Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Miopi adalah penyakit mata yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat,
dewasa sudah banyak sekali orang yang mengalaminya. Miopi dapat terjadi karena
bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar
sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak
buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong
dengan menggunakan kacamata negatif (cekung). Tidak tua maupun muda, sekarang
sudah tidak bisa dibedakan lagi semuanya bisa terkena. Oleh karena itu, kita harus
waspada terhaap berbagai ancaman dari luar termasuk gangguan mata yang salah
satunya adalah miopi atau rabun jauh.
Maka kita mulai sekarang harus bisa mengetahui tanda dan gejala dininya,
penyebabnya dan cara pencegahannya sehingga kita tidak terkena penyakit tersebut.
Jikalau memang sudah terkena sebaiknya kita tau cara penatalaksaannya dan cara
mengobatinya agar tidak menjadi lebih parah lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengetahui apa itu miopi (rabun jauh ?
2. Bagaimana tanda dan gejala orang yang mengalami gangguan mata miopi ?
3. Bagaimana mengetahui penyebab terjadinya miopi ?
4. Apa yang harus dilakukan jika sudah terkena gangguan miopi ?
5. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah agar tidak terkena miopi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu miopi (rabun jauh)
2. Mengetahui tanda dan gejala mata miopi
3. Mengetahui penyebab mata miopi
4. Mengetahui apa-apa yang harus dilakukan jika terjadi
5. Mengetahui cara untuk mengatasi dan mencegahnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Miopi (bahasa Yunani: myopia) yang berarti penglihatan-dekat atau


rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktifmata di mana citra yang dihasilkan
berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi
karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu
besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh
tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat
ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).Bentuk-bentuk miopi
adalah sebagai berikut :
1. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan
lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi
akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
2. Miopia aksial,miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri.
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri.
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
4. Miopia sangat berat, diatas 10 dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa.
2. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasio retina dan kebutaan atau sama dengan miopia pernisiosa atau
miopia degeneratif.
Pembagian mipia berdasarkan kelainan jaringan mata:
a. Miopia Simpleks
1) Dimulai pada usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai anak berhenti
tumbuh + 20 tahun.
2) Berat kelainan refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D.
b. Miopia progresif
1) Miopia bertambah secara cepat (-4 Dioptri / tahun).
2) Sering disertai perubahan vitreo-retina.
3) Biasanya terjadi bila miopia lebih dari -6 D.
Menurut tipe (bentuknya) miopia dikenal beberapa bentuk :
1. Miopia Axial, miopia akibat diameter sumbu bola mata (diameter antero-
posterior) > panjang. Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu
bola mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa
normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
2. Miopia Kurvartura, diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea &
kelengkungan lensa. Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh
perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada
lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata norma
3. Miopia Indeks Refraksi, bertambahnya indeks bias media penglihatan.
Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif, bertambahnya indeks bias
media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitus
sehingga pembiasan lebih kuat.
4. Perubahan posisi lensa, pergerakan lensa yang lebih ke anterior. setelah
operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya miopia. Pada miopia
degeneratif atau miopia maligna bila lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada
fundus okuli dan panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum
yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-
kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan
untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak
Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris
retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.

B. Etiologi
1. Genetika (Herediter)
Penelitian genetika menunjukkan bahwa miopia ringan dan sedang
biasanya bersifat poligenik, sedangkan miopia berat bersifat monogenik.
Penelitian pada pasangan kembar monozigot menunjukkan bahwa jika salah
satu dari pasangan kembar ini menderita miopia, terdapat risiko sebesar 74%
pada pasangannya untuk menderita miopia juga dengan perbedaan kekuatan
lensa di bawah 0,5 D.
2. Nutrisi
Nutrisi diduga terlibat pada perkembangan kelainan-kelainan refraksi.
Penelitian di Afrika menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan malnutrisi
yang berat terdapat prevalensi kelainan refraksi (ametropia, astigmatisma,
anisometropia) yang tinggi.
3. Tekanan Intraokuler
Peningkatan tekanan intraokuler atau peningkatan tekanan vena diduga
dapat menyebabkan jaringan sklera teregang. Hal ini ditunjang oleh penelitian
pada monyet, yang mana ekornya digantung sehingga kepalanya terletak di
bawah. Pada monyet-monyet tersebut ternyata timbul miopia.

