KEMENTERIAN KESEHATAN RI
3
1. Tujuan Pembelajaran
2. Kelompok Penyakit Menular
3. Alur Pelayanan Klaster Penanggulangan
Penularan Penyakit
OUTLINE 4. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
Penyakit Potensial KLB
5. Kegiatan pengendalian penyakit menular
dan KLB
Penanggulangan Penyakit Menular
Tujuan: Upaya:
❑ Melindungi masyarakat dari penularan
penyakit
❑ Menurunkan angka kesakitan, kecacatan Ketiga upaya tersebut dalam pelaksanaannya
dan kematian akibat penyakit menular; diintegrasikan dengan kegiatan klaster siklus
dan hidup (klaster 2 dan 3)
❑ Mengurangi dampak sosial, budaya, dan
ekonomi akibat penyakit menular pada ❑ Pencegahan, untuk memutus mata rantai
individu, keluarga, dan masyarakat.
penularan, perlindungan spesifik,
pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi
Strategi : masyarakat dan upaya lain sesuai dengan
Strategi penanggulangan penyakit menular ancaman penyakit menula
dilakukan melalui kegiatan: ❑ Kewaspadaan Dini, merupakan
1. promosi kesehatan; kewaspadaan terhadap penyakit menular
2. surveilans kesehatan; serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
3. pengendalian faktor risiko;
❑ Respon, dilakukan melalui kegiatan
4. penemuan kasus;
5. penanganan kasus; penyelidikan epidemiologi, tatalaksana kasus,
6. pemberian kekebalan (imunisasi) menerapkan status karantina, mengambil
7. pemberian obat pencegahan secara dan mengirim sampel, mencari informasi,
massal. laporan
Penyakit menular Potensial KLB tidak mengenal batas
#1 administrasi; Mobilisasi manusia, hewan, barang, sangat
cepat menyebabkan transmisi penyakit antar wilayah
semakin cepat.
KERENTANAN
INDONESIA
35 BANDARA dengan akses
langsung ke LN (Asia, Australia,
Eropa)
334
304
285
110
41
Klaster 4
Penanggulangan Penularan Penyakit
Ya Verifikasi/ Penyelidikan
Ya Epidemiologi
Keterangan: Sinyal KLB
Penyakit Berpotensi KLB (< 24 jam)
*) Investigasi/pelacakan kontak
serumah dan kontak erat oleh Tidak Tidak
Penyakit Menular
kader didampingi oleh nakes
(Penyakit dengan target Eliminasi/ Surveilans Respon KLB
**) Penemuan kasus aktif, Investigasi/pelacakan Eradikasi atau penyakit menular rutin (pengendalian faktor
kontak, pengawasan minum obat, pelacakan lainnya) risiko/lingkungan/ vektor)
kasus mangkir/putus berobat, pemantauan
faktor risiko, edukasi penyakit,
Target Eliminasi:
Campak, Rubella (eliminasi 2023)
2024: Kusta (global : 2030) Perlu Pemantauan
2025: Schistosomiasis Lanjutan
Tidak
2030: TBC, HIV, Sifilis, Malaria, Hepatitis B, Rabies,
Ya
Filariasis
2040: Hepatitis C Kegiatan Kunjungan Rumah
(Nakes/Kader) **)
Siklus Pengendalian
KLB
Reguler
• Epidemiologi
• Lab. Mikrobiologi
(apabila
Kejadi
an diperlukan)
PE/
I Resp Investigasi
on
Dini Penanggula
C ngan
• Tatalaksanakasus
S • Disposal
• ORI atauVaksinasi
terbatas
• Biosecurity
dan
Darurat Biokontain
ment
• Pembatasanmobilita
Pelayanan Klaster 4 untuk Penanggulangan Penularan
Penyakit
Sasaran
Delivery Unit
Penularan Penemuan kasus Penemuan kasus aktif dan pasif Penemuan kasus aktif dan Penemuan kasus aktif
penyakit pasif
MENULAR
Survey kontak Survey kontak Survey kontak Survey kontak
- Manusia (investigasi/pelacakan (investigasi/pelacakan kontak) (investigasi/pelacakan (pelacakan kontak)
ke kontak) kontak)
manusia
- Melalui vektor Verifikasi/Penyelidikan Verifikasi/Penyelidikan epidemiologi Verifikasi/Penyelidikan
(nyamuk) epidemiologi epidemiologi
