Anda di halaman 1dari 93

PD3I

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


Cara Penularan
1. Melalui UDARA : percikan ingus, ludah, riak  masuk ke saluran
nafas  bisa masuk ke aliran darah  menyebar ke organ tubuh
(otak dll)
– tbc, difteri, batuk rejan (pertusis), campak, influenza, flu burung,
radang paru (pnemonia), radang otak (meningitis)
2. Melalui AIR: tinja, air, tangan, alat-alat makan-minum, lalat,
makanan, minuman  masuk ke saluran cerna  darah:
– muntah berak, disentri, polio, demam tifoid, hepatitis A
3. Melalui BINATANG : gigitan, kotoran, lendir
– Rabies, demam berdarah, malaria, flu burung, leptospirosis, pes,
Ensefalitis JB
4. Melalui DARAH : hepatitis B, C, HIV- AIDS, dll
5. Melalui KONTAK KULIT : cacar, kanker leher rahim
6. Melalui HUBUNGAN SEKSUAL : HIV AIDS, gonorhoe, sifilis,
herpes, kanker leher rahim
Upaya Pencegahan Penyakit Bayi dan Balita

• Pencegahan UMUM, TIDAK SPESIFIK


(promotif, preventif)
• Kesehatan ibu hamil, Keluarga Berencana
• ASI, makanan pendamping ASI, perbaikan gizi
• Kebersihan perorangan, sumber air,
lingkungan
• Pencegahan Spesifik : Vaksinasi / Imunisasi
• Effisien, effektif terhadap penyakit berbahaya
– Tuberkulosis, Polio, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak
Menurunkan kejadian gizi kurang, berarti
menurunkan kematian bayi dan balita

Malaria
ISPA 5%
19% Diare
19%

Gizi kurang
Campak
54%
7%
Lainnya
32%
Perinatal
18%
Sumber: WHO, 2002
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN
IMUNISASI

Berdasarkan jenis penyelenggaraannya,


Imunisasi dikelompokkan menjadi :
Imunisasi Program dan Imunisasi Pilihan.
Imunisasi Program

Diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari

masyarakat dalam rangka melindungi yang


bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Imunisasi Pilihan

imunisasi yang dapat diberikan


kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dari
penyakit tertentu.
Imunisasi Program

terdiri atas:

a. Imunisasi rutin;
b. Imunisasi tambahan; dan
c. Imunisasi khusus.
Imunisasi rutin

 dilaksanakan secara terus menerus dan


berkesinambungan.
 terdiri atas Imunisasi dasar dan Imunisasi
lanjutan.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi
sebelum berusia 1 (satu) tahun.
terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit:
1. Hepatitis B
2. Poliomyelitis
3. Tuberkulosis
4. Difteri
5. Pertusis
6. Tetanus
7. Pneumonia dan meningitis karena hemophilus
influenza tipe b (hib); dan
8. Campak – Rubella
9. Pneumokokus
10.Rota virus
Imunisasi lanjutan

merupakan ulangan Imunisasi dasar


untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang
masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan
pada:

a. anak usia bawah dua tahun (Baduta);


b. anak usia sekolah dasar; dan
c. wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan

 pada Baduta terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit difteri,


pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis
yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib),
serta campak-rubella
 pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri
 Pada usia sekolah dasar diberikan pada bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha
kesehatan sekolah.
Imunisasi tambahan

merupakan jenis Imunisasi tertentu yang


diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai
dengan kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan
dilakukan untuk melengkapi Imunisasi
dasar dan/atau lanjutan pada target
sasaran yang belum tercapai.
Pemberian Imunisasi tambahan tidak
menghapuskan kewajiban pemberian
Imunisasi rutin
Imunisasi khusus

 dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan


masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu.
Imunisasi Pilihan adalah Imunisasi terhadap
penyakit:

a. pneumonia dan meningitis disebabkan pneumokokus


b. diare yang disebabkan rotavirus
c. Influenza
d. cacar air (varisela)
e. gondongan (mumps)
f. campak jerman (rubela)
g. demam tifoid
h. hepatitis A
i. kanker leher rahim disebabkan Human Papillomavirus
j. Japanese Enchephalitis
k. herpes zoster
l. hepatitis B pada dewasa dan
m. demam berdarah.
TBC
• WHO (1997) : 7.433.000 kasus TB di dunia,
terbanyak di Asia Tenggara.
• TB di Indonesia : tiga besar di dunia.
1 – Survei 1979-1982 : TB BTA (+) sebesar 0,29%.
– SKRT 1980 dan 1986 :TB penyebab kematian ke 4.
– SKRT 1992 : penyebab kematian ke 2 sesudah
kardiovaskular.
• 6 propinsi 1983 – 1993 :prevalensi 0,21% (DI
Yogyakarta) dan 0,65% (NTB dan DI Aceh).
• WHO :
– Indonesia 175.000 kematian/tahun akibat TB
– terdapat 450.000 kasus TB baru setiap tahunnya
TBC
Tuberkulosis
TB Extra Paru

• Sebagian besar
kuman menyerang
paru tetapi dapat
juga mengenai
organ tubuh lain.
PATOGENESIS
Perjalanan Penyakit
Manifestasi Klinis
Pencegahan Tuberkulosis
Imunisasi BCG

Suntikan BCG diberikan


pada lengan kanan atas:
Dosis 0,05 cc secara
intrakutan
Diphtheria
• Penyakit jalan napas atas
2 • Daya tular tinggi
• Disebabkan oleh
Corynebacterium diphtheriae
• Sumber infeksi hanya
manusia
• Ditularkan melalui aspirasi
napas atau bahan eksudat Corynebacterium
dari lesi di kulit diphtheriae

• Mortalitas tinggi pada


anak /manula
DIFTERIA
Tanda :
- Demam lebih kurang 38oC (tidak > 38,9oC)
- Nyeri tenggorok
- Pseudomembran (putih keabu- abuan)
pada laring/faring/tonsil/rongga hidung, tak
mudah lepas & mudah berdarah
Penyakit yg sangat menular & ancam kehidupan
Mortalitas ↑ meski cakupan imunisasi DPT/DT ↑ & angka
kejadian 
Dapat timbulkan KLB
Penanggulangan KLB :
- Tingkatkan derajat kekebalan masyarakat
- Upaya eradikasi : case finding maupun carrier
Faktor Risiko

• Faktor sosial ekonomi


• Overcrowding
• Nutrisi yang jelek
• Terbatasnya fasilitas
kesehatan
• Status imunisasi
PENULARAN

Masa inkubasi : 2 – 6 hari


Masa Penularan : (2-4 mgg) sejak inkubasi sampai
hilangnya bakteri di lesi (± 2 minggu)
Kontak langsung (pernafasan/ droplet infection
Carrier kronis ( pengidap tapi tak sakit )
 tularkan sampai 6 bulan
• Definisi Kontak
– Serumah atau sepermainan >4 jam selama 5 hari
berturut-turut atau >24 jam dalam seminggu atau
kontak dengan sekret penderita

• Definisi Karier
– Hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi klinis
Patogenesis

Mukosa
Sal. nafas, mata / genitalia

XI N
TO
PSEUDO
E M BRAN
M
MANIFESTASI KLINIS

 Keluhan dan gejala


tergantung
 Tempat infeksi
 Status imunitas penjamu
 Distribusi toksin kedalam sirkulasi
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Demam sub febril, biasanya 2-4 hari

Anoreksia, malaise

Batuk, pilek dan sakit telan

Anak tidur ngorok yang sebelumnya tidak


pernah ngorok

Perubahan suara pada anak sampai


bindeng
Pemeriksaan fisik
Ditemukan bercak putih keabuan
sukar diangkat serta mudah berdarah
(Pseudomembrane)
Pada kasus-kasus berat dapat
dijumpai tanda sumbatan jalan napas
 derajat Jackson
Laboratorium
• Ditemukan kuman difteri pada
pengecatan usapan dari bercaknya.
• Biakan kuman difteri positif (media
Loeffler)
• Kombinasi keduanya
Manifestasi Klinis
Difteri Ringan
Difteri pada lidah, mulut dan tonsil tanpa
Bullneck

Difteri Sedang
Difteri pada laring dan faring, tanpa bullneck

Difteri Berat
Difteri pada laring/faring dan fausial/tonsil
disertai bullneck atau sudah ada miokarditis
(Nelson,1987)
PSEUDOMEMBRAN

