Anda di halaman 1dari 87

KLASTER 4

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Disampaikan Pada Orientasi Fasilitator ILP


Jakarta, 10 April 2023
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular
dan KLB
Tujuan Pembelajaran Umum
a. Bagi orientasi fasilitator: Setelah mengikuti orientasi ini,
peserta dapat menjadi fasilitator dalam materi Klaster
Penanggulangan Penyakit Menular
b. Tujuan Pembelajaran Umum bagi orientasi tenaga
kesehatan: Setelah mengikuti orientasi ini, peserta dapat
TUJUAN memahami dan menjelaskan terkait Klaster
Penanggulangan Penyakit Menular
PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat memahami dan
menjelaskan:
a. Penanggulangan Penyakit Menular
b. Pengawasan Kualitas Lingkungan

3
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular
dan KLB
Penanggulangan Penyakit Menular

Tujuan: Upaya:
❑ Melindungi masyarakat dari penularan
penyakit
❑ Menurunkan angka kesakitan, kecacatan Ketiga upaya tersebut dalam pelaksanaannya
dan kematian akibat penyakit menular; diintegrasikan dengan kegiatan klaster siklus
dan hidup (klaster 2 dan 3)
❑ Mengurangi dampak sosial, budaya, dan
ekonomi akibat penyakit menular pada ❑ Pencegahan, untuk memutus mata rantai
individu, keluarga, dan masyarakat.
penularan, perlindungan spesifik,
pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
Strategi : masyarakat dan upaya lain sesuai dengan
Strategi penanggulangan penyakit menular ancaman penyakit menula
dilakukan melalui kegiatan: ❑ Kewaspadaan Dini, merupakan
1. promosi kesehatan; kewaspadaan terhadap penyakit menular
2. surveilans kesehatan; serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. pengendalian faktor risiko;
❑ Respon, dilakukan melalui kegiatan
4. penemuan kasus;
5. penanganan kasus; penyelidikan epidemiologi, tatalaksana kasus,
6. pemberian kekebalan (imunisasi) menerapkan status karantina, mengambil
7. pemberian obat pencegahan secara dan mengirim sampel, mencari informasi,
massal. laporan
Penyakit menular Potensial KLB tidak mengenal batas
#1 administrasi; Mobilisasi manusia, hewan, barang, sangat
cepat menyebabkan transmisi penyakit antar wilayah
semakin cepat.
KERENTANAN
INDONESIA
35 BANDARA dengan akses
langsung ke LN (Asia, Australia,
Eropa)

135 PELABUHAN LAUT dengan


akses langsung ke LN (Asia,
Australia, Eropa, Afrika dan
Amerika)

10 Perlintasan Lintas Darat Batas


Negara (PLBDN) dengan Papua
Nugini, Timor Leste, Malaysia.

PERAIRAN TERBUKA – JALUR LINTAS NEGARA


PINTU MASUK
NEGARA
#3
#2
Perubahan Iklim
dapat berdampak
meningkatnya
penyakit infeksi dan
menimbulkan
dampak terhadap
kesehatan manusia
#3
Interaksi/ kontak antara
manusia dan hewan
yang semakin dekat dan
intens berpotensi
menimbulkan penyakit
zoonosis semakin besar
Trend KLB di Indonesia, Tahun 2018-2022

Grafik Distribusi KLB, 2018-2022 Peta KLB Tahun 2022

334
304
285

110

41

2018 2019 2020 2021 2022


Kasus
1. Kholera 10. Avian Influenza
2. Pes H5N1 11.Antraks
3. DBD 12.Leptospirosis
PENYAKIT POTENSIAL KLB (PMK 4. Campak 13.Hepatitis
1501/2010) 5. Polio 14.Influenza A (H1N1)
6. Difteri 15.Meningitis
7. Pertusis 16.Yellow Fever
8. Rabies 17.Chikungunya
9. Malaria

Dan ditambah penyakit lainnya


yang ditetapkan oleh Menteri
PENGELOMPOKAN PENYAKIT
MENULAR
Public Health Emergency of
Penyakit Berpotensi KLB/Wabah (SKDR)
International Concern
1. Diare Akut Penyakit Dapat Dicegah (PHEIC);KKM
2. Malaria Konfirmasi dengan Imunisasi (PD3I) 1. H1N1
NEW-EMERGING DISEASES Pandemi (1990) 2.
3. Tersangka Demam Dengue
1. Hanta Virus 1. Difteri Polio (2014)
4. Pneumonia
2. Ebola Virus 2. Pertusis 3. Ebola (2014)
3. Lassa 5. Diare Berdarah atau Disentri
3. Tetanus/Tetanus 4. Zika (2016)
4. Marburg Virus 6. Tersangka Demam Tifoid
Neonatorum 5. (2002), dua MersCov
(2020)-covid-19
5. Monkeypox 7. Sindrom Jaundice Akut (potensi)🡪 satu
6.
4. Polio
6. Nipah Virus 8. Tersangka Chikungunya Yell
5. Campak Rubela
7. West Nile Fever 9. Tersangka Flu Burung ow Fever
6. Demam Tifoid
8. Yellow Fever 10. Tersangka Campak 7. Kolera
9. MERS CoV 11. Tersangka Difteri 8. Yellow Fever
10. Legionella 12. Tersangka Pertusis 9. Influensa PENYAKIT KARANTINA
11. SARS 13. AFP 10. Meningitis 1. Pes
12. Crimean Kongo Virus 14. Kasus Gigitam Hewan Penular 11. Tuberculosis (TBC) 2. Kolera
13. SARS Rabies 12. Hepatitis A dan E 3. Demam Kuning
15. Tersangka Antraks 13. Penyakit akibat 4. Cacar
16. Tersangka Leptospirosis Pneumokokus 5. Typhus Bercak Wabahi
Neglected Tropical Diseases 17. Tersangka Kolera 14. Penyakit akibat Rotavirus 6. Louse Borne Relapsing
(NTD’s) 18. Klaster Penyakit Yang Tidak 15. Penyakit akibat HPV Fever
Lazim
1. Chikungunya 19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
2. Kusta 20. Tersangka Tetanus
3. Rabies Neonatorum
4. Schitosimiasis
21. Tersangka Tetanus
5. Filariasis
22. ILI
6. Frambusia
7. Leptospirosis 23. Tersangka Hand Foot Mouth
Disease (HFMD)
24. Tersangka COVID-19
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penyakit Menular
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular
dan KLB
ALUR KERJA KLASTER
4
Puskesmas*) PWS:
(rujukan dan Analisa Beban Penyakit meliputi morbiditas
pelaporan) dan cakupan pelayanan

Klaster 4
Penanggulangan Penularan Penyakit
Ya Verifikasi/ Penyelidikan
Ya Epidemiologi
Keterangan: Sinyal KLB
Penyakit Berpotensi KLB (< 24 jam)
*) Investigasi/pelacakan kontak
serumah dan kontak erat oleh Tidak Tidak
Penyakit Menular
kader didampingi oleh nakes
(Penyakit dengan target Eliminasi/ Surveilans Respon KLB
**) Penemuan kasus aktif, Investigasi/pelacakan Eradikasi atau penyakit menular rutin (pengendalian faktor
kontak, pengawasan minum obat, pelacakan lainnya) risiko/lingkungan/ vektor)
kasus mangkir/putus berobat, pemantauan
faktor risiko, edukasi penyakit,

Tindak Lanjut Puskesmas


Target Eradikasi: Bersama Posyandu Prima
2016: Tetanus Neonatorum (Indonesia sudah Koordinasi Laporan
- Investigasi/Pelacakan Kontak*) Lintas Sektor Berjenjang
eliminasi tahun 2016) - Penemuan kasus aktif
2026 (global) : Polio (Indonesia sudah bebas - Pemantauan minum obat (obat rutin maupun terapi pencegahan)
polio/tidak ada virus polio liar endemik tahun 2014) - Pengambilan dan pengiriman sampel untuk penegakan diagnosis
2030: Frambusia dan pemantauan kemajuan pengobatan

Target Eliminasi:
Campak, Rubella (eliminasi 2023)
2024: Kusta (global : 2030) Perlu Pemantauan
2025: Schistosomiasis Lanjutan
Tidak
2030: TBC, HIV, Sifilis, Malaria, Hepatitis B, Rabies,
Ya
Filariasis
2040: Hepatitis C Kegiatan Kunjungan Rumah
(Nakes/Kader) **)
Siklus Pengendalian
KLB
Reguler

• Epidemiologi
• Lab. Mikrobiologi
(apabila
Kejadi
an diperlukan)