- Melalui hewan
Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB: Respon KLB:
• Pengendalian faktor • Pengendalian faktor risiko/ • Pengendalian faktor • Pemantauan dan • Pemantauan dan
risiko/ lingkungan/ lingkungan/ vektor dan binatang risiko/ lingkungan/ vektor pengendalian faktor pengendalian faktor
vektor dan pembawa penyakit dan binatang pembawa risiko/ lingkungan/ risiko/ lingkungan/
binatang pembawa penyakit vektor dan vektor dan
• Pengambilan specimen untuk
penyakit • Pengambilan specimen binatang pembawa binatang pembawa
• Pemeriksaan pemeriksaan laboratorium untuk untuk pemeriksaan penyakit penyakit
laboratorium respon KLB dan surveilans laboratorium untuk
untuk • Pengiriman specimen ke lab dikirim ke puskesmas
rujukan
respon KLB dan
surveilans
Pemberian Pengobatan Pemberian Pengobatan Pembagian obat, Pengawasan minum
masal/Profilaksis massal/Profilaksis pengawasan minum obat, obat, pemantauan efek
pemantauan samping pengobatan
kemajuan/efek samping dan pelacakan kasus
pengobatan mangkir/putus berobat
Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit menular Edukasi Edukasi
penyakit penyakit
menular menular
TUBERKULOSIS (TBC)
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
PENGOBATAN
PENULARAN
• Pengobatan TBC dilaksanakan sesuai dengan standar yang
Penularan TBC terjadi melalui udara. Sumber penularan adalah percikan telah ditetapkan
dahak pasien yang dahaknya mengandung kuman TBC. • Prinsip pengobatan TBC adalah tepat waktu, tepat dosis, tepat
cara
PENCEGAHAN
• Penyuluhan dan edukasi mengenai TBC
• Pelaksanaan KIE untuk berperilaku hidup bersih dan sehat untuk
intervnensi perubahan perilaku masyarakat
• TBC bisa menyerang semua orang tanpa terkecuali, baik dewasa
• Etika batuk
ataupun anak-anak, laki-laki ataupun perempuan.
• Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir
• TBC dapat disembuhkan apabila pasien patuh mengonsumsi obat
• Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada kontak
sesuai dengan ketentuan
serumah semua usia, ODHIV, dan faktor risiko lain
• Peningkatan kualitas rumah pasien, perumahan, dan permukiman
• Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TBC di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan ruang publik
Alur Pelayanan Tuberkulosis
Alur Pelayanan Tuberkulosis
MALARIA
• Malaria adalah penyakit infeksi yang • Parasit yang hidup dalam darah manusia sesuai
disebabkan oleh parasit malaria jenisnya dapat bertahan di dalam hati
(Plasmodium sp) • Keberadaan parasit malaria di dalam tubuh
• Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk manusia hanya dapat diketahui melalui
Anopheles betina yang mengandung pemeriksaan darah malaria
plasmodium malaria
• Plasmodium hidup dan berkembang biak
dalam sel darah manusia
• Lima jenis plasmodium penyebab malaria • Malaria harus segera diketahui dan di obati untuk
pada manusia : mencegah penularan infeksi
1. P. vivax • Obat yang diberikan dapat membunuh parasit dan
2. P. falciparum menghambat perkembangbiakannya
3. P. malariae • Penyakit malaria dapat menyerang semua orang
4. P. ovale baik laki-laki ataupun perempuan, pada semua
5. P. knowlesi golongan umur, dari bayi, anak-anak sampai
orang dewasa apapun jenis pekerjaannya
Alur Pelayanan Malaria
Alur Pelayanan Malaria sesuai standar Alur Penemuan Kasus Malaria
Melakukan anamnesis Pasien datang dengan gejala klinis demam dalam 7 hari terakhir.
