BAB 1
PENDAHULUAN
fungsi ginjal selama 3 bulan atau lebih dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2 (1,2). PGK adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
PGK diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakit dan dasar etiologi. Pada klasifikasi
berdasarkan derajat penyakit dinilai dari LFG dan dibagi menjadi 5 derajat. Ketika LFG <15
ml/mnt/1,73 m2 disebut gagal ginjal. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun
sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai uremia. Pada tahap ini
pasien memerlukan terapi pengganti ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam
mengeliminasi toksin tubuh sehingga tidak terjadi gejala yang lebih berat(3,4).
PGK merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, insiden dan
prevalensi gagal ginjal meningkat, hasil yang jelek, dan memerlukan biaya tinggi. Jumlah
penderita gagal ginjal dengan dialisis atau transplantasi ginjal meningkat dari 340.000 hingga
Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis (GGK) di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
0,2%, dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah (0,4%) dan prevalensi terendah
di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Nusa
2
Tenggara Barat, dan Kalimantan Timur (0,1%). Sedangkan prevalensi penyakit ginjal kronik di
Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,3% atau masih diatas angka nasional(6).
Pengobatan gagal ginjal kronik dibagi dalam dua tahap yaitu penanganan konservatif dan
terapi penggantian ginjal(7). Terapi pengganti ginjal yang biasanya dilakukan dapat berupa
transplantasi ginjal dan dialisis yang terdiri dari hemodialisis, dialisis peritoneal(3) dan
hemofiltrasi(4). Terapi pengganti ginjal terbanyak yang diberikan oleh renal unit adalah
hemodialisis atau HD (82%), diikuti oleh Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau
CAPD (12,8%), transplantasi (2,6%), dan Continuous Renal Replacement Therapy atau CRRT
(2,3%)(8).
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti
air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi(9). Di Indonesia jumlah pasien baru yang menjalani HD
mengalami peningkatan setiap tahun dengan pasien gagal ginjal terminal/End Stage Renal
Disease (ESRD) merupakan pasien terbanyak (84%) diikuti dengan pasien Gagal Ginjal Akut
(GGA) sebanyak 9%, dan pasien GGA pada Gagal Ginjal Kronik (GGK) sebanyak 7%. Pada
tahun 2011 terdapat 15353 pasien yang baru menjalani HD dan meningkat cukup tinggi
menjadi 19621 pada tahun 2012, lalu mengalami penurunan pada tahun berikutnya menjadi
15128. Tetapi kemudian meningkat menjadi 17193 pada tahun 2014(8). Data di RSUD Prof. W.
diantaranya tahun 2013 sebesar 1841 kunjungan, tahun 2014 sebesar 6041 kunjungan, tahun
3
2015 sebesar 6758 kunjungan(10), tahun 2016 sebesar 7118 kunjungan. Selama tahun 2017
Secara ideal semua pasien derajat 5 dapat mulai menjalani dialisis (7). Salah satu insiasi
HD dilakukan apabila ada penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab
yang jelas. HD berhasil memperpanjang umur pasien serta memberikan kualitas hidup yang
baik(12). Pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015), Anggraini (2016), Khabibi dan
penelitian yang di lakukan oleh Paulus (2016) dan Albert (2016) di RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang menunjukkan bahwa lebih banyak pasien HD yang memiliki kualitas hidup
Kualitas hidup dalam bidang kesehatan secara global dapat didefinisikan sebagai derajat
kepuasan hati sebagai akibat dari terpenuhinya kebutuhan secara sternal dan pemenuhan
persepsi(17). Menurut World Health Organization (WHO), 1994 (dikutip oleh Anggraini, 2016),
kualitas hidup adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup
ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dengan standar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status nutrisi, faktor dukungan keluarga, adekuasi hemodialisis dan lama menjalani
HD(13,14). Penelitian di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes oleh Paulus, 2016 menunjukkan
karakteristik pasien HD antara lain lebih banyak pasien berusia > 45 tahun (82,7%), berjenis
kelamin laki-laki (51,9%), berpendidikan tinggi (79,8%), tidak memiliki pekerjaan (59,6%),
menjalani HD secara adekuat (65,4%), dan lama menjalani HD > 12 bulan (59,6%) (10).
Sedangkan penelitian oleh Albert, 2016 menunjukkan bahwa lebih banyak pasien berusia > 45
4
tahun (74,1%), berjenis kelamin laki-laki (51,7%), berpendidikan tinggi (86,2%), dan
Status nutrisi memiliki peran penting pada kualitas hidup pasien GGK yang menjalani
HD dan malnutrisi adalah faktor utama terjadinya morbiditas dan mortalitas pada pasien
HD(4,18). Komplikasi malnutrisi tersering pada HD adalah Malnutrisi Energi Protein (MEP) (18)
karena HD akan meningkatkan katabolisme protein (19). Selain itu anoreksia, mual, dan muntah
sebagai sindrom uremia juga dapat mempengaruhi asupan makanan pasien HD(3).