PE/
I Resp Investigasi
on
Dini Penanggula
C ngan

• Tatalaksanakasus
S • Disposal
• ORI atauVaksinasi
terbatas
• Biosecurity
dan
Darurat Biokontain
ment
• Pembatasanmobilita
Pelayanan Klaster 4 untuk Penanggulangan Penularan
Penyakit
Sasaran
Delivery Unit

Masalah Layanan Kesehatan


Kesehatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu Kunjungan Rumah
(Kecamatan) (Desa / Kelurahan) (Dusun / RT/RW) (Rumah / Masyarakat)

Penularan Penemuan kasus Penemuan kasus aktif dan pasif Penemuan kasus aktif dan Penemuan kasus aktif
penyakit pasif
MENULAR
Survey kontak Survey kontak Survey kontak Survey kontak
- Manusia (investigasi/pelacakan (investigasi/pelacakan kontak) (investigasi/pelacakan (pelacakan kontak)
ke kontak) kontak)
manusia
- Melalui vektor Verifikasi/Penyelidikan Verifikasi/Penyelidikan epidemiologi Verifikasi/Penyelidikan
(nyamuk) epidemiologi epidemiologi
- Melalui hewan
Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB:
• Pengendalian faktor • Pengendalian faktor risiko/ • Pengendalian faktor • Pemantauan dan • Pemantauan dan
risiko/ lingkungan/ lingkungan/ vektor dan binatang risiko/ lingkungan/ vektor pengendalian faktor pengendalian faktor
vektor dan pembawa penyakit dan binatang pembawa risiko/ lingkungan/ risiko/ lingkungan/
binatang pembawa penyakit vektor dan vektor dan
• Pengambilan specimen untuk
penyakit • Pengambilan specimen binatang pembawa binatang pembawa
• Pemeriksaan pemeriksaan laboratorium untuk untuk pemeriksaan penyakit penyakit
laboratorium respon KLB dan surveilans laboratorium untuk
untuk • Pengiriman specimen ke lab dikirim ke puskesmas
rujukan
respon KLB dan
surveilans
Pemberian Pengobatan Pemberian Pengobatan Pembagian obat, Pengawasan minum
masal/Profilaksis massal/Profilaksis pengawasan minum obat, obat, pemantauan efek
pemantauan samping pengobatan
kemajuan/efek samping dan pelacakan kasus
pengobatan mangkir/putus berobat

Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit menular Edukasi Edukasi
penyakit penyakit
menular menular
TUBERKULOSIS (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis

GEJALA PENEMUAN KASUS & PENEGAKKAN DIAGNOSIS


• Gejala utama TBC paru adalah batuk. • Strategi penemuan kasus TBC yaitu secara aktif-masif dan pasif-
• Gejala tambahan TBC dapat berupa intensif
• BB turun tanpa penyebab/BB tidak naik/nafsu makan turun • Penegakkan diagnosis TBC diutamakan dengan pemeriksaan
• demam yang tidak diketahui penyebabnya bakteriologis yaitu menggunakan Alat TCM (Tes Cepat
• badan lemas/lesu Molekular) sesuai dengan SE Dirjen P2P No. 936 Tahun 2021
• berkeringat malam hari tanpa kegiatan
• sesak napas tanpa nyeri dada
• ada pembesaran getah bening di leher atau di ketiak

PENGOBATAN
PENULARAN
• Pengobatan TBC dilaksanakan sesuai dengan standar yang
Penularan TBC terjadi melalui udara. Sumber penularan adalah percikan telah ditetapkan
dahak pasien yang dahaknya mengandung kuman TBC. • Prinsip pengobatan TBC adalah tepat waktu, tepat dosis, tepat
cara
PENCEGAHAN
• Penyuluhan dan edukasi mengenai TBC
• Pelaksanaan KIE untuk berperilaku hidup bersih dan sehat untuk
intervnensi perubahan perilaku masyarakat
• TBC bisa menyerang semua orang tanpa terkecuali, baik dewasa
• Etika batuk
ataupun anak-anak, laki-laki ataupun perempuan.
• Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir
• TBC dapat disembuhkan apabila pasien patuh mengonsumsi obat
• Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada kontak
sesuai dengan ketentuan
serumah semua usia, ODHIV, dan faktor risiko lain
• Peningkatan kualitas rumah pasien, perumahan, dan permukiman
• Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan ruang publik
Alur Pelayanan Tuberkulosis
Alur Pelayanan Tuberkulosis
MALARIA

• Malaria adalah penyakit infeksi yang • Parasit yang hidup dalam darah manusia sesuai
disebabkan oleh parasit malaria jenisnya dapat bertahan di dalam hati
(Plasmodium sp) • Keberadaan parasit malaria di dalam tubuh
• Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk manusia hanya dapat diketahui melalui
Anopheles betina yang mengandung pemeriksaan darah malaria
plasmodium malaria
• Plasmodium hidup dan berkembang biak
dalam sel darah manusia
• Lima jenis plasmodium penyebab malaria • Malaria harus segera diketahui dan di obati untuk
pada manusia : mencegah penularan infeksi
1. P. vivax • Obat yang diberikan dapat membunuh parasit dan
2. P. falciparum menghambat perkembangbiakannya
3. P. malariae • Penyakit malaria dapat menyerang semua orang
4. P. ovale baik laki-laki ataupun perempuan, pada semua
5. P. knowlesi golongan umur, dari bayi, anak-anak sampai
orang dewasa apapun jenis pekerjaannya
Alur Pelayanan Malaria
Alur Pelayanan Malaria sesuai standar Alur Penemuan Kasus Malaria

Melakukan anamnesis Pasien datang dengan gejala klinis demam dalam 7 hari terakhir.
(dapat disertai nyeri kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan
pegal-pegal)

Melakukan pemeriksaan Fisik seperti ukur TTV (Suhu, TD, Nadi, Pernafasan),
Konjungtiva anemi, kaku kuduk (pada malaria cerebral), bibir sianosis
Periksa Darah Malaria
dengan mikroskop
dan/atau RDT
Mempersiapkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang (mengambil
apusan darah tebal dan tipis)

Hasil Positif Hasil Negatif


Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan slide darah dengan menggunakan
mikroskop)

Ulang pemeriksaan
Menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Fisik, pemeriksaan Malaria darah Malaria setiap
Cari Etiologi Demam
penunjang yang lain
24 jam selama 72 jam

Memberikan terapi penatalaksanaan dan memantau pengobatan pasien


Hasil Positif
Terapi sesuai
Etiologi

Memberikan konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga pasien

Malaria
HIV

HIV adalah virus penyebab


menurunnya kekebalan tubuh • Virus HIV di dalam darah akan menghancurkan
seseorang CD4 (yang berfungsi kekebalan tubuh) dengan
cara virus bereplikasi.
HIV ditularkan melalui: • Untuk mengetahui seseorang telah terinfeksi HIV
❑ darah dan cairan tubuh dengan pemeriksaan darah HIV dengan Rapid
❑ aktivitas berisiko (Hubungan seks Test Diagnostik (R1-R2-R3)
berisiko
❑ penggunaan narkoba suntik
yang menggunakan suntik
berbagi, dan dari ibu hamil HIV
positif kepada bayinya)

• Infeksi HIV sampai sekarang belum ada obatnya, sehingga harus minum obat seumur hidup.
• Jika telah terdiagnosa HIV harus segera minum ARV, walau tanpa gejala dan masih stadium
awal
Alur Pelayanan HIV sesuai standar
Pasien dirawat jalan dan rawat inap di
fasyankes
Kelompok orang/pasien yang dites HIV:

• LSI, waria, WPS/PPS dan


pelanggan, pensun, WBP
• Ibu hamil
• Pasien TBC
• Pasien IMS atau dengan keluhan
IMS
• Pasien hepatitis B dan C
• Pasien dengan gejala penurunan
kekebalan tubuh (gejala IO)
• Pasangan ODHIV
• Anak dari Ibu HIV positif
• Di daerah epidemi meluas;
semua orang yang daang ke
fasyankes
• Individu lain yang membutuhkan
Menerima verbal consent

Menerima tes Menolak tes

Ke laboratorium Tanda tangan surat penolakan, beri informasi manfaat tes

Semua hasil lab dikembalikan ke nakes pengirim

Positif Inkonklusif Negatif

Jelaskan makna hasil tes, jelaskan secara garis besar,


apa langkah yang akan dilakukan di layanan ARV beserta
semua paket perawatan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok penyakit menular
3. Alur pelayanan klaster pengendalian
penyakit menular
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit
menular dan KLB
Surveilans Berbasis Indikator
Pelaporan SKDR dilakukan sejak dari puskesmas untuk memberikan kewaspadaan
dini penyakit berpotensi wabah Contoh: Kasus COVID-19 pada G20

