Anda di halaman 1dari 27

JEJARING PEMBANGUNAN KESEHATAN dan

PENGEMBANGAN MEDIA PROMKES


Untuk memenuhi tugas Kebijakan Kesehatan Nasional
Dosen Pengampu : Ns. Nita Theresia, S.Kep., M.Kes.

Disusun Oleh :
KELOMPOK III
Christina PO.62.20.1.16.12
Desi Natalia PO.62.20.1.16.127
Dewi Puspitasari PO.62.20.1.16.131
Erna Wati PO.62.20.1.16.138
Julyanto Putra Atmaja PO.62.20.1.16.1
M. Dillah Rasit PO.62.20.1.16.1
Monika Yayu PO.62.20.1.16.153
Raupini PO.62.20.1.16.1
Syifa Rizky Fitri PO.62.20.1.16.1
Therevina Iaprilia PO.62.20.1.16.1
Yohanes Tedi Sarito PO.62.20.1.16.167
Zulfi Anan Winaldi PO.62.20.1.16.169

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN REGULER III
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan berkatnya sehingga makalah Konsep Dasar Keperawatan DM II
mengenai JEJARING PEMBANGUNAN KESEHATAN dan
PENGEMBANGAN MEDIA PROMKES ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih, terutama
kepada Ibu Ns. Yuyun Christyanni, S.Kep., M.Kep., selaku dosen
koordinator mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan DM II ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah ini, saya juga mengharapkan masukan yang membangun dari
pembaca sekalian untuk dapat menulis makalah ini lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian
terutama bagi mahasiswa keperawatan.

Palangka Raya, 9 September 2019

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

Halaman depan

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Tujuan Penugasan ................................................................................ 2
C. Manfaat Penugasan ............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3

JEJARING PEMBANGUNAN KESEHATAN


A. Definisi ................................................................................................. 3
B. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kesehatan ............................... 4
C. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ......................................... 7
D. Peran Puskesmas Dalam Pembangunan Kesehatan .............................. 8

PENGEMBANGAN MEDIA PROMKES


A. Pengertian Media ................................................................................ 13
B. Tujuan Penggunaan Media ................................................................. 13
C. Jenis Media Promosi Kesehatan ......................................................... 14
D. Kegunaan Media ................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 23

A. Kesimpulan ........................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap
kementerian perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang mengacu
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Dengan
telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019 maka Kementerian Kesehatan
menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Renstra Kementerian Kesehatan
merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-
program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian
Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan.
Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui
pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas- bawah (top-down), dan
bawah-atas (bottom-up).
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya
pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan

1
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan,
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6)
meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan,
optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan,
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan
strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.

B. TUJUAN PENUGASAN
Setelah menyelesaikan tugas ini, perserta didik diharapkan mampu
memahami tentang :
1. Jejaring pembangunan kesehatan
2. Pengembangan media promosi kesehatan

C. MANFAAT PENUGASAN
Peserta didik mampu memprediksikan :
1. Jejaring pembangunan kesehatan
2. Pengembangan media promosi kesehatan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

JEJARING PEMBANGUNAN KESEHATAN

A. DEFINISI

Jejaring merupakan pola hubungan secara fungsional diantara


komponen-komponen yang diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.
(Glosarium kemsos.go.id)
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan,
diperlukan dukungan dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN berperan
besar sebagai acuan dalam penyusunan UU tentang Kesehatan, juga dalam
penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan
pembangunan kesehatan.
Supra Sistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara, SKN
dengan berbagai Subsistem lainnya diarahkan untuk mencapai tujuan
bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Dalam SKN terdapat subsistem upaya kesehatan terdiri dari Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
Penyelenggaraan pelayanan kesehaan di rumah sakit termasuk dalam UKP
Strata kedua dan ketiga yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran spesialistik dan subspesialistik.