Penatalaksanaan nutrisi dapat mengurangi beratnya gejala uremia. Diet protein yang
melebihi kebutuhan akan menyebabkan akumulasi produk katabolisme protein. Sebaliknya diet
protein yang tidak adekuat akan memicu terjadinya katabolisme cadangan protein dan
menyebabkan akumulasi produk-produk sisa yang tidak diekskresikan. Sehingga dengan diet
yang tepat akan mengurangi gejala uremia(19). Oleh karena itu, pasien PGK yang menjalani HD
Menurut Goldstein-Fuchs dan LaPierre, 2014 (dikutip oleh Kandarini), penilaian status
nutrisi pada pasien PGK tidak dapat menggunakan satu parameter saja, tetapi meliputi
beberapa parameter seperti klinis, riwayat medis, pemeriksaan fisik, riwayat psikososial,
kardiovaskular pada PGK(20). Penelitian yang dilakukan oleh Nur dan Cintari (2012) dan
Wulandari (2015) menunjukkan adanya hubungan antara status gizi berdasarkan Lingkar
Lengan Atas (LLA) dengan kualitas hidup(13,21). Demikian juga dengan penelitian yang
5
dilakukan oleh Oktiadewi (2012), menunjukkan terdapat hubungan status gizi pada indikator
kadar albumin dengan kualitas hidup pada dimensi kesehatan fisik(22). Data pengukuran Berat
Badan (BB) pre hemodialisis dan post hemodialisis pada pasien HD RSUD. Prof. Dr. W. Z.
Johannes menunjukkan rata-rata terjadi penurunan 1,28 kg berat badan, dengan penurunan
Permasalahan gizi yang sering dijumpai di Kota Kupang adalah MEP. Pada tahun 2015,
prevalensi gizi kurang di NTT sebanyak 13,0% dan prevalensi gizi buruk 4,9% (23). Sedangkan
menurut Riskesdas 2013, NTT merupakan provinsi dengan prevalensi penduduk kurus
tertinggi (19,5%) dan merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi penduduk dewasa
kurus diatas prevalensi nasional. Untuk prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) wanita
usia subur (tidak hamil) pun Provinsi NTT menempati urutan tertinggi (46,5%(6).
Di Kota Kupang terdapat 2 rumah sakit yang memiliki unit hemodialisis yaitu RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes dan RSU Siloam Kupang. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes memiliki
merupakan alasan peneliti memilih RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sebagai tempat penelitian
Penelitian tentang hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien GGK yang
menjalani HD belum pernah dilakukan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes”.
6
penelitian sebagai berikut : “Apakah terdapat hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes?”.
Tujuan pada penelitian ini adalah mengetahui hubungan status nutrisi dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit
dan menambah kepustakaan tentang hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W.
Z. Johannes.
nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
Dapat dijadikan sebagai bahan refensi dan tambahan pengetahuan tentang hubungan
status nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan terapi
sebagai akibat gangguan pada prarenal, renal, dan postrenal(24). Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung
beberapa tahun)(25).
fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG, yang bermanifestasi sebagai satu
v) Albuminuria
9
b. LFG < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa gejala kerusakan
ginjal lain(1,2,3,4,26).
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama atau lebih
penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas
dasar LFG dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault(3). Semakin tinggi derajat, semakin
Etiologi PGK sangat bervariasi antara satu negara dengan negara lain (3). Di Indonesia,
penyebab gagal ginjal pasien HD baru tahun 2014 adalah sebagai berikut :
f. Nefropati Asam Urat, Ginjal Polikistik, dan Nefropati Lupus masing-masing 1%.
Urutan data penyebab gagal ginjal pada pasien HD ini masih sama dengan tahun
Setiap ginjal memiliki sekitar 1 juta nefron yang mempunyai struktur dan fungsi sama.
Ginjal dapat bertahan dengan jumlah nefron kurang dari 200.000 atau 1%(27). Jumlah nefron
menurun seiring bertambahnya usia, bahkan sampai setengah dari jumlah semula pada usia
70 sampai 80 tahun(24).
Patofisiologi PGK pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tetapi
dalam perkembangan selanjutnya lama menjalaninya kurang lebih sama (3). Terdapat dua
pendekatan teoritis untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada GGK. Sudut pandang
tradisional mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam
stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan
fungsi tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya. Pendekatan kedua
dikenal dengan nama hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh, yang berpendapat
bahwa bila nefron terserang penyakit, maka seluruh unitnya akan hancur. Namun sisa nefron
yang masih utuh tetap bekerja normal. Hipotesis nefron yang utuh ini sangat berguna untuk
menjelaskan pola adaptasi fungsional pada penyakit ginjal progresif, yaitu kemampuan
untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit tubuh kendati LFG sangat menurun.
Selain kedua pendekatan teoritis tersebut, terdapat penjelasan terbaru untuk gagal ginjal
progresif tanpa penyakit ginjal primer yang aktif yaitu hipotesis hiperfiltrasi(25).
11
Pada penelitian ini, akan dijelaskan tentang hipotesis nefron yang utuh dan hipotesis
hiperfiltrasi.
Meskipun PGK terus berlanjut, namun jumlah zat terlarut yang harus
kendati jumlah nefron yang bertugas melakukan fungsi tersebut sudah menurun
secara progresif. Dua adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi
dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal. Terjadi peningkatan
kecepatan filtrasi, beban zat terlarut dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron yang
cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Namun
akhirnya, kalau sekitar 75% massa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan
beban zat terlarut bagi setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan
ekskresi maupun proses konservasi zat terlarut dan air menjadi berkurang. Sedikit
karena makin rendah LFG (artinya makin sedikit nefron yang ada) semakin besar
b. Hipotesis hiperfiltrasi
Teori hiperfiltrasi ini menjelaskan mengapa cedera glomerulus dan gagal ginjal
progresif tetap berlanjut meskipun penyakit ginjal aktif sudah tidak ada. Nefron
12
yang utuh pada akhirnya akan cedera karena kenaikan aliran plasma dan LFG serta
(SNGFR) dapat menyesuaikan diri dalam jangka pendek, namun tidak dapat
sistemik dan peningkatan SNGFR (hiperfiltrasi) pada sisa nefron yang utuh.
