Wulandari (2015) menunjukkan adanya hubungan antara status gizi berdasarkan Lingkar

Lengan Atas (LLA) dengan kualitas hidup(13,21). Demikian juga dengan penelitian yang
5

dilakukan oleh Oktiadewi (2012), menunjukkan terdapat hubungan status gizi pada indikator

kadar albumin dengan kualitas hidup pada dimensi kesehatan fisik(22). Data pengukuran Berat

Badan (BB) pre hemodialisis dan post hemodialisis pada pasien HD RSUD. Prof. Dr. W. Z.

Johannes menunjukkan rata-rata terjadi penurunan 1,28 kg berat badan, dengan penurunan

maksimal 6,0 kg sampai peningkatan 0,5 kg(10).

Permasalahan gizi yang sering dijumpai di Kota Kupang adalah MEP. Pada tahun 2015,

prevalensi gizi kurang di NTT sebanyak 13,0% dan prevalensi gizi buruk 4,9% (23). Sedangkan

menurut Riskesdas 2013, NTT merupakan provinsi dengan prevalensi penduduk kurus

tertinggi (19,5%) dan merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi penduduk dewasa

kurus diatas prevalensi nasional. Untuk prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) wanita

usia subur (tidak hamil) pun Provinsi NTT menempati urutan tertinggi (46,5%(6).

Di Kota Kupang terdapat 2 rumah sakit yang memiliki unit hemodialisis yaitu RSUD

Prof. Dr. W. Z. Johannes dan RSU Siloam Kupang. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes memiliki

16 mesin hemodialisis sedangkan RSU Siloam Kupang baru memiliki 4 mesin

hemodialisis(10,16). Jumlah kunjungan ke Unit Hemodialisis dan jumlah mesin hemodialisis

merupakan alasan peneliti memilih RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sebagai tempat penelitian

Penelitian tentang hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien GGK yang

menjalani HD belum pernah dilakukan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal

Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes”.
6

1.2. Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr.

W. Z. Johannes?”.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui hubungan status nutrisi dengan

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit

Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mengetahui status nutrisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

b. Mengetahui kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Institusi

Peneliti mengharapkan dengan adanya tulisan ini mahasiswa/I dapat mengetahui

dan menambah kepustakaan tentang hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W.

Z. Johannes.

1.4.2. Bagi Instansi Kesehatan


7

Memberikan informasi yang dapat dijadikan referensi tentang hubungan status

nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis

dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai bahan refensi dan tambahan pengetahuan tentang hubungan

status nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis.

1.4.4. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan, menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang

hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis.
8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gagal Ginjal Kronik

2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,

mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan

gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi

pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal(3).

Gagal ginjal adalah ketidakmampuan ginjal untuk berfungsi sebagaimana mestinya,

sebagai akibat gangguan pada prarenal, renal, dan postrenal(24). Gagal ginjal kronik

merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung

beberapa tahun)(25).

2.1.2 Kriteria Gagal Ginjal Kronik


Seseorang dikatakan menderita PGK bila terdapat salah satu dari kriteria dibawah ini:

a. Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan, yang didefinisikan sebagai abnormalitas struktur atau

fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG, yang bermanifestasi sebagai satu

atau lebih gejala:

i) Abnormalitas komposisi urin

ii) Abnormalitas pemeriksaan pencitraan

iii) Abnormalitas biopsi ginjal

iv) Riwayat transplantasi ginjal

v) Albuminuria
9

b. LFG < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa gejala kerusakan

ginjal lain(1,2,3,4,26).

Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama atau lebih

dari 60 ml/menit/1,73 m2, tidak termasuk kriteria PGK(3).

2.1.3 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik


Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)

penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas

dasar LFG dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault(3). Semakin tinggi derajat, semakin

rendah nilai LFG(4).

Tabel 2.1 Klasifikasi PGK berdasarkan derajatnya(2,3,5,26)

Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1,73 m2)


1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ >90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

2.1.4 Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Etiologi PGK sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain (3). Di Indonesia,

penyebab gagal ginjal pasien HD baru tahun 2014 adalah sebagai berikut :

a. Penyakit ginjal hipertensi (37 %)

b. Nefropati diabetika (27 %)

c. Glomerulopati primer (10 %)

d. Nefropati Obstruktif, Pielonefritis Chronic, dan lain-lain masing- masing 7 %


10

e. etiologi tidak diketahui (2%)

f. Nefropati Asam Urat, Ginjal Polikistik, dan Nefropati Lupus masing-masing 1%.

Urutan data penyebab gagal ginjal pada pasien HD ini masih sama dengan tahun

sebelum dan mengalami peningkatan(8).

2.1.5 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

Setiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron yang mempunyai struktur dan fungsi sama.

Ginjal dapat bertahan dengan jumlah nefron kurang dari 200.000 atau 1%(27). Jumlah nefron

menurun seiring bertambahnya usia, bahkan sampai setengah dari jumlah semula pada usia

70 sampai 80 tahun(24).

Patofisiologi PGK pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tetapi

dalam perkembangan selanjutnya lama menjalaninya kurang lebih sama (3). Terdapat dua

pendekatan teoritis untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandang

tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam

stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan

fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya. Pendekatan kedua

dikenal dengan nama hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh, yang berpendapat

bahwa bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur. Namun sisa nefron

yang masih utuh tetap bekerja normal. Hipotesis nefron yang utuh ini sangat berguna untuk

menjelaskan pola adaptasi fungsional pada penyakit ginjal progresif, yaitu kemampuan

untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendati LFG sangat menurun.

Selain kedua pendekatan teoritis tersebut, terdapat penjelasan terbaru untuk gagal ginjal

progresif tanpa penyakit ginjal primer yang aktif yaitu hipotesis hiperfiltrasi(25).
11

Pada penelitian ini, akan dijelaskan tentang hipotesis nefron yang utuh dan hipotesis

hiperfiltrasi.

a. Hipotesis nefron yang utuh

Meskipun PGK terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus

dieksresikan oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis tidaklah berubah,

kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun

secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi

dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan

kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron yang

terdapat dalam ginjal turun dibawah nilai normal(25).

Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun

akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan

beban zat terlarut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan

glomerulus-tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses

ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit

perubahan pada makanan dapat mengubah keseimbangan yang rawan tersebut,

karena makin rendah LFG (artinya makin sedikit nefron yang ada) semakin besar

perubahan kecepatan ekskresi per nefron(25).

b. Hipotesis hiperfiltrasi

Teori hiperfiltrasi ini menjelaskan mengapa cedera glomerulus dan gagal ginjal

progresif tetap berlanjut meskipun penyakit ginjal aktif sudah tidak ada. Nefron
12

yang utuh pada akhirnya akan cedera karena kenaikan aliran plasma dan LFG serta

kenaikan tekanan hidrostatik intrakapiler glomerulus (misalnya, tekanan kapiler

glomerulus (Pgc)). Walaupun kenaikan Single Nefron Glomerular Filtration Rate

(SNGFR) dapat menyesuaikan diri dalam jangka pendek, namun tidak dapat

menyesuaikan dalam jangka panjang(25).

Penyesuaian fungsi terhadap penurunan massa nefron menyebabkan hipertensi

sistemik dan peningkatan SNGFR (hiperfiltrasi) pada sisa nefron yang utuh.

Peningkatan SNGFR sebagian besar dicapai melalui dilatasi arteriol aferen. Pada

saat yang bersamaan, arteriol eferen berkontraksi karena pelepasan angiotensin II

lokal. Sebagai akibatnya, aliran plasma ginjal (RPF) dan P gc meningkat, karena

sebagian besar tekanan sistemik dipindahkan ke glomerulus(25).

Kompensasi fungsional ini berkaitan dengan perubahan struktural yang

bermakna. Volume rumbai glomerulus meningkat tanpa diiringi peningkatan jumlah

sel epitel visera, dan mengakibatkan penurunan densitas dalam rumbai glomerulus

yang membesar. Diyakini bahwa kombinasi hipertensi glomerulus dan hipertrofi

merupakan perubahan signifikan yang menyebabkan cedera sekunder dari rumbai

glomerulus dan merusak nefron dengan progresif. Penurunan densitas epitel visera

menyebabkan penyatuan pedikulus dan hilangnya sawar selektif terukur sehingga

akan meningkatkan protein yang hilang dalam urine. Peningkatan permeabilitas dan

hipertensi intraglomerulus juga membantu akumulasi dari protein besar (misalnya

fibrin, immunoglobin M, komplemen) dalam ruang subendotelial. Akumulasi

subendotelial ini menumpuk bersama proliferasi matriks mesangial yang pada

akhirnya menyebabkan penyempitan lumen kapiler akibat tertekan. Cedera sekunder


13

lainnya adalah pembentukan mikroaneurisma akibat disfungsi sel endotel. Akibat

keseluruhan adalah kolapsnya kapiler glomerulus dan glomerulosklerosis, yang

ditunjukkan dengan proteinuria dan gagal ginjal progresif. Selain itu, rangkaian ini

menyebabkan timbal balik positif dari lengkung henle dengan percepatan proses

yang dekstruktif, sehingga makin sedikit sisa nefron yang utuh(25).