3
B. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN

Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada


penguatan upaya kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas
terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan
penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu
Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong
reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang
optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif. Adapun strategi
pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 (duabelas) pokok
strategi berikut:
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak,
Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas.
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas.
6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan
Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan.
7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
10. Menguatkan Manajemen, Penelitian dan Pengembangan, serta Sistem
Informasi Kesehatan.
11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan atau JKN
12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektivitas Pembiayaan
Kesehatan.

4
Dalam mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan
kesehatan sesuai Renstra Tahun 2015-2019, Kementerian Kesehatan telah
menetapkan kebijakan operasional, antara lain sebagai berikut:
1. Pembangunan kesehatan dalam periode 2015-2019 akan difokuskan
pada empat area prioritas, yakni:
a. Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b. Perbaikan Gizi Masyarakat, khususnya untuk Pengendalian
Prevalensi Balita Pendek (Stunting).
c. Pengendalian Penyakit Menular, khususnya Human
Immunodeficiency Virus-Acquired Immunodeficiency
Syndrome (HIV-AIDS), Tuberkulosis (TB), dan Malaria.
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular, khususnya Hipertensi,
Diabetes Mellitus, Obesitas, dan Kanker (khususnya Leher
Rahim dan Payudara) dan Gangguan jiwa.
2. Peningkatan jangkauan sasaran terutama pada keluarga, tanpa
mengabaikan pendekatan-pendekatan lain yang selama ini sudah
berhasil dilaksanakan yaitu menjangkau sasaran berbasis Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat(UKBM), menjangkau sasaran
berbasis UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), menjangkau sasaran
berbasis Upaya Kesehatan Usia Kerja(UKUK), dan untuk sasaran
kelompok usia lanjut dengan pendekatan Posbindu Usila.
3. Prioritas perencanaan dan penganggarandiarahkan pada pemenuhan
kebutuhan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif. Pemenuhan
kebutuhan kegiatan-kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan setelah
kebutuhan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif dipenuhi.
4. Sumber daya manusia (SDM) adalah modal utama dalam
pembangunan nasional. Oleh karena itu, kualitas SDM perlu terus
ditingkatkan sehingga memiliki daya saing tinggi, yang antara lain
ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Kesetaraan Gender
(IKG). Peningkatan tersebut dilaksanakan melalui pengendalian
jumlah penduduk, peningkatan taraf pendidikan, serta peningkatan

5
derajat kesehatan. Untuk itu harus diantisipasi berbagai tantangan
yang ada. Tantangan dalam pembangunan kesehatan dan gizi
masyarakat berupa peningkatan upaya promotif dan preventif,
peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi,
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, peningkatan
pengawasan obat dan makanan, serta peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan. Di samping itu juga penurunan disparitas akses
dan mutu pelayanan kesehatan, pemenuhan sarana dan prasarana, serta
pemenuhan tenaga kesehatan. Secara khusus tantangan utama dalam
lima tahun ke depan adalah berupa peningkatan kepesertaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), penyiapan penyedia pelayanan kesehatan,
dan pengelolaan jaminan kesehatan yang efektif dan efisien.
Kebijakan operasional tersebut diharapkan akan mampu mewujudkan
Keluarga Sehat sebagaimana cita-cita untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, maka
Program Indonesia Sehat akan dilaksanakan melalui Pendekatan
Keluarga. Program kesehatan yang termasuk ke dalam area prioritas
tersebut di atas dilaksanakan secara bertahap di daerah terpilih (lokus
dan fokus) termasuk daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan
(DTPK) dari program Nusantara Sehat.