Laporan Puskesmas Bangli


melalui aplikasi SKDR
tentang kontak erat
Puskesmas
COVID-19 memberikan
Dinkes alert kepada Dinkes
Kab/Kota/Provinsi Kab/Kota/Prov dan
Kemenkes.
SMS/WA

Rumah Sakit
Dilakukan Verifikasi oleh Dinkes

SKDR
Dilakukan PE & pemeriksaan spesimen
oleh Dinkes dan Kemenkes

Laboratorium
Analisis dan interpretasi data menunjukkan
Kemenkes jumlah konfirmasi dari suspect

Respon:
Pengobatan
Isolasi Mandiri
Pencarian kasus tambahan/ kontak erat
Surveilans Berbasis Kejadian (EBS)
Dilaporkan melalui web SKDR, telp/wa/email ke PHEOC, notifikasi dari jejaring surveilans global atau
berasal dari hasil media screening.
Contoh: KLB Difteri di Kab. X

Notifikasi IHR atau dari negara lain


Laporan Dinas
Kesehatan Kabupaten
X melalui web SKDR
tentang kematian 6
orang warga dengan
Rumor di masyarakat / Media penyebab yang belum
dipastikan.
Kontak PHEOC (Public
Health Emergency
Operations Centre)

Pintu Masuk Negara


Kemenkes Kemenkes Dilakukan Verifikasi oleh Dinkes
Telp/WA:
0877-7759-1097
email:
poskoklb@yahoo.com Dilakukan PE & pemeriksaan spesimen oleh
Dinkes dan Kemenkes
Dinkes
Kab/Kota/Provinsi
Hasil PE dan lab menunjukkan difteri

website SKDR Respon:


Fasyankes (untuk yang memiliki akses) Tatalaksana kasus suspect dan kontak erat
Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI)
Surveilans Berbasis Indikator
❖ Pelaporan penyakit potensial wabah dengan
sumber laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit
sebagai unit pelapor
❖ Periode pelaporan mingguan sesuai minggu YANG DILAPORKAN ADALAH “KASUS BARU”
epidemiologi (Minggu – Sabtu)
❖ Data yang dilaporkan : agregate sesuai jumlah kasus
per minggu per penyakit Pasien datang berobat dengan diagnosis
penyakit yang tidak sama dengan diagnosa
Surveilans Berbasis Kejadian penyakit pada kunjungan sebelumnya
ATAU
❖ Pelaporan penyakit potensial wabah dengan Pasien datang berobat dengan diagnosis
sumber laporan dari media, rumor masyarakat,
hasil laboratorium, dll penyakit yang sama dengan kunjungan
❖ Periode pelaporan : setiap saat jika terjadi sebelumnya tetapi sudah pernah sembuh
event/kejadian penyakit berpotensi KLB (penyakit
terlampir)
❖ Data yang dilaporkan : per kejadian
Surveilans Penyakit Berpotensi KLB/Wabah
Penyakit yang dipantau SKDR Daftar Penyakit yang harus
Dasar Hukum: Permenkes nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis dilaporkan segera (< 24 jam)
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbukan Wabah dan
1. Kolera
Upaya Penanggulangan. 2. Tersangka Flu Burung (Pada Unggas/
1. Diare 13. Antraks Manusia)
3. AFP
2. Malaria 14. Leptospirosis 4. DBD
3. Demam Dengue 15. Kolera 5. Meningitis/Encephalitis
6. Tetanus Neonatorum
4. Diare Akut Berdarah 16. Meningistis/Encephalitis
7. Tersangka Antraks
5. Demam Tifoid 17. Influenza Like Illness 8. Gigitan Hewan Penular Rabies
6. Sindrom Jaundice Akut 18. Hepatitis 9. Klaster penyakit tidak lazim
7. Flu burung 19. Pneumonia 10. Tersangka Difteri
8. Chikungunya 20. Tetanus Neonatorum 11. Tersangka Campak
12. Tersangka Pes
9. Campak 21. Gigitan Hewan Penular Rabies
13. Tersangka Leptospirosis
10. Difteri 22. HFMD
14. Malaria (bagi wilayah non endemis)
11. Pertussis 23. Klaster penyakit tidak lazim 15. Hepatitis A
12. AFP/polio 24. COVID-19 16. COVID-19
17. Keracunan Pangan
HMMMM… APA ITU KLB???

30
Pengertian
KLB Keracunan Pangan
KLB Penyakit Menular Suatu kejadian dimana terdapat dua
Timbulnya atau meningkatnya orang atau lebih yang menderita sakit
kejadian kesakitan/kematian yang dengan gejala-gejala yang sama atau
bermakna secara epidemiologis pada hampir sama setelah mengkonsumsi
suatu daerah dalam kurun waktu sesuatu dan berdasarkan analisis
tertentu epidemiologi, makanan tersebut
terbukti sebagai sumber keracunan

Wabah
Penyelidikan Epidemiologi
kejadian berjangkitnya suatu
suatu tindakan atau kegiatan
penyakit menular dalam
penyelidikan atau survey yang
masyarakat yang jumlah
bertujuan untuk mendapatkan
penderitanya meningkat secara
gambaran terhadap masalah
nyata melebihi dari pada keadaan
kesehatan atau penyakit secara lebih
yang lazim pada waktu dan daerah
menyeluruh.
tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
Peningkatan kejadian Peningkatan kejadian
Timbulnya suatu penyakit
kesakitan terus-menerus kesakitan dua kali atau lebih
menular tertentu yang
selama 3 (tiga) kurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya tidak ada atau sebelumnya dalam kurun
waktu dalam jam, hari atau
tidak dikenal pada suatu waktu jam, hari, atau minggu
minggu berturut-turut jenis
daerah menurut jenis penyakitnya.
penyakitnya.

Rata-rata jumlah kejadian Kepala Dinas Kesehatan


Jumlah penderita baru dalam
kesakitan perbulan selama 1 Kabupaten/Kota/Provinsi
periode waktu 1 (satu) bulan
(satu) tahun menunjukkan
menunjukkan kenaikkan dua
kali atau lebih dibandingkan
KRITERIA kenaikkan dua kali atau lebih atau Menteri dapat
dibandingkan dengan rata-
dengan angka rata-rata KLB rata jumlah kejadian
menetapkan daerah dalam
jumlah per bulan dalam keadaan KLB, apabila suatu
kesakitan perbulan pada
tahun sebelumnya.
tahun berkutnya. daerah memenuhi salah
satu kriteria KLB.
Angka kematian kasus suatu Angka proporsi penyakit Terdapat dua orang atau lebih
penyakit (Case Fatality Rate) (Propotional Rate) yang menderita sakit dengan
dalam 1 (satu ) kurun waktu penderita baru pada satu gejala-gejala yang sama atau
tertentu menunjukkan periode menunjukkan hampir sama setelah
kenaikkan 50 % atau lebih mengkonsumsi sesuatu dan
dibandingkan dengan angka kenaikkan dua kali atau berdasarkan analisis
kematian kasus suatu penyakit lebih disbanding satu epidemiologi, makanan tersebut
periode sebelumnya dalam periode sebelumnya dalam terbukti sebagai sumber
kurun waktu yang sama. kurun waktu yang sama. keracunan.
Langkah-Langkah PE
Penerimaan informasi indikasi KLB 01 06 Penemuan kasus

Penetapan KLB 02 07 Analisis epidemiologi deskriptif

Menentukan sumber &


Persiapan turun lapangan 03 08 cara penularan

Verifikasi diagnosis 04 09 Rekomendasi penanggulangan

Penetapan kasus 05 10 Pembuatan Laporan


11
Diseminasi Laporan
1. Tujuan Pembelajaran
2. Pendahuluan
3. Kelompok penyakit menular
4. Alur pelayanan klaster pengendalian
OUTLINE penyakit menular
5. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
6. Kegiatan pengendalian penyakit menular
dan KLB
CONTOH KASUS 1 :
STRATEGI PENGENDALIAN
DIFTERI

Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan

Ambil spesimen dan pemeriksa spesimen di


laboratorium

Tatalaksana kasus dan Kontak erat


( ADS dan profilaksis Pusat dan provinsi)

Edukasi Petugas dan Masyarakat

Pencatatan dan Pelaporan yang berkualitas


KEBIJAKAN SURVEILANS
DIFTERI

1.Satu kasus suspek difteri perlu dilakukan upaya penanggulangan sesegera mungkin
untuk menghentikan penularan
2. Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dan dilaporkan dalam 1 x 24 jam:
• Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk mencegah
kematian (Pemberian ADS) dan penularan (Pemberian Antibiotika) sesuai dengan protokol
pengobatan difteri;
• Mencari kasus tambahan/ Menelusuri kontak erat
• Tatalaksana kontak erat untuk memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis
• Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.
3. Setiap suspek difteri diambil spesimen dan dilakukan pemeriksaan laboratorium kultur
4. Suspek difteri dengan hasil kultur positif dilanjutkan dengan pemeriksaan toksigenisitas
menggunakan ELEK test
5. Edukasi Masyarakat
6.Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal 90%
7. Pencatatan dan pelaporan sesuai SOP
KLB
DIFTERI
• Suatu wilayah kab/kota
dinyatakan KLB Difteri jika
ditemukan satu suspek
Suspek Difteri difteri dengan konfirmasi
seseorang dengan gejala:
✔ faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau laboratorium kultur
kombinasinya; positif
✔ demam atau tanpa demam;
✔adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas, mudah berdarah
apabila dilepas atau dilakukan ATAU
manipulasi.