2.1.6 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik


Tabel 2.2 Rencana terapi PGK berdasarkan derajatnya(3)

Deraja LFG Rencana tatalaksana

t (ml/mnt/1,73 m2)
1 ≥90 Terapi dasar, kondisi komorbid, evaluasi

pemburukan (progression) fungsi ginjal,

memperkecil risiko kardiovaskuler


2 60-89 Menghambat pemburukan fungsi ginjal
3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal

Pengobatan GGK terdiri atas dua tahap, yaitu tindakan konservatif dan terapi pengganti

ginjal. Tindakan konservatif ditujukan untuk meredakan atau memperlambat perburukan

progresif gangguan fungsi ginjal(7).

a. Penatalaksanaan konservatif

Prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan konservatif sangat sederhana dan didasarkan

pada pemahaman mengenai batas-batas ekskresi yang dapat dicapai olel ginjal yang

terganggu. Penatalaksanaan konservatif terdiri dari :

1. Penentuan dan pengobatan penyebab


14

2. Pengoptimalan dan rumatan keseimbangan garam dan air

3. Koreksi obstruksi saluran kemih

4. Deteksi awal dan pengobatan infeksi

5. Pengendalian hipertensi

6. Diet rendah protein, tinggi kalori

7. Pengendalian keseimbangan elektrolit

8. Pencegahan dan pengobatan penyakit tulang ginjal

9. Modifikasi terapi obat dengan perubahan fungsi ginjal

10. Deteksi dan pengobatan komplikasi.

Bila LFG < 15 ml/menit dan tindakan konservatif tidak efektif lagi maka dilakukan

terapi pengganti ginjal(3,7).

b. Terapi pengganti ginjal

Terdapat 2 jenis terapi pengganti ginjal, yaitu (3,4,7)

1. Dialisis yang terdiri dari hemodialisis, dialisis peritoneal dan hemofiltrasi.

2. Transplantasi ginjal yang dapat berasal dari donor hidup atau donor jenazah

(cadaver).

2.1.7 Komplikasi Gagal Ginjal Kronik(1,3)


a. Anemia

b. Osteodistrofi renal

c. Asidosis

d. Hiperkalemia
15

2.2. Hemodialisis

2.2.1. Definisi Hemodialisis

Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal dengan menggunakan prinsip

difusi dan ultrafiltrasi untuk mengeluarkan zat terlarut yang tidak dinginkan atau suatu

proses pengubahan komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran

semipermiabel (membran dialisis)(8,28). HD merupakan terapi pengganti ginjal utama

disamping peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal disebagian besar besar negara di

dunia(12).

2.2.2 Indikasi Hemodialisis

Secara ideal semua pasien derajat 5 dapat mulai menjalani dialisis (7). Insiasi HD

dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut(12,26,28) :

a. Overload cairan ekstraseluler yang sulit dikendalikan dan/ atau hipertensi,

b. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi farmakologis,

c. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat,

d. Hiperfostatemia yang refrakter terhadap retriksi diit dan terapi pengikat fosfat,

e. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoetin dan besi,

f. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab yang

jelas,

g. penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual,

muntah, dan adanya bukti lain gastroduodenitis,

h. selain itu, indikasi segera dilakukan HD adalah adanya gangguan neurologis (seperti

neuropati, ensefalopati, gangguan psikiatri), pleuritis atau perikarditis yang tidak


16

disebabkan oleh penyebab lain, selain diatesis hemoragik dengan pemanjangan

waktu perdarahan.

2.2.3 Kontraindikasi Hemodialisis(4,12,28)


a. Tidak mungkin didapatkan akses vaskular pada HD atau terdapat gangguan di rongga

peritoneum pada CAPD (kontraindikasi absolut).

b. Instabilitas hemodinamik, koagulopati, penyakit alzheimer, demensia multi infrak,

sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati, dan keganasan lanjut.

c. Akses vaskular sulit, fobia terhadap jarum, gagal jantung, dan koagulopati

(Kontraindikasi relatif).

2.2.4 Frekuensi Hemodialisis


Frekuensi HD disesuaikan dengan kebutuhan individu. HD dapat dilakukan 4-5 jam

dengan frekuensi 2x per minggu. HD juga dapat diberikan 3x per minggu dengan durasi 4-5

jam(4,7,12). Idealnya 10-15 jam/minggu.

Frekuensi 2x per minggu telah dapat membuat pasien merasa nyaman dan dana asuransi

kesehatan yang tersedia juga terbatas hanya menanggung HD dengan frekuensi 2x per

minggu. Oleh karena itu, di Indonesia biasa dilakukan HD 2x per minggu selama 4-5 jam

dengan memperhatikan kebutuhan individual(4).

2.2.5 Komplikasi Hemodialisis


Komplikasi akut pada pasien HD adalah hipontensi, kram otot, restless legs syndrome,

mual-muntah, sakit kepala, gatal, sakit dada dan punggung, demam disertai menggigil,
17

aritmia, tamponade jantung, kejang, hemolisis, emboli udara, infeksi, dan reaksi anafilaktoid

terhadap dialiser(4,7,12,28).

2.3 Kualitas Hidup


2.3.1 Definisi Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah persepsi mengenai dirinya sendiri yang dilihat dari aspek fisik,

sosial, psikologis, dan lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya(14).

2.3.2 Pengukuran Kualitas Hidup


Dalam pengukuran kualitas hidup dibutuhkan aspek kehidupan yang relevan terhadap

individu dalam hubungannya dengan kualitas hidup, kepuasan subjektif dari individu

terhadap aspek kehidupan tersebut, serta derajat kepentingan aspek kehidupan yang diukur

terhadap kualitas hidup individu(14).

Pengukuran kualitas hidup yang terstandarisasi menggunakan indikator mungkin tidak

relevan terhadap setiap individu karena tiap aspek yang diukur diasumsikan sama penting

sehingga mengabaikan variasi kepentingan aspek tiap individu(14).

Polonsky, 2000 (dikutip oleh Suryarinilsih, 2010) mengatakan bahwa untuk mengetahui

kualitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu

keseluruhan dari status fisik, psikososial dan kondisi penyakit yang meliputi dua kategori

yaitu kelemahan yang dirasakan (bagaimana pasien merasakan beberapa kelemahan dari

penyakit yang dialaminya atau bagaimana penyakit itu dirasakan oleh pasien mengganggu

atau membebani kehidupannya) dan kelemahan yang lainnya seperti dampak distress yang

dirasakan dari penyakit yang dideritanya(29).


18

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien penyakit ginjal dan

pasien yang menjalani dialisis dengan penilaian secara keseluruhan baik fisik dan mental

adalah Kidney Disease Quality Of Life-SF 36 Versi 1.3 (KDQOL-SF 36 VERSI 1.3) yang

merupakan pengembangan dari Short Form 36 (SF-36)(14,17,30).

KDQOL – SF 36 dikembangkan oleh RAND pada tahun 1995. Survey KDQOL – SF 36

terdiri dari survey MOS SF yang melihat komponen fisik dan mental pasien serta KDQOL –

36 yang melihat beban pasien akibat penyakit GGK, masalah yang pasien rasakan akibat

penyakit GGK, dan efek dari penyakit GGK dalam kehidupan sehari – hari (17,30). Kuesioner

KDQOL-SF 36 versi 1.3 tersusun atas 24 item yang terdiri atas : kesehatan fisik, kesehatan

mental, masalah penyakit ginjal, dan kepuasan pasien(14).

2.3.3 Komponen Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik


Anggraini, 2016 (mengutip dari beberapa sumber) mengatakan bahwa komponen kualitas

hidup GGK yang menjalani terapi hemodialisis dibagi menjadi empat komponen, antara

lain(14) :

a. Kesehatan fisik

Kesehatan fisik yang dialami pasien GGK antara lain fungsi fisik, status pekerjaan,

peran fisik, kesehatan umum, persepsi rasa sakit, energi dan kelelahan, dan fungsi

sosial(14).

b. Kesehatan mental

Kesehatan mental yang dirasakan pasien GGK antara lain kesejahteraan emosional,

kualitas interaksi sosial, beban penyakit ginjal, dukungan sosial dan peran

emosional(14).

c. Masalah penyakit ginjal


19

Masalah pada pasien PGK adalah masalah yang menyertai setelah didiagnosis sakit

ginjal yaitu fungsi kognitif, gejala atau masalah, efek dari penyakit ginjal, fungsi

seksual dan kualitas tidur(14).

d. Kepuasan pasien

Kepuasan pasien dalam menjalani HD merupakan pikiran tentang pelayanan yang

diterima selama HD dengan menilai keramahan dan perhatian dari perawat

dialisis(14).

2.3.4 Faktor Resiko Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik


Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, status gizi, dukungan keluarga, adekuasi hemodialisis dan lama menjalani

hemodialisis(13,14).

a. Usia

Berdasarkan umur kualitas hidup baik cenderung banyak di alami pada pasien diatas

usia 30 tahun. Memasuki usia tua kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik karena

individu tersebut telah melewati masa–masa dalam perubahan hidupnya dan individu

yang berusia lebih tua lebih memliki kemampuan untuk mengarahkan dan

mengevaluasi dirinya kearah yang lebih baik(31).

Tetapi pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur karena

usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu.

Penderita GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh

karena biasnya kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua (14,28,31).