6
C. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT

Bagian Keempat
Jaringan Pelayanan, Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Sistem
Rujukan

Pasal 40
(1) Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesma
didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
(2) Jaringan pelayanan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.
(3) Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
(4) Puskesmas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi
dalam wilayah kerja Puskesmas.
(5) Puskesmas keliling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan
pelayanan kesehatan yang sifatnya bergerak (mobile), untuk
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan
dalam gedung Puskesmas.
(6) Bidan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bidan
yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam wilayah
kerja Puskesmas.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan jaringan pelayanan
Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (4), (5), dan (6)
tercantum dalam Lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

7
Pasal 41
(1) Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dapat
melaksanakan rujukan.
(2) Rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
sistem rujukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

D. PERAN PUSKESMAS DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas bertanggung
jawab atas satu wilayah administrasi pemerintahan, yakni kecamatan atau
bagian dari kecamatan. Di setiap kecamatan harus terdapat minimal satu
Puskesmas. Untuk membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas,
faktor wilayah, kondisi geografis, dan kepadatan/jumlah penduduk
merupakan dasar pertimbangan. Penyelenggaraan Puskesmas terdapat 6
(enam) prinsip berikut yang harus ditaati:
1. Prinsip Paradigma Sehat
Berdasarkan prinsip paradigma sehat, Puskesmas wajib mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya
mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Paradigma adalah cara pandang
orang terhadap diri dan lingkungannya, yang akan memengaruhinya
dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku
(psikomotorik). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi,

8
konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas
di sebuah komunitas. Dengan demikian, Paradigma Sehat dapat
didefinisikan sebagai cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik
yang mengutamakan upaya menjaga dan memelihara kesehatan, tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Dengan Paradigma Sehat maka orang-orang yang sehat akan
diupayakan agar tetap sehat dengan menerapkan pendekatan yang
holistik. Selama ini cara pandang, asumsi, konsep, nilai, dan praktik
yang berlaku tampaknya masih menitikberatkan pada penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan – Paradigma Sakit. Apalagi dengan
dilaksanakannya JKN yang saat ini masih lebih memperhatikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan bagi perorangan.
Oleh sebab itu, dalam kurun waktu lima tahun ke depan harus
dilakukan perubahan, agar Paradigma Sehat benar-benar diterapkan
dalam membangun kesehatan masyarakat, termasuk dalam
pelaksanaan JKN. Perubahan yang dimaksud mencakup perubahan
pada penentu kebijakan (lintas sektor), tenaga kesehatan, institusi
kesehatan, dan masyarakat sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel . Perubahan Paradigma ke arah Paradigma Sehat


No. Kelompok Perubahan Yang Dampak Dari Perubahan
Sasaran Diharapkan
1. Penentu Pemangku 1. Menjadikan kesehatan
kebijakan kepentingan sebagai arus utama
(lintas memperhatikan pembangunan
sektor) dampak kesehatan 2. Meningkatkan peran
dari kebijakan yang lintas sektor dalam
diambil baik di pembangunan kesehatan
hulu maupun di hilir

9
2. Tenaga Tenaga kesehatan di 1. Promotif dan preventif
kesehatan setiap lini pelayanan merupakan aspek utama
kesehatan mengupa- dalam setiap upaya
yakan agar: kesehatan
1. Orang sehat tetap 2. Meningkatnya
sehat dan tidak kemampuan tenaga
menjadi sakit kesehatan dalam
2. Orang sakit promotif & preventif
menjadi sehat
3. Orang sakit tidak
menjadi lebih sakit
3. Institusi Setiap institusi 1. Peningkatan mutu
kesehatan kesehatan pelayanan kesehatan
menerapkan standar 2. Pelayanan kesehatan
mutu dan tarif dalam berkompetisi lebih
pelayanan kepada “fair” dalam hal mutu
masyarakat. dan tarif di dalam
memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat
4. Masyarakat Masyarakat merasa 1. Terlaksananya PHBS di
bahwa kesehatan keluarga dan
adalah harta berharga masyarakat
yang harus 2. Masyarakat aktif seba-
diupayakan dan dijaga gai kader, sehingga
terlaksana kegiatan
pemberdayaan masyarakat
melalui UKBM

2. Prinsip Pertanggungjawaban Wilayah.


Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban wilayah, Puskesmas
menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan pada