(dapat disertai nyeri kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan
pegal-pegal)
Melakukan pemeriksaan Fisik seperti ukur TTV (Suhu, TD, Nadi, Pernafasan),
Konjungtiva anemi, kaku kuduk (pada malaria cerebral), bibir sianosis
Periksa Darah Malaria
dengan mikroskop
dan/atau RDT
Mempersiapkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang (mengambil
apusan darah tebal dan tipis)
Ulang pemeriksaan
Menegakkan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Fisik, pemeriksaan Malaria darah Malaria setiap
Cari Etiologi Demam
penunjang yang lain
24 jam selama 72 jam
Malaria
HIV
• Infeksi HIV sampai sekarang belum ada obatnya, sehingga harus minum obat seumur hidup.
• Jika telah terdiagnosa HIV harus segera minum ARV, walau tanpa gejala dan masih stadium
awal
Alur Pelayanan HIV sesuai standar
Pasien dirawat jalan dan rawat inap di
fasyankes
Kelompok orang/pasien yang dites HIV:
Rumah Sakit
Dilakukan Verifikasi oleh Dinkes
SKDR
Dilakukan PE & pemeriksaan spesimen
oleh Dinkes dan Kemenkes
Laboratorium
Analisis dan interpretasi data menunjukkan
Kemenkes jumlah konfirmasi dari suspect
Respon:
Pengobatan
Isolasi Mandiri
Pencarian kasus tambahan/ kontak erat
Surveilans Berbasis Kejadian (EBS)
Dilaporkan melalui web SKDR, telp/wa/email ke PHEOC, notifikasi dari jejaring surveilans global atau
berasal dari hasil media screening.
Contoh: KLB Difteri di Kab. X
30
Pengertian
KLB Keracunan Pangan
KLB Penyakit Menular Suatu kejadian dimana terdapat dua
Timbulnya atau meningkatnya orang atau lebih yang menderita sakit
kejadian kesakitan/kematian yang dengan gejala-gejala yang sama atau
bermakna secara epidemiologis pada hampir sama setelah mengkonsumsi
suatu daerah dalam kurun waktu sesuatu dan berdasarkan analisis
tertentu epidemiologi, makanan tersebut
terbukti sebagai sumber keracunan
Wabah
Penyelidikan Epidemiologi
kejadian berjangkitnya suatu
suatu tindakan atau kegiatan
penyakit menular dalam
penyelidikan atau survey yang
masyarakat yang jumlah
bertujuan untuk mendapatkan
penderitanya meningkat secara
gambaran terhadap masalah
nyata melebihi dari pada keadaan
kesehatan atau penyakit secara lebih
yang lazim pada waktu dan daerah
menyeluruh.
tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
Peningkatan kejadian Peningkatan kejadian
Timbulnya suatu penyakit
kesakitan terus-menerus kesakitan dua kali atau lebih
menular tertentu yang
selama 3 (tiga) kurun dibandingkan dengan periode
sebelumnya tidak ada atau sebelumnya dalam kurun
waktu dalam jam, hari atau
tidak dikenal pada suatu waktu jam, hari, atau minggu
minggu berturut-turut jenis
daerah menurut jenis penyakitnya.
penyakitnya.
1.Satu kasus suspek difteri perlu dilakukan upaya penanggulangan sesegera mungkin
untuk menghentikan penularan
2. Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dan dilaporkan dalam 1 x 24 jam:
• Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk mencegah
kematian (Pemberian ADS) dan penularan (Pemberian Antibiotika) sesuai dengan protokol
pengobatan difteri;
• Mencari kasus tambahan/ Menelusuri kontak erat
• Tatalaksana kontak erat untuk memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis
• Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.