Penderita berusia tua merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu, akibatnya
20

mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa. Usia juga erat

kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas

55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi

ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun(32).

b. Jenis kelamin

Pasien yang memiliki kualitas hidup baik lebih banyak dialami oleh pasien yang

berjenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh depresi karena

berbagai alasan yang terjadi dalam kehidapannya seperti ketidakstabilan hormon

estrogen dan progesteron, perubahan penampilan fisik, mengalami sakit dan masalah

gender yang mengarah pada kekurangan kesempatan dalam semua aspek

kehidupannya(29,33).

c. Pendidikan

Pasien yang memiliki status pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang luas sehingga memungkinkan pasien tersebut dapat mengontrol

dirinya terhadap masalah yang sedang dihadapinya dan mudah mengerti tentang apa

yang dianjurkan oleh petugas kesehatan sehingga pasien tersebut dapat mengurangi

kecemasan yang dirasakannya dan dapat mengambil keputusan yang tepat(31,33).

d. Pekerjaan

Pasien yang masih bekerja memiliki kualitas hidup baik (14,31,34) karena penghasilan

yang cukup membuat pasien menganggap bahwa biaya bukanlah masalah yang

aktual. Hal ini akan berdampak terhadap tingkat stres yang muncul akibat

permasalahan biaya perawatan dan pengobatan rutin pasien.


21

Perbedaan kualitas hidup juga terdapat pada pasien yang memiliki penghasilan di

bawah 100 juta dan di atas 100 juta. Pasien dengan penghasilan dibawah 100 juta

memiliki keterbatasan biaya akan berdampak terhadap intensitas hemodialisis yang

mereka lakukan. Intensitas hemodialisis yang menurun akan menyebabkan

penumpukan sisa metabolisme tubuh sehingga mengakibatkan semakin banyak

keluhan dan gejala yang dirasakan oleh pasien. Hal ini akan berpengaruhi kualitas

hidup pasien(31,34).

e. Status nutrisi

Pasien GGK yang menjalani HD membutuhkan status gizi yang baik untuk

meningkatkan kesehatannya. Pasien yang memiliki status gizi baik dapat disebabkan

karena responden mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi yang

tinggi(13).

f. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dari pasangan, anak, orang tua sangat dibutuhkan pasien GGK

dalam menghadapi penyakit dan pengobatan yang dijalani untuk mempertahankan

hidupnya. Bentuk dukungan seperti diperhatikan akan mengurangi timbulnya

perasaan negatif seperti depresi dan merasa menjadi beban bagi keluarga(9).

g. Adekuasi hemodialisis

Setiap pasien HD harus diberikan resep/perencanaan HD. Adekuasi HD (Kt/V)

ditentukan dengan pengukuran dosis HD yang terlaksana. Target Kt/V yang ideal

adalah 1,2 (URR 65%) untuk HD 3x per minggu selama 4 jam per kali HD dan 1,8

untuk HD 2x per minggu selama 4-5 jam per kali HD (4). Penelitian yang diakukan

Paulus, 2016 di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes didapatkan 34 orang mengalami


22

hemodialisis yang adekuat dibandingkan 18 orang dengan hemodialisis tidak

adekuat(10). Menurut Septiwi et al, 2011 (dikutip oleh Dwi, 2016) pasien yang

mencapai adekuasi hemodialisis mempunyai kualitas hidup yang baik sebesar 10,6

kali dibandingkan dengan pasien yang tidak mencapai adekuasi hemodialisis(14).

h. Lama menjalani hemodialisis

Pasien yang menjalani HD lebih dari 6 bulan memiliki kualitas hidup lebih baik

daripada pasien yang menjalani HD kurang dari 6 bulan. Saat pertama kali pasien

didiagnosis penyakit GGK akan muncul perasaan takut, stres, depresi, dan syok

karena harus menjalani terapi HD yang tidak menyembuhkan melainkan untuk

mempertahankan hidup(9).

Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi masing-masing pasien berbeda, semakin

lama pasien menjalani hemodialisa adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah

mendapat pendidikan kesehatan dan pasien sudah mencapai tahap accepted

(menerima) dengan adanya pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan(31).

Sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 12 bulan memiliki

kualitas hidup yang cukup karena semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka

pasien akan terbiasa dan menerima segala gejala serta komplikasi. Pasien yang bisa

menerima kondisinya dengan baik maka akan memiliki kualitas hidup yang baik

pula, karena kualitas hidup terfokus pada penerimaan responden terhadap kondisi

yang dirasakanya(29,33).

2.4 Status Nutrisi


2.4.1 Definisi Status Gizi
23

Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan

dan masukan nutrisi atau zat gizi. Bila kebutuhan lebih besar dibandingkan masukan disebut

gizi kurang, bila kebutuhan seimbang dengan masukan disebut status gizi seimbang, dan

apabila kebutuhan lebih kecil dibandingkan masukan disebut gizi lebih(35).

2.4.2 Penilaian Status Nutrisi


Penilaian status gizi merupakan proses diagnosis yang dapat menentukan derajat beratnya

malnutrisi dan risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi. Proses penilaian lebih

kompleks daripada skrining dan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, test fungsional, dan

parameter laboratorium(36).

Penilaian status nutrisi pada pasien PGK tidak dapat menggunakan satu parameter saja,

tetapi meliputi beberapa parameter seperti klinis, riwayat medis, pemeriksaan fisik, riwayat

psikososial, riwayat diet (food recall), pemeriksaan biokimia, antropometri, subjective

global assessment (SGA), dan malnutrition inflammation score (MIS)(19,20).

a. Klinis

Nafsu makan, diare, malabsorpsi, mual, gangguan rasa,muntah, muscle wasting,

respon stress, hilangnya lemak subkutan(36).

b. Antropometri

Berat badan/BB (bebas bengkak), tinggi badan (TB), Indeks Masa Tubuh (IMT),

skin fold/girths, tricep skin folds, LLA, lingkar pinggang, Tebal Lipatan Kulit (TLK),

komposisi tubuh(19,36).

c. Parameter biokimia
24

Albumin serum, jumlah limfosit, serum transferrin,serum pre-albumin, Transferin

Iron Binding Capacity (TIBC), serum cholesterol, kreatinin serum,bikarbonat serum,

status inflamasi (seperti C-reactive protein/CRP)(19,36).

d. Subjective Global Assessment (SGA)

SGA merupakan teknik sistem skoring yang menggunakan penilaian klinis dari

pemeriksa, tidak memerlukan test laboratorium, multidisiplin, dan

direkomendasikan oleh Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI). SGA

digunakan oleh sarana kesehatan pada populasi orang tua, kanker, PGK tanpa dialisis

dan dialisis. SGA dapat memprediksi atau berhubungan dengan angka

kesakitan,kematian, hospitalisasi, parameter nutrisi (seperti antropometri, Free Fatty

Acid/FFA, biokimiawi), dan kualitas hidup(36).

e. Malnutrition Inflammation Score (MIS)

MIS adalah suatu penilaian komprehensif dari status nutrisi dan merupakan

pengembangan dari alat sebelumnya, yaitu SGA konvensional, Dialysis Malnutrition

Score (DMS). MIS adalah sistem skoring yang murah dan mudah dikerjakan terdiri

dari skor 0 sampai 30 untuk menilai malnutrisi energi protein dan inflamasi.

MIS terdiri dari 4 bagian (riwayat nutrisi, pemeriksaan fisik, IMT, dan nilai

laboratorium) dan 10 komponen (7 komponen SGA dan 3 komponen baru : IMT,

albumin, dan TIBC). Masing-masing komponen memiliki 4 tingkat derajat berat

malnutrisi, mulai dari 0 (normal) sampai 3 (sangat abnormal). Penjumlahan dari

kesepuluh komponen MIS dapat berkisar dari 0 (normal) sampai 30 (malnutrisi

berat); skor yang lebih tinggi menunjukkan derajat malnutrisi dan inflamasi yang

lebih berat(19,36,37).
25

Tidak ada batasan tegas pada intrepretasi MIS. Yamada (2008), membagi interpretasi

MIS menjadi 3, yaitu 0-5 (tanpa malnutrisi), 6-10 (malnutrisi ringan), dan ≥ 11

(malnutrisi sedang sampai berat)(36). Sedangkan Kalantar-Zadeh et al membagi

interpretasi MIS dalam 2 kelompok, yaitu < 6 (tanpa malnutrisi) dan > 6 (dengan

malnutrisi)(37).

2.4.3 Tujuan Penatalaksanaan Nutrisi


Tujuan penilaian status nutrisi adalah menentukan status nutrisi, menentukan derajat

malnutrisi, memperkirakan risiko komplikasi, merekomendasikan dan memonitor

kecukupan nutrisi(19).

Penatalaksanaan nutrisi pada pasien PGK bertujuan untuk mengendalikan gejala-gejala

uremia, mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit ginjal, mempertahankan status

gizi yang optimal, memperbaiki kualitas hidup, menurunkan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskular pada PGK, dan mengendalikan kondisi-kondisi terkait PGK seperti anemia,

hipertensi, dislipidemia, penyakit tulang dan kardiovaskuler(19,20).