10
hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Penanggung jawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
Puskesmas bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan kemampuannya. Puskesmas sebagai penanggung jawab
wilayah bertugas untuk melaksanakan pembangunan kesehatan guna
mewujudkan Kecamatan Sehat, yaitu masyarakat yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi
kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat.
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu secara adil
dan merata.
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat.
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu maupun
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3. Prinsip Kemandirian Masyarakat.
Berdasarkan prinsip kemandirian masyarakat, Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, dan
kelompok/masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu,
keluarga, dan kelompok/masyarakat agar dapat mengidentifikasi
masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki, serta merencanakan
dan melakukan pemecahan masalah tersebut dengan memanfaatkan
potensi yang ada.
Pemberdayaan mencakup pemberdayaan perorangan, keluarga, dan
kelompok/masyarakat. Pemberdayaan perorangan merupakan upaya
memfasilitasi proses pemecahan masalah guna meningkatkan peran,

11
fungsi, dan kemampuan perorangan dalam membuat keputusan untuk
memelihara kesehatannya. Pemberdayaan keluarga merupakan upaya
memfasilitasi proses pemecahan masalah guna meningkatkan peran,
fungsi, dan kemampuan keluarga dalam membuat keputusan untuk
memelihara kesehatan keluarga tersebut. Pemberdayaan
kelompok/masyarakat merupakan upaya memfasilitasi proses
pemecahan masalah guna meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan kelompok/masyarakat dalam membuat keputusan untuk
memelihara kesehatan kelompok/masyarakat tersebut.
Pemberdayaan dilaksanakan dengan berbasis pada tata nilai
perorangan, keluarga, dan kelompok/masyarakat sesuai dengan
kebutuhan, potensi, dan sosial budaya setempat. Pemberdayaan
dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, serta kepedulian
dan peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.
4. Prinsip Pemerataan
Berdasarkan prinsip pemerataan, Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status
sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan. Puskesmas harus
dapat membina jejaring/kerjasama dengan fasilitas kesehatan tingkat
pertama lainnya seperti klinik, dokter layanan primer (DLP), dan lain-
lain yang ada di wilayah kerjanya.
5. Prinsip Teknologi Tepat Guna
Berdasarkan prinsip teknologi tepat guna, Puskesmas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan, dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Prinsip Keterpaduan dan Kesinambungan
Berdasarkan prinsip keterpaduan dan kesinambungan, Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan

12
UKP lintas program dan sektor serta melaksanakan sistem rujukan
yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

PENGEMBANGAN MEDIA PROMKES

A. PENGERTIAN MEDIA

Media dalam promosi kesehatan adalah sebuah wadah/alat bantu/ saluran/


yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan
memben'kan pengetahuan kesehatan pada sasaran.
Media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk
menyampaikan pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource)
kepada penerimanya (receiver). Media merupakan alat bantu yang efektif
untuk menyampaikan pesan kepada sasarannya karena media lebih
mengutamakan pesan-pesan visual sehingga produk atau jasa yang ditawarkan
lebih nyata dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi sasarannya.
Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menyampaikan
pesan atau informasi oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan agar
komunikan meningkat pengetahuannya, sikap dan perilaku tentang hidup
bersih dan sehat.

B. TUJUAN PENGGUNAAN MEDIA, YAITU:


1. Mempermudah pengertian.
2. Informasi lebih mudah diingat.
3. Memperjelas informasi, fakta, prosedur dll.
4. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
5. Membangkitkan minat dan perhatian.
6. Menghidari kesalahan persepsi.
7. Menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat oleh mata. Merangsang
sasaran komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
8. Menyampaikan pesan kepada orang banyak dalam waktu singkat.

13
9. Meningkatkan pengetahuan, membangun kesadaran dan keyakinan serta
kemampuan melakukan pesan yang disampaikan.
10. Memperlancar proses komunikasi.