Lesi khas  membran asimetrik, keabu--abuan


dikelilingi oleh daerah inflamasi
DIFTERI BIBIR
Membran & jaringan oedematous  sumbat
jalan nafas
Perluasan ke larink / cabang trakheobronkhus
 gangguan jalan nafas (sufokasi)
BULLNECK
Kasus Suspek

Anak dengan gejala


Laringitis, Nasofaringitis
atau Tonsilitis dan adanya
pseudomembrane
Kasus Probable

suspek difteri ditambah salah satu dari :


 Pernah kontak dengan kasus (<2 minggu)
 Ada didaerah endemis difteria
 Stridor , Bullneck
 Pendarahan Submucosa/petechiae pada kulit
 Gagal jantung
 Gagal ginjal akut
 Myocarditis dan/ kelumpuhan motorik 1 s/d 6
minggu setelah onset
 Kematian
Kasus konfirmasi

Kasus probable dg. hasil isolasi positif


C difteriae yg toxigenic
(usap hidung, tenggorok, ulkus kulit, jaringan,
conjunctiva, telinga, vagina)
atau
serum antitoxin meningkat 4 kali lipat /lebih
(sebelum pemberian toxoid difteri /antitoxin)
KOMPLIKASI
miokarditis

-Kelumpuhan
palatum mole
-paralisis otot
mata

X IN
TO
nefritis Paralisis ekstrimitas bilateral
Tatalaksana Kasus
TINDAKAN
UMUM

1. Cegah komplikasi
2. Perbaiki/pertahankan
keadaan umum
3. Atasi gejala/akibat
yang timbul
Pemulangan Penderita
• Kelainan klinis & fisis sudah tidak ditemukan

• Biakan 2 kali berturut-turut negatif (bila keadaan


memungkinkan)
• EKG normal 3 kali berturut-turut

• Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan dan


defekasi
• Pemberian imunisasi sesuai status imunisasi
Tetanus

• Tidak mudah meluas (Non-


3 communicable)
• Penyebab: Clostridium tetani
• Sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan
• 1 juta kasus/tahun
• Mortalitas dinegara sedang Clostridium tetani

berkembang sangat tinggi


(termasuk 10 penyebab
kematian tertinggi)
Kekakuan otot dan
kejang tetanus
disebabkan oleh
tetanus toksin
(tetanospasmin),
yang diproduksi oleh
Clostridium tetani.
Yang termasuk basil
gram positif.

Gambar Kiri. Apusan pus dari infeksi anaerob. Setidaknya


terdapat tiga clostridia berbeda.

Gambar Kanan. Mikrograf elektron dari sel vegetatif


Clostridium tetani.
Pertusis
• Sangat menular, melalui
saluran napas
4 • Penyebab Bordetella
pertussis
• Penularan melalui kontak
penderita yang batuk
• Angka kesakitan Bordetella pertussis
meningkat pada bayi
yang belum
mendapatvaksinasi
• Penyebab kesakitan dan
kematian yang berarti di
negara berkembang
Epidemiologi Pertusis

• 40 juta kasus/tahun
• 360,000 kematian/tahun
• Th 1970 terdapat peningkatan angka
kesakitan karena penurunan cakupan
• Anak remaja dan dewasa sering
menjadi reservoir bagi bayi muda
ETIOLOGI

Pertusis atau disebut


juga batuk rejan
disebabkan oleh
Bordetella pertussis.
Bakteri gram negatif
yang tidak berspora.
Penularan terjadi melalui
droplet yang
mengandung Bordetella
pertussis dari pasien yang
batuk dan mencapai
traktus respiratorius
bagian atas dari orang
yang suseptibel.
• Masa inkubasi pertusis 6–21 hari, rata-rata 7-10 hari.

• Manifestasi klinis tergantung tergantung dari etiologi


spesifik , umur dan status imunisasi.

