MIOPIA
Disusun Oleh :
Rendy C Nunuhitu, S. Ked
(1408010012)
Pembimbing :
dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M
dr. Komang Dian Lestari, Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
depan retina, saat mata tidak berakomodasi. Pada kondisi refraktif dimana cahaya
yang sejajar dari suatu obyek yang masuk pada mata akan jatuh di depan
retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa yunani “muopia” yang
memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat
Miopia minimal 0,50 D memiliki prevalensi yang lebih rendah (<5%) dalam
peningkatan miopia pada usia sekolah dan dewasa muda, mencapai 20-25
persen di pertengahan hingga populasi remaja akhir dan 25-35 persen pada dewasa
muda di Amerika Serikat dan negara berkembang. Hal ini dilaporkan lebih tinggi
tahun dan menurun ke level 14 persen pada orang usia 70 tahun. Ulasan dari
literatur yang luas pada miopia mengidentifikasi beberapa faktor yang terkait
tinggi miopia pada wanita dibandingkan pada pria. Prevalensi miopia meningkat
keturunan Cina, Yahudi, dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat
pada perempuan dibanding laki-laki. Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari
kelainan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 MIOPIA
A. DEFINISI
Gambar 1. Miopia
B. KLASIFIKASI1-3
1. Miopia Aksial
2. Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada katarak
intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat.
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi
retina dan kebutaan. Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri
disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
7
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atrofi korioretina.
Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli
sepertimiopik kresen yaitu bercak atrofi koroid yang berbentuk bulan sabit pada
bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi
ini mengelilingi papil yang disebut annular patch. Dijumpai degenerasi dari
retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau
yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasiretinabagian
perifer(degenerasilatis).2,3
Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering
dijumpai, berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai
pigmentasi, garis putih bercabang-cabang dan bintik kuning keputihan.
Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai
ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina.2,3
a. Miopia simpleks
Ini lebih sering daripada tipe lainnya dan dicirikan dengan mata yang
terlalu panjang untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan kornea
8
dan lensa) atau optik yang terlalu kuat dibandingkan dengan panjang
aksialnya.
b. Miopia nokturnal
C. GEJALA KLINIS2,4,5,6
1. Miopia simpleks :
a)Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b)Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf
optik.2.3
9
2. Miopia patologik :
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG2,4,5
E. PENATALAKSANAAN
a. Lensa Kacamata
b. Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan.
Lensa ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea
dan rasa tidak enak pada mata. Lensa kornea keras, yang terbuat dari
polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar berhasil
dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan selanjutnya
antara lain adalah lensa kaku yang permeabel udara., yang terbuat dari asetat
butirat selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik dan silikon; dan lensa
kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastik hidrogel; semuanya memberikan
kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi serius lebih
besar.2-4
Lensa keras dan lensa yang permeabel-udara mengoreksi kesalahan
refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya refraksi
total merupakan daya yang ditimbulkan oleh kelengkungan belakang lensa
(kelengkungan dasar) bersamsa dengan daya lensa sebenarnya yang disebabkan
oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang.
Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak.
Lensa keras dan lensa permeabel-udara mengatasi astigmatisme kornea dengan
12
c. Bedah Keratorefraktif
d. Lensa Intraokular
F. KOMPLIKASI2
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga
terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina
- Ablasi retina
G. PROGNOSIS
Prognosis miopia sederhana adalah sangat baik. Pasien miopia sederhana
yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik.
Prognosis yang didapat sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang
dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan
juling. Juling biasanya esotropia akibat mata berkonvergensi terus-
menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata
telah berkurang atau terdapat ambliopia.1-3
14
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : .Nn NS
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen protestan
Suku : Sabu
Alamat : Tarus
Nomor Rekam Medis : 522724
Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2020
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pusing saat melihat jauh menggunakan kacamata sejak 1 bulan lalu
Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien dan tidak
riwayat penggunaan kacamata pada keluarga pasien.
E. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
F. Riwayat Pengobatan
▪ Pasien belum pernah berobat untuk keluhan pusing saat melihat jauh
sekarang
G. Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai wiraswasta dan tinggal di kawasan rumah padat
penduduk
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6
B. Pemeriksaan Tanda Vital
Nadi : 87 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 O C
16
C. Status Lokalis
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
4. Diagnosis kerja
Miopia berat
5. Terapi
Pemasangan kacamata lensa spheris
Cendo lyteers 4 x 2 tetes
6. Prognosis
OD OS
BAB IV
PEMBAHASAN
Definisi dari miopia adalah kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar
yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan
retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena
sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai
Pada pasien ini ditemukan hasil pemeriksaan visus yaitu pada mata kiri -8,00 D
dan kanan -8,25 D. Sehingga pasien dikategorikan sebagai miopia berat/tinggi.
.
pemeriksaan visus subjektif. Pada pasien ini diperiksa dengan menggunakan snelen
chart dan didapatkan pasien tidak bisa membaca sama sekali tulisan terbesar pada
snele chart sehingga dilanjutkan dengan tes hitung jari pada jarak 6 meter. Pasien
hanya bisa menghitung jumlah jari ketika pasie berada pad jarak 1 meter.
spheris negatif sesuai koreksi refraksi . Hal ini sesuai dengan teori terapi medis
20
pada pasien.
21
BAB V
KESIMPULAN
pusing saat melihay jauh menggunakan kacamata sejak 1 bulan lalu. Keluhan
dirasakan menetap dan tidak diperingan dengan cara apapun. Mata merah (-), berair
(-), gatal (-) nyeri (-). Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil visus mata kiri serta
kanan yaitu 1/60. Pada pemeriksaan oftalmoskopi tidak ditemukan adanya kelainan.
didiagnosis dengan high miopia (miopia berat) dengan rencana terapi koreksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
2. Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1.
Widya Medika, Jakarta.
3. Nana Wijana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-9. Jakarta. Abadi
Tegal.2009 4. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2003:5
5. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu
PenyakitMata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyaki t
Mata FK UGM,2017;185-7
6. ilyas S. Optik dan refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum
dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Balai penerbit Sagung Seto,2002