Sedangkan tujuan penatalaksaan nutrisi pada pasien PGK yang menjalani HD adalah

mencukupi kebutuhan nutrisi, memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal,

mencegah penimbunan sisa metabolisme, mengatur keseimbangan air dan elektrolit,

mencegah malnutrisi, mengendalikan kondisi-kondisi terkait PGK seperti anemia, penyakit

tulang dan penyakit kardiovaskuler, mencegah atau memperlambat komplikasi jangka

panjang HD(4,19).

2.5 Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
26

Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi

glomerulus. Salah satu cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus adalah

pembatasan asupan protein(3,7). Protein yang diberikan 0,6-0,8/kgBB/hari(3).

Penatalaksanaan nutrisi dapat mengurangi beratnya gejala uremia. Diet protein yang

melebihi kebutuhan akan menyebabkan akumulasi produk katabolisme protein sebaliknya

diet protein yang tidak adekuat akan memicu terjadinya katabolisme cadangan protein dan

menyebabkan akumulasi produk-produk sisa yang tidak diekskresikan. Sehingga dengan

dietyang tepat akan mengurangi gejala uremia(19).

Asidosis metabolik sebagai akibat penurunan ekskresi asam merupakan kondisi yang

sering dijumpai pada PGK. Sumber asam pada metabolisme ini adalah protein, sehingga

asupan protein harus disesuaikan dengan kebutuhan. Kondisi asidosis metabolik

menyebabkan hilangnya massa otot dan tulang, keseimbangan nitrogen negatif, peningkatan

katabolisme dan penurunan sintesis protein(19).

Perlu pemantauan yang teratur terhadap status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi,

jumlah asupan kalori dan protein dapat ditingkatkan (3). Malnutrisi adalah faktor utama

terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien hemodialisis. Komplikasi malnutrisi

tersering pada HD adalah Malnutrisi Energi Protein (MEP)(18).

Nutrisi pada pasien GGK yang menjalani HD penting untuk menurunkan komplikasi dan

meningkatkan kualitas hidup pasien. Status nutrisi memiliki peran yang penting pada

kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Gizi yang tidak

memadai dapat diakibatkan dari kurangnya makanan. Pasien PGK-HD memiliki faktor

spesifik lain yang akan meningkatkan kejadian MEP.


27

Hemodialisis akan meningkatkan katabolisme protein. Sebesar 4-9 g asam amino dan 2-3

g asam amino peptida akan dibuang dalam satu sesi hemodialisis. Penggunaan dialiser pakai

ulang akan semakin meningkatkan kehilangan asam amino dan albumin. Asupan protein

pada PGK yang menjalani HD lebih tinggi dibandingkan dengan pasien PGK pre-dialisis

karena HD akan meningkatkan katabolisme protein (19). Rata-rata kehilangan asam amino

pada satu sesi HD adalah 7,2 gram bila menggunakan membrane selulosa tradisional; 6,1

gram bila menggunakan membran lowflux polymethylmethacrylate dan 8,0 gram bila

menggunakan membran polysulfone highflux(20).

Penggunaan dialiser pakai ulang akan semakin meningkatkan kehilangan asam amino

dan albumin. Interaksi darah dengan membran dapat menjadi stimulus katabolik yang akan

berdampak pada pelepasan asam amino dari otot. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan

asupan sehari-hari menyebabkan MEP.

Patogenesis MEP pada PGK bersifat multifaktorial. Penyebab utamanya adalah buruknya

asupan gizi, gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat, ketidakseimbangan asam amino,

respon hormon yang abnormal, kehilangan nutrien, toksisitas uremik dan katabolisme (19).

Buruknya asupan gizi, seperti protein yang tidak adekuat tersebut sebagian besar

dipengaruhi masalah gastrointerstinal(19). Faktor-faktor tersebut menyebabkan tingginya

kebutuhan protein pada pasien dialisis, sehingga direkomendasikan intake protein pada

pasien dialisis adalah 1-1,2 gr/kgBB/hari(7,18,19,20). Namun data-data melaporkan masih

banyak pasien dengan asupan protein yang sub-optimal, biasanya <1,0gr/kg/hari(19).

Pada pasien usia tua juga terjadi penurunan rasa (fungsi pengecapan) dan fungsi

penciuman, sehingga hal ini menyebabkan anoreksia dan penurunan asupan gizi pada pasien

usia tua(13).
28

Penyakit ginjal hipertensi


2.6 Kerangka Teori
Nefropati diabetika

Glomerulopati primer
Usia
Nefropati Obstruktif Jenis kelamin
Pendidikan
Pielonefritis Chronic Pekerjaan
Status nutrisi
Nefropati Asam Urat Dukungan keluarga
Adekuasi hemodialisis
Ginjal Polikistik Lama menjalani
hemodialisis
Nefropati Lupus

Etiologi tidak diketahui


Gagal ginjal kronik

Terapi pengganti Terapi konservatif


Kualitas hidup
ginjal

Transplantasi Dialisis
ginjal

Hemodialisis
CAPD
Hemofiltrasi

Skema 2.1 Kerangka Teori


2.7 Hipotesis
H0 : Jika tidak terdapat hubungan antara status nutrisi dengan kualitas hidup pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD

Prof. Dr. W. Z. Johannes.

H1 : Jika terdapat hubungan antara status nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr.

W. Z. Johannes.
29

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status nutrisi Pekerjaan
Kualitas hidup Dukungan keluarga
Adekuasi hemodialisis
Lama hemodialisis
30

Skema 3.1. Kerangka Konsep

Keterangan :

= variabel bebas

= variabel terikat

= variabel perancu

3.2 Identifikasi Variabel


a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status nutrisi pasien gagal ginjal kronik di unit

hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di

unit hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

c. Variabel Perancu

Variabel perancu dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

dukungan keluarga, adekuasi hemodialisis, dan lama hemodialisis.


31

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Kriteria Objektif Skala

Status nutrisi Penilaian status nutrisi Wawancara, 1. Tanpa Ordinal

pasien GGK menggunakan pemeriksaan fisik, malnutrisi :

Malnutrition Inflammation dan melihat rekam 0-5

Score (MIS), yaitu suatu medik berdasarkan 2. Malnutrisi

penilaian komprehensif dari kuesioner MIS. ringan : 6-10

status nutrisi yang terdiri 3. Malnutrisi

dari 4 bagian dan 10 sedang

komponen(19,36,37). sampai

berat : ≥

11(36)
Kualitas Pengukuran kualitas Wawancara dengan 1. Baik : ≥ nilai Nominal

hidup hidup menggunakan menggunakan median

kuesioner KDQOL-SF instrumen KDQOL 2. Buruk : <

nilai
versi 1.3, yaitu kuesioner rentang nilai adalah
median(37)
untuk mengukur kualitas 0-100(14).

hidup pasien penyakit

ginjal dan pasien yang

menjalani dialisis dengan

penilaian secara

keseluruhan baik fisik dan

mental(14,17,30).

3.4 Jenis dan Rancangan


32

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian analitik observasional

dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya

dilakukan hanya satu kali, pada satu saat. Pada penelitian ini, peneliti mencari hubungan

antara variabel bebas (status nutrisi) dan variabel terikat (kualitas hidup).

3.5 Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pada

bulan Desember 2017-Januari 2018.

3.6 Populasi dan Sampel


3.6.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes yaitu sebanyak 80

orang.

3.6.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling jenis

simple random sampling. Rumus yang digunakan adalah rumus slovin :

Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi

E = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih

dapat ditolerir atau diinginkan yaitu 10%

Sehingga didapatkan sampel sebesar


33

80
n= =44 , 44
1+80( 0,1)2

Jadi, sampel pada penelitian ini berjumlah 44 orang. Jika dalam penelitian terdapat sampel

yang drop out dapat diantisipasi dengan menambahkan 10% dari sampel, sehingga dalam

penelitian dibutuhkan 48 sampel.

3.7 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


3.2.1 Kriteria inklusi

a. Pasien GGK yang menjalani HD di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z.


Johannes Kupang
b. Lama menjalani HD ≥ 6 bulan

c. Dapat berkomunikasi dengan baik

d. Bersedia menjadi responden penelitian

3.2.2 Kriteria eksklusi

Pasien GGK yang menderita sakit berat dan dirawat inap

3.2.3 Kriteria drop out

a. Subjek penelitian memutuskan berhenti mengikuti penelitian saat penelitian

berlangsung

b. subjek yang membawa kuesioner untuk diisi di rumah lalu tidak membawa kembali

pada pertemuan berikut dan menyatakan ingin berhenti mengikuti penelitian

c. Kondisi subjek penelitian memburuk saat sedang mengikuti penelitian, misalnya

penurunan kesadaran

3.8 Alur Penelitian dan Cara Kerja


34

3.8.1 Alur penelitian

Teknik sampling dan Pemilihan sampel jenis


Penentuan populasi
penentuan besar sampel simple random
sampling
Wawancara,
pemeriksaan fisik dan Pengisian data
melihat rekam medis umum Inform consent
responden berdasarkan
kuesioner MIS
analisa data
Wawancara tentang Pencatatan hasil Pengolahan dan
kualitas hidup pengukuran

Laporan hasil penelitian


Skema 3.2 : Alur Penelitian

3.8.2 Cara kerja


a. Menentukan populasi dan besar sampel serta pemilihan sampel penelitian jenis

simple random sampling.

b. Peneliti menjelaskan kepada responden penelitian tentang penelitian yang akan

dilakukan, tujuan dan manfaat penelitian. Kemudian diberikan lembar

persetujuan mengikuti penelitian.

c. Melakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan melihat rekam medis untuk

penilaian status nutrisi berdasarkan kuesioner MIS.

d. Melakukan wawancara tentang kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner

KDQOL-SF 36 versi 1.3. Bila pasien ingin membawa pulang kuesioner untuk

diisi dirumah, peneliti akan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada

pasien dan keluarga. Pada kuesioner di catat tanggal waktu kuesioner diberikan

kepada pasien. Setelah itu peneliti membuat janji dengan pasien untuk

mengambil kembali kuesioner tersebut. Pada saat pengambilan kuesioner, dicatat

juga tanggal pengembalian kuesioner.