3. Setiap suspek difteri diambil spesimen dan dilakukan pemeriksaan laboratorium kultur
4. Suspek difteri dengan hasil kultur positif dilanjutkan dengan pemeriksaan toksigenisitas
menggunakan ELEK test
5. Edukasi Masyarakat
6.Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal 90%
7. Pencatatan dan pelaporan sesuai SOP
KLB
DIFTERI
• Suatu wilayah kab/kota
dinyatakan KLB Difteri jika
ditemukan satu suspek
Suspek Difteri difteri dengan konfirmasi
seseorang dengan gejala:
✔ faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau laboratorium kultur
kombinasinya; positif
✔ demam atau tanpa demam;
✔adanya pseudomembran putih keabu-
abuan yang sulit lepas, mudah berdarah
apabila dilepas atau dilakukan ATAU
manipulasi.
WA
Group: Pengiri
Pasien Permin Koneksi WAG man Berikan
difteri taan ke Kasus ADS ke ke
(klinis) ADS Dinkes Difteri Dinkes pasien
SKEMA TATALAKSANA
DIFTERI
Manajemen Kasus
indeks (Rujuk ke
Deteksi Dini RS)
Kluster
Kasus Ambil spesimen, Pengobatan 2 dan 3
(AB & ADS), dan imunisasi
setelah 1 bln ADS
Tatalaksana kontak
Kemoprofilaksis Memberikan
Kekebalan difteri dg
Imunisasi kpd Semua
PMO
kontak
Pengawasan minum obat
• PMO diperlukan untuk
mencegah putus obat
pada: Hari ke 1 : awal minum
• PMO dapat berasal dari obat
petugas kesehatan, kader Hari ke 2 : memastikan 2 hari pertama Bila timbul ESO dan atau
minum obat secara adekuat 🡪 kuman
kesehatan, tokoh gejala & tanda klinis difteri
masyarakat, guru dan
sebaiknya tidak berasal mulai mati
dari keluarga. Hari ke 7 : ketaatan minum sampai selesai
• Pemantauan minimal
dilakukan pada hari 1, 2
dan 7 🡪 pada hari2 tsb Pengawasan terhadap Efek Samping Obat Rujuk ke Fasyankes
minum obat didepan (ESO) dan timbulnya gejala dan tanda
PMO klinis difteri.
