Disampaikan pada
Pelatihan TGC Pusat
Ciloto, 26 Februari
2019
SUBDIT SURVEILANS
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIRJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
04/ 03/ 201
9
TUJUAN PEMBELAJARAN
UMUM dan mengetahui surveilans penyakit menular (khusus PD3I) sesuai
Memahami
pedoman
UPAYA PENANGGULANGAN
PD3I
HOST AGENT
ENVIRONMENT
6
Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Penyelenggaraan
Surveilans PMK Surveilans
Epidemiologi Penyakit No.45 Kesehatan
Menular & Penyakit /
Tidak Menular Terpadu 2014
Payun
KMK No. PMK
1479/MEN g
No.1501/ M
KES/ Huku E NKES/
SK/X/ m PER/X/2010
2003
Surveilan
s PD3I Jenis Penyakit
Pedoman
Surveilans Acute KMK Menular Ttt yg
Flaccid No.483/M Dpt Menimbulkan
Paralysis (AFP) Wabah & Upaya
ENKES/S Penanggulangan
K/
IV/2007
Jenis penyakit menular tertentu
yang dapat menimbulkan KLB/
wabah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
1501/Menkes/ Per/X/2010
1. Kolera 10. Avian Influenza H5N1
2. Pes 11. Antraks
3. DBD 12. Leptospirosis
4. Campak 13. Hepatitis
5. Polio 14. Influenza A baru (H1N1)/
6. Difteri Pandemi 2009
7. Pertusis 15. Meningitis
8. Rabies 16. Yellow Fever
9. Malaria 17. Chikungunya
ELIMINASI CAMPAK
Tidak ditemukan wilayah endemis campak
selama
>12 bulan, dengan pelaksanaan surveilans
campak yang adekuat.
Indikator: Discarded Campak Rate
STRATEGI PENGUATAN SURVEILANS PD3I
AFP TRAUM
A
KONSEP SURVEILANS
AFP
Menemukan semua kasus Acute Flaccid Paralysis(AFP)
Myelitis
AF
Guillain-
Transver
sa P Barre
Syndrome
1. Sindrom Guillain DIAGNOSIS PENYAKIT
Barre (SGB) DENGAN GEJALA AFP
2. Myelitis transversa (Komite Ahli S-AFP)
3. Poliomyelitis
4. Polyneuropathy 13.Periodic Paralysis hipokalemi
5. Myelopathy 14.Spinal Muscular Atrophy
6. Dermatomyositis 15.Efek samping sitostatika
7. Hipokalemi (mis:
8. Erb’s paralysis vincristin)
9.Food drop paralysis 16.Ensepalitis atau Ensefalopati
10.Stroke pada anak 17.Meningitis
11.Todd’s paralysis 18.Miastenia gravis
12.Duchene Muscular umum 19.Metabolic
Dystrophy myopathies
20.Herediter Motor and
INGAT: Sensory
Neuropathy
Gejala AFP dapat ditemukan juga pada (HMSN)
penyakit selain tersebut di atas.
Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan dapat dituliskan suspek dan
DD- nya
Petunjuk ke arah
AFP
Paralysis:
Terjadi tiba2
Acute Flaccid
Paralysis
Tdk bisa gerakkan
Tdk bisa bangun
kaki, tangan
Tdk bisa jalan
Penanganan Surveilans terhadap Kasus
AFP
Kelumpuhan Isi FP-1
≤ 14 hari Ambil Spesimen
Isi FP-1
Kelumpuhan Ambil Spesimen
> 14 hari – 2 bulan Kunjungan Ulang 60 hr
& Resume medis
Isi FP-1
Kelumpuhan Kunjungan Ulang 60 hr
> 2 bulan Resume medis
Investigasi Kasus
AFP
• Mengisi form investigasi (FP1) • Kunjungan ulang 60 hr dilakukan bila :
• Sumber laporan • spesimen tidak adekuat : volume
• Identitas penderita kurang, bocor, tidak dingin, kering.