35

e. Analisis data. Data yang telah terkumpul di analisis menggunakan teknik analisis

data yang telah terpilih.

3.9 Analisis Data

3.9.1 Identifikasi data


Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.

Data primer diambil langsung oleh peneliti melalui kuesioner yang diberikan

kepada subjek penelitian dan pemeriksaan fisik. Sedangkan data sekunder diambil

dari rekam medik pasien.

3.9.2 Jenis pengolahan data


Pengolahan data akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing yaitu mengoreksi data yang telah dikumpulkan dari responden

sebagai langkah persiapan sebelum data diolah. Pada tahap ini peneliti

melakukan koreksi data hasil observasi untuk melihat kebenaran pengisian

dan kelengkapan pengisian lembar. Pemeriksaan ini dilakukan ditempat

observasi sehingga bila ada kekurangan segera dapat dilengkapi.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka

atau bilangan. Masing-masing variabel penelitian diberi kode, selanjutnya

dimasukkan dalam lembar tabel kerja untuk mempermudah entry dari

komputer.

c. Tabulating
36

Kegiatan memasukkan data hasil penelitian dalam klasifikasi sesuai dengan

kriteria agar lebih mudah dalam entry data.

d. Entry data

Peneliti memasukkan data kedalam komputer untuk selanjutnya dilakukan

analisa data dengan menggunakan program Statistic Product Service

Solution (SPSS) 21.

3.9.3 Analisa data


Data dianalisis secara komputerisasi menggunakan perangkat lunak pengolahan data

dengan analisis univariat dan bivariat.

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk membuat analisa deskriptif

yang menggambarkan setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan

cara membuat tabel distribusi frekuensi.

Tabel 3.2 Konversi Poin Pertanyaan KDQOL-SF(14)

No Pertanyaan Respon Nilai

4a-d, 5a-c, 21 1 0
2 100
3a-j 1 0
2 50
3 100
19a, b 1 0
2 33,33
3 66,66
4 100

10, 11a, c, 12a-d 1 0


2 25
37

3 50
4 75
5 100
9b, c, f, g, i, 13e,18b 1 0
2 20
3 40
4 60
5 80
6 100
20 1 100
2 0
1-2, 6, 8, 11b, d, 14a-l, 15a- 1 100
h, 16a-b, 24a-b 2 75
3 50
4 25
5 0

7, 9a, d, e, h,13a-d, f, 18a, c 1 100


2 80
3 60
4 40
5 20
6 0
17, 22 Respon X 10 0-100
23 1-7 (Ans-1)*16,67
16 Jika “TIDAK” Data tidak dihitung

Tabel 3.3 Nomor Pertanyaan berdasarkan 19 aspek KDQOL-SF 1.3(14,38)

No. Domain Kualitas Hidup Jumlah Pertanyaan No Pertanyaan


1. Gejala/masalah yang menyertai 12 14a-k, 1
2. Efek penyakit ginjal 8 15a-h
3. Beban akibat penyakit ginjal 4 12a-d
4. Staus pekerjaan 2 20-21
5. Fungsi kognitif 3 13b, d, f
6. Kualitas interaksi sosial 3 13a, c, e
7. Fungsi seksual 2 16a, b
8. Tidur 4 17, 18a-c
9. Dukungan sosial 2 19a, b
10. Dukungan dari staf dialisis 2 24a, b
11. Kepuasan pasien 1 23
38

12. Fungsi fisik 10 3a-j


13. Keterbatasan akibat masalah fisik 4 4a-d
14. Rasa nyeri 2 7, 8
15. Persepsi kesehatan secara umum 5 1, 11a-d
16. Kesejahteraan emosional 5 9b, c, d, f, h
17. Keterbatasan akibat masalah 3 5a-c

emosional
18. Fungsi sosial 2 6, 10
19. Energi/kelelahan 4 9a, e, g, i

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara stutus gizi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik

yang diolah dengan alat bantu komputer menggunakan program Statistic

Product Service Solution (SPSS) 21 dengan uji fisher.

3.10 Uji Validitas


Kuesioner kualitas hidup tidak dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas karena

instrumen KDQOL-SF™ sudah mempunyai nilai reliabilitas dan validitas yang relevan di

atas 0,8 kecuali aspek fungsi kognitif (0,68) dan aspek kualitas interaksi sosial (0,61) dan

nilai Content Validity Index sebesar 0,89 (13,30,38). Kuesioner ini juga telah divalidasi secara

validity of content yang disahkan oleh dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ(14).

3.11 Jadwal Kegiatan Penelitian


Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan Waktu (bulan)


Mei Juni Juli Des Jan
1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
39

3. Pengumpulan data
4. Pengolahan data
5. Analisis data
6. Penyusunan laporan
7. Seminar hasil
8. Ujian Skripsi

3.12 Rencana Anggaran

Tabel 3.5 Rencana Anggaran


No. Uraian Volume Biaya Satuan Total Biaya
1. Kertas HVS A4 2 rim Rp 41.000,- Rp 82.000,-
2. Tinta printer hitam 1 botol Rp 45.000,- Rp 45.000,-
3. Tinta printer warna 1 botol Rp 45.000,- Rp 45.000,-
4. Fotocopy Rp 200.000,- Rp 200.000,-
5. Percetakan dan penjilidan Rp 100.000,- Rp 100.000,-
6. Transportasi Rp 200.000,- Rp 200.000,-
7. Hadiah penelitian Rp 500.000,- Rp 500.000,-
Total Rp 1.172.000,-
40

DAFTAR PUSTAKA

1. The Australian Kidney Foundation.Chronic Kidney Disease (CKD) Management in

General Practice.2015;3rd.ed:5-13.

2. International Society Of Nephrology.Kidney International Supplements.Journal Of The

International Society Of Nephrology.2013 Jan: 3 (1):

3. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In : Setiati S, Alwi I, Sudoyo A W, Simadibrata K M,

Setiyohadi B, Syam A F, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi VI.

Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2159-2165.

4. PERNEFRI.Konsensus Dialisis. 2003; [1]

5. Levey AS, et al. National Kidney Foundation Practice Guidelines for Chronic Kidney

Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. 2015 Aug 01;

6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

2013. Laporan Nasional 2013.


41

7. Wilson LM. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik. In: Wilson LM, Price SA, editors.

Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2014. P.964-989.

8. Indonesian P, Registry R, Renal I, Indonesia PN, Kesehatan D, Kesehatan D, et al. 7 th

Report Of Indonesian Renal Registry 2014 7 th Report Of Indonesian Renal Registry

2014. Jakarta; 2014.

9. Hagita D, Bayhakki, Woferst R. Studi Fenomenologi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.JOM.2015

Oct.[2]

10. Come PPR. Hubungan Adekuasi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit

Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUD Prof. W. Z. Johannes Tahun 2016.[skripsi],

Universitas Nusa Cendana:2016.

11. Rekam Medik.RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes:2017

12. Suhardjono. Hemodialisis; Prinsip Dasar Dan Pemakaian Kliniknya. In : Setiati S, Alwi I,

Sudoyo A W, Simadibrata K M, Setiyohadi B, Syam A F, editors. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid II, Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2192-2196.

13. Wulandari MF. Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hemodialisis

Di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. [skripsi]: sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.2015

14. Anggraini YD. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis

Di RSUD Blambangan Banyuwangi. [skripsi]: Universitas Jember.2016


42

15. Khabibi ML, Hartanti RD. The Relationship Between Dietery Compliance and The Life

Quality of Chronic Renal Failure Patients By Hemodialysis in Kraton Hospital

Pekalongan. 2016 Aug

16. Awang AURL. Hubungan Tingkat Depresi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit

Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Tahun 2016. .[skripsi], Universitas Nusa Cendana:2017

17. Priyanti D, Farhana N. Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Yang Bekerja Dan

Tidak Bekerja Yang Menjalani Hemodialisis Di Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia.

Jurnal Ilmiah Psikologi. 2016 Jul; 7[1]:41-47.

18. Angraini DI. The Different of Protein Intake Between Chronic Renal Failure Patients

with Malnutrition and Not Malnutrition in Hemodialysis Unit at dr. Abdul Moeloek

Hospital Bandar Lampung. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. 2015 Apr; 2[2]: 163-168..