MEMBERIKAN EDUKASI KEPADA
MASYARAKAT
1. Jelaskan kepada Masyarakat tanda-tanda dini difteri
2. Rujuk ke Rumah Sakit jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang menderita sesuai
gejala difteri
3. Jelaskan cara untuk menghindari penularan dengan :
a. Kurangi kontak penderita dengan orang lain
b.Keluarga yang menunggu penderita agar memakai masker dan selalu mencuci tangan
c. Minum kemoprofilaksis sesuai dosis
4. Jelaskan kenapa keluarga/kontak erat harus minum obat erithromycin sesuai dosis
5. Jelaskan cara minum erithromicin dan efek sampingnya dan harus diminum setelah makan.
6. Tunjuk PMO
7. Minta keluarga agar penderita diimunisasi 3-4 minggu setelah pulang dari RS
CONTOH KASUS 2 :
STRATEGI PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
INVESTIGASI
KONTAK
Pengobatan Pemberian OAT Pemberian OAT Pemantauan minum Pengawasan minum obat,
obat (OAT dan TPT) pelacakan kasus
Pemberian TPT Pemberian TPT
Pelacakan kasus mangkir/putus
Pemantauan minum obat Pemantauan minum
mangkir Pemantauan
(OAT maupun TPT) obat (OAT dan TPT) berobat, pemantauan
FR lainnya
FR lainnya
Pelacakan kasus mangkir
Edukasi penyakit menular Edukasi penyakit Edukasi penyakit menular Edukasi Penyakit Menular 32
Edukasi penyakit menular
PENGAWASAN KUALITAS LINGKUNGAN
PADA KLASTER 4
47
Tujuan Pembelajaran
UU No. 36 Tahun
Media
Pasal 162 2009 Lokus
Lingkungan
Upaya kesehatan
lingkungan ditujukan
Kualitas lingkungan
untuk mewujudkan sehat: •Air •Permukiman
kualitas lingkungan 1. Baku Mutu Kesehatan •Udara •Tempat kerja
yang sehat, baik fisik, PP No. 66 Tahun Lingkungan (SBMKL) •Tanah •Tempat rekreasi
kimia, biologi, 2014 2. Persyaratan kesehatan •Pangan •Tempat dan Fasilitas
maupun sosial yang •Sarana dan bangunan Umum
memungkinkan •Vektor dan binatang
setiap orang pembawa penyakit
mencapai derajat
kesehatan yang Peraturan
setinggi-tingginya. Menteri
Kesehatan (PMK)
>80%
Higiene Sanitasi
Terminal Sehat Sekolah Sehat (SLHS):
Rumah Makan/
Restoran Jasa Boga
Komponen pembinaan Wisata Sehat Pasar Sehat Depot Air Minum
Usaha Kesehatan Hotel
Sekolah (UKS) berupa
lingkungan Lapas Sehat Perkantoran Sehat
50
Kegiatan Kesling terkait Upaya Penyehatan, Pengamanan & Pengendalian
Upaya Kegiatan
1 Penyehatan Surveilans
Pengumulan data yang sistematik dan terus menerus dapat melalui Konseling di
Air, udara, tanah, pangan, sarana & Puskesmas maupun pengamatan ke lapangan (Inspeksi Kesehatan Lingkungan).
bangunan
3 Pengendalian Intervensi
Vektor & binatang pembawa penyakit KIE, Teknologi tepat guna, dan rekayasa lingkungan, serta pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit
51
Terdapat lima kegiatan dalam pengawasan kesehatan lingkungan
Pendekatan intervensi dilakukan secara berjenjang dimulai dari keluarga
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan 53
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Pelayanan kesehatan lingkungan dilaksanakan di dalam dan di luar gedung
Hasil kegiatan dilaporkan dan dapat dipantau secara realtime melalui E Monev
No Kegiatan Sasaran Waktu/ Periode Pencatatan & Pelaporan
Dalam Gedung
1. Konseling (Klinik Sanitasi) 1. Pasien penyakit berbasis lingkungan Setiap hari Register manual
2. Klien (warga yang sehat)
Luar Gedung
1. Inspeksi Kesehatan Rumah, sumber air, sekolah, dll Setiap hari Register manual
Lingkungan (IKL) tindak (berdasarkan hasil konseling) (kesepakatan waktu
lanjut konseling dengan pasien/ klien)
2. Inspeksi Kesehatan 1. TFU (sekolah, pasar, tempat ibadah, Minimal setahun sekali 1. E Monev: https://e-satu.kemkes.go.id/
Lingkungan (IKL) bioskop, tempat rekreasi, hotel, dll) untuk masing-masing 2. E Monev: https://tpm.kemkes.go.id/kesling-
program rutin 2. TPP (rumah makan/ restoran, jasa lokus web/
boga, depot air minum (DAM),
makanan jajanan)
Internal →
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Eksternal →
1. Permukiman (KK/Desa/Kelurahan)
2. Tempat dan Fasilitas Umum
a. FasilitasPendidikan
b. Pasar dan Pusat Perbelanjaan
c. Tempat Ibadah
d. Sarana transportasi darat, laut, udara dan kereta api
e. Stasiun dan terminal
f. Pelabuhan, Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat Negara
g. Hotel
h. Sarana Olahraga
3. Tempat Pengolahan Pangan (RM,Restoran, Sentra Pangan
Jajanan, Depot Air Minum, Gerai pangan jajanan keliling)