Peningkatan SNGFR sebagian besar dicapai melalui dilatasi arteriol aferen. Pada
lokal. Sebagai akibatnya, aliran plasma ginjal (RPF) dan P gc meningkat, karena
sel epitel visera, dan mengakibatkan penurunan densitas dalam rumbai glomerulus
glomerulus dan merusak nefron dengan progresif. Penurunan densitas epitel visera
akan meningkatkan protein yang hilang dalam urine. Peningkatan permeabilitas dan
ditunjukkan dengan proteinuria dan gagal ginjal progresif. Selain itu, rangkaian ini
menyebabkan timbal balik positif dari lengkung henle dengan percepatan proses
t (ml/mnt/1,73 m2)
1 ≥90 Terapi dasar, kondisi komorbid, evaluasi
Pengobatan GGK terdiri atas dua tahap, yaitu tindakan konservatif dan terapi pengganti
a. Penatalaksanaan konservatif
pada pemahaman mengenai batas-batas ekskresi yang dapat dicapai olel ginjal yang
5. Pengendalian hipertensi
Bila LFG < 15 ml/menit dan tindakan konservatif tidak efektif lagi maka dilakukan
2. Transplantasi ginjal yang dapat berasal dari donor hidup atau donor jenazah
(cadaver).
b. Osteodistrofi renal
c. Asidosis
d. Hiperkalemia
15
2.2. Hemodialisis
Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal dengan menggunakan prinsip
difusi dan ultrafiltrasi untuk mengeluarkan zat terlarut yang tidak dinginkan atau suatu
proses pengubahan komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran
disamping peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal disebagian besar besar negara di
dunia(12).
Secara ideal semua pasien derajat 5 dapat mulai menjalani dialisis (7). Insiasi HD
d. Hiperfostatemia yang refrakter terhadap retriksi diit dan terapi pengikat fosfat,
f. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab yang
jelas,
g. penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual,
h. selain itu, indikasi segera dilakukan HD adalah adanya gangguan neurologis (seperti
waktu perdarahan.
sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati, dan keganasan lanjut.
c. Akses vaskular sulit, fobia terhadap jarum, gagal jantung, dan koagulopati
(Kontraindikasi relatif).
dengan frekuensi 2x per minggu. HD juga dapat diberikan 3x per minggu dengan durasi 4-5
Frekuensi 2x per minggu telah dapat membuat pasien merasa nyaman dan dana asuransi
kesehatan yang tersedia juga terbatas hanya menanggung HD dengan frekuensi 2x per
minggu. Oleh karena itu, di Indonesia biasa dilakukan HD 2x per minggu selama 4-5 jam
mual-muntah, sakit kepala, gatal, sakit dada dan punggung, demam disertai menggigil,
17
aritmia, tamponade jantung, kejang, hemolisis, emboli udara, infeksi, dan reaksi anafilaktoid
terhadap dialiser(4,7,12,28).
individu dalam hubungannya dengan kualitas hidup, kepuasan subjektif dari individu
terhadap aspek kehidupan tersebut, serta derajat kepentingan aspek kehidupan yang diukur
relevan terhadap setiap individu karena tiap aspek yang diukur diasumsikan sama penting
Polonsky, 2000 (dikutip oleh Suryarinilsih, 2010) mengatakan bahwa untuk mengetahui
kualitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu
keseluruhan dari status fisik, psikososial dan kondisi penyakit yang meliputi dua kategori
yaitu kelemahan yang dirasakan (bagaimana pasien merasakan beberapa kelemahan dari
penyakit yang dialaminya atau bagaimana penyakit itu dirasakan oleh pasien mengganggu
atau membebani kehidupannya) dan kelemahan yang lainnya seperti dampak distress yang
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien penyakit ginjal dan
pasien yang menjalani dialisis dengan penilaian secara keseluruhan baik fisik dan mental
adalah Kidney Disease Quality Of Life-SF 36 Versi 1.3 (KDQOL-SF 36 VERSI 1.3) yang
terdiri dari survey MOS SF yang melihat komponen fisik dan mental pasien serta KDQOL –
36 yang melihat beban pasien akibat penyakit GGK, masalah yang pasien rasakan akibat
penyakit GGK, dan efek dari penyakit GGK dalam kehidupan sehari – hari (17,30). Kuesioner
KDQOL-SF 36 versi 1.3 tersusun atas 24 item yang terdiri atas : kesehatan fisik, kesehatan
hidup GGK yang menjalani terapi hemodialisis dibagi menjadi empat komponen, antara
lain(14) :
a. Kesehatan fisik
Kesehatan fisik yang dialami pasien GGK antara lain fungsi fisik, status pekerjaan,
peran fisik, kesehatan umum, persepsi rasa sakit, energi dan kelelahan, dan fungsi
sosial(14).
b. Kesehatan mental
Kesehatan mental yang dirasakan pasien GGK antara lain kesejahteraan emosional,
kualitas interaksi sosial, beban penyakit ginjal, dukungan sosial dan peran
emosional(14).
Masalah pada pasien PGK adalah masalah yang menyertai setelah didiagnosis sakit
ginjal yaitu fungsi kognitif, gejala atau masalah, efek dari penyakit ginjal, fungsi
d. Kepuasan pasien
dialisis(14).
pekerjaan, status gizi, dukungan keluarga, adekuasi hemodialisis dan lama menjalani
hemodialisis(13,14).
a. Usia
Berdasarkan umur kualitas hidup baik cenderung banyak di alami pada pasien diatas
usia 30 tahun. Memasuki usia tua kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik karena
individu tersebut telah melewati masa–masa dalam perubahan hidupnya dan individu
yang berusia lebih tua lebih memliki kemampuan untuk mengarahkan dan
Tetapi pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur karena
Penderita GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh
karena biasnya kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua (14,28,31).