C. JENIS MEDIA PROMOSI KESEHATAN


Pembagian jenis promosi kesehatan yaitu berdasarkan:
1. Strategi Promosi Kesehatan
a) Media advokasi: fact sheet, leaflet, bahan presentasi, dll.
b) Media binas-suasana: siaran radio, siaran televise, koran, majalah,
selebaran, buku, bulletin, papan pengunguman, dll.
c) Media gerakan pemberdayaan: brosur, spanduk, poster, spot radio/tv,
model, film, dll.
2. Bentuk media
a) Media grafis atau media cetak: poster, leaflet, stiker, banner dll
b) Media audio: spot radio, kusi, dialog interaktif yang melibatkan
pendengar radio, dll
c) Media audio visual: televise, sinetron, film, variety show, dll.
d) Media melalui internet: sms, website, dll.

D. KEGUNAAN MEDIA
1. Media untuk meningkatkan citra atau image (komunikasi massa/ above the
line): sinetron, film, filler/spot televisi, dialog/talk show di media TV,
radio spot, media tradisional, iklan koran. artikel, billboard, spanduk, slide
bioskop, umbul-umbul, dll
2. Media untuk mendukung pertemuan kelompok : lembar balik, flim
instruksional, poster intruksional, dll
3. Media untuk mendukung komunikasi interpersonal dan konseling: lembar
balik, leaflet, model, dll
4. Media untuk meningkatkan pengetahuan: foster, leaflet, spanduk,
selembaran, buku, majalah, koran, buletin, dll.
5. Media untuk meningkatkan kesadaran: film, ular tangga, kartu jodoh,
contoh produk, dll.

14
6. Media meningkatkan ketrampilan: model, phantoom, alat peraga
demontrasi, dll.
Proses Pengembangan Media Promosi Kesehatan

Proses pengembangan media promosi kesehatan dilakukan dengan metode


komunikasi “Proses P".

Metode “Proses P" adalah suatu metode yang diperkenalkan oleh Universitas
Johns Hopkins bersama-sama PATH (Program for Appropriate Technology in
Health) saat melaksanakan proyek PCS (Population Communication Services).
“P" dapat diartikan sebagai population atau penduduk. Disebut dengan “Proses P”
karena tahap-tahap kegiatan yang ada di dalamnya membentuk huruf “P" yang
dapat bemlang kembali atau berkesinambungan.

Tahap-tahap kegiatan pengembangan media dengan metode “Proses P" adalah:


1. Analisis masalah kesehatan dan sasaran
a. Analisis masalah kesehatan, bertujuan untuk:

15
1) Menemukan dan kenali masalah kesehatan yang ada, kemudian
tentukan satu masalah prioritas yang akan diintervensi.
2) Menemukan dan kenali penyebab masalah yang meliputi penyebab
masalah yang bukan perilaku dan yang perilaku
3) Menemukan dan kenali sifat masalah yang meliputi beratnya masalah,
luasnya masalah, epidemiologi masalah serta perkembangan masalah.
4) Menemukan dan kenali faktor-faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya masalah, misalnya: kebijakan, politik, sosial budaya, dll.
5) Menemukan dan kenali kelompok sasaran yang terkena masalah,
meliputi demografi, sosial-ekonomi dan faktor~faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat seperti umur, pendidikan, budaya,
adat istiadat, pendapatan, serta pengembangan sikap dan perilaku yang
berhubungan dengan masalah kesehatan.
b. Analisis masalah kesehatan meliputi:
1) Analisa masalah kesehatan yang berkaitan dengan perilaku
a) Perilaku ideal (ideal berhavior) ialah tindakan yang bisa diamati
yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau
masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan
masalah. Perilaku ideal ini dapat diidentifikasi dari epidemiologi
masalah dan kebijaksanaan yang sedang dianalisa. Identifikasi
hendaknya dilakukan bersama dengan program-program terkait
dan ahli yang terkait pula.
Contoh: perilaku ideal berkaitan dengan pencegahan penyakit
malaria.
- Membuang air limbah di saluran pembuangan air limbah agar
tidak menyebabkan genangan air yang menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk.
- Memasang kasa kawat di rumah untuk mencegah nyamuk
masuk rumah
- Memakai obat anti nyamuk Memakai kelambu kalau tidur,
terutama malam hari