55
Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
R. ADMINIS Ka.
R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT
TRASI PUSKESMAS
RUANG
R. KIA/KB &
STERILISASI
IMUNISASI
KM/WC
R. PENDAFTARAN & REKAM R. RAWAT
RUANG
MEDIK PASCA
KONSELING
PERSALINAN
RUANG
KES.GIMUL KM/WC
PASIEN KLIEN
R. PERIKSA R.
UMUM PERSALINAN
RUANG R. TINDAKAN
FARMASI
PINTU MASUK/KELUAR
PUSKESMAS
57
2 Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL)
Penemuan Penderita
& Pemetaan Populasi
Berisiko
Koordinasi dengan Koordinasi Lintas
Perangkat Koordinasi dengan Program
Desa/Kelurahan Lintas Sektor Seksi/Bidang Lain di
Kades/Lurah Kecamatan PKM Memberikan Saran
RW/RT, dan Kadus Pustu Tindak Lanjut, Kepada
Bidan Desa Pasien/Klien
Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil Konseling sesuai dengan
kesepakatan antara Tenaga Kesehatan Lingkungan dengan Pasien, yang diupayakan dilakukan paling
lambat 24 (dua puluh empat) jam setelah Konseling
58
Metode IKL (1)
59
Metode IKL (2)
SANITARIAN KIT
1. Thermo hygrometer
2. Anemometer
3. Luxmeter
4. Photometer
5. Pencacah partikel
6. Sound level meter
7. Mikrobiologi sanitarian kit
8. Thermometer makanan
9. TDS
10. PH meter
11. Inkubator
12. Blender tangan
13. Timbangan digital
14. Rapid arsenic test kit 60
Metode IKL (3)
1. Persiapan :
✓ Mempelajari hasil konseling
✓ Membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan pasien dan
keluarga
✓ Menyiapkan dan membawa berbagai
peralatan dan kelengkapan lapangan
yang diperlukan (form IKL, media
penyuluhan, alat pengukuran)
✓ Melakukan koordinasi dengan perangkat
desa atau kelurahan.
2. Pelaksanaan :
✓ Melakukan pengamatan media
lingkungan dan perilaku masyarakat.
✓ Melakukan pengukuran media lingkungan
di tempat, uji laboratorium dan analisis
resiko sesuai kebutuhan
✓ Melakukan penemuan penderita lainnya.
✓ Melakukan pemetaan populasi beresiko
✓ Memberikan saran dan tindak lanjut
kepada sasaran (keluarga, pasien dan
keluarga sekitar)
62
3 Intervensi Kesehatan Lingkungan
SUMBER
1 Orang Tenaga Kesling
DAYA DANA
APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang sah
PEMANTAUAN D
AN EVALUASI
Pengawasan media lingkungan dilakukan secara internal dan
eksternal
Dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dan peralatan* yang terstandar
Sasaran pengawasan
Internal
lingkungan:
Eksternal
1. kualitas air;
Otoritas/ penyelenggara pintu masuk Instansi/ pejabat karantina kesehatan
2. kualitas udara indoor
Pelaksana
dan outdoor
3. tempat pengelolaan
Observasi Observasi pangan;
Metode Pemeriksaan menggunakan alat Pemeriksaan menggunakan alat 4. kualitas tanah;
laboratorium lapangan (insitu) laboratorium lapangan (insitu) 5. limbah cair;
sederhana (rapid test) sederhana (rapid test) 6. limbah padat;
Pemeriksaan sampel media lingkungan 7. vektor dan binatang
ke laboratorium
penular/ pembawa
penyakit.