Penderita berusia tua merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu, akibatnya
20
mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi hemodialisa. Usia juga erat
kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas
ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun(32).
b. Jenis kelamin
Pasien yang memiliki kualitas hidup baik lebih banyak dialami oleh pasien yang
berjenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh depresi karena
estrogen dan progesteron, perubahan penampilan fisik, mengalami sakit dan masalah
kehidupannya(29,33).
c. Pendidikan
Pasien yang memiliki status pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai
dirinya terhadap masalah yang sedang dihadapinya dan mudah mengerti tentang apa
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan sehingga pasien tersebut dapat mengurangi
d. Pekerjaan
Pasien yang masih bekerja memiliki kualitas hidup baik (14,31,34) karena penghasilan
yang cukup membuat pasien menganggap bahwa biaya bukanlah masalah yang
aktual. Hal ini akan berdampak terhadap tingkat stres yang muncul akibat
Perbedaan kualitas hidup juga terdapat pada pasien yang memiliki penghasilan di
bawah 100 juta dan di atas 100 juta. Pasien dengan penghasilan dibawah 100 juta
keluhan dan gejala yang dirasakan oleh pasien. Hal ini akan berpengaruhi kualitas
hidup pasien(31,34).
e. Status nutrisi
Pasien GGK yang menjalani HD membutuhkan status gizi yang baik untuk
meningkatkan kesehatannya. Pasien yang memiliki status gizi baik dapat disebabkan
tinggi(13).
f. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga dari pasangan, anak, orang tua sangat dibutuhkan pasien GGK
perasaan negatif seperti depresi dan merasa menjadi beban bagi keluarga(9).
g. Adekuasi hemodialisis
ditentukan dengan pengukuran dosis HD yang terlaksana. Target Kt/V yang ideal
adalah 1,2 (URR 65%) untuk HD 3x per minggu selama 4 jam per kali HD dan 1,8
untuk HD 2x per minggu selama 4-5 jam per kali HD (4). Penelitian yang diakukan
adekuat(10). Menurut Septiwi et al, 2011 (dikutip oleh Dwi, 2016) pasien yang
mencapai adekuasi hemodialisis mempunyai kualitas hidup yang baik sebesar 10,6
Pasien yang menjalani HD lebih dari 6 bulan memiliki kualitas hidup lebih baik
daripada pasien yang menjalani HD kurang dari 6 bulan. Saat pertama kali pasien
didiagnosis penyakit GGK akan muncul perasaan takut, stres, depresi, dan syok
mempertahankan hidup(9).
lama pasien menjalani hemodialisa adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah
Sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 12 bulan memiliki
kualitas hidup yang cukup karena semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka
pasien akan terbiasa dan menerima segala gejala serta komplikasi. Pasien yang bisa
menerima kondisinya dengan baik maka akan memiliki kualitas hidup yang baik
pula, karena kualitas hidup terfokus pada penerimaan responden terhadap kondisi
yang dirasakanya(29,33).
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan
dan masukan nutrisi atau zat gizi. Bila kebutuhan lebih besar dibandingkan masukan disebut
gizi kurang, bila kebutuhan seimbang dengan masukan disebut status gizi seimbang, dan
malnutrisi dan risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi. Proses penilaian lebih
kompleks daripada skrining dan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, test fungsional, dan
parameter laboratorium(36).
Penilaian status nutrisi pada pasien PGK tidak dapat menggunakan satu parameter saja,
tetapi meliputi beberapa parameter seperti klinis, riwayat medis, pemeriksaan fisik, riwayat
a. Klinis
b. Antropometri
Berat badan/BB (bebas bengkak), tinggi badan (TB), Indeks Masa Tubuh (IMT),
skin fold/girths, tricep skin folds, LLA, lingkar pinggang, Tebal Lipatan Kulit (TLK),
komposisi tubuh(19,36).
c. Parameter biokimia
24
SGA merupakan teknik sistem skoring yang menggunakan penilaian klinis dari
digunakan oleh sarana kesehatan pada populasi orang tua, kanker, PGK tanpa dialisis
MIS adalah suatu penilaian komprehensif dari status nutrisi dan merupakan
Score (DMS). MIS adalah sistem skoring yang murah dan mudah dikerjakan terdiri
dari skor 0 sampai 30 untuk menilai malnutrisi energi protein dan inflamasi.
MIS terdiri dari 4 bagian (riwayat nutrisi, pemeriksaan fisik, IMT, dan nilai
berat); skor yang lebih tinggi menunjukkan derajat malnutrisi dan inflamasi yang
lebih berat(19,36,37).
25
Tidak ada batasan tegas pada intrepretasi MIS. Yamada (2008), membagi interpretasi
MIS menjadi 3, yaitu 0-5 (tanpa malnutrisi), 6-10 (malnutrisi ringan), dan ≥ 11
interpretasi MIS dalam 2 kelompok, yaitu < 6 (tanpa malnutrisi) dan > 6 (dengan
malnutrisi)(37).
kecukupan nutrisi(19).
gizi yang optimal, memperbaiki kualitas hidup, menurunkan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular pada PGK, dan mengendalikan kondisi-kondisi terkait PGK seperti anemia,
Sedangkan tujuan penatalaksaan nutrisi pada pasien PGK yang menjalani HD adalah
panjang HD(4,19).