C. Patofisiologi
Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior,
tetapi memiliki panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea
kemungkinan agak menipis dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior
yang dalam dan terlihat sudut sempit yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke
arah trabekulum. Lensa memiliki kecenderungan untuk mengalami awal sklerosis inti.
Biasanya terdapat defek pada membran zonula dan kemungkinan terdapat sebuah
hambatan selama pembedahan katarak.
Penipisan skleral pada umumnya berhubungan dengan elastisitas skleral atau
penurunan kekakuan okular. Terutama ketika bergabung dengan zonular dehiscence,
ini dapat mengakibatkan cairan vitreus cepat regress dan rapuh ketika mata membuka
terhadap tekanan atmosfer. Kadang-kadang terjadi hipotoni bisa diakibatkan oleh
serosa atau pendarahan koroid selama pembedahan intra okular. Secara anatomi,
sklera tidak hanya tipis tetapi juga bisa menjadikan kondisi abnormal. Mikroskop
elektron yang ditemukan oleh Garzino menunjukkan serat kolagen yang rata-rata
berdiameter kecil dan menunjukkan banyak serat pemisah antar serat.

D. Tanda dan Gejala


Tanda-tanda mata miopi:
Objek dekat bisa terlihat, sedangkan objek jauh terlihat kabur
Mengecilkan mata ketika melihat objek jauh
Tidak dapat melihat papan hitam dengan jelas
Terlalu dekat dengan buku ketika membaca
Gejala Mata Minus Atau Miopi :
Gejalanya adalah kepala nyeri berdenyut terutama bagian depan, bola mata
perih dan berat, terasa seperti mau keluar dan air mata meleleh berlebihan. Keadaan
ini biasanya membaik bila mata diistirahatkan atau dengan minum obat antinyeri.
Tapi sering kali kambuh beberapa waktu kemudian.
Miopia memang bisa menyebabkan sakit kepala. Untuk seorang penderita
miopia, pada saat melihat miopia, pada saat melihat jauh, bayangan jatuh di depan
retina sehingga mengurangi kecembungan lensa. Perubahan kecembungan ini
dinamakan kemampuan akomodasi mata. Mata yang berakomodasi terus-menerus
dalam waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan. Kelelahan mata inilah yang
mencetuskan nyeri kepala dan nyeri pada mata.