Minimal 1 bulan sekali atau sesuai risiko (jenis Minimal setahun 2 kali atau adanya
Waktu media lingkungan) indikasi pencemaran
66
Pengawasan media lingkungan dilakukan berbasis lokus
Hasil pengawasan diinput ke dalam emonev ESATU dan dapat dipantau secara realtime
Rekomendasi
tidak
Input di sistem
informasi (ESATU)
TFU
Perbaikan
Lokus TFU yang menjadi prioritas 1. Pengawasan Eksternal dilaksanakan oleh tenaga kesehatan Hasil IKL dilaporkan
pengawasan saat ini adalah lingkungan/ sanitarian Puskesmas/ dinas kesehatan melalui dan kepada Kepala OPD
Sekolah/ madrasah (SD/MI, menggunakan Formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL), terkait untuk dapat
SMP/Mts, Pasar, dan dilakukan minimal satu tahun sekali untuk masing-masing lokus. ditindaklanjuti
Puskesmas), untuk TFU lain
dapat dilakukan pengawasan 2. Pengawasan Internal dilaksanakan oleh penyelenggara/
mengacu pada peraturan penanggung jawab TFU secara mandiri menggunakan Buku
daerah masing-masing. Rapor Kesehatan Lingkungan dilakukan minimal satu bulan sekali.
67
PENGAWASAN KUALITAS UDARA
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media Lingkungan
Sesuai PMK 2 Tahun 2023
D Parameter Biologi
1 Angka kuman 700 CFU/m3
69
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) dan Persyaratan Kesehatan Media
Lingkungan Sesuai PMK 2 Tahun 2023
Media Udara Ambien yang Memajan Langsung pada Manusia
No Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu Sistem Pengukuran
A. PARAMETER FISIK
1. Suhu 20 – 30 oC Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
2. Kelembapan 40 – 70 %
3.a Debu Partikulat (PM10) 24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu yang memajan langsung pada manusia adalah:
aktif manual kualitas Udara Ambien tidak boleh melebihi batas
Tahunan 40 μg/m3 aktif kontinu
3.b Debu Partikulat (PM2.5) 24 jam 55 μg/m3 aktif kontinu toleransi tubuh manusia.
aktif manual
Tahunan 15 μg/m3 aktif kontinu
4. Kebisingan Batas toleransi merupakan kemampuan fisik
Perumahan dan Permukiman 55 dB(A) manusia untuk menyerap zat pencemar pada udara
Perdagangan dan Jasa 70 dB(A) yang menjadi risiko kesehatan baik berupa fisik,
Perkantoran 65 dB(A) kimia, dan biologi. Batas toleransi terutama
Ruang Terbuka Hijau 50 dB(A)
Industri 70 dB(A)
dipengaruhi oleh durasi keterpajanan, waktu
Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 dB(A) pajanan aktivitas yang dilakukan, dan dosis
Tempat Rekreasi 70 dB(A) pajanan.
Stasiun Kereta Api 60 dB(A)
Pelabuhan Laut 70 dB(A)
Rumah Sakit dan sejenisnya 55 dB(A) Persyaratan Kesehatan media Udara Ambien
Sekolah atau sejenisnya 55 dB(A) meliputi: tidak terpajan suhu udara yang melebihi
Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 dB(A) batas toleransi, bebas dari kebauan yang berasal
antara lain dari H2S dan amoniak atau dari
B. PARAMETER KIMIA PP 22/2021
1. Karbon Monoksida (CO) 1 jam 10000 μg/m3 aktif kontinu parameter lain yang dihasilkan dari pembusukan
8 jam 4000 μg/m3 aktif kontinu limbah.
2. Ozon (O3) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu
aktif manual
8 jam 100 μg/m3 aktif kontinu Kemudian jika terdapat pajanan asap atau debu,
Tahunan 35 μg/m3 aktif kontinu
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 1 jam 200 μg/m3 aktif kontinu baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak
aktif manual maka tidak sampai mengganggu pernafasan,
24 jam 65 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 50 μg/m3 aktif kontinu menyebabkan iritasi mata, dan jarak pandang
4. Sulfur Dioksida (SO2) 1 jam 150 μg/m3 aktif kontinu normal
aktif manual
24 jam 75 μg/m3 aktif kontinu
Tahunan 45 μg/m3 aktif kontinu
5. Partikel Tersuspensi Total (TSP) 24 jam 230 μg/m3 aktif manual
2 μg/m3
6. Timbal (Pb) 24 jam aktif manual
70
Selain berbasis lokus pengawasan juga dilakukan berbasis media seperti Kualitas Air
Dilakukan pada: sumber, reservoir, pipa distribusi dan rumah tangga
Media lingkungan yang terkena Pengelolaan risiko selain membutuhkan strategi yang tepat
APA juga harus dilakukan dengan cara atau metode yang tepat.