• Jika ditemukan Suspek


Difteri yang mempunyai
hubungan epidemiologi
dengan kasus kultur
Pengiriman ke WA
WAG Kasus
Difteri di
sertai kronologi

WA
Group: Pengiri
Pasien Permin Koneksi WAG man Berikan
difteri taan ke Kasus ADS ke ke
(klinis) ADS Dinkes Difteri Dinkes pasien
SKEMA TATALAKSANA
DIFTERI
Manajemen Kasus
indeks (Rujuk ke
Deteksi Dini RS)
Kluster
Kasus Ambil spesimen, Pengobatan 2 dan 3
(AB & ADS), dan imunisasi
setelah 1 bln ADS

Penyelidikan Penelusuran Kontak Erat Pengawasan minum obat Membunuh


Epidemiologi Kasus (PMO) thdp ESO dan pencegahan
kuman
Profilaksis dan DO
(Form PE) Imunisasi menghentikan
Identifikasi Faktor Resiko: penularan !!
-Status imunisasi kasus & kontak
Deteksi kasus -Cakupan imunisasi di wilayah
Kluster
tambahan secara terjangkit, berdasarkan laporan
dini di komunitas rutin maupun survei. 4
dan fasilitas -Manajemen cold chain
kesehatan.
Melindungi
Kelompok Rentan 🡪
SEGERA , jenis vaksin sesuai umur
sasaran, minimal satu wilayah
Outbreak memberi kekebalan
kecamatan, sampai usia tertinggi
Response populasi !!
kasus , 3 putaran
Immunization (tergantung kajian epidemiologi)
(ORI)
DIAGRAM: TATA LAKSANA KONTAK SUSPEK
DIFTERI
Suspek difteri

Tatalaksana kontak

Kemoprofilaksis Memberikan
Kekebalan difteri dg
Imunisasi kpd Semua
PMO
kontak
Pengawasan minum obat
• PMO diperlukan untuk
mencegah putus obat
pada: Hari ke 1 : awal minum
• PMO dapat berasal dari obat
petugas kesehatan, kader Hari ke 2 : memastikan 2 hari pertama Bila timbul ESO dan atau
minum obat secara adekuat 🡪 kuman
kesehatan, tokoh gejala & tanda klinis difteri
masyarakat, guru dan
sebaiknya tidak berasal mulai mati
dari keluarga. Hari ke 7 : ketaatan minum sampai selesai
• Pemantauan minimal
dilakukan pada hari 1, 2
dan 7 🡪 pada hari2 tsb Pengawasan terhadap Efek Samping Obat Rujuk ke Fasyankes
minum obat didepan (ESO) dan timbulnya gejala dan tanda
PMO klinis difteri.
MEMBERIKAN EDUKASI KEPADA
MASYARAKAT
1. Jelaskan kepada Masyarakat tanda-tanda dini difteri
2. Rujuk ke Rumah Sakit jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menderita sesuai
gejala difteri
3. Jelaskan cara untuk menghindari penularan dengan :
a. Kurangi kontak penderita dengan orang lain
b.Keluarga yang menunggu penderita agar memakai masker dan selalu mencuci tangan
c. Minum kemoprofilaksis sesuai dosis
4. Jelaskan kenapa keluarga/kontak erat harus minum obat erithromycin sesuai dosis
5. Jelaskan cara minum erithromicin dan efek sampingnya dan harus diminum setelah makan.
6. Tunjuk PMO
7. Minta keluarga agar penderita diimunisasi 3-4 minggu setelah pulang dari RS
CONTOH KASUS 2 :
STRATEGI PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
INVESTIGASI
KONTAK

Investigasi Kontak (IK): kegiatan untuk meningkatkan penemuan kasus


TBC dengan cara mendeteksi secara dini dan sistematis terhadap orang
yang kontak dengan sumber infeksi TBC.
Tujuan IK:
• Menemukan kasus TBC secara dini
• Menemukan TCB Laten Anak <5 Thn dan
TBC Laten Kontak Serumah
• Mencegah penularan TBC
• Memutus rantai penularan TBC di masyarakat.
Sasaran IK: seluruh kontak dari semua pasien TBC baru/kambuh baik
TBC Sensitif Obat maupun TBC Resistan Obat dan TBC anak di
lingkungan rumah tangga atau tempat-tempat lain
ALUR INVESTIGASI
KONTAK (klaster
4)
Pengendalian penularan penyakit
TUBERKULOSIS
Sasaran Delivery Unit
Masalah Layanan Kesehatan Puskesmas Posyandu Prima Kegiatan Posyandu Kunjungan Rumah
Kesehata (Kecamatan) (Desa / Kelurahan) (Dusun / RT/RW) (Rumah / Masyarakat)
n
Penularan Penemuan kasus aktif Penemuan Indek Kasus Penemuan Indek Kasus
penyakit
Kontak Investigasi Kontak Investigasi Kontak Investigasi
MENULA
R
- Manusia ke
manusia

Diagnosis Penemuan suspek Penemuan suspek


Pengambilan sampel Pengambilan dan
untuk penegakan pengiriman sampel untuk
diagnosis dan penegakan diagnosis dan
pemantauan kemajuan pemantauan kemajuan
pengobatan pengobatan

Pengobatan Pemberian OAT Pemberian OAT Pemantauan minum Pengawasan minum obat,
obat (OAT dan TPT) pelacakan kasus
Pemberian TPT Pemberian TPT
Pelacakan kasus mangkir/putus
Pemantauan minum obat Pemantauan minum
mangkir Pemantauan
(OAT maupun TPT) obat (OAT dan TPT) berobat, pemantauan
FR lainnya
FR lainnya
Pelacakan kasus mangkir

Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit Edukasi penyakit menular Edukasi Penyakit Menular 32
Edukasi penyakit menular
PENGAWASAN KUALITAS LINGKUNGAN
PADA KLASTER 4

DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Disampaikan Pada Orientasi Fasilitator ILP


Jakarta, 10-14 April 2023
Outline

1. Overview penyehatan lingkungan


2. Pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
3. STBM

47
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
Tujuan Pembelajaran Umum: 1. Melakukan pengawasan kualitas
Kesehatan lingkungan.
Peserta mampu memahami dan 2. Memahami salah satu alur pelayanan
melakukan pengawasan kualitas kesehatan klaster 4 penanggulangan
Kesehatan lingkungan internal dan penyakit menular yaitu memahami
eksternal alur pengawasan kualitas
Kesehatan lingkungan
3. Memahami alur STBM
Pencegahan dan pengendalian penyakit melalui pemenuhan
lingkungan yang sehat
Secara global 24% kematian disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah
dengan intervensi/ modifikasi lingkungan

Penyakit / Malaria Tuberculosis Diare Kondisi Neonatus Kurang Kardiovaskuler Kanker


Gangguan Energi Protein
Kesehatan
Proporsi
lingkungan yang 42% 17% 57% 11% 15% 31% 20%
menyebabkan
penyakit

Intervensi 1. Modifikasi 1. Tingkat Meningkatk 1. Mengurangi Meningkatkan 1. Modifikasi Modifikasi


lingkungan lingkungan kepadatan an akses air paparan ibu akses air dan lingkungan lingkungan
utama untuk dan rumah, minum dan terhadap sanitasi aman. untuk rumah dan
mencegah manipulasi penjara dan sanitasi asap rokok Kampanye mengurangi tempat kerja
penyakit lingkungan rumah sakit. yang aman bekas perubahan polusi udara untuk
untuk 2. Perbaikan serta sarana (terutama di perilaku yang mengurangi
mengurangi kualitas dan rumah). higine. bersumber risiko paparan
tempat udara di membiasak 2. Meningkatka dari asap polusi udara
perkembangbi rumah dan an cuci n akses air tembakau dalam ruang
akan vektor. tempat kerja tangan dan sanitasi di bekas, yang
2. Mengurangi (paparan pakai tempat paparan bersumber dari
kontak antara penambang sabun. melahirkan/ timbal. asap tembakau
manusia dan terhadap Fasyankes. 2. Modifikasi bekas, radiasi
vektor silika, debu lingkungan pengion, radiasi
penyakit batubara, pekerjaan UV, bahan
misalnya asap yang kimia.
menyimpan tembakau membuat
air minum di bekas). stres kondisi
tempat yang kerja dan
tepat. pengaturan
Sumber: Preventing disease through healthy environments A global assessment of the burden of disease from environmental risks, shift.
WHO, 2016
Catatan: penyakit yang ditampilkan berdasarkan prioritas transformasi kesehatan
49
Penyehatan lingkungan dilaksanakan untuk memenuhi amanat Undang-Undang
Output yang diharapkan adalah terwujudnya kondisi lingkungan yang sehat