• Perjalanan klinis penyakit terdiri dari 3 stadium, yaitu


stadium kataralis berlangsung 1-2 minggu, stadium
paroksismal atau spasmodik berlangsung 2-4 minggu,
dan stadium konvalesens selama 1-2 minggu.
Campak

• Reservoir: manusia
5
• Transmisi: respiratorik, antar
manusia, melalui udara
• penularan: peralihan musim hujan
ke kemarau
• maksimum 4 hari sebelum sampai
4 hari sesudah timbulnya ruam
Campak / measles / morbillie
DEFINISI

Campak (Rubeola, Campak 9 hari) adalah suatu


infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai
dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan
selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.
Perjalanan penyakit Campak
Penyulit/komplikasi
1. Laringitis akut
2. Bronchopeumonia
3. Enteritis
4. Otitis meia
5. SSPE (subakut sclerosing panencephalitis)
6. Kejang demam
7. Encephalitis
8. Konjunctivitis
9. Sistem cardiovaskuler (sementara)
Koplik spot (bintik koplik)
Rash di muka penderita
RUBELLA
(SINDROMA RUBELLA
KONGENITAL)
RUBELLA
German Measles= Campak Jerman

• Merupakan penyakit pada anak,


ringan
• bila menyerang ibu hamil trimester I
dapat berakibat kelainan congenital
pada janin atau Congenital Rubella
Syndrome (CRS)
• Tidak semua janin akan tertular
• Ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya <12
minggu  risiko janin tertular 80-90%
• Usia kehamilan 15-30 minggu  risiko janin
tertular 10-20%
• Menyebabkan kematian janin atau CRS
• WHO  236.000 kasus Sindrom Rubella
Kongenital terjadi setiap tahun di negara
berkembang (meningkat 10x lipat saat terjadi
epidemi)
Klinis:
• Masa inkubasi 14 – 23 hari
• Demam ringan sekitar 37,5 – 38,5 C atau lebih rendah
• Sakit kepala
• Terkadang disertai Hidung tersumbat atau meler (pilek)
• Mata merah meradang
• Pembesaran kelenjar getah bening di bagian belakang leher
dan di belakang telinga.
• 2-3 hari kemudian timbul ruam merah muda yang dimulai
pada wajah dan menyebar dengan cepat ke bawah hingga
lengan dan kaki, kemudian menghilang dengan urutan yang
sama pula.
• Nyeri sendi, terutama pada wanita muda..

Transmisi : inhalasi droplet, intra uterine


Health and Medical Information -
Wordpress.com
Komplikasi Rubella
Sekitar 90 persen bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengidap
rubella selama trimester pertama kehamilan mengakibatkan
satu atau beberapa gangguan, antara lain:
•Retardasi pertumbuhan
•Kecacatan
– Mata : Katarak dll
– Telinga: Ketulian
– Jantung: Cacat jantung bawaan
– Cacat pada organ lain
– Keterbelakangan mental.

http://www.medkes.com
Vaksin Campak / MR dan
Alergi telur
• Vaksin Campak (MR) dibiakkan dalam media
fibroblast embrio ayam
• Dari penelitian terbukti aman bagi mereka yang
alergi telur
• Walaupun alergi telur, tidak pernah anafilaksis
dapat diberi vaksinasi campak / telur
Poliomyelitis

6
• Sangat infeksius

• Penyebab: enterovirus

• Sering pada anak usia


muda

• Virus menyebar melalui


kontak Polio virus
POLIOMIELITIS
–0.1 - 2% :
polio
paralitik
(kelainan
yang paling
serius)
Manifestasi Klinis
Imunisasi Polio
Hepatitis B

• Seluruh dunia : 2 trilliun orang


7
• Disebabkan oleh virus hepatitis B
(HBV)

• HBV ditularkan melalui darah


atau cairan tubuh

• Sebagian besar kasus tak dapat


diobati

• Setiap tahun sekitar 1-2 juta


orang meninggal terkait dengan
HBV
Cara penularan

Penularan infeksi HBV dapat dibagi menjadi 3 cara,


yaitu:
•Melalui kulit
– Virus tidak dapat menembus kulit yang utuh,
penularan melalui 2 cara, yaitu:
• Malalui tusukan jarum atau alat lain yang tercemar oleh
bahan yang infektif
• Kontak bahan infektif pada kulit dengan kelainan atau lesi
•Melalui mukosa
– Mukosa yang dapat menjadi port d’entre infeksi HBV
adalah mulut, mata, hidung, saluran pencernaan
bawah dan alat kelamin
•Perinatal (vertikal)
Perjalanan Hepatitis B

95% Sembuh
0.5% infeksi
INFEKSI DEWASA Dewasa
80% ASIMPTOMATIK
20% HEPATITIS AKUT 5%
1% FULMINAN
KARIER Karsinoma
KRONIK
dan
Hepato
Serosis Seluler
INFEKSI ANAK 95%
95% ASIMTOMATIK Sampai 40%
4% HEPATITIS AKUT anak yang
1% FULMINAN 5% Sembuh terinfeksi
Laki > Peremp
Penyakit yang disebabkan
8 Hemophilus influenzae tipe B

