Anda di halaman 1dari 51

Sekolah S1 dan S2 serta Pelatihan

Entomolog

 S1
FKM Undip

 S2
FKH IPB
FK UGM

 BPSDM Pusat
Tubel
Jafung
MONITORING DAN EVALUASI
PENGENDALIAN VEKTOR
(RESISTENSI VEKTOR TERHADAP
INSEKTISIDA)
YAHIDDIN SELIAN
SUBDIT VEKTOR dan BPP
Latar belakang

1. Insektisida telah lama digunakan untuk


pengendalian vektor nyamuk dan hama.

2. Resistensi terhadap berbagai insektisida telah


terdokumentasi, seperti resistensi terhadap
organochlorine (DDT), organophosphate,
carbamate, pyrethroid

04/23/202 3
0
INSEKTISDA ?
Insektisida berasal dari kata insect, yang
berarti serangga dan cide artinya
membunuh. Secara harfiah insektisida
diartikan sebagai bahan kimia yang
digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan serangga hama. Insektisida
adalah semua bahan atau campuran bahan
yang digunakan untuk mencegah, merusak,
menolak atau mengurangi serangga hama.
GOLONGAN INSEKTISIDA
Anopheles
KESEHATAN
1. Carbamat : ( bendiocarb, propoksur )
2. Organoklorin : DDT

3. Piretroid : ( metoflutrin, transflutrin, d-


fenotrin, etofenproks ,lamda-sihalotrin,
sipermetrin, permetrin, deltametrin,dll)
Kelambu

4. Organofosfat ( malation, fenitrotion,


temefos, metil-pirimifos)
CARA KERJA INSEKTISIDA DI
TUBUH SERANGGA
 Mempengaruhi sistem saraf, menghambat produksi energi,
mempengaruhi sistem endokrin, menghambat produksi kutikula, dan
menghambat keseimbangan air

• CARA MASUKNYA ;
Melalui kutikula (racun kontak), alat
pencernaan (racun perut), atau lubang
pernafasan (racun pernafasan
munculnya resistensi

resistensi timbul sebagai akibat adanya


PAJANAN insektisida terhadap POPULASI
vektor, kondisi ini dapat menyebabkan
populasi serangga (vektor) gagal dikendalikan
dengan insektisida
kegagalan memutus penularan saat KLB
 Perlu dipantau agar upaya PV tetap terjamin
keberhasilannya
Resistensi

1. Definisi: Penurunan kepekaan (sensitifitas) populasi nyamuk


terhadap insektisida pada level atau dosis yang
direkomendasikan oleh masing-masing insektisida

2. Resistensi insektisida merupakan suatu kenaikan proporsi


individu serangga dalam populasi yang secara genetik memiliki
kemampuan untuk tetap hidup meski terpapar satu atau lebih
senyawa insektisida.

3. Perubahan genetik serangga dalam merespon insektisida dapat


diturunkan.

4. Proses biokimia spesifik diatur secara alamiah oleh genetik


04/23/202 8
0
serangga.
RESISTENSI / KERENTANAN

 Resistensi serangga terhadap insektisida diartikan sebagai kemampuan


populasi serangga bertahan hidup terhadap pengaruh insektisida yang
biasanya mematikan (Hoedojo dan Zulhasril, 2008). Serangga dikatakan
telah kebal (resisten) terhadap jenis insektisida bila dengan menggunakan
dosis yang biasa, serangga tidak dapat dibunuh (Soedarto, 1992).

?
JENIS RESISTENSI

 Resistensi Tunggal: serangga resisten terhadap satu jenis insektisida.


 Resistensi ganda: serangga resisten terhadap lebih dari satu insektisida.
 Resistensi silang/Cross resistance: Perkembangan resistensi pada populasi
serangga akibat tekanan seleksi insektisida lain dengan mekanisme
sama/target site sama, tetapi bukan dari satu kelompok insektisida
Waktu Untuk Menjadi Resisten

1. Organophosphates – 14 tahun
2. Organochlorines (DDT) – 7 tahun
3. Carbamates – 5 tahun
4. Pyrethroids – 4 tahun
5. Senyawa baru?

11
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMNYEBABKAN
TERJADINYA RESISTENSI

OPERASIONAL

GENETIK

BIOLOGI
METODE PENGUJIAN
RESISTENSI

- SUSEPBELITY - ENZIM MUTASI GEN

BioKImia

BIOMOLEKULER
Bio Assay

TEST ESTERASE
- BOTOL CDC - ENZIM
MONOKSIGENASE
KONSENTRASI
DOSIS
TUJUAN UJI KERENTANAN

1. Untuk mengetahui data kerentanan vektor


2. Untuk mengetahui perubahan tingkat kerentanan
vektor
3. Sebagai Dasar perencanaan penggunaan insektisida
BIOASSAY (WHO) NYAMUK DEWASA
ALAT DAN BAHAN

1. Nyamuk
2. Kertas Risella oil (kontrol)
3. Impregneted Paper
4. Kertas putih biasa
5. tabung percobaan dg tanda merah
6. tabung penyimpan nyamuk
6. cincin yg berwarna tembaga & cincin
berwarna perak
7. Aspirator
LANJUTAN