UU No. 36 Tahun
Media
Pasal 162 2009 Lokus
Lingkungan
Upaya kesehatan
lingkungan ditujukan
Kualitas lingkungan
untuk mewujudkan sehat: •Air •Permukiman
kualitas lingkungan 1. Baku Mutu Kesehatan •Udara •Tempat kerja
yang sehat, baik fisik, PP No. 66 Tahun Lingkungan (SBMKL) •Tanah •Tempat rekreasi
kimia, biologi, 2014 2. Persyaratan kesehatan •Pangan •Tempat dan Fasilitas
maupun sosial yang •Sarana dan bangunan Umum
memungkinkan •Vektor dan binatang
setiap orang pembawa penyakit
mencapai derajat
kesehatan yang Peraturan
setinggi-tingginya. Menteri
Kesehatan (PMK)

Pelabuhan Sehat Rumah Sehat


Sertifikat Laik

>80%
Higiene Sanitasi
Terminal Sehat Sekolah Sehat (SLHS):
Rumah Makan/
Restoran Jasa Boga
Komponen pembinaan Wisata Sehat Pasar Sehat Depot Air Minum
Usaha Kesehatan Hotel
Sekolah (UKS) berupa
lingkungan Lapas Sehat Perkantoran Sehat

50
Kegiatan Kesling terkait Upaya Penyehatan, Pengamanan & Pengendalian
Upaya Kegiatan

1 Penyehatan Surveilans
Pengumulan data yang sistematik dan terus menerus dapat melalui Konseling di
Air, udara, tanah, pangan, sarana & Puskesmas maupun pengamatan ke lapangan (Inspeksi Kesehatan Lingkungan).
bangunan

2 Pengamanan Uji Laboratorium


Upaya perlindungan kesehatan Dilakukan sebagai penegasan ukuran parameter kualitas media lingkungan berkenaan
masyarakat (dari unsur yang dengan unsur fisik, biologi dan kimia yang menjadi potensi faktor risiko penyebaran
menimbulkan gangguan kesehatan) penyakit dan atau gangguan kesehatan.

Pengolahan limbah (persyaratan teknis


pengolahan limbah)
Analisis Risiko
Pengawasan limbah (Pengawasan Metode atau pendekatan untuk mengkaji lebih cermat terhadap potensi risiko kesehatan
terhadap pengelolaan limbah) yang berkenaan dengan kualitas media lingkungan.

3 Pengendalian Intervensi
Vektor & binatang pembawa penyakit KIE, Teknologi tepat guna, dan rekayasa lingkungan, serta pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit

51
Terdapat lima kegiatan dalam pengawasan kesehatan lingkungan
Pendekatan intervensi dilakukan secara berjenjang dimulai dari keluarga

Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar


Percepatan & Pembangunan Sarana Sanitasi/Stbm ,
Pengamanan Air Minum, Penilaian Kualitas Air,
Teknologi Tepat Guna Daerah Sulit

Penyehatan Udara Tanah & Kawasan


TFU (Sekolah, Puskesmas, Pasar), Rumah, Kab/Kota
Sehat, Pelabuhan/Bandara Sehat
Keluarga
Penyehatan Pangan
TPP: Kantin Sekolah/Institusi , Sentra Pangan Jajanan,
DAM, Jasaboga, Rm/Rest, Makanan Jajanan
Sehat
Pengamanan Limbah dan Radiasi
Pengawasan Pengelolaan Limbah Fasyankes, Limbah
B3 Dan Logam Berat, Radiasi,
Sumber :
APBN PUSAT, DEKON, APBD, DAK, CSR/SWASTA
Adaptasi Perubahan Iklim dan Kebencanaan
Lingkungan
Masyarakat, WASH serta Fasyankes yang Berketahanan
Iklim, Kedaruratan Lingkungan
Pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas

PENGERTIAN TUJUAN UMUM


Pelayanan kesehatan lingkungan adalah Untuk meningkatkan derajat kesehatan
kegiatan atau serangkaian kegiatan yang masyarakat melalui upaya preventif, promotif,
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, berkesinambungan
maupun sosial guna mencegah penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor risiko lingkungan .

PENYELENGGARAAN TUJUAN KHUSUS


✓ Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan ✓ Menurunkan angka penyakit dan/atau
Pelayanan Kesehatan Lingkungan gangguan Kesehatan
✓ Pelayanan Kesehatan Lingkungan ✓ Meningkatnya pengetahuan, kesadaran,
merupakan bagian dari pelayanan kemampuan, dan perilaku hidup bersih dan
kesehatan paripurna yang diberikan kepada sehat
Pasien ✓ Keterpaduan kegiatan lintas program dan
lintas sektor

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan 53
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan di dalam dan di luar gedung
Hasil kegiatan dilaporkan dan dapat dipantau secara realtime melalui E Monev
No Kegiatan Sasaran Waktu/ Periode Pencatatan & Pelaporan
Dalam Gedung
1. Konseling (Klinik Sanitasi) 1. Pasien penyakit berbasis lingkungan Setiap hari Register manual
2. Klien (warga yang sehat)

2. Pengelolaan limbah Limbah medis Setiap hari E Monev:


medis padat dan cair http://kesling.kesmas.kemkes.go.id/limbahfasya
nkes/
3 Pemantauan Inspeksi Faktor resiko Kesehatan lingkungan Minimal 1 Tahun sekali E satu
kesling di Fasyankes

Luar Gedung
1. Inspeksi Kesehatan Rumah, sumber air, sekolah, dll Setiap hari Register manual
Lingkungan (IKL) tindak (berdasarkan hasil konseling) (kesepakatan waktu
lanjut konseling dengan pasien/ klien)
2. Inspeksi Kesehatan 1. TFU (sekolah, pasar, tempat ibadah, Minimal setahun sekali 1. E Monev: https://e-satu.kemkes.go.id/
Lingkungan (IKL) bioskop, tempat rekreasi, hotel, dll) untuk masing-masing 2. E Monev: https://tpm.kemkes.go.id/kesling-
program rutin 2. TPP (rumah makan/ restoran, jasa lokus web/
boga, depot air minum (DAM),
makanan jajanan)

3. Intervensi 1. Pemberdayaan masyarakat Disesuaikan dengan E Monev


(pemicuan STBM) kebutuhan di masyarakat http://monev.stbm.kemkes.go.id/monev/
2. Teknologi Tepat Guna (TTG)
sanitasi dan air Register manual
3. Kampanye lingkungan sehat
54
4. Investigasi KLB penyakit Lokasi KLB Maksimal 1x24 jam Register manual
Sasaran Pengawasan

Internal →
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Eksternal →
1. Permukiman (KK/Desa/Kelurahan)
2. Tempat dan Fasilitas Umum
a. FasilitasPendidikan
b. Pasar dan Pusat Perbelanjaan
c. Tempat Ibadah
d. Sarana transportasi darat, laut, udara dan kereta api
e. Stasiun dan terminal
f. Pelabuhan, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat Negara
g. Hotel
h. Sarana Olahraga
3. Tempat Pengolahan Pangan (RM,Restoran, Sentra Pangan
Jajanan, Depot Air Minum, Gerai pangan jajanan keliling)