E. Komplikasi
1. Ablatio retina terutama pada myopia tinggi
2. Strabismus :
a. esotropia bila myopia cukup tinggi bilateral
b. bexotropia pada myopia dengan anisometropia
3. Ambliopia terutama pada myopia dan anisometropia
F. Penatalaksanaan Medik
1. Kacamata
Meskipun masih sedikit bukti ilmiah untuk menyatakan bahwa
pemakaian kacamata koreksi secara terus menerus progresivitas miopia atau
mempertahankan visus namun dapat mengurangi kelelahan pada mata dan
melatih mata terutama pada anak-anak. Miopi dikoreksi dengan lensa konkaf
atau lensa negatif. Pada kasus dengan miopi tinggi koreksi yang penuh jarang
diberikan. Pengurangan koreksi dilakukan sampai tercapai penglihatan
binokuler yang masih nyaman. Jika sudah terdapat perubahan patologis pada
fundus maka sedikit sekali keuntungan yang didapat pada pemakaian
kacamata.
2. Penggunaan Lensa kontak
Lensa kontak telah menjadi pilihan yang baik untuk miopia tinggi
selama bertahun-tahun karena disamping dapat mengurangi berat dan
ketebalan lensa pada kacamata, juga mengeliminasi kesulitan akibat
pemakaian lensa yang tebal tersebut. Pasien miopia biasanya akan memiliki
mengatasi masalah yang timbul pada pemakaian kacamata. Lensa kontak yang
sering digunakan yaitu lensa kontak yang soft dan lensa kontak gas-
permeabel. Lensa kontak yang soft dapat menimbulkan kenyamanan namun
harus dimonitor pemakaiannya karena dapat menyebabkan terjadinya
hipoksia. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi
yang baik. Lensa gas-permeabel memberikan optik yang penuh dan fisiologi
yang baik.
3. Bedah Refraktif / LASIK (Laser Assisted In-Situ Keratomileusis)
LASIK (Laser Assisted In-situ Keratomileusis) adalah suatu prosedur
untuk mengubah bentuk lapisan kornea mata dengan menggunakan sinar
excimer laser. Prosedur LASIK dapat dilakukan untuk mengoreksi miopia
(rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat) maupun astigmatisme (silinder).
Tindakan ini bertujuan untuk membantu melepaskan diri dari ketergantungan
pada kacamata dan lensa kontak.
LASIK konvensional menggunakan alat mikrokeratom untuk membuka
lapisan permukaan kornea mata. Kemudian dilakukan excimer laser untuk
menghilangkan sebagian lapisan kornea.
Lapisan permukaan kornea yang dibuka (flap), dikembalikan ke posisi
semula. Karena prosedur LASIK hanya dikerjakan pada lapisan dalam kornea
saja (permukaan kornea sama sekali tidak disentuh), maka tidak ada rasa sakit
pasca tindakan. Flap akan secara alami melekat kembali setelah beberapa
menit tanpa perlu dijahit sama sekali.
Alternatif lain untuk pasien miopia adalah penanaman lensa intraokular
yaitu suatu lensa yang ditanam bilik mata depan melalui insisi kecil sedangkan
lensa yang asli masih tetap ada terutama dilakukan untuk mengoreksi miopi
yang berat. Akan tetapi keamanan penggunaan pada beberapa kasus dapat
dilakukan ekstraksi lensa tapi lensa intraokular tidak dipasang. Dengan
mengangkat lensa maka sekitar 15 D dari miopi secara otomatis akan
terkoreksi. Namun harus diingat bahwa teknik ini dapat menimbulkan
komplikasi berupa ablasio retina sehingga jarang digunakan.
ASKEP KEPERAWATAN KLIEN MIOPI
1. Pengkajian
a. Fisik
Pengkajian ketajaman penglihatan
dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
a. Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satu mata
ditutup.
b. Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari baris paling atas
kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan
benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan
uji hitung jari dari jarak 6 meter.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji
dengan arah sinar.
Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan
pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.
Penilaian
Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca
seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca
selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya
dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat
dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat melihat
atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka
dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada
jarak 60 meter.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300
meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti
tajam pengelihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan,
maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar
pada jarak tidak terhingga.
b. Gerakan Mata
1) Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tangan
pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada
satu benda diam sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka.
Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak
gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal,
akan kembali ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser
ke sisi nasal, fenomena sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk
bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di namakan eksoforia;
kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia.
2) Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke lateral ke kedua sisi sepanjang
sumbu horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing
membentuk sumbu 60 derajat dengan sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal
lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang
mel
3) ekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama transisi
dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya
salah satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan
benar. Keadaan ini bias juga terjadi bila salah satu mata gagal bergerak
bersama dengan yang lain.
c. Lapang Pandang
Pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling
berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa
menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa
juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila pasien menutup mata
kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta tetap
melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan
superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari
posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan
nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam
penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi
informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara
mempertahankan arah lirikannya ke depan.
d. Pemeriksaan Fisik Mata
1) Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
2) Buku Mata, posisi dan distribusinya
3) Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
4) Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara
bersama.
5) Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya
seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/gangguan status organ indera
b. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri
pada kepala, kelelahan pada mata)
c. Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
3. Intervensi Keperawatan
a. DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/perubahan status organ indera
1) Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
2) Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta
kepercayaan klien-perawat
3) Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
4) Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan
penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi
sehubungan dengan gangguan penglihatan
b. DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
(nyeri pada kepala, kelelahan pada mata)
1) Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
2) Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan
mengurangi ansietas
3) Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional: Mengurangi ansietas klien
c. DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan
1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
2) Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang
akan dilakukan
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
3) Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan
posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur,
menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan
pada mata.

4. Implementasi
5. Koreksi mata miopi dengan memakai lensa minus atau negatif ukuran teringan
yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata.
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dari mata kanan
lalu mata kiri. Dilakukan setelah tajam penglihatan dilakukan dan diketahui
terdapat kelainan refraksi. Caranya adalah :
1. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari karti snellen
2. satu mata ditutup, dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca dari baris
terkecil yang masih bisa terbaca.
3. pada mata yang terbuka letakkan lensa negatif (-) 0,50 untuk menghilangkan
akomodasi pada saat pemeriksaan.

6. Evaluasi
a. Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
b. Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
c. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/mobile/document/290378530/ASUHAN-KEPERAWATAN-MIOPI
(diakses tanggal 27 November 2017)
http://www.scribd.com/mobile/doc/217951227/Makalah-Miopi (diakses tanggal 27
November 2017)

Anda mungkin juga menyukai