dampak, jenis kegiatan yang menjadi
sumber dampak, jenis polutan apa Dalam aplikasinya cara pengelolaan risiko dapat dilakukan
yang potensial melalui 3 pendekatan yaitu:
1. Pendekatan teknologi menggunakan teknologi yang
DIMANA Wilayah administrasi, wilayah tersedia meliputi penggunaan alat, bahan, dan metode,
geografi, batas sosial, batas ekologis. serta teknik tertentu. Contoh: penerapan penggunaan IPAL,
pengolahan / penyaringan air, modifikasi cerobong asap,
Prevalensi penyakit terkait lingkungan, penanaman tanaman penyerap polutan, dll.
BAGAIMANA 2. Pendekatan sosial - ekonomis menggunakan pendekatan
konsentrasi agen risiko pada media
lingkungan, jumlah populasi yang sosial - ekonomis meliputi pelibatsertaan pihak lain, efisiensi
potensial terkena. proses, substitusi, dan penerapan sistem kompensasi.
Contoh: 3R (reduce, reuse, dan recycle) limbah,
pemberdayaan masyarakat yang berisiko, pemberian
KAPAN Hari, bulan, tahun, dan durasi
kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak,
(lamanya) masalah berlangsung.
permohonan bantuan pemerintah akibat keterbatasan
pemrakarsa (pihak yang bertanggung jawab mengelola
Kelompok masyarakat yang potensial risiko), dll.
SIAPA terkena : golongan umur, kelompok 3. Pendekatan institusional dengan menempuh jalur dan
berdasarkan tempat tinggal, pekerjaan, mekanisme kelembagaan dengan cara melakukan kerja
dan komunitas tertentu (komunitas hobi, sama dengan pihak lain. Contoh: kerja sama dalam
komunitas adat, dll). pengolahan limbah B3, mendukung pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah, menyampaikan laporan kepada
instansi yang berwenang, dll
74
02
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)
Pilar 1:
Pilar 2: Pilar 3: Pilar 4: Pilar 5:
Stop Buang Air
Cuci Tangan Pangan Aman Pengelolaan Pengelolaan
Besar
Pakai Sabun Sehat Sampah RT Limbah Cair RT
Sembarangan
Komponen STBM:
1. Perubahan Perilaku
2. Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan
3. Dukungan institusi kepada masyarakat
4/18/2023 76
Alur Verifikasi 5 pilar STBM
Pemilihan 30%
kelurahan/ Pemilihan 30%
Verifikasi Pemilihan 30% Pemilihan 30% Pemilihan 30%
desa dari RW dari
dokumen kecamatan RT dari RW KK dari RT
kecamatan kelurahan/desa
terpilih terpilih
terpilih terpilih
77
STBM
Desa/Kel/Kab/Prov
Strategi STBM Pemicuan STBM Smart STBM
SBS
Demand • Pemicuan
• Pengembangan Media KIE
Creation
Strategi STBM
• Wirausaha Sanitasi
Supply Creation • Pengembangan Kredit Mikro
• Pilihan TTG Sanitasi
Penyusunan Pemetaan
Rencana Aksi Sosial
Pemicuan
Out Put :
1. Desa /kelompok: Terpicu untuk
perubahan perilaku Diskusi Penelusuran
2. Natural Leader Kelompok Lingkungan
3. Adanya rencana kerja masyarakat dalam
penyediaan dan peningkatan akses yang
layak/aman
4/18/2023 82
4/18/2023 83
4/18/2023 84
4/18/2023 85
4/18/2023 86