55
Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

R. ADMINIS Ka.
R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT
TRASI PUSKESMAS

RUANG
R. KIA/KB &
STERILISASI
IMUNISASI

KM/WC
R. PENDAFTARAN & REKAM R. RAWAT
RUANG
MEDIK PASCA
KONSELING
PERSALINAN

RUANG
KES.GIMUL KM/WC

PASIEN KLIEN
R. PERIKSA R.
UMUM PERSALINAN

RUANG R. TINDAKAN
FARMASI
PINTU MASUK/KELUAR
PUSKESMAS

Catatan: layout menyesuaikan masing-masing Puskesmas


56
1 Konseling
Tahapan awal pelayanan Kesehatan lingkungan
di Puskesmas
adalah hubungan komunikasi antara Langkah-langkah kegiatan Konseling
Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan 1. Persiapan (P1)
pasien yang bertujuan untuk mengenali a. menyiapkan tempat yang aman, nyaman dan
dan memecahkan masalah kesehatan tenang;
lingkungan yang dihadapi b. menyiapkan daftar pertanyaan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan;
OLEH ? c. menyiapkan media informasi dan alat peraga bila
Tenaga Kesehatan Lingkungan diperlukan seperti poster, lembar balik, leaflet,
maket (rumah sehat, jamban sehat, dan lain-lain)
UNTUK ? serta alat peraga lainnya.
Pasien
2. Pelaksanaan (P2) → menggali data/informasi kepada
Pasien atau keluarganya
BAGAIMANA ?
a. Umum, berupa data individu/keluarga dan data
Terintegrasi dengan pelayanan
lingkungan;
pengobatan dan/atau perawatan
b. Khusus, meliputi:
• identifikasi prilaku/kebiasaan;
MEDIA ? • identifikasi kondisi kualitas kesehatan
Alat peraga, percontohan, media lingkungan;
informasi cetak, media elektronik • dugaan penyebab;
• saran dan rencana tindak lanjut.
KAPAN ?
Setiap hari kerja

57
2 Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)

adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara langsung Pengamatan


terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan Lingkungan, Perilaku,
standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas Konseling, IKL
lingkungan yang sehat

Penemuan Penderita
& Pemetaan Populasi
Berisiko
Koordinasi dengan Koordinasi Lintas
Perangkat Koordinasi dengan Program
Desa/Kelurahan Lintas Sektor Seksi/Bidang Lain di
Kades/Lurah Kecamatan PKM Memberikan Saran
RW/RT, dan Kadus Pustu Tindak Lanjut, Kepada
Bidan Desa Pasien/Klien

Analisis Risiko Kesling


1 2 3

Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil Konseling sesuai dengan
kesepakatan antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan Pasien, yang diupayakan dilakukan paling
lambat 24 (dua puluh empat) jam setelah Konseling
58
Metode IKL (1)

1. Pengamatan Fisik Media Lingkungan

PANGAN VEKTOR & BINATANG PEMBAWA AIR


mengamati kondisi kualitas media PENYAKIT mengamati sarana (jenis dan kondisi)
pangan, yang memenuhi prinsip- mengamati adanya tanda tanda penyediaan air minum dan air untuk
prinsip higiene sanitasi dalam kehidupan vektor dan binatang keperluan higiene sanitasi dan
pengelolaan pangan Pembawa penyakit mengamati kualitas air

TANAH SARANA & BANGUNAN UDARA


mengamati kondisi kualitas tanah mengamati dan memeriksa kondisi mengamati ketersediaan dan
yang berpotensi sebagai media kualitas bangunan dan sarana pada kondisi kebersihan ventilasi dan
penularan penyakit rumah/tempat tinggal Pasien mengukur luas ventilasi permanen

59
Metode IKL (2)

2. Pengukuran Media Lingkungan di Tempat 3. Uji Laboratorium

Pengukuran media lingkungan di ✓ Apabila hasil pengukuran in situ


tempat dilakukan dengan memerlukan penegasan lebih
menggunakan alat in situ untuk lanjut, dilakukan uji laboratorium
mengetahui kualitas media ✓ Uji laboratorium dilaksanakan di
lingkungan yang hasilnya langsung laboratorium yang terakreditasi
diketahui di lapangan. sesuai parameternya

SANITARIAN KIT

1. Thermo hygrometer
2. Anemometer
3. Luxmeter
4. Photometer
5. Pencacah partikel
6. Sound level meter
7. Mikrobiologi sanitarian kit
8. Thermometer makanan
9. TDS
10. PH meter
11. Inkubator
12. Blender tangan
13. Timbangan digital
14. Rapid arsenic test kit 60
Metode IKL (3)

4. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

a) Identifikasi bahaya c) Pengukuran pemajanan


Mengenal dampak buruk kesehatan yang Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya
disebabkan oleh pemajanan suatu bahan pemajanan pada manusia oleh suatu
dan memastikan bahan melalui semua
mutu serta kekuatan bukti yang jalur dan menghasilkan perkiraan
mendukungnya. pemajanan.

b) Evaluasi dosis respon


d) Penetapan Risiko
Melihat daya racun yang terkandung
dalam suatu bahan atau untuk Mengintegrasikan daya racun dan
menjelaskan bagaimana suatu pemajanan kedalam “perkiraan batas
kondisi pemajanan (cara, dosis, atas” risiko kesehatan yang terkandung
frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan dalam suatu bahan.
yang berdampak terhadap
61
Langkah IKL

1. Persiapan :
✓ Mempelajari hasil konseling
✓ Membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan pasien dan
keluarga
✓ Menyiapkan dan membawa berbagai
peralatan dan kelengkapan lapangan
yang diperlukan (form IKL, media
penyuluhan, alat pengukuran)
✓ Melakukan koordinasi dengan perangkat
desa atau kelurahan.

2. Pelaksanaan :
✓ Melakukan pengamatan media
lingkungan dan perilaku masyarakat.
✓ Melakukan pengukuran media lingkungan
di tempat, uji laboratorium dan analisis
resiko sesuai kebutuhan
✓ Melakukan penemuan penderita lainnya.
✓ Melakukan pemetaan populasi beresiko
✓ Memberikan saran dan tindak lanjut
kepada sasaran (keluarga, pasien dan
keluarga sekitar)

62
3 Intervensi Kesehatan Lingkungan

Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan,


pengamanan, dan pengendalian untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial

Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:


1. komunikasi, informasi, dan edukasi, serta
penggerakan/pemberdayaan masyarakat;
2. perbaikan dan pembangunan sarana;
3. pengembangan teknologi tepat guna (TTG);
dan/atau
4. rekayasa lingkungan
SDM

SUMBER
1 Orang Tenaga Kesling

DAYA DANA
APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang sah

SARANA & PRASANA


✓ ruang Konseling
✓ Laboratorium terintegrasi;
✓ peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi
Kesehatan Lingkungan; dan
✓ media komunikasi, informasi, dan edukasi.

Ruang yang digunakan bersama dengan ruangan


promosi kesehatan
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PELAYANAN KINERJA PELAKSANAAN PERTEMUAN
PUSKESMAS DAN PENGAWASAN
KESLING KUALITAS MEDIA
INTEGRASI
INDIKATOR
PUSKESMAS PENILAIAN LINGKUNGAN LINTAS
AKREDITASI DALAM RANGKA PROGRAM
PUSKESMAS PROGRAM
KESEHATAN

PEMANTAUAN D
AN EVALUASI
Pengawasan media lingkungan dilakukan secara internal dan
eksternal
Dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dan peralatan* yang terstandar
Sasaran pengawasan
Internal
lingkungan:
Eksternal
1. kualitas air;
 Otoritas/ penyelenggara pintu masuk  Instansi/ pejabat karantina kesehatan
2. kualitas udara indoor
Pelaksana
dan outdoor
3. tempat pengelolaan
 Observasi  Observasi pangan;
Metode  Pemeriksaan menggunakan alat  Pemeriksaan menggunakan alat 4. kualitas tanah;
laboratorium lapangan (insitu) laboratorium lapangan (insitu) 5. limbah cair;
sederhana (rapid test) sederhana (rapid test) 6. limbah padat;
 Pemeriksaan sampel media lingkungan 7. vektor dan binatang
ke laboratorium
penular/ pembawa
penyakit.
 Minimal 1 bulan sekali atau sesuai risiko (jenis  Minimal setahun 2 kali atau adanya
Waktu media lingkungan) indikasi pencemaran

 Temuan untuk langsung dapat diperbaiki  Rekomendasi perbaikan dan/atau


Daftar formulir IKL dapat didownload dari :
Output intervensi http://kesling.kesmas.kemkes.go.id

Peralatan pengawasan kualitas lingkungan:


alat ukur suhu ruangan; alat ukur suhu air; alat ukur kelembaban ruangan; alat ukur kebisingan; alat
ukur pencahayaan ruangan; alat ukur swapantau kualitas air bersih; alat ukur swapantau kualitas air
limbah; dan alat ukur kepadatan vektor pembawa penyakit.