16
- Memasukkan pakaian ke tempatnya (yang tertutup) agar tidak
bergantung di dinding.
- Minum obat pencegahan malaria sesuai aturannya.
b) Perilaku yang sekarang (current behaviour) ialah perilaku yang
dilaksanakan saat ini. lni dapat diidentifikasi dengan
observasi/pengamatan di lapangan kaitkan dengan epidemiologi
masalah yang sedang dianalisa dan juga kaitkan dengan perilaku
ideal (sama atau bertentangan?). Perilaku yang sama maupun
bertentangan ini nanti perlu dianalisa untuk mengetahui mengapa
mereka berperilaku seperti itu saat ini.
c) Perilaku yang diharapkan (expected/feasible behaviour ) Perilaku
ini diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran. Karena itu disebut
juga target perilaku yang akan dituju oleh program penyuluhan
kesehatan.
d) Hambatan melakukan perilaku layak atau ideal, misalnya: Tidak
ada waktu, tidak mempunyai sarana. tidak mempunyai dana,
pengalaman, perasaan, perilaku yang dianjurkan sulit, dll .
2) Analisis masalah kesehatan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
melatar belakangi perilaku sekarang, misalnya adanya stigma, rumor,
dll
3) Analisis masalah kesehatan yang berkaitan dengan tahap adopsi
perilaku, meliputi:
a) Pengetahuan (knowledge)
b) Kesadaran (awareness)
c) Mempertimbangkan (contemplation)
d) Niat (intention)
e) Tindakan (action)
f) Mempertahankan (maintenance)
g) Meneruskan kepada orang lain (advocacy)
4) Analisis perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kebijakan dan
sumberdaya:

17
a) Kebijakan publik berwawasan kesehatan, meliputi peraturan dan
program pengendalian penyakit, dukungan sarana kesehatan dan
promosi kesehatan.
b) Mitra potensial, meliputi lintas program dan lintas sektor termasuk
organisasi masyarakat, organisasi agama, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) serta swasta/dunia usaha yang mampu mendukung
program promosi kesehatan.
c) Sarana komunikasi yang tersedia, termasuk saluran komunikasi,
media tradisional, media komunikasi lainnya yang ada atau disukai
oleh sasaran.
c. Analisis target sasaran
Hasil analisis masalah kesehatan digunakan sebagai bahan untuk
menetapkan sasaran media promosi kesehatan. Adapun penetapan
segmentasi sasaran, meliputi:
1) Sasaran primer adalah sasaran yang terkena masalah kesehatan.
Penetapan sasaran primer dapat dilakukan berdasarkan sasaran
program, misalnya: ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang punya anak
balita, suami, remaja, pasangan usia subur, dll. Selain itu dapat juga
dikelompokan berdasarkan: umur, jenis kelamin, pekerjaan, tatanan,
status sosial ekonomi, geografis, dll.
2) Sasaran sekunder adalah sasaran yang mempunyai potensi
melakukan intervensi promosi kesehatan kepada sasaran primer,
diantaranya adalah tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
organisasi profesi, kader, TP.PKK, media komunikasi massa, dll
Penetapan sasaran sekunder diutamakan pada individu atau
kelompok yang mempunyai hubungan terdekat dan pengaruh terkuat
dengan sasaran primer.
3) Sasaran tersier adalah individu atau kelompok yang mempunyai
kewenangan untuk memberikan dukungan kebijakan maupun
sumberdaya kegiatan prom05i kesehatan, misalnya: RT, RW, Kepala
Desa. Lurah, Bupati, Walikota, DPRD, DPR, Pejabat Lintas Sektor,