8. Sling hygrometer
9. Termometer maksimum/minimum
10. Kotak penyimpan tabung percobaan
11. Pengukur waktu
12. Handuk kecil
13. Larutan air gula & kapas
14. Kapas
Pelaksanaan Uji kerentanan

 Menyiap tabung holding/istirahat nyamuk 5-6 buah


(1-2 kontrol dan 4 perlakukan)
 Menyiapkan tabung perlakuan (4 buah) dan tabung
kontrol (1-2 buah), tanda merah tabung perlakuan
insektisida dan tanda hijau tabung kontrol.
 Nyamuk dimasukan ke dalam tabung bertanda
hijau
 Masing-masing tabung di isi 20-25 nyamuk.
LANJUTAN

 Nyamuk dibiarkan beristirahat selama 1 jam di dalam tabung istirahat,


nyamuk yang lemah atau mati diganti dengan yang sehat.
 Memasukan nyamuk ke dalam tabung perlakuan dan kontrol, dengan cara
meniupnya.
 Kontak nyamuk dengan insektisida dan kertas kontrol selama 30-60 menit,
kemudian
 dipindahkan kembali ke tabung istirahat diberikan air gula
 Catat suhu dan kelembapan
 Lakukan pencatatan kematian 1 jam pertama dan 24 jam
uji hayati untuk
kerentanan nyamuk
Susceptibility test
CDC Bottle Bioassay: Apparatus dan praktek
MONITORING INSECTICIDE RESISTANCE

WHO susceptibility test CDC bottle bioassay

24
KETENTUAN HASIL UJI

Lebih besar/sama dengan 98%


kematian, maka disimpulkan bahwa
nyamuk masih rentan terhadap
insektisida tersebut dan masih bisa
digunakan untuk pengendalian
vektor pada spesies tersebut.
Kematian nyamuk 90% - < 98%,
dinyatakan terduga resisten.
Dibawah 90% kematian dinyatakan
resisten
UJI KERENTANAN
LARVA
Larvasida

 Bahan kimia atau biologi yang dipergunakan untuk


membunuh atau menghambat pertumbuhan larva/jentik

Temefos
BTI
IGR
Bahan Aktif Larvasida

 malathion 781.25mg/1, 156.25mg/1, 31.25mg/1, 6.25mgl/1

 temephos 156.25mg/1, 31.25mg/1, 6.25mg/1, 1.25mg/1

 bromophos 31.25mg/1, 6.25ag/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1


 fenitrothion 31.25mg/l, 6.25mg/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1
 fenthion 31.25mg/1, 6.25mg/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1
 chlorpyrifos 6.25mg/1, 1.25mg/1, 0.25mg/1, 0.05mg/1
 Volume : 50 ml/Botol
Sumber :USM
Alat dan Bahan Uji

 Jentik Nyamuk
 Temefos cair
 Alkohol
 Air
 Pipit
 Cawan
 Gelas ukur
 Alat pengukur waktu
 Alat pengukur suhu dan kelembapan
Prosedur Kerja

 Temefos konsentrasi 156,25 mg/l


 Pipet 1 ml dan ditambahkan air 249 ml untuk
mendapatkan konsentrasi 0,625 mg/l.

X1 : X2 = N1 : N2

 4 Cawan diberi label perlakuaan dan 1 cawan diberi


label kontrol
 Cawan perlakuan diisi air dengan volume 242 ml,
ditambahkan 8 ml larutan temefos dengan konsentrasi
0,625mg/l dan dihomogenkan
 Konsentrasi temefos didapatkan0,02 mg/l .
 Cawan kontrol diisi air dengan volume 242 ml ditambah
8 ml alkohol 2%
 Setiap cawan dimasukkan 25 ekor larva
 Pengamatan dilakukan dengan mencatat jumlah larva
yang mati setelah 24 jam.
KETENTUAN UJI

 Kematian nyamuk pada kelompok kontrol dengan persentase 3-10%, maka


kematian dikoreksi dengan formula rumus ABBOT’S
% kematian nyamuk uji - % kematian nyamuk kontrol
ABBOT´S = ___________________________________________ X 100
100 - % kematian nyamuk kontrol
LANJUTAN

 Jika kematian nyamuk pembanding (kontrol) lebih besar dari 20% maka
pengujian tersebut dinyatakan gagal, hasil yang diperoleh tidak dapat
dipakai dan harus diulang kembali (WHO, 2013).
UJI Biokimia
UJI BIOMOLEKULER
Resisten OP & K Resisten Piretroid
( Ace 1 & Ace 2) VGSC

Ekstrasi DNA nyamuk


Sampel nyamuk Sampel nyamuk

Pasangan Primer Ace I Pasangan Primer


Amplikasi Gen VGSC & VGSC
Primer Siklus I Ace 1
Ach - F dan Ach R 2-1 Primer Siklus I
Sasaran ± 500 bp Ag F – Kdr dan
An - Kdr - R 2
Primer Siklus II
Ach - F dan Ach R 2 Primer Siklus II
Sasaran ± 301 bp Elektroforesis Ag F – Kdr dan
AgR - Kdr
Target 250 bp