66
Pengawasan media lingkungan dilakukan berbasis lokus
Hasil pengawasan diinput ke dalam emonev ESATU dan dapat dipantau secara realtime

Lokus Pengawasan Pelaporan

Rekomendasi

tidak

Memenuhi ya Kepala Daerah melalui


Eksternal Syarat Kepala OPD terkait
(MS)

Input di sistem
informasi (ESATU)
TFU

Memenuhi ya Kepala Puskesmas/


Internal Syarat dinas kesehatan/ OPD
(MS) terkait setempat
tidak

Perbaikan

Lokus TFU yang menjadi prioritas 1. Pengawasan Eksternal dilaksanakan oleh tenaga kesehatan Hasil IKL dilaporkan
pengawasan saat ini adalah lingkungan/ sanitarian Puskesmas/ dinas kesehatan melalui dan kepada Kepala OPD
Sekolah/ madrasah (SD/MI, menggunakan Formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL), terkait untuk dapat
SMP/Mts, Pasar, dan dilakukan minimal satu tahun sekali untuk masing-masing lokus. ditindaklanjuti
Puskesmas), untuk TFU lain
dapat dilakukan pengawasan 2. Pengawasan Internal dilaksanakan oleh penyelenggara/
mengacu pada peraturan penanggung jawab TFU secara mandiri menggunakan Buku
daerah masing-masing. Rapor Kesehatan Lingkungan dilakukan minimal satu bulan sekali.

67
PENGAWASAN KUALITAS UDARA
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023

Media Udara Indoor


Metode
No Parameter SBMKL Unit Keterangan Persyaratan Kesehatan Udara dalam Ruang
Pengukuran
A Parameter Fisik Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang harus memenuhi
1 Suhu 18-30 oC Direct reading, Tergantung penggunaan ruang Persyaratan Kesehatan agar tidak menimbulkan gangguan
thermometer. kesehatan dan kenyamanan bagi masyarakat, khususnya orang
2 Pencahayaan Minimal 60 Lux Direct reading, Tergantung penggunaan ruang yang ada dalam ruangan tersebut.
Luxmeter
3 Kelembapan 40 – 60 % Rh Direct reading, Tergantung penggunaan ruang Persyaratan Kesehatan Udara Dalam Ruang sebagai berikut:
Hygrometer.
4 Laju Ventilasi 0,15 – 0,25 m/detik Direct reading,
Anemometer.
Terdapat sirkulasi dan pertukaran udara
Direct reading, Sistem penghawaan/ventilasi harus menjamin terjadinya
5 PM10 70 μg/m3 gravimetri, Dust Durasi 24 jam (batas tertinggi) pergantian udara yang baik di dalam ruangan yaitu dengan
sampler PM10 sistem ventilasi silang dengan luas ventilasi minimal 10-20%
Direct reading, dari luas lantai atau menggunakan ventilasi buatan.
Durasi 24 jam (batas tertinggi)
6 PM2,5 25 μg/m3 gravimetri,
Dust sampler PM2,5
7. Kebisingan :
Terhindar dari paparan asap
Lokus SBMKL Unit Metode Pengukuran Keterangan Media Udara Dalam Ruang harus terhindar dari paparan asap,
7.1 Permukiman 55 antara lain asap rokok, asap dapur, asap dari sumber bergerak
7.2 Tempat Rekreasi 70 (contoh asap kendaraan bermotor), dan asap dari sumber
7.3 Fasilitas Pendidikan 55 lainnya.
7.4 Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
7.5 Pasar dan Pusat Perbelanjaan 65
Tidak berbau tidak sedap
7.6 Pelabuhan Laut 70 Direct reading,
7.7 Stasiun Kereta, Terminal, Bandar Disesuaikan dengan dB(A)
Sound-level meter
Media Udara Dalam Ruang harus terbebas dari bau tidak
Udara ketentuan Menteri sedap, terutama bebas dari H2S dan amoniak.
Perhubungan
7.8 Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) Terbebas dari debu
lainnya kecuali Fasilitas Pelayanan 60 Media Udara Dalam Ruang harus tidak terlihat banyak partikel
Kesehatan
yang beterbangan.
68
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media
Lingkungan Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Indoor
B Parameter Kimia
500 μg/m3 rata-rata 10 menit
− Spektrofoto meter
1 Sulfur dioksida (SO2) 20
μg/m3 − Gas analyzer rata-rata 24 jam
200 μg/m3 − Spektrofoto 1 jam
2 Nitrogen dioksida (NO2) meter
40 μg/m3 1 tahun
− Gas analyzer
Spektrofoto
3 Ozon (O3) 100 μg/m3 rata-rata 8 jam
meter

Parameter Kimia Tambahan


C
Gas analyzer
1 Carbon monoksida (CO) 9 ppm 8 jam
Gas analyzer
2 Carbon dioksida (CO2) 1.000 ppm 8 jam
Atomic absorban
Spektrofotometer/AAS,
3 Timbal (Pb) 1,5 μg/m3 24 jam
Inductively Coupled
Plasma (ICP)
4 Asbes 5 Serat/ml Mikroskop
5 Radon 100 – 300 Bq/ m3 Radon gas detector
6 Formaldehida (CH2O) 0,1 ppm Gas kromatografi 30 menit
Volatile Organic Compound (VOC) Gas kromatografi
7 3 ppm 8 jam
sebagai CH4 Gas detektor
8 Environmental Tobacco Smoke (Nikotin) 1 -10 μg/m3 pajanan seumur hidup
portable mercury
9 Merkuri 1 μg/m3
analyzer
10 Parameter kimia lain

D Parameter Biologi
1 Angka kuman 700 CFU/m3

69
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media
Lingkungan Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Ambien yang Memajan Langsung pada Manusia
No Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Sistem Pengukuran
A. PARAMETER FISIK
1. Suhu 20 – 30 oC Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
2. Kelembapan 40 – 70 %
3.a Debu Partikulat (PM10) 24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu yang memajan langsung pada manusia adalah:
aktif manual kualitas Udara Ambien tidak boleh melebihi batas
Tahunan 40 μg/m3 aktif kontinu
3.b Debu Partikulat (PM2.5) 24 jam 55 μg/m3 aktif kontinu toleransi tubuh manusia.
aktif manual
Tahunan 15 μg/m3 aktif kontinu
4. Kebisingan Batas toleransi merupakan kemampuan fisik
Perumahan dan Permukiman 55 dB(A) manusia untuk menyerap zat pencemar pada udara
Perdagangan dan Jasa 70 dB(A) yang menjadi risiko kesehatan baik berupa fisik,
Perkantoran 65 dB(A) kimia, dan biologi. Batas toleransi terutama
Ruang Terbuka Hijau 50 dB(A)
Industri 70 dB(A)
dipengaruhi oleh durasi keterpajanan, waktu
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 dB(A) pajanan aktivitas yang dilakukan, dan dosis
Tempat Rekreasi 70 dB(A) pajanan.
Stasiun Kereta Api 60 dB(A)
Pelabuhan Laut 70 dB(A)
Rumah Sakit dan sejenisnya 55 dB(A) Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
Sekolah atau sejenisnya 55 dB(A) meliputi: tidak terpajan suhu udara yang melebihi
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 dB(A) batas toleransi, bebas dari kebauan yang berasal
antara lain dari H2S dan amoniak atau dari
B. PARAMETER KIMIA PP 22/2021
1. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 10000 μg/m3 aktif kontinu parameter lain yang dihasilkan dari pembusukan
8 jam 4000 μg/m3 aktif kontinu limbah.
2. Ozon (O3) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
8 jam 100 μg/m3 aktif kontinu Kemudian jika terdapat pajanan asap atau debu,
Tahunan 35 μg/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200 μg/m3 aktif kontinu baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak
aktif manual maka tidak sampai mengganggu pernafasan,
24 jam 65 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 50 μg/m3 aktif kontinu menyebabkan iritasi mata, dan jarak pandang
4. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu normal
aktif manual
24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 45 μg/m3 aktif kontinu
5. Partikel Tersuspensi Total (TSP) 24 jam 230 μg/m3 aktif manual
2 μg/m3
6. Timbal (Pb) 24 jam aktif manual
70
Selain berbasis lokus pengawasan juga dilakukan berbasis media seperti Kualitas Air
Dilakukan pada: sumber, reservoir, pipa distribusi dan rumah tangga