18
Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan. Pimpinan Organisasi Profesi,
Ketua Umum TP-PKK, Penyandang dana, Pengusaha, dll

2. Rancangan pengembangan media


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menggunakan hasil analisis
masalah dan sasaran tersebut untu merancang pengembangan media. Ada
beberapa jenis kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
a. Menentukan tujuan. Dalam penetapan tujuan harus dibuat SMART
yaitu: specific, measurable (terukur), achievable (dapat dicapai),
relevant, dan time-based (tenggat waktu).
b. ldentifikasi segmentasi sasaran. Pengelompokan sasaran/segmentasi
dllakukan berdasarkan demografi, geografi, budaya, psikologis atau
karakteristikkarakteristik lainnya yang spesifik. Selain itu,
pengelompokan sasaran juga dapat dilakukan sesuai dengan tujuan
komunikasi, misalnya: masyarakat umum, organisasai
kemasyarakatan, petugas lintas sektor, penentu kebijakan, dll.
Pengelompokkan sasaran ini sangat penting karena sangat
mempengaruhi jenis media yang akan dipilih atau dikembangkan.
c. Mengembangkan pesan-pesan Pesan yang dikembangkan harus sesuai
dengan tujuan, karakten'stik sasaran serta media yang telah dipilih.
Penyusunan pesan tentunya harus memenuhi kaidah penyusunan pesan
yang telah dibahas pada sub pokok bahasan sebelumnya.
d. Mengembangkan media yang akan digunakan. Dalam
mengernbangkan media tentunya disesuaikan dengan metode dan
teknik promosi kesehatan yang akan dilakukan. Selain itu, juga perlu
dipertimbangkan pemilihan jenis media yang akan digunakan, apakah
menggunakan media interpersonal atau media massa. Namun dalam
penyampaian suatu pesan sebaiknya media yang digunakan bermacam-
macam dan dikoordinasikan dengan baik.
e. Selain itu perlu diperhatikan juga jangka waktu dan dampak
penggunaan media tersebut.

19
f. Kemampuan interpersonal. Dalam mengembangkan media tentunya
harus disesuaikan dengan kemampuan seseorang atau kelompok yang
menggunakan media tersebut, maupun kemampuan sasaran untuk
mengakses media itu.
g. Rencana kegiatan Rencana kegiatan promosi kesehatan melalui
berbagai jenis media harus dirancang dengan benar dan tepat. Agar
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Pengembangan media
harus disesuaikan dengan rencana kegiatan penyuluhan atau promosi
kesehatan yang akan dilaksanakan.
h. Perencanaan anggaran. Dalam mengembangkan media tentunya harus
disertai dengan perencanaan anggaran yang dibutuhkan. Perencanaan
anggaran pengembangan media meliputi: kegiatan kajian dalam
pengembangan pesan, pengembangan desain kreatif, ujicoba,
penyempurnaan media, percetakan atau pengadaan media, distribusi
media, pelatihan petugas lapangan, logistik, biaya perjalanan untuk
evaluasi dan lain-lain.
i. Pengorganisasian. Pengorganisasian meliputi pembagian tugas dan
tanggung jawab setiap pihak yang terlibat dalam pengembangan
media.

