Disusun Oleh:
Aulia Ayu Puspita, S. Ked
(1508010028)
Pembimbing:
dr. I Made Artawan,Sp.An
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
SMF/BAGIAN ANASTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANES
KUPANG
2020
PENDAHULUAN
• suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
Nyeri ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya (Tamsuri, 2007)
• sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan (International Association
for Study of Pain) (IASP)
persepsi nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional menyusul
adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain with nociception) dan dapat timbul tanpa adanya
kerusakan jaringan yang nyata (pain without nociception)
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan sumber nyeri: Berdasarkan jenisnya nyeri
c. Nyeri berat
Nyeri Akut
Nyeri yang timbul mendadak dan
berlangsung sementara
Dapat berlangsung beberapa hari
(kurang dari 2 minggu)
Bentuk nyeri akut dapat berupa:
Merupakan respon awal dari adanya
kerusakan jaringan tubuh. merupakan
1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
mekanisme proteksi tubuh yang akan
berlanjut pada proses penyembuhan.
2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan
jaringan ikat
a. Serabut A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan
b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah
yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Proses Stimulus Nyeri
Respon Tubuh Terhadap Nyeri
Nyeri akut akan menimbulkan perubahan-perubahan didalam tubuh. Nyeri akut baik yang ringan
sampai yang berat akan memberikan efek pada tubuh seperti
a) Sistem respirasi
terjadinya atelektasis, intrapulmonary shunting, hipoksemia, dan terkadang dapat terjadi hipoventilasi.
b) Sistem kardiovaskuler
hipertensi, takikardi dan peningkatan resistensi pembuluh darah secara sistemik. Karena nyeri menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen myocard,
sehingga nyeri dapat menyebabkan terjadinya iskemia myocardial.
c. Sistem gastrointestinal
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan sfinkter dan menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hipersekresi asam
lambung akan menyebabkan ulkus dan bersamaan dengan penurunan motilitas usus, potensial menyebabkan pasien mengalami pneumonia aspirasi.
d. Sistem urogenital
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan sfinkter saluran kemih dan menurunkan motilitas
saluran cerna yang menyebabkan retensi urin. 7
Kelenjar simpatis menjadi aktif sehingga terjadi pelepasan ketekolamin. Metabolisme otot jantung
meningkat sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Respon hormonal terhadap nyeri meningkatkan
hormon-hormon katabolik seperti katekolamin, kortisol dan glukagon dan menyebabkan penurunan
hormon anabolik seperti insulin dan testosteron.
f. Sistem hematologi
Merangsang produksi leukosit dengan lympopenia dan nyeri dapat mendepresi sistem retikuloendotelial menyebabkan
pasien beresiko menjadi mudah terinfeksi.
h. Efek psikologis
Reaksi yang umumnya terjadi pada nyeri akut berupa kecemasan (anxiety), ketakutan, agitasi, dan dapat menyebabkan
gangguan tidur. Jika nyeri berkepanjangan dapat menyebabkan depresi.
retensi cairan dan penurunan produksi urine. Hormon katekolamin dan kortisol menyebabkan berkurangnya kalium,
magnesium dan elektrolit lainnya.7
Penilaian Nyeri
Skala Analog Visual (VAS)
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
4-6 :Nyeri sedang Secara obyektif mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat Secara obyektif terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
Pemeriksaan vital sign sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hubungannya dengan
intensitas nyeri karena nyeri menyebabkan stimulus simpatik seperti takikardia, hiperventilasi
dan hipertensi.
Pemeriksaan Glasgow come scale rutin dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada proses
patologi di intracranial.
Pemeriksaan khusus neurologi seperti adanya gangguan sensorik sangat penting dilakukan dan
yang perlu diperhatikan adalah adanya hipoastesia, hiperastesia, hiperpatia dan alodinia pada
daerah nyeri yang penting menggambarkan kemungkinan nyeri neurogenik
c. Pemeriksaan Psikologis
d. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri akut ini akan mereda dan hilang seiring dengan laju proses
penyembuhan jaringan yang sakit. Semua obat analgetika efektif
untuk menanggulangi nyeri akut.
Diagnosa penyebab nyeri akut harus ditegakkan lebih dahulu.
Bersamaan dengan usaha mengatasi penyebab nyeri akut,
diagnosa penyebab ditegakkan, usaha mengatasi nyeri sejalan
dengan usaha mengatasi penyebabnya. Setelah diagnosis ditetapkan,
perencanaan pengobatan harus disusun
Modalitas Pengobatan Nyeri
Modalitas Fisik
Modalitas kognitif-behavioral
Modalitas Farmakoterapi
Modalitas Fisik
Salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan paling sering digunakan
adalah pemijatan atau penggosokan.
Stimulasi saraf dengan listrik melalui kulit
Akupuntur
Aplikasi panas adalah tindakan sederhana yang telah lama
dikeketahui sebagai metode yang efektif untuk mengurangi nyeri
atau kejang otot.
Modalitas Kognitif-Behavioral
Garis besar strategi terapi farmakologi mengikuti WHO Three-step Analgesic Ladder.
1. Tahap pertama dengan menggunakan abat analgetik nonopiat seperti NSAID atau COX2 spesific
inhibitors.
2. Tahap kedua, dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri. Maka diberikan obat-obat seperti pada tahap 1
ditambah opiat secara intermiten.
3. Tahap ketiga, dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat yang lebih kuat.
Prinsip pengobatan nyeri akut dan berat (nilai Visual
Analogue Scale= VAS 7-10) yaitu pemberian obat yang efek
analgetiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal.
Pada nyeri akut, dokter harus memilih dosis optimum obat
dengan mempertimbangkan kondisi pasien dan severitas
nyeri.
Obat Analgetika Non- Narkotika
Obat ini efektif untuk mengatasi nyeri akut dengan intensitas ringan sampai sedang..
Memiliki potensi analgesik sedang dan merupakan anti-radang.
Efektif untuk bedah mulut dan bedah ortopedi minor. Mengurangi kebutuhan akan opioid
setelah bedah mayor.
Obat-obat AINS memiliki mekanisme kerja yang sama, sehingga hindrai kombinasi dua
obat AINS yang berbeda pada waktu bersamaan.
Golongan OAINS
Acetaminophen Asam Asetil Salsilat
Ketorolac
Ketoprofen Tenoksikam
Piroksikam
Meloksikam
Efek Samping
1. Gangguan sistem saluran cerna: Lambung merasa nyeri, panas, kembung, mual-muntah, konstipasi, diare, dyspepsia, perdarahan
tukak lambung, ulserasi mukosa lambung dan perforasi.
2. Hipersensitivitas kulit, pada gejala ringan: gatal, pruritus, erupsi, urtikaria pada gejala berat: sindroma Steven-Johnson, sindroma
Lyell (jarang)
3. Gangguan fungsi ginjal, terjadi penurunan aliran darah ginjal, penurunan laju filtrasi glomerulus, retensi natrium, hiperkalemia,
peningkatan ureum, kreatinin, prerenal azotemia, nekrosis papil ginjal, nefritis, sindroma nefrotik.
4. Gangguan fungsi hepar, terjadi peningkatan kadar SGOT, SGPT, gamma-globulin, bilirubin, ikterus hepatoseluler.
6. Gangguan kardiovaskular akibat retensi air dapat menyebabkan edema, hipertensi dan gagal jantung.
Tramadol
Fentanil Alfentanil
Sufentanil
Codein Oxycodone
Adjuvant dan Koanalgesik