2.5 Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
26
glomerulus. Salah satu cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus adalah
Penatalaksanaan nutrisi dapat mengurangi beratnya gejala uremia. Diet protein yang
diet protein yang tidak adekuat akan memicu terjadinya katabolisme cadangan protein dan
Asidosis metabolik sebagai akibat penurunan ekskresi asam merupakan kondisi yang
sering dijumpai pada PGK. Sumber asam pada metabolisme ini adalah protein, sehingga
menyebabkan hilangnya massa otot dan tulang, keseimbangan nitrogen negatif, peningkatan
Perlu pemantauan yang teratur terhadap status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi,
jumlah asupan kalori dan protein dapat ditingkatkan (3). Malnutrisi adalah faktor utama
Nutrisi pada pasien GGK yang menjalani HD penting untuk menurunkan komplikasi dan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Status nutrisi memiliki peran yang penting pada
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Gizi yang tidak
memadai dapat diakibatkan dari kurangnya makanan. Pasien PGK-HD memiliki faktor
Hemodialisis akan meningkatkan katabolisme protein. Sebesar 4-9 g asam amino dan 2-3
g asam amino peptida akan dibuang dalam satu sesi hemodialisis. Penggunaan dialiser pakai
ulang akan semakin meningkatkan kehilangan asam amino dan albumin. Asupan protein
pada PGK yang menjalani HD lebih tinggi dibandingkan dengan pasien PGK pre-dialisis
karena HD akan meningkatkan katabolisme protein (19). Rata-rata kehilangan asam amino
pada satu sesi HD adalah 7,2 gram bila menggunakan membrane selulosa tradisional; 6,1
gram bila menggunakan membran lowflux polymethylmethacrylate dan 8,0 gram bila
Penggunaan dialiser pakai ulang akan semakin meningkatkan kehilangan asam amino
dan albumin. Interaksi darah dengan membran dapat menjadi stimulus katabolik yang akan
berdampak pada pelepasan asam amino dari otot. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
Patogenesis MEP pada PGK bersifat multifaktorial. Penyebab utamanya adalah buruknya
asupan gizi, gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat, ketidakseimbangan asam amino,
respon hormon yang abnormal, kehilangan nutrien, toksisitas uremik dan katabolisme (19).
Buruknya asupan gizi, seperti protein yang tidak adekuat tersebut sebagian besar
kebutuhan protein pada pasien dialisis, sehingga direkomendasikan intake protein pada
Pada pasien usia tua juga terjadi penurunan rasa (fungsi pengecapan) dan fungsi
penciuman, sehingga hal ini menyebabkan anoreksia dan penurunan asupan gizi pada pasien
usia tua(13).
28
Glomerulopati primer
Usia
Nefropati Obstruktif Jenis kelamin
Pendidikan
Pielonefritis Chronic Pekerjaan
Status nutrisi
Nefropati Asam Urat Dukungan keluarga
Adekuasi hemodialisis
Ginjal Polikistik Lama menjalani
hemodialisis
Nefropati Lupus
Transplantasi Dialisis
ginjal
Hemodialisis
CAPD
Hemofiltrasi
H1 : Jika terdapat hubungan antara status nutrisi dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr.
W. Z. Johannes.
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status nutrisi Pekerjaan
Kualitas hidup Dukungan keluarga
Adekuasi hemodialisis
Lama hemodialisis
30
Keterangan :
= variabel bebas
= variabel terikat
= variabel perancu
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status nutrisi pasien gagal ginjal kronik di unit
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di
c. Variabel Perancu
Variabel perancu dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
komponen(19,36,37). sampai
berat : ≥
11(36)
Kualitas Pengukuran kualitas Wawancara dengan 1. Baik : ≥ nilai Nominal
nilai
versi 1.3, yaitu kuesioner rentang nilai adalah
median(37)
untuk mengukur kualitas 0-100(14).
penilaian secara
mental(14,17,30).
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian analitik observasional
dilakukan hanya satu kali, pada satu saat. Pada penelitian ini, peneliti mencari hubungan
antara variabel bebas (status nutrisi) dan variabel terikat (kualitas hidup).
Populasi pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
orang.
3.6.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling jenis
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
80
n= =44 , 44
1+80( 0,1)2
Jadi, sampel pada penelitian ini berjumlah 44 orang. Jika dalam penelitian terdapat sampel
yang drop out dapat diantisipasi dengan menambahkan 10% dari sampel, sehingga dalam
berlangsung
b. subjek yang membawa kuesioner untuk diisi di rumah lalu tidak membawa kembali
penurunan kesadaran
KDQOL-SF 36 versi 1.3. Bila pasien ingin membawa pulang kuesioner untuk
pasien dan keluarga. Pada kuesioner di catat tanggal waktu kuesioner diberikan
kepada pasien. Setelah itu peneliti membuat janji dengan pasien untuk
e. Analisis data. Data yang telah terkumpul di analisis menggunakan teknik analisis
Data primer diambil langsung oleh peneliti melalui kuesioner yang diberikan
kepada subjek penelitian dan pemeriksaan fisik. Sedangkan data sekunder diambil
a. Editing
sebagai langkah persiapan sebelum data diolah. Pada tahap ini peneliti
b. Coding
komputer.
c. Tabulating
36
d. Entry data
a. Analisis univariat
4a-d, 5a-c, 21 1 0
2 100
3a-j 1 0
2 50
3 100
19a, b 1 0
2 33,33
3 66,66
4 100
3 50
4 75
5 100
9b, c, f, g, i, 13e,18b 1 0
2 20
3 40
4 60
5 80
6 100
20 1 100
2 0
1-2, 6, 8, 11b, d, 14a-l, 15a- 1 100
h, 16a-b, 24a-b 2 75
3 50
4 25
5 0
emosional
18. Fungsi sosial 2 6, 10
19. Energi/kelelahan 4 9a, e, g, i
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara stutus gizi dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
instrumen KDQOL-SF™ sudah mempunyai nilai reliabilitas dan validitas yang relevan di
atas 0,8 kecuali aspek fungsi kognitif (0,68) dan aspek kualitas interaksi sosial (0,61) dan
nilai Content Validity Index sebesar 0,89 (13,30,38). Kuesioner ini juga telah divalidasi secara
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan data
5. Analisis data
6. Penyusunan laporan
7. Seminar hasil
8. Ujian Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
General Practice.2015;3rd.ed:5-13.