19. PERNEFRI. Konsensus Nutrisi Pada Penyakit Ginjal Kronik.2011

20. Kandarini Y. Penatalaksanaan Nutrisi pada Pasien PGK Pradialisis dan Dialisis

21. Nur E, Cintari L. Determinan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Ginjal KronikYang

Menjalani Hemodialisa. Jurnal Skala Husada.2012 Apr;9[1]: 90-96

22. Oktiadewi AAAP. Hubungan Kadar Hb Dan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Pasien

Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Media Medika

Muda. 2012.

23. Pemerintah Kota Kupang Dinas Kesehatan Kota Kupang.Profil Kesehatan Kota Kupang

Tahun 2013.2013

24. Scanlon VC, Sanders T. Buku Ajar Anatomi & Fisiologi. 3rd. Ed. Prasetyo FXA, alih

bahasa.Jakarta:EGC; 2007.405 P.
43

25. Wilson LM. Gagal Ginjal Kronik. In: Wilson LM, Price SA, editors. Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2014. P.912-945.

26. Moinuddin IK, Leehey DJ. Handbook Of Nephrology. 1st. Ed. USA:2013.

27. Wilson LM. Anatomi Dan Fisiologi Ginjal Dan Saluran Kemih. In: Wilson LM, Price

SA, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2. Edisi 6. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014. P.867-871.

28. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Prosedur Di Bidang Ilmu

Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. Jakarta : Interna Publishing; 2015. P. 147-148

29. Suryarinilsih Y. Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis Dengan

Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. [tesis]:

Universitas Indonesia.2010

30. Hays RD et al. Kidney Disease Quality Of Life Short Form (KDQOL-SF TM), version 1.3:

A Manual For Use And Scoring. 1997;1[3];

31. Aroem HR. Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani

Hemodialisa. [skripsi]: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2015.

32. Butar-Butar A, Siregar CT. Karakteristik Pasien Dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.

33. Wahyuni S, Purwati H. Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Kualitas

Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rs Gatoel Mojokerto

34. Santoso MB. Quality Of Life In Regular Hemodialysis Patient With And Without Health

Insurance In Bandung City PERNEFRI. Konsensus Nutrisi Pada Penyakit Ginjal

Kronik.2011
44

35. Romadona NF, Heryati Euis. Studi Korelasi Antara Status Gizi Dengan Prestasi

Akademik Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Cilampeni 1 Kabupaten Bandung.2007

Hamuktiono RP, Supriyadi R, Suraya N. Malnutrition–Inflammation Score (MIS) and

Physical Activity among Hemodialysis Patients. AMJ. 2015;2[4]

36. Kandarini Y. Penatalaksanaan Nutrisi Pada Penyakit Ginjal Kronik.

37. Sharif SS, Taslim NA, Bukhari A. Asupan Protein, Status Gizi Pada Pasien Gagal

Ginjal Tahap Akhir Yang Menjalani Hemodialisis Reguler

38. Sari DK. Hubungan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien

Penyakit Ginjal Kronik Di Instalasi Hemodialisis RSUD Abdul Moeloek. [skripsi]:

Universitas Lampung Bandar Lampung. 2017


45

Lampiran 1 : Naskah Penjelasan Dan Informasi Penelitian Kepada Subyek Penelitian

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN KEPADA ORANG TUA

Kepada Yth Bapak/ Ibu ................................................

Salam sejahtera bagi kita semua. Perkenalkan saya Arah Murni Adi Ullu, mahasiswa
semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes.

Salah satu pengobatan gagal ginjal kronik adalah hemodialisis atau cuci darah. Terapi
cuci darah adalah terapi pengganti untuk mengeluarkan racun tertentu dari peredaran darah
manusia melalui mesin cuci darah. Data di RSUD Prof. W. Z. Johannes menunjukkan terjadi
peningkatan kunjungan ke unit hemodialisis setiap tahun dan terdapat 1 pasien baru yang
menjalani HD pada bulan Juli 2017.

Secara ideal semua pasien derajat 5 dapat mulai menjalani cuci darah. Salah satu alasan
dilakukan cuci darah apabila ada penurunan kualitas hidup tanpa penyebab yang jelas dan cuci
darah berhasil memperpanjang umur pasien serta memberikan kualitas hidup yang baik. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia, kualitas hidup adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun
46

perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal,
hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah status nutrisi. Status nutrisi
memiliki peran penting pada kualitas hidup pasien GGK yang menjalani cuci darah.
Penatalaksanaan nutrisi dapat mengurangi beratnya gejala yang dirasakan oleh pasien GGK.

Di Kota Kupang terdapat 2 rumah sakit yang memiliki unit hemodialisis yaitu RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes dan RSU Siloam Kupang. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes memiliki 16
mesin hemodialisis sedangkan RSU Siloam Kupang baru memiliki 4 mesin hemodialisis. Hal ini
membuat peneliti memilih RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sebagai tempat penelitian.
Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I dalam penelitian ini dapat membantu peneliti
memperoleh tujuan dari penelitian ini yang kemudian menjadi instrumen bagi pelaksanaan cuci
darah selanjutnya. Manfaat yang dapat Bapak/Ibu/Saudara/I peroleh selaku subyek penelitian ini
adalah menambah wawasan mengenai gambaran kualitas hidup dan status nutrisi selama
menjalani cuci darah.
Pada penelitian ini saya menggunakan panduan berupa kuesioner, yaitu kuesioner
Malnutrition Inflammation Score (MIS) untuk menilai status nutrisi dan kuesioner KDQOL-SF
versi 1.3 untuk menilai kualitas hidup. Waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti penelitian ini
adalah 30 menit.
Kuesioner MIS terdiri atas 10 komponen yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu riwayat
nutrisi, pemeriksaan fisik, IMT, dan nilai laboratorium. Sehingga saya akan mengajukan
pertanyaan tentang riwayat medis, melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai cadangan lemak
dan massa otot; dan melihat rekam medis untuk mengambil data berat badan, tinggi badan, dan
hasil laboratorium berupa albumin serum dan total iron-binding capacity serum.
Kuesioner KDQOL – SF 36 versi 1.3 tersusun atas 24 item yang terdiri atas : kesehatan
fisik, kesehatan mental, masalah penyakit ginjal, dan kepuasan pasien. Bila Bapak/Ibu/Saudara/i
ingin membawa pulang kuesioner untuk diisi dirumah, saya akan memberikan penjelasan
terlebih dahulu tentang cara pengisian kuesioner kepada Bapak/Ibu/Saudara/i dan keluarga.
Kuesioner ini dapat saya ambil kembali pada pertemuan berikut.
Penelitian ini juga tidak akan menimbulkan efek samping pada kesehatan
Bapak/Ibu/Saudara/i. Apabila terjadi efek samping yang berkaitan dengan penelitian ini, maka
saya akan bertanggung jawab. Setelah penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/I akan
mendapatkan souvenir sebagai bentuk ucapan terima kasih.

Dengan penjelasan ini peneliti meminta persetujuan untuk menjadi subyek penelitian
secara sukarela. Bapak/Ibu/Saudara/I dapat menolak atau mengundurkan diri setiap saat tanpa
sanksi apapun. Identitas pribadi dan data yang telah diberikan akan dirahasiakan dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ada hal yang tidak sesuai dengan penjelasan ini,
saya bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib yang berlaku di Universitas Nusa
Cendana.
Demikian penjelasan saya sebelum penelitian. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i saya
ucapkan terima kasih. Apabila Bapak/Ibu/Saudara/I membutuhkan keterangan lebih lanjut
tentang penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti pada alamat dibawah ini

Penanggung Jawab Penelitian


Nama : Arah Murni Adi Ullu
47

Alamat : Jalan Adisucipto, Lingkungan Tengah Mess Gia RT 007/RW 003 Kelurahan
Penfui
Telepon : 081238875974

Kupang, November 2017


Peneliti,

Arah Murni Adi Ullu

Lampiran 2 : Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian Setelah Mendapat Penjelasan

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS KEDOKTERAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ..................................................................
Umur : ...................................................................
Alamat : ...................................................................
Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti maka saya memahami prosedur penelitian
yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Saya menyadari bahwa penelitian
yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi saya. Saya tahu bahwa
keikutsertaan saya bersifat sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun, sehingga saya bisa
menolak atau mengundurkan diri sebagai responden dari penelitian ini. Saya juga berhak
mengajukan pertanyaan kepada peneliti apabila ada hal-hal yang ingin saya ketahui mengenai
penelitian ini. Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian ini akan terjamin
dan dengan ini saya menyetujui semua data yang dihasilkan pada penelitian ini untuk disajikan
dalam bentuk lisan atau tulisan. Bila terjadi perbedaan maka akan diselesaikan secara
kekeluargaan.
Kupang, November 2017
Nama TTD TGL/BLN/THN
Klien
Saksi 1
48

Saksi 2

Penanggung Jawab Penelitian Penanggung Jawab Medis

Nama : Arah Murni Adi Ullu Nama : dr.A.A.S.R. Mahadewi


Alamat : Jalan
Adisucipto, Lingkungan
Tengah Mess Gia RT 007/RW 003 NIP : 19691113 200012 2 003
Kelurahan Penfui
Telepon : 081238875974
DISETUJUI OLEH
KOMISI ETIK PENELITIAN
KESEHATAN
FAK. KEDOKTERAN
UNDANA
Tanggal 07 Desember 2017
Lampiran 3 :

DATA UMUM RESPONDEN

Judul : Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang

Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes.