• Penyebab infeksi dan


mortalitas yang sering
pada anak
• Hib merupakan 95% dari
penyebab infeksi serius
akibat Haemophilus
• Cara penularan terutama
melalui jalan napas Haemophilus influenzae
Organisme memasuki tubuh melalui nasofaring,
selama berada di nasofaring organisme tersebut
mungkin tetap saja transien atau selama beberapa
bulan tanpa adanya gejala (asymptomatic carrier).
Manifestasi klinik penyakit akibat invasi Hib

Empyema osteomyelitis
pericarditis cellulitis etc

8% Bacteraemia
6%
Septic arthritis
7%

Meningitis 64% Hib 7% Epiglottitis

8%
Pneumonia
PNEUMONIA

Top countries with Pneumonia

• Indonesia is one of the 10 countries


with the highest number of under-five
deaths in 2015
• And 17% of death among children
under five in Indonesia due to
Pneumonia

In Indonesia EVERY HOUR


2-3 children under-five died
due to pneumonia
The United Nations Children's Fund (UNICEF). Comitting to Child Survival: A
Progress Renewed. Progress Report 2015. UNICEF. September 2015.
http://www.unicef.org/publications/index_83078.html. Accessed January 22,
2016

Source: WHO and Maternal and Child Epidemiology Estimation Group (MCEE) provisional estimates
2015
What is the most common cause of
bacterial pneumonia in children?
Severe Pneumonia cases1
Others
(Fungi, Virus)
30%
S.Pneumonia
(Pneumococcus) 50%

H.Influenza tipe B
20%
Streptococcus pneumoniae, the most common
cause of bacterial pneumonia in children2
1. UNICEF; WHO. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. 2006.
2. Pneumonia. Fact Sheet No. 331. Updated November 2014. WHO.
Pneumococcal disease and Etiology

Penyakit pneumokokus adalah sekelompok penyakit


yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus
(Streptococcus pneumoniae)

• Bakteri Gram-positif1
• Kapsul polisakarida1,2
– Faktor virulensi
– Penentu serotype
– Target vaksin
• Ada lebih dari 90 serotype yang
diketahui1,2
Bacterial – 11 serotypes berperan pada
Pneumonia 70% to 93% kasus IPD di
seluruh dunia3

1. CDC. Epidemiology and prevention of vaccine-preventable diseases. 11th ed. 2009;217-230.


2. WHO. Acute respiratory infections (update September 2009). http://www.who.int/vaccine_research/diseases/ari/en/print.html. Accessed March 16, 2010.
3. Hausdorff WP et al. Clin Infect Dis. 2000;30(1):100-121.
4. Centers for Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine Preventable Diseases. The Pink Book. 11th Edition. May 2009.
Penyebaran bakteri pneumokokus

Penyakit invasif
– sepsis
– meningiti
s
Karier
Infeksi mukosa
– otitis media
– sinusitis
– konjunctivitis

Penyakit Pneumokokus – pneumonia

CDC. Pneumococcal disease. In: Atkinson W, Wolfe S, Hamborsky J, eds. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases. 12th ed. Washington DC: Public Health Foundation; 2011;217-230. 11th ed.
2009;217-230.WHO. Acute Respiratory Infections (Update September 2009). http://www.who.int/vaccine_research/diseases/ari/en/print.html..
Bahaya karier pneumokokus  penyebaran / penularan

Other baby

Sibling

Adult

Karier nasofarings adalah sumber penularan (OTG)

Grandparent
4
Soedjatmiko, 2022
Rekomendasi ITAGI, 30 Januari 2017
• PCV dalam Program Nasional
• Kegiatan imunisasi pneumokokus saat
– Jadwal 2+1 dosis
ini belum dapat dilaksanakan secara
– PCV-1 bersamaan Pentabio-1
nasional.
– PCV-2 bersamaan Pentabio-2
• Sebagai tahap awal, prioritas – PCV-3 pada usia 12 bulan
pemilihan di daerah risiko tinggi dan • PCV dapat diberikan secara bersamaan
memilki data dasar