Setiyohadi B, Syam A F, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Edisi VI.
5. Levey AS, et al. National Kidney Foundation Practice Guidelines for Chronic Kidney
7. Wilson LM. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik. In: Wilson LM, Price SA, editors.
9. Hagita D, Bayhakki, Woferst R. Studi Fenomenologi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Oct.[2]
10. Come PPR. Hubungan Adekuasi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
12. Suhardjono. Hemodialisis; Prinsip Dasar Dan Pemakaian Kliniknya. In : Setiati S, Alwi I,
Penyakit Dalam Jilid II, Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 2192-2196.
13. Wulandari MF. Hubungan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hemodialisis
14. Anggraini YD. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis
15. Khabibi ML, Hartanti RD. The Relationship Between Dietery Compliance and The Life
16. Awang AURL. Hubungan Tingkat Depresi Terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
17. Priyanti D, Farhana N. Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Yang Bekerja Dan
18. Angraini DI. The Different of Protein Intake Between Chronic Renal Failure Patients
with Malnutrition and Not Malnutrition in Hemodialysis Unit at dr. Abdul Moeloek
Hospital Bandar Lampung. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. 2015 Apr; 2[2]: 163-168..
20. Kandarini Y. Penatalaksanaan Nutrisi pada Pasien PGK Pradialisis dan Dialisis
21. Nur E, Cintari L. Determinan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Ginjal KronikYang
22. Oktiadewi AAAP. Hubungan Kadar Hb Dan Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Media Medika
Muda. 2012.
23. Pemerintah Kota Kupang Dinas Kesehatan Kota Kupang.Profil Kesehatan Kota Kupang
Tahun 2013.2013
24. Scanlon VC, Sanders T. Buku Ajar Anatomi & Fisiologi. 3rd. Ed. Prasetyo FXA, alih
bahasa.Jakarta:EGC; 2007.405 P.
43
25. Wilson LM. Gagal Ginjal Kronik. In: Wilson LM, Price SA, editors. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
26. Moinuddin IK, Leehey DJ. Handbook Of Nephrology. 1st. Ed. USA:2013.
27. Wilson LM. Anatomi Dan Fisiologi Ginjal Dan Saluran Kemih. In: Wilson LM, Price
SA, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2. Edisi 6. Jakarta:
28. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary DL. Prosedur Di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. Jakarta : Interna Publishing; 2015. P. 147-148
29. Suryarinilsih Y. Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis Dengan
Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. [tesis]:
Universitas Indonesia.2010
30. Hays RD et al. Kidney Disease Quality Of Life Short Form (KDQOL-SF TM), version 1.3:
31. Aroem HR. Gambaran Kecemasan Dan Kualitas Hidup Pada Pasien Yang Menjalani
32. Butar-Butar A, Siregar CT. Karakteristik Pasien Dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
33. Wahyuni S, Purwati H. Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Kualitas
34. Santoso MB. Quality Of Life In Regular Hemodialysis Patient With And Without Health
Kronik.2011
44
35. Romadona NF, Heryati Euis. Studi Korelasi Antara Status Gizi Dengan Prestasi
37. Sharif SS, Taslim NA, Bukhari A. Asupan Protein, Status Gizi Pada Pasien Gagal
38. Sari DK. Hubungan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien
FAKULTAS KEDOKTERAN
Salam sejahtera bagi kita semua. Perkenalkan saya Arah Murni Adi Ullu, mahasiswa
semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status nutrisi dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes.
Salah satu pengobatan gagal ginjal kronik adalah hemodialisis atau cuci darah. Terapi
cuci darah adalah terapi pengganti untuk mengeluarkan racun tertentu dari peredaran darah
manusia melalui mesin cuci darah. Data di RSUD Prof. W. Z. Johannes menunjukkan terjadi
peningkatan kunjungan ke unit hemodialisis setiap tahun dan terdapat 1 pasien baru yang
menjalani HD pada bulan Juli 2017.
Secara ideal semua pasien derajat 5 dapat mulai menjalani cuci darah. Salah satu alasan
dilakukan cuci darah apabila ada penurunan kualitas hidup tanpa penyebab yang jelas dan cuci
darah berhasil memperpanjang umur pasien serta memberikan kualitas hidup yang baik. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia, kualitas hidup adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun
46
perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal,
hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah status nutrisi. Status nutrisi
memiliki peran penting pada kualitas hidup pasien GGK yang menjalani cuci darah.
Penatalaksanaan nutrisi dapat mengurangi beratnya gejala yang dirasakan oleh pasien GGK.
Di Kota Kupang terdapat 2 rumah sakit yang memiliki unit hemodialisis yaitu RSUD
Prof. Dr. W. Z. Johannes dan RSU Siloam Kupang. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes memiliki 16
mesin hemodialisis sedangkan RSU Siloam Kupang baru memiliki 4 mesin hemodialisis. Hal ini
membuat peneliti memilih RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes sebagai tempat penelitian.
Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I dalam penelitian ini dapat membantu peneliti
memperoleh tujuan dari penelitian ini yang kemudian menjadi instrumen bagi pelaksanaan cuci
darah selanjutnya. Manfaat yang dapat Bapak/Ibu/Saudara/I peroleh selaku subyek penelitian ini
adalah menambah wawasan mengenai gambaran kualitas hidup dan status nutrisi selama
menjalani cuci darah.
Pada penelitian ini saya menggunakan panduan berupa kuesioner, yaitu kuesioner
Malnutrition Inflammation Score (MIS) untuk menilai status nutrisi dan kuesioner KDQOL-SF
versi 1.3 untuk menilai kualitas hidup. Waktu yang dibutuhkan untuk mengikuti penelitian ini
adalah 30 menit.
Kuesioner MIS terdiri atas 10 komponen yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu riwayat
nutrisi, pemeriksaan fisik, IMT, dan nilai laboratorium. Sehingga saya akan mengajukan
pertanyaan tentang riwayat medis, melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai cadangan lemak
dan massa otot; dan melihat rekam medis untuk mengambil data berat badan, tinggi badan, dan
hasil laboratorium berupa albumin serum dan total iron-binding capacity serum.
Kuesioner KDQOL – SF 36 versi 1.3 tersusun atas 24 item yang terdiri atas : kesehatan
fisik, kesehatan mental, masalah penyakit ginjal, dan kepuasan pasien. Bila Bapak/Ibu/Saudara/i
ingin membawa pulang kuesioner untuk diisi dirumah, saya akan memberikan penjelasan
terlebih dahulu tentang cara pengisian kuesioner kepada Bapak/Ibu/Saudara/i dan keluarga.
Kuesioner ini dapat saya ambil kembali pada pertemuan berikut.
Penelitian ini juga tidak akan menimbulkan efek samping pada kesehatan
Bapak/Ibu/Saudara/i. Apabila terjadi efek samping yang berkaitan dengan penelitian ini, maka
saya akan bertanggung jawab. Setelah penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Saudara/I akan
mendapatkan souvenir sebagai bentuk ucapan terima kasih.
Dengan penjelasan ini peneliti meminta persetujuan untuk menjadi subyek penelitian
secara sukarela. Bapak/Ibu/Saudara/I dapat menolak atau mengundurkan diri setiap saat tanpa
sanksi apapun. Identitas pribadi dan data yang telah diberikan akan dirahasiakan dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ada hal yang tidak sesuai dengan penjelasan ini,
saya bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib yang berlaku di Universitas Nusa
Cendana.
Demikian penjelasan saya sebelum penelitian. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i saya
ucapkan terima kasih. Apabila Bapak/Ibu/Saudara/I membutuhkan keterangan lebih lanjut
tentang penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti pada alamat dibawah ini
Alamat : Jalan Adisucipto, Lingkungan Tengah Mess Gia RT 007/RW 003 Kelurahan
Penfui
Telepon : 081238875974
Nama : ..................................................................
Umur : ...................................................................
Alamat : ...................................................................
Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti maka saya memahami prosedur penelitian
yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini. Saya menyadari bahwa penelitian
yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi saya. Saya tahu bahwa
keikutsertaan saya bersifat sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun, sehingga saya bisa
menolak atau mengundurkan diri sebagai responden dari penelitian ini. Saya juga berhak
mengajukan pertanyaan kepada peneliti apabila ada hal-hal yang ingin saya ketahui mengenai
penelitian ini. Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data penelitian ini akan terjamin
dan dengan ini saya menyetujui semua data yang dihasilkan pada penelitian ini untuk disajikan
dalam bentuk lisan atau tulisan. Bila terjadi perbedaan maka akan diselesaikan secara
kekeluargaan.
Kupang, November 2017
Nama TTD TGL/BLN/THN
Klien
Saksi 1
48
Saksi 2
Judul : Hubungan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Nama :
Umur :
Alamat :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
49
Lampiran 4 :
Inflamation Score.
†KKM meliputi gagal jantung kongestif klas III atau IV, acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) stadium akhir, penyakit jantung koroner berat, penyakit paru
Lampiran 5 :
Lampiran 6 :
Petunjuk Pengisian
Dibawah ini terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang kesehatan anda yang berkaitan dengan
kualitas hidup setelah menjalani hemodialisis. Kuesioner akan dibacakan oleh peneliti, kemudian
pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Setiap pertanyaan dibawah ini,
tidak ada jawaban yang benar atau salah.
KESEHATAN ANDA
sendiri.
4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mempunyai masalah-masalah berikut dengan
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dikarenakan kondisi kesehatan fisik anda saat ini?
(lingkari satu nomor pada tiap baris)
Ya Tidak
a. Mengurangi waktu yang anda gunakan untuk bekerja 1 2
atau beraktivitas?
b. Menyelesaikan lebih sedikit pekerjaan dari yang 1 2
biasanya anda lakukan?
c. Keterbatasan dalam melakukan satu pekerjaan atau 1 2
aktivitas tertentu?
d. Mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan atau 1 2
aktivitas tertentu? (perlu usaha dan tenaga lebih)?
5. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mempunyai masalah-masalah seperti dibawah
ini saat anda bekerja atau melakukan aktivitas sehari-hari sebagai akibat dari masalah
emosi anda (seperti merasa depresi atau cemas)? (lingkari satu nomor pada tiap baris)
Ya Tidak
a. Mengurangi banyaknya waktu yang mampu anda 1 2
habiskan untuk bekerja atau beraktivitas?
b. Menyelesaikan lebih sedikit pekerjaan dari yang 1 2
biasanya anda lakukan?
c. Tidak bekerja seteliti atau secermat biasanya? 1 2
6. Selama 4 minggu terakhir, seberapa besar kesehatan fisik atau masalah emosional
anda mengganggu aktivitas sosial anda dengan keluarga, teman, tetangga, atau
kelompok? (lingkari satu nomor)
Tidak terganggu sama sekali................................................ 1
Sedikit terganggu.................................................................. 2
Lumayan terganggu.............................................................. 3
Terganggu............................................................................. 4
Sangat terganggung............................................................... 5
7. Seberapa parah rasa sakit yang anda alami selama 4 minggu terakhir? (lingkari satu
nomor)
Tidak ada................................................................................ 1
Sangat ringan.......................................................................... 2
Ringan..................................................................................... 3
Lumayan parah........................................................................ 4
Parah........................................................................................ 5
Sangat parah............................................................................ 6
8. Selama 4 minggu terakhir, seberapa besar rasa sakit yang anda rasakan mengganggu
pekerjaan anda (termasuk pekerjaan rumah dan pekerjaan di luar rumah)? (lingkari satu
nomor)
Tidak sama sekali..................................................................... 1
Sedikit mengganggu................................................................. 2
Mengganggu............................................................................. 3
Mengganggu sekali................................................................... 4
Sangat mengganggu sekali....................................................... 5
60
12. Seberapa BENAR atau SALAH setiap pertanyaan dibawah ini bagi anda? (lingkari satu
nomor pada tiap baris)
Sangat Benar Tidak tahu Salah Sangat
benar salah
a. Penyakit ginjal yang saya 1 2 3 4 5
derita selalu banyak
mengganggu kehidupan saya
b. Terlalu banyak waktu yang 1 2 3 4 5
61
15. Beberapa orang merasa terganggu oleh pengaruh penyakit ginjal pada kehidupan sehari-
hari, sementara sebagian tidak. Berapa jauh penyakit ginjal mengganggu anda dalam
setiap hal dibawah ini? (lingkari satu nomor pada tiap baris)
Tidak Sedikit Terganggu Sangat Sangat
terganggu terganggu terganggu terganggu
sama sekali
sekali
a. Pembatasan cairan? 1 2 3 4 5
b. Pembatasan 1 2 3 4 5
diet/makanan?
c. Kemampuan anda untuk 1 2 3 4 5
bekerja disekitar rumah?
d. Kemampuan anda untuk 1 2 3 4 5
berpergian?
e. Ketergantungan 1 2 3 4 5
terhadap dokter dan
paramedis?
f. Stres/cemas yang 1 2 3 4 5
disebabkan oleh
penyakit ginjal?
g. Kehidupan seksual 1 2 3 4 5
anda?
h. Penampilan pribadi 1 2 3 4 5
anda?
16. Pernahkah anda melakukan aktivitas seksual dalam 4 minggu terakhir? (lingkar satu
nomor)
TIDAK........................................................ 1 (langsung ke pertanyaan 17)
YA............................................................... 2
Seberapa besar masalah dibawah ini :
Bukan Sedikit Agak Sangat Sangat
masalah masalah masalah bermasalah bermasalah
sekali
a. Menikmati seks 1 2 3 4 5
63
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sangat buruk Sangat baik
18. Berapa kali selama 4 minggu terakhir anda ......
Tidak Jarang Kadang Sering Hampir Setiap
pernah - setiap waktu
kadang waktu
a. Terbangun di malam hari dan 1 2 3 4 5 6
sulit tidur kembali ?
b. Dapat tidur sebanyak waktu 1 2 3 4 5 6
yang anda butuhkan (tidur
cukup) ?
c. Mempunyai masalah untuk 1 2 3 4 5 6
tetap terjaga sepanjang hari ?
19. Sehubungan dengan keluarga dan teman-teman anda, seberapa puas anda dengan :
(lingkari satu nomor pada setiap baris)
Sangat Agak tidak Agak puas Puas
tidak puas puas
a. Banyaknya waktu yang anda habiskan 1 2 3 4
bersama teman dan keluarga ?
b. Dukungan yang anda terima dari 1 2 3 4
keluarga dan teman ?
20. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda bekerja (pada pekerjaan yang menghasilkan
uang)? (lingkari satu nomor)
Ya......................................................... 1
Tidak..................................................... 2
21. Apakah kesehatan anda mengakibatkan anda terhambat dalam melakukan pekerjaan yang
menghasilkan uang? (lingkari satu nomor)
Ya.......................................................... 1
Tidak...................................................... 2
22. Secara keseluruhan, bagaimana anda menilai kesehatan anda? (lingkari satu nomor)
64
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Buruk Antara baik dan buruk Baik
23. Pikirkan tentang pelayanan yang sering anda terima selama HD. Dalam hubungan
kepuasan tersebut, bagaimana anda menilai keramahan dan perhatian yang ditunjukkan
kepada anda sebagai manusia? (lingkari satu nomor)
Sangat buruk............................................................... 1
Buruk.......................................................................... 2
Biasa........................................................................... 3
Baik............................................................................ 4
Sangat baik................................................................. 5
Memuaskan................................................................ 6
Paling baik................................................................. 7
24. Seberapa BENAR atau SALAH masing-masing pernyataan dibawah ini? (lingkari satu
nomor pada setiap baris)
Sangat Benar Tidak tahu Salah Sangat
benar salah
a. Staff HD mendukung 1 2 3 4 5
saya menjadi orang yang
sesehat mungkin
b. Staff HD mendukung 1 2 3 4 5
saya dalam beradaptasi
dengan penyakit ginjal
yang saya derita