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis Kelamin : L/P*

Status Pernikahan : Belum Menikah/ Menikah/ Duda/ Janda*

Status Pendidikan : Tidak Sekolah/ SD/ SMP/ SMA/ Perguruan Tinggi*

Status Pekerjaan : Tidak Bekerja/ Bekerja*

Lama Menjalani HD : ≤ 6 bulan/ ≥ 6 bulan*

Berat Badan :

Tinggi Badan :
49

Catatan tanda * artinya lingkari yang menjadi jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i

Bila pasien ingin membawa pulang kuesioner untuk diisi dirumah :

Tanggal kuesioner diberikan :

Tanggal kuesioner dikembalikan :

Lampiran 4 :

KUESIONER MALNUTRITION INFLAMMATION SCORE (MIS)


Komponen Skor
MIS 0 1 2 3
A. Riwayat medis
1) Perubahan berat
badan kering di akhir <0,5 kg 0,5-1,0 kg ≥1 kg tapi <5% ≥5%
dialisis (perubahan
secara keseluruhan
pada 3-6 bulan
terakhir)
2) Asupan diet Nafsu Asupan diet Berkurangnya Hypocaloric
makan baik, padat asupan makan liquid to
asupan diit suboptimal padat dan cair starvationi
tidak (starvasi karena
menurun diit cair pun tidak
masuk)
3) Gejala GI Tidak ada Gejala ringan, Kadang muntah Sering diare atau
gejala, nafsu nafsu makan atau gejala GI muntah atau
makan baik buruk, atau sedang anoreksia berat
kadang mual
4) Kapasitas fungsional Kapasitas Kadang sulit Sulit melakukan Bed/ chair-ridden
(hubungan nutrisi fungsional melakukan aktivitas mandiri atau aktivitas fisik
dengan gangguan normal, aktivitas dasar (misalnya pergi minimal sampai
fungsional) merasa sehat atau sering ke kamar mandi) tidak ada
merasa lelah
5) Komorbiditas, Tanpa Komorbiditas Komorbiditas Setiap
termasuk lama komorbiditas ringan (tanpa sedang (termasuk komorbiditas
(tahun) dialisis dalam KKMƗ) dalam 1 KKM) dalam berat, multipel (≥
dialisis <1 dialisis 1-4 dialisis >4 tahun 2 KKM)
tahun tahun
B. Pemeriksaan fisik
6) Berkurangnya
cadangan lemak atau Tidak ada Ringan Sedang Berat
50

kehilangan lemak perubahan


subkutan (dibawah
mata, trisep, bisep,
dada)
7) Tanda kehilangan Tidak ada Ringan Sedang Berat
massa otot (kening, perubahan
klavikula, skapula,
costae, kuadrisep,
lutut,interoseus)
C. Ukuran tubuh
8) Indeks massa tubuh ≥20 18-19,9 16-17,99 <16
(kg/m2)
D. parameter
laboratorium
9) Albumin serum (g/dl) ≥4 3,5-3,9 3,0-3,4 <3,0
10) Total iron-binding ≥250 200-249 150-199 <150
capacity serum
(mg/dl)
Catatan : Total MIS sama dengan penjumlahan 10 komponen tersebut, dengan range 0 (tanpa

malnutrisi) sampai 30 (malnutirisi berat).

Singkatan : GI, gastrointestinal; KKM, kondisi komorbiditas mayor; MIS, Malnutrition-

Inflamation Score.

†KKM meliputi gagal jantung kongestif klas III atau IV, acquired immunodeficiency

syndrome (AIDS) stadium akhir, penyakit jantung koroner berat, penyakit paru

obstruktif kronik sedang-berat, sekuele neurologis berat, metastasis keganasan, atau

baru mendapatkan kemoterapi.


51

Lampiran 5 :

GAMBAR-GAMBAR CONTOH PEMERIKSAAN FISIK


52
53
54
55
56
57
58

Lampiran 6 :

KUESIONER KIDNEY DISEASE QUALITY OF LIFE

Petunjuk Pengisian
Dibawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang kesehatan anda yang berkaitan dengan
kualitas hidup setelah menjalani hemodialisis. Kuesioner akan dibacakan oleh peneliti, kemudian
pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Setiap pertanyaan dibawah ini,
tidak ada jawaban yang benar atau salah.

KESEHATAN ANDA

1. Secara umum, anda merasa kesehatan anda : (lingkari satu nomor)


Sempurna........................................................................... 1
Sangat baik......................................................................... 2
Baik.................................................................................... 3
Cukup baik......................................................................... 4
Buruk.................................................................................. 5
2. Dibandingkan satu tahun yang lalu, bagaimana anda menilai kondisi kesehatan anda
saat ini secara umum? (lingkari satu nomor)
Jauh lebih baik daripada setahun yang lalu..........................1
Agak lebih baik daripada setahun yang lalu.........................2
Sama seperti setahun yang lalu.............................................3
Agak lebih buruk daripada setahun yang lalu.......................4
Jauh lebih buruk daripada setahun yang lalu........................5
3. Hal-hal berikut ini adalah tentang segala aktivitas yang kemungkinan anda lakukan pada
saat tertentu. Apakah kondisi kesehatan anda saat ini membatasi anda dalam
melakukan aktivitas tersebut? Jika ya, seberapa terbataskah? (lingkari satu nomor setiap
baris)
Ya, sangat Ya, agak terbatas Tidak terbatas
terbatas sama sekali
a. Aktivitas berat, seperti berlari, 1 2 3
mengangkat beban berat,
melakukan olahraga berat.
b. Aktivitas yang biasa, seperti 1 2 3
memindahkan meja,
menggunakan penyedot debu,
bowling, atau bermain golf.
c. Mengangkat atau membawa 1 2 3
barang belanjaan.
d. Menaiki beberapa anak tangga. 1 2 3
e. Menaiki satu anak tangga. 1 2 3
f. Berjongkok, berlutut, bersujud. 1 2 3
g. Berjalan lebih dari satu 1 2 3
setengah kilometer.
h. Berjalan beberapa blok. 1 2 3
i. Berjalan satu blok. 1 2 3
j. Mandi dan memakai baju 1 2 3
59

sendiri.
4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mempunyai masalah-masalah berikut dengan
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dikarenakan kondisi kesehatan fisik anda saat ini?
(lingkari satu nomor pada tiap baris)
Ya Tidak
a. Mengurangi waktu yang anda gunakan untuk bekerja 1 2
atau beraktivitas?
b. Menyelesaikan lebih sedikit pekerjaan dari yang 1 2
biasanya anda lakukan?
c. Keterbatasan dalam melakukan satu pekerjaan atau 1 2
aktivitas tertentu?
d. Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau 1 2
aktivitas tertentu? (perlu usaha dan tenaga lebih)?
5. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mempunyai masalah-masalah seperti dibawah
ini saat anda bekerja atau melakukan aktivitas sehari-hari sebagai akibat dari masalah
emosi anda (seperti merasa depresi atau cemas)? (lingkari satu nomor pada tiap baris)
Ya Tidak
a. Mengurangi banyaknya waktu yang mampu anda 1 2
habiskan untuk bekerja atau beraktivitas?
b. Menyelesaikan lebih sedikit pekerjaan dari yang 1 2
biasanya anda lakukan?
c. Tidak bekerja seteliti atau secermat biasanya? 1 2
6. Selama 4 minggu terakhir, seberapa besar kesehatan fisik atau masalah emosional
anda mengganggu aktivitas sosial anda dengan keluarga, teman, tetangga, atau
kelompok? (lingkari satu nomor)
Tidak terganggu sama sekali................................................ 1
Sedikit terganggu.................................................................. 2
Lumayan terganggu.............................................................. 3
Terganggu............................................................................. 4
Sangat terganggung............................................................... 5
7. Seberapa parah rasa sakit yang anda alami selama 4 minggu terakhir? (lingkari satu
nomor)
Tidak ada................................................................................ 1
Sangat ringan.......................................................................... 2
Ringan..................................................................................... 3
Lumayan parah........................................................................ 4
Parah........................................................................................ 5
Sangat parah............................................................................ 6
8. Selama 4 minggu terakhir, seberapa besar rasa sakit yang anda rasakan mengganggu
pekerjaan anda (termasuk pekerjaan rumah dan pekerjaan di luar rumah)? (lingkari satu
nomor)
Tidak sama sekali..................................................................... 1
Sedikit mengganggu................................................................. 2
Mengganggu............................................................................. 3
Mengganggu sekali................................................................... 4
Sangat mengganggu sekali....................................................... 5
60