Pengawasan Internal Pengawasan Eksternal


1. Melaksanakan pemeriksaan berkala setiap bulan 1. Pengawasan eksternal dilakukan dengan dua cara:
terhadap kondisi fisik sarana produksi untuk memastikan a. pengawasan berkala 2 kali dalam setahun terhadap
sarana produksi berfungsi baik dan tidak ada risiko sarana dan prasarana produksi air untuk memastikan
terjadinya kontaminasi; sarana produksi berfungsi baik dan tidak ada risiko
2. Melaksanakan pemeriksaan laboratoris di laboratorium terjadinya kontaminasi
terakreditasi secara berkala sebulan sekali untuk b. pengawasan atas indikasi adanya pencemaran dilakukan
parameter fisik,dan biologi dan enam bulan sekali untuk insidentil, jika terjadi kasus / indikasi adanya pencemaran
parameter kimia; pada air;
3. Pengambilan sampel dilaksanakan oleh tenaga yang 2. IKL dilaksanakan dengan cara pengamatan dan penilaian
memiliki kompetensi (tenaga lab, sanitarian, tenaga lain kualitas air dan faktor risikonya.
yang telah dilatih); 3. Melakukan pengambilan sampel dan melaksanakan
4. Penyelenggara wajib melakukan analisis risiko kesehatan; pemeriksaan laboratoris pada laboratorium terakreditasi
5. Mengajukan sertifikasi kualitas air dengan melampirkan berdasarkan jenis parameter yang telah ditetapkan.
hasil pemeriksaan laboratorium (khusus di pintu masuk); 4. Melaksanakan komparasi dan analisis hasil pemeriksaan
6. Penyelenggara harus melakukan tindak lanjut perbaikan laboratorium yang dilaksanakan oleh pengawas internal dan
kualitas air, jika dalam pengawasan internal diketahui eksternal;
tidak sesuai dengan standar dan persayaratan air yang 5. Memberikan rekomendasi tindak lanjut atas kegiatan
berlaku; penyehatan air berdasarkan temuan hasil pemeriksaan sarana
7. Melaksanakan tindakan lanjut penyehatan air sesuai prasarana dan hasil laboratorium;
rekomendasi pejabat karantina Kesehatan. 6. Memantau pelaksanaan tindak lanjut tindakan penyehatan air;
7. Merilis secara berkala setiap bulan penerbitan sertifikat kualitas
air.
PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM
PENGAWASAN HULU PENGAWASAN EKSTERNAL PENGAWASAN HILIR

PENGAWASAN INTERNAL Dilakukan oleh Dinas Kesehatan sesuai PENGAWASAN INTERNAL


kapasitasnya;
a.Dinas Kesehatan Provinsi
b.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dilaksanakan oleh Rumah
1.Dilakukan oleh semua Tangga, Kelompok
penyelenggara air minum;
KKP Masyarakat
a.PDAM/BUMD c.Puskesmas
b.Non PDAM/ KPSPAM Surveilans Kualitas • Pendekatan Implementasi
Pengawasan
(Kelompok Pengelola Sistim Air Minum Rumah
Kualitas Air Minum Pilar ke 3 STBM:
Tangga
Penyedia Air Minum) (PKAM)
(SKAM RT)
berbasis Komunal. Melalui Peningkatan
2.Fungsi: Jaminan mutu air pengetahuan, sikap dan
yang didistribusikan kepada 1. Pengawasan dilaksanakan secara berkala dan insidentil. perilaku rumah tangga
pelanggan memiliki kualitas 2. Dilaksanakan di titik terjauh distribusi (Jaringan Perpipaan, Depot dalam pengelolaan air
air minum Aman Air Minum (pengisian galon) dan di sarana (bukan jaringan minum melalui PAMRT dan
3.Uji kualitas air dilakukan di perpipaan). implementasi Penggunaan
laboratorium terakreditasi. 3. Kegiatan: Inspeksi Kesehatan Lingkungan, Pengambilan sampel TTG untuk menjaga
sesuai hasil IKL, Pengujian kualitas air minum, Analisis hasil, kualitas air minum yang
Rekomendasi dan Tindak Lanjut dan Pemantauan Tindak lanjut.
digunakan terjamin aman
4. Publikasi (bebas kontaminasi fisik,
5. Ketentuan Administratif: Peringatan Lisan, Peringatan Tertulis, kimia dan mikrobiologi)
Pelarangan Distribusi Air Minum. • Menggunakan Sanitarian
6. Uji Kualitas Pada Laboratorium Terakreditasi/Alat Pengawasan Kit yang terkalibrasi
Sankit Terkalibrasi.
SURVEILANS KUALITAS AIR MINUM
(Bagian dari Pengawasan Eksternal)
Memperoleh data proporsi rumah tangga yang
memiliki akses air minum aman

Memperoleh data proporsi rumah tangga menurut


tingkat risiko cemaran lingkungan terhadap sarana
air minum berdasarkan penilaian Inspeksi
Kesehatan Lingkungan

Dapat mengidentifikasi subyek dan obyek yang perlu di


dilakukan perbaikan segera untuk meningkatkan akses
air aman
Hasil pengawasan kualitas media lingkungan dilanjutkan dengan analisis risiko (risk assessment,
pengelolaan risiko, dan komunikasi risiko)
Pengelolaan risiko harus bersifat end to end process

Media lingkungan yang terkena Pengelolaan risiko selain membutuhkan strategi yang tepat
APA juga harus dilakukan dengan cara atau metode yang tepat.
dampak, jenis kegiatan yang menjadi
sumber dampak, jenis polutan apa Dalam aplikasinya cara pengelolaan risiko dapat dilakukan
yang potensial melalui 3 pendekatan yaitu:
1. Pendekatan teknologi menggunakan teknologi yang
DIMANA Wilayah administrasi, wilayah tersedia meliputi penggunaan alat, bahan, dan metode,
geografi, batas sosial, batas ekologis. serta teknik tertentu. Contoh: penerapan penggunaan IPAL,
pengolahan / penyaringan air, modifikasi cerobong asap,
Prevalensi penyakit terkait lingkungan, penanaman tanaman penyerap polutan, dll.
BAGAIMANA 2. Pendekatan sosial - ekonomis menggunakan pendekatan
konsentrasi agen risiko pada media
lingkungan, jumlah populasi yang sosial - ekonomis meliputi pelibatsertaan pihak lain, efisiensi
potensial terkena. proses, substitusi, dan penerapan sistem kompensasi.
Contoh: 3R (reduce, reuse, dan recycle) limbah,
pemberdayaan masyarakat yang berisiko, pemberian
KAPAN Hari, bulan, tahun, dan durasi
kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak,
(lamanya) masalah berlangsung.
permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan
pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola
Kelompok masyarakat yang potensial risiko), dll.
SIAPA terkena : golongan umur, kelompok 3. Pendekatan institusional dengan menempuh jalur dan
berdasarkan tempat tinggal, pekerjaan, mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerja
dan komunitas tertentu (komunitas hobi, sama dengan pihak lain. Contoh: kerja sama dalam
komunitas adat, dll). pengolahan limbah B3, mendukung pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah, menyampaikan laporan kepada
instansi yang berwenang, dll
74
02
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

Outcome: Menurunnya kejadian penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan


perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi total

Output: Meningkatnya pembangunan sanitasi melalui peningkatan demand & supply

Pilar 1:
Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Pilar 5:
Stop Buang Air
Cuci Tangan Pangan Aman Pengelolaan Pengelolaan
Besar
Pakai Sabun Sehat Sampah RT Limbah Cair RT
Sembarangan

Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
4/18/2023 76
Alur Verifikasi 5 pilar STBM

Pemilihan 30%
kelurahan/ Pemilihan 30%
Verifikasi Pemilihan 30% Pemilihan 30% Pemilihan 30%
desa dari RW dari
dokumen kecamatan RT dari RW KK dari RT
kecamatan kelurahan/desa
terpilih terpilih
terpilih terpilih

Mengumpulkan Sampel Stratifikasi Dikunjungi di


strattifikasi Stratifikasi Stratifikasi
semua berita random lapangan
acak untuk random random
acara verifikasi sampling
verifikasi sampling sampling Dicek
lapangan kesesuaian
dengan berita
acara

77
STBM
Desa/Kel/Kab/Prov
Strategi STBM Pemicuan STBM Smart STBM
SBS

Demand • Pemicuan
• Pengembangan Media KIE
Creation
Strategi STBM

• Wirausaha Sanitasi
Supply Creation • Pengembangan Kredit Mikro
• Pilihan TTG Sanitasi

• Dukungan Kebijakan Pemda


Enabling • Berbagi Pembelajaran
• Alternatif Pembiayaan : APBN/D, Hibah,
Environment CSR, Sumber Lain yang tdk mengikat
• Monev
Desa/Kel/Kab/Prov
Strategi STBM Pemicuan STBM Smart STBM
SBS
Desa/Kel/Kab/Prov
Strategi STBM Pemicuan STBM Smart STBM
SBS

Penyusunan Pemetaan
Rencana Aksi Sosial

Pemicuan

Out Put :
1. Desa /kelompok: Terpicu untuk
perubahan perilaku Diskusi Penelusuran
2. Natural Leader Kelompok Lingkungan
3. Adanya rencana kerja masyarakat dalam
penyediaan dan peningkatan akses yang
layak/aman
4/18/2023 82
4/18/2023 83
4/18/2023 84
4/18/2023 85
4/18/2023 86

Anda mungkin juga menyukai