3. Pengembangan pesan, uji coba dan produksi media


Pada tahap-tahap sebelumnya telah dirumuskan pesan yang akan
dituangkan dalam media komunikasi. Agar pesan tersebut dipahami oleh
masyarakat maka harus dilakukan uji coba atau retesting. Maten' ujicoba
meliputi pesannya, gambar, tokoh yang ada dalam media tersebut, warna,
tata letak gambar dan tulisan, ilustrasi atau simbol-simbol yang ada dalam
media, dll.
Sasaran ujicoba adalah sasaran yang penyuluhan atau promosi kesehatan
tersebut. Kegiatan uji coba media ini sangat penting, karena hasil uji coba
tersebut akan dijadikan sebagai bahan untuk merevisi material atau
menyempurnakan media sebelum media tersebut diproduksi.
Langkah-langkah melakukan ujicoba media meliputi:

20
a. Membuat rencana ujicoba, meliputi tujuan, sasaran, metodologi,
petugas pelaksana dan dana.
b. Membuat intrumen ujicoba.
c. Melakukan standarisasi petugas pelaksana ujicoba
d. Melaksanakan kegiatan ujicoba
e. Melakukan analisa hasil ujicoba
f. Merumuskan rekomendasi hasil ujicoba
Hasil ujicoba media dipergunakan untuk menyempurnakan rancangan
media. Setelah disempurnakan barulah media tersebut diproduksi dan
didistribusi.
Salah satu tolok ukur uji coba media:
a. Attraction (menarik perhatian)
b. Comptehension (mudah dimengerti)
c. Acceptability (mudah diterima, tidak bertentangan dengan norma)
d. Personal involment (tertuju pada kelompok tertentu)
e. Persuasion (mampu mempengaruhi)

4. Pelaksanaan dan pemantauan


Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan
atau promosi kesehatan dengan menggunakan media tersebut.
Kemudian, memantau pendistribusian media apakah sudah sampai ke
sasaran, apakah jumlahnya memadai, apakah mudah digunakan atau
diakses oleh sasaran. Melalui pemantauan juga dapat diperoleh informasi
tentang hambatan dan permasalahan yang ada ditapangan.
5. Evaluasi dan Rancang Ulang
Tahap evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
hasit/out‘put dan dampak kegiatan promosi kesehatan dengan
menggunakan media yang telah didistribusikan. Evaluasi media meliputi
pengukuran pengetahuan, sikap atau kepedulian, peran serta, kemampuan
berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai pesan yang disampaikan dan
dukungan sasaran terhadap promosi kesehatan.

21
Melalui evaluasi juga diperoleh informasi tentang pesan yang disukai atau
tidak serta tingkat keterpaparan sasaran terhadap media promosi kesehatan
yang telah didistribusikan.
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan adalah:
a. Membuat rencana evaluasi, meliputi tujuan, sasaran, metodologi.
petugas pelaksana dan dana.
b. Membuat intrumen evaluasi.
c. Melakukan standan'sasi petugas pelaksana evaluasi
d. Melaksanakan kegiatan evaluasi
e. Melakukan analisa hasil evaluasi
f. Merumuskan rekomendasi hasil evaluasi
g. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan untuk melakukan kegiatan
rancang ulang media promosi kesehatan yang lebih sesuai lagi.

22
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah.
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu
memben'kan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat penen’maan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk
mengubah pen'laku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Artinya tidak ada media atau saluran yang terbaik, yang ada adalah
bagaimana fleksibih'tas seorang fasilitator/penyuluhan kesehatan untuk
memanfaatkan sarana dan upaya yang terbaik untuk kondisi saat itu.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan bak dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih meningkatkan dalam penulisan makalah yang
selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

depkes.go.id/resources/download/peraturan/Naskah%20Akademik%20RUU%20
Rumah%20Sakit.pdf (diakses pada Senin, 9 September 2019 pukul 7.52
WIB)
depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-No-75-Th-2014-ttg-
Puskesmas.pdf (diakses pada Senin, 9 September 2019 pukul 7.59 WIB)
persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk402018.pdf (diakses pada Senin, 9
September 2019 pukul 8.00 WIB)
Bambang Priyadi dan Rhiyo.2017.pengembangan pesan dan media promkes
slideshare.net/Upi_raharjo/materi-pengembangan-pesan-dan-media-
promkes-bambang-riadi diunduh pada tanggal 08/09/2019 pukul 19.20

24

Anda mungkin juga menyukai