• • 1 atau 2 Spesimen diambil setelah lebih 14
Riwayat Pengobatan
hr lumpuh
• Gejala & Tanda: demam dan Lokasi lumpuh
• Spesimen tidak diambil karena : Lumpuh
• Riwayat bepergian dalam 1 bl terakhir sudah lebih 2 bulan atau Meninggal sebelum
• Riwayat imunisasi polio spesimen diambil
• Ambil spesimen tinja 2 kali (interval min 24 jam) • Klasifikasi AFP:
• Diambil dalam 14 hari lumpuh agar spesimen • AFP Non-Polio
adekuat. • Polio pasti (konfirmasi lab)
• Kirim ke Lab Polio Nasional • Polio kompatibel
Cacat
04/ 03/ 201
Menetap
9
KLB Polio 2005 352 kasus dg
305 lumpuh permanen
- - - - - - - - -
-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7 +8
18 17 16 15 14 13 12 11 10
- 18 -4 0 +4
18 hr sebelum rash 4 hr sebelum rash Tgl mulai timbul 4 hr setelah rash
adalah kemungkinan adalah rash adalah kemungkinan
tgl paling awal kemungkinan akhir menularkan
tertular menularkan
Penanganan Kasus
Campak
Tata laksana kasus
Dilakukan penyelidikan lapangan untuk
mencari adanya kasus lain
Dilakukan pengambilan spesimen
Dicatat dan dilaporkan
Dilakukan kajian data untuk intervensi
04/03/2019
Integrasi Surveilans Campak dan
Suspek Rubela
Campak CAMPA CAMPA
K K
Klinis Pasti
IgM
Batuk/Pilek/Conjuntivitis Suspek Measles
(+)
+ Sample
Campak (Serum) IgM
Measles
(-
measles )
rubella mononucleosis
IgM IgM Rubella
other viral Rubella (- (+)
dengue
exanthems )
Demam + Ruam
scarlet fever Kawasaki Discarded RUBEL
A
Pasti
roseola meningococcemia
infantum
toxoplasmosis
DEFINI
I
S
• Kasus Campak Klinis demam dan ruam + Batuk/Pilek
/Conjungtivitis ATAU Dokter mendiagnosa sebagai kasus campak
• Kasus Campak Pasti Kasus campak klinis + hasil lab IgM Campak
(+)
• Kasus Rubela Pasti Kasus campak klinis + hasil lab IgM Rubela (+)
• Discarded Kasus campak klinis + hasil lab IgM Campak (-) dan
IgM Rubela (-)
KLB CAMPAK
a. KLB Suspek Campak adanya 5 atau lebih suspek campak dalam waktu 4
minggu berturut-turut, terjadi mengelompok, memiliki hubungan
epidemiologi.
b. KLB Campak Pasti KLB suspek campak dengan hasil lab ≥2 IgM campak (+)
c. 3/4/201
KLB Rubela Pasti KLB suspek campak dengan hasil lab ≥2 IgM Rubela (+)
9
Fully
untuk semua KLB Campak
Investigated
1. House to house Visit : Setiap 1 kasus campak
dilacak, cari kasus tambahan di lingkungan
rumah & di sekolah penderita
2. Pencatatan secara individu C1
3. Pengambilan 10 spesimen serum dan 5
spesimen urin
4. Pelacakan 1 x 24 jam
5. RCA imunisasi di wilayah KLB
6. ORI memutus transmisi virus
Komplikasi Penyakit
Campak
Sering Jarang
• Diare • Encephalitis
• Bronkhopneumonia • Myocarditis
• Pneumonia • Pneumothorax
• Malnutrisi • Pneumomediastinum
• Radang telinga • Appendicitis
tengah • Subacute sclerosing
• Ulkus mucosa panencephalitis
mulut (SSPE
)
• Komplikasi mata
04/03/2019
FLOWCHAT: DETEKSI DAN MANAJEMEN KLB CAMPAK
• Dimulai dari laporan 1 kasus Lakukan konfirmasi
• Informasi dari SKDR Memastikan adanya >5kasus
• Laporan KLB ada hubungan epid
• Analisa data rutin C1
• Informasi-rumor adanya KLB
campak Suspek KLB campak
- Lakukan PE
3/4/201
9
Flow Surveilans CRS di RS
Suspek CRS
Bagian
Anak(jantung)
1. Isi Form CRS1 Lengkapi
Konsulkan Bagian THT
2. Ambil darah 1-3 cc form CRS1
untuk dapat serum 1 cc Bagian Mata
Koordinator CRS
Koordinator
Data
Input Data ke Web PD3I
Koordinator
Koordinasi
Provinsi
Kirim Spesimen ke Lab Nas Campak-Rubela
DIFTERI
Mengeluarkan
Bakteri: Corynebacterium Toksin
diphtheriae
Antibiotik
Darah
ADS Menyebabkan
(Anti Difteri Serum)
• Miokarditis
• Susunan syaraf &
Pusat lumpuh
Kematian • Gagal ginjal
04/03/201
9
STRATEGI DAN PENANGGULANGAN
1) Semua suspek (1)
difteri harus dilakukan penyelidikan epidemiologi utk :
a. Konfirmasi kasus secara klinis dan laboratorium
b. Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m
c. Menelusuri kontak erat
d. Memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis kpd kontak erat
e. Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan ORI
2) Tatalaksana kontak erat (contact tracing)
3) Tatalaksana kasus difteri sesuai dengan protokol pengobatan difteri
1) Semua kasus difteri dirujuk ke rumah sakit dan dirawat di ruang isolasi.