9. Pertanyaan-pertanyaan berikut adalah mengenai bagaimana perasaan anda selama 4


minggu terakhir. Pada setiap pertanyaan, berilah satu jawaban yang paling
menggambarkan perasaan anda.
Seberapa sering dalam 4 minggu terakhir......
Tidak Sedikit Kadang Sering Hampir Setiap
pernah waktu - setiap waktu
kadang waktu
a. Anda merasa sangat bersemangat 1 2 3 4 5 6
(penuh energi)?
b. Anda merasa sangat gugup? 1 2 3 4 5 6
c. Anda merasa sangat sedih dan tidak 1 2 3 4 5 6
ada yang dapat menghibur anda?
d. Anda merasa tenang dan damai? 1 2 3 4 5 6
e. Anda merasa sangat bermanfaat? 1 2 3 4 5 6
f. Anda merasa sangat terpuruk dan 1 2 3 4 5 6
sedih?
g. Anda merasa sangat kelelahan? 1 2 3 4 5 6
h. Anda merasa sangat gembira? 1 2 3 4 5 6
i. Merasa mudah lelah? 1 2 3 4 5 6
10. Selama 4 minggu terakhir, seberapa sering masalah kesehatan fisik dan emosi anda
mengganggu aktivitas sosial anda? (seperti mengunjungi teman, saudara, dll)? (lingkari
satu nomor)
Setiap waktu.................................................................. 1
Hampir setiap waktu...................................................... 2
Kadang-kadang.............................................................. 3
Sedikit mengganggu...................................................... 4
Tidak pernah.................................................................. 5
11. Pilihlah jawaban yang paling menggambarkan seberapa BENAR atau SALAH setiap
pertanyaan berikut bagi anda. (lingkari satu nomor pada tiap baris)
Sangat Benar Tidak tahu Salah Sangat
benar salah
a. Saya merasa lebih mudah 1 2 3 4 5
sakit daripada orang lain
b. Saya merasa sehat seperti 1 2 3 4 5
orang lain
c. Saya berharap kesehatan 1 2 3 4 5
saya bertambah buruk
d. Kesehatan saya sangatlah 1 2 3 4 5
baik

PENYAKIT GINJAL ANDA

12. Seberapa BENAR atau SALAH setiap pertanyaan dibawah ini bagi anda? (lingkari satu
nomor pada tiap baris)
Sangat Benar Tidak tahu Salah Sangat
benar salah
a. Penyakit ginjal yang saya 1 2 3 4 5
derita selalu banyak
mengganggu kehidupan saya
b. Terlalu banyak waktu yang 1 2 3 4 5
61

saya habiskan menghadapi


penyakit ginjal yang saya
derita
c. Saya merasa frustasi 1 2 3 4 5
menghadapi penyakit ginjal
yang saya derita
d. Saya merasa menjadi beban 1 2 3 4 5
bagi keluarga saya
13. Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini tentang apa yang anda rasakan dan bagaimana
kehidupan anda selama 4 minggu terakhir. Untuk setiap pertanyaan, berikanlah satu
jawaban terdekat yang menurut anda paling benar. (lingkari satu nomor padda setiap
baris)
Tidak Sedikit Kadang- Sering Hampir Setiap
pernah waktu kadang setiap waktu
waktu
a. Anda 1 2 3 4 5 6
mengasingkan diri
dari orang sekitar
anda?
b. Anda bereaksi 1 2 3 4 5 6
secara lambat
terhadap sesuatu
yang diucapkan
atau dilakukan
orang lain?
c. Anda suka marah 1 2 3 4 5 6
dengan orang lain
disekitar anda?
d. Anda mempunyai 1 2 3 4 5 6
kesulitan dalam
berkonsentrasi
atau berpikir?
e. Anda bergaul baik 1 2 3 4 5 6
dengan orang
lain?
f. Anda sering 1 2 3 4 5 6
bingung?
14. Selama 4 minggu terakhir, seberapa jauh anda terganggu oleh masing-masing hal
dibawah ini? (lingkari satu nomor pada tiap baris)
Tidak Sedikit Terganggu Sangat Sangat
terganggu terganggu terganggu terganggu
sama sekali
sekali
a. Rasa sakit pada otot-otot 1 2 3 4 5
anda?
b. Nyeri dada? 1 2 3 4 5
c. Kram? 1 2 3 4 5
d. Kulit gatal? 1 2 3 4 5
e. Kulit kering? 1 2 3 4 5
f. Nafas pendek? 1 2 3 4 5
g. Rasa ingin pingsan atau 1 2 3 4 5
pusing?
62

h. Kurang nafsu makan? 1 2 3 4 5


i. Lelah yang berlebihan? 1 2 3 4 5
j. Kesemutan pada kaki atau 1 2 3 4 5
tangan?
k. Mual atau gangguan perut? 1 2 3 4 5
(sambungan diatas) selama 4 minggu terakhir, apakah hal ini mengganggu anda ? (lingkari
satu nomor pada tiap baris)
Hanya untuk pasien hemodialisis
Tidak Sedikit Terganggu Sangat Sangat
terganggu terganggu terganggu terganggu
sama sekali
sekali
a. Masalah dengan 1 2 3 4 5
pembuluh darah?

EFEK GINJAL TERHADAP HIDUP SAYA

15. Beberapa orang merasa terganggu oleh pengaruh penyakit ginjal pada kehidupan sehari-
hari, sementara sebagian tidak. Berapa jauh penyakit ginjal mengganggu anda dalam
setiap hal dibawah ini? (lingkari satu nomor pada tiap baris)
Tidak Sedikit Terganggu Sangat Sangat
terganggu terganggu terganggu terganggu
sama sekali
sekali
a. Pembatasan cairan? 1 2 3 4 5
b. Pembatasan 1 2 3 4 5
diet/makanan?
c. Kemampuan anda untuk 1 2 3 4 5
bekerja disekitar rumah?
d. Kemampuan anda untuk 1 2 3 4 5
berpergian?
e. Ketergantungan 1 2 3 4 5
terhadap dokter dan
paramedis?
f. Stres/cemas yang 1 2 3 4 5
disebabkan oleh
penyakit ginjal?
g. Kehidupan seksual 1 2 3 4 5
anda?
h. Penampilan pribadi 1 2 3 4 5
anda?
16. Pernahkah anda melakukan aktivitas seksual dalam 4 minggu terakhir? (lingkar satu
nomor)
TIDAK........................................................ 1 (langsung ke pertanyaan 17)
YA............................................................... 2
Seberapa besar masalah dibawah ini :
Bukan Sedikit Agak Sangat Sangat
masalah masalah masalah bermasalah bermasalah
sekali
a. Menikmati seks 1 2 3 4 5
63

b. Terangsang gairah seks 1 2 3 4 5


Untuk pertanyaan dibawah ini, berilah nilai kualitas tidur anda dengan menggunakan
skala dari 0 yang menunjukkan “sangat buruk” sampai 10 yang menunjukkan “sangat
baik”.
Apabila anda berpikir bahwa kualitas tidur anda berada di tengah-tengah antara “sangat
buruk” dan “sangat baik”, lingkarilah 5. Apabila anda berpikir tidur anda satu tingkat
lebih baik dibanding 5, lingkarilah 6. Apabila satu tingkat lebih rendah dari 5, lingkarilah
4, dan begitu seterusnya.
17. Pada skala 0 sampai 10, bagaimana anda menilai kualitas tidur anda secara keseluruhan?
(lingkari satu nomor)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sangat buruk Sangat baik
18. Berapa kali selama 4 minggu terakhir anda ......
Tidak Jarang Kadang Sering Hampir Setiap
pernah - setiap waktu
kadang waktu
a. Terbangun di malam hari dan 1 2 3 4 5 6
sulit tidur kembali ?
b. Dapat tidur sebanyak waktu 1 2 3 4 5 6
yang anda butuhkan (tidur
cukup) ?
c. Mempunyai masalah untuk 1 2 3 4 5 6
tetap terjaga sepanjang hari ?

19. Sehubungan dengan keluarga dan teman-teman anda, seberapa puas anda dengan :
(lingkari satu nomor pada setiap baris)
Sangat Agak tidak Agak puas Puas
tidak puas puas
a. Banyaknya waktu yang anda habiskan 1 2 3 4
bersama teman dan keluarga ?
b. Dukungan yang anda terima dari 1 2 3 4
keluarga dan teman ?

20. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda bekerja (pada pekerjaan yang menghasilkan
uang)? (lingkari satu nomor)
Ya......................................................... 1
Tidak..................................................... 2
21. Apakah kesehatan anda mengakibatkan anda terhambat dalam melakukan pekerjaan yang
menghasilkan uang? (lingkari satu nomor)
Ya.......................................................... 1
Tidak...................................................... 2

22. Secara keseluruhan, bagaimana anda menilai kesehatan anda? (lingkari satu nomor)
64

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Buruk Antara baik dan buruk Baik

KEPUASAN TERHADAP PELAYANAN

23. Pikirkan tentang pelayanan yang sering anda terima selama HD. Dalam hubungan
kepuasan tersebut, bagaimana anda menilai keramahan dan perhatian yang ditunjukkan
kepada anda sebagai manusia? (lingkari satu nomor)
Sangat buruk............................................................... 1
Buruk.......................................................................... 2
Biasa........................................................................... 3
Baik............................................................................ 4
Sangat baik................................................................. 5
Memuaskan................................................................ 6
Paling baik................................................................. 7
24. Seberapa BENAR atau SALAH masing-masing pernyataan dibawah ini? (lingkari satu
nomor pada setiap baris)
Sangat Benar Tidak tahu Salah Sangat
benar salah
a. Staff HD mendukung 1 2 3 4 5
saya menjadi orang yang
sesehat mungkin
b. Staff HD mendukung 1 2 3 4 5
saya dalam beradaptasi
dengan penyakit ginjal
yang saya derita

Anda mungkin juga menyukai