Positif (+) pita

Sequencing

Gambar 4 . Skema Kerja Penelitian/Uji Resistensi Secara Molekuler


Mega 6.0
Gen VGSC Mutasi S989P dan V1016G

P. Tanjung Priok1 GGCGAGT GGA T CGA A TCCA T GT GGGA T T GT


P. Tanjung Priok2 . . . . . . . . . . . . . . . C. . . . . . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC MUTASI . . . . . . . . . . . . . . . C. . . . . . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC Normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

P. Tanjung Priok1 A T GCT T GT GGGT GA CGT GT CCT GT A T T CCG


P. Tanjung Priok2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC MUTASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC Normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

P. Tanjung Priok1 T T CT T T T T GGCCA CCGT A GT GA T A GGA A A T


P. Tanjung Priok2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC MUTASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC Normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

P. Tanjung Priok1 CT A GT A GGA


P. Tanjung Priok2 . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC MUTASI . . . . . . . . .
Gen Bank VGSC Normal . . . . . . . T.
Mutasi Heterozygote

Mutasi Heterozygote

Hasil Visualisasi Protein Acetylcholinesterase (AchE) dan


Elecrophenogram Sampel 46C-AchE dari sequencing An.
aconitus Dari Kabupaten Pacitan Menunjukkan Mutasi
Heterozygote ditandai dengan 2 puncak.
L10 14F/1014L

Heterozygote form

Hasil Visualisasi Protein Voltage Gated Sodium Chanel


(VGSC) dan Elecrophenogram sequencing Anopheles aconitus
Sampel Nyamuk 15 a Dari Kabupaten Pacitan Menunjukkan
Mutasi Heterozygote
UJI EFIKASI KELAMBU
DAN IRS
UJI EFIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA
ALAT DAN BAHAN
 Nyamuk
 Alat pengukur suhu dan kelembapan
 Cone/corong
 Timer/pengukur waktu
 Kelambu berinsektisida dan kelambu tdk berinsektisida
 Gula
 Kapas
 Kain kasa
 Karet gelang
 Paper cup
 Aspirator
Persyaratan Nyamuk Uji
Efikasi
 Nyamuk (sampel uji) dari spesies yang sama
 Nyamuk hasil reiring larva/telur dan penangapan nyamuk dewasa
 Nyamuk umur relatif sama (nyamuk : 2-5 hari)
 Bentina untuk nyamuk.
 Nyamuk susceptible
 Nyamuk berasal lokasi yang sama
 Nyamuk kenyang darah atau vitamin/gula.
 Suhu dan kelembaban relatif stabil
PROSEDUR UJI

 Melakukan koleksi nyamuk Anopheles spp.


yang dalam keadaan sehat.
 Kelambu di potong setiap sisi (5 sisi setiap
sisi 3 bagian) ukuran 40 cm x 40 cm,
 Satu sisi bagian atas untuk mengukur
kandungan insektsida
 Setiap potongan kelambu ditempelkan
cone
 Untuk kontrol diperlukan 2 cone,
 kontak selama 3 (tiga) menit, dipindahkan ke dalam gelas kertas dan
dipelihara selama 24 jam dan diberikan air gula.
 Pengamatan /pencatatan terhadap nyamuk yang mati selama 1 jam dan
24 jam
 Catat suhu dan kelembaban udara.
 Dilakukan wawancara dengan Pemilik kelambu untuk
mengetahui/menggali informasi
PROSEDUR UJI EFIKASI IRS

 Melakukan koleksi nyamuk Anopheles spp. dalam


keadaan sehat.
 Menempelkan kerucut di dinding yang telah di
semporkan insektisida jumlah 5-10 kerucut sesuai
kebutuhan.
 Setiap kerucut dimasukkan 10-15 ekor nyamuk.
• Kontrol mengunakan 2 kerucut dan ditempelkan
pada dinding yang tidak dilakukan
penyemperotan/IRS.
• Lama kontak 30-60 menit, kemudian nyamuk
dipindahkan ke dalam gelas kertas dan
dipelihara selama 24 jam dan diberikan air gula.
• Pengamatan /pencatatan terhadap nyamuk yang
mati selama 1 jam dan 24 jam.
• Selama pengamatan, dicatat suhu dan
kelembaban
ALUR UJI KERENTANAN ANOPHELES
SPP dan BIOMOLEKULER
KETENTUAN HASIL UJI

 Pengamatan kejatuhan nyamuk dihitung pada menit 1, 5, 10, 20, 30, 1 jam
dan 24 jam.
 Setelah pengamatan 24 jam, persen kematian nyamuk uji menunjukkan
sebagai berikut :
- kematian ≥ 80% : efektif
- kematian < 80% : tidak efektif
TERIMA KASIH

WASSALAM

KALAU ADA KEMAUAN


PASTI ADA JALAN

Anda mungkin juga menyukai