4) Pengambilan specimen kasus
5) Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal 90%
STRATEGI DAN PENANGGULANGAN
(2)
6) Upaya menutup kesenjangan kekebalan (immunity gap) melalui
imunisasi rutin, baik pada bayi, baduta, dan anak sekolah,
serta mempertimbangkan pemberian imunisasi pada usia
remaja dan dewasa.
7) Penguatan imunisasi difteri dengan cakupan minimal 95 % di setiap
kabupaten/kota, dosis valid, manajemen rantai dingin sesuai
standard.
8) Sistem Surveilans Difteri yang bisa menyediakan data lengkap,
berkualitas dan real-time.
KONTAK
• Kontak erat ERA
adalah semua T yang pernah kontak eratdengan
orang
kasus suspek difteri sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan
sampai 2 hari setelah pengobatan (masa penularan).
Pertusis pasti:
Ditemukan kuman Bordetella
pertussis pada pemeriksaan
isolasi atau PCR swab nasofaring
04/03/201
9
Kontak kasus adalah orang serumah, tetangga,
teman bermain, teman sekolah, termasuk guru,
teman kerja yang kontak dengan kasus dalam
periode 20 hari (3 mg) dari mulai timbul gejala
(stadium kataral)
Kasus Konfirm:
Bayi lahir normal dapat menetek dan menangis setelah lahir,
antara 3 – 28 hari kemudian tidak dapat menetek dan kejang.
FAKTOR RESIKO TN
Persalinan Imunisasi TT
bersih rutin
TT
Surveilans tambahan/WUS
pd daerah risti
Eliminasi TN
TT
Persalinan Imunisasi TT tambahan/WUS
Surveilans pd risti
bersih rutin Imunisasi anak
sekolah
04/ 03/ 201
9
PENCEGAHAN SPESIFIK PD3I: UMUR/ BLN IMUNISASI DASAR
IMUNISASI DASAR < 24 hrs
1
Hep.B birth dose
BCG, OPV1
DAN LANJUTAN 2 DPT-HB-Hib1, OPV2 and PCV*
9 Measles/MR
IMUNISASI LANJUTAN
10 JE**
1 2 5 Ibu
BIAS S S S hami
D D D
(BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH)
l
04/03/201
9
TUJUAN INVESTIGASI KLB MENGHENTIKAN
KLB
KLB
(masalah)
P
What? e
Who?
Where
n Stop KLB
-Jangka Pendek
? Why y -Jangka
When? ?
e Panjang
b How
?
a
04/03/201
9
b
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
(PE)
Tindakan atau kegiatan penyelidikan yang dilakukan segera setelah
mengetahui adanya laporan KLB berdasarkan waktu, tempat dan
orang.
TUJUAN PE:
Memastikan bahwa terjadi KLB/wabah
Memastikan diagnosa
Menggambarkan variabel orang, tempat & waktu
Mengidentifikasi penyebab penyakit dan menggambarkan sumber penyebab penyakit,
cara penularan.
Mengidentifikasi populasi rentan & terpapar
Memberikan rekomendasi tindakan penanggulangan dan pengendalian.
04/03/201
9
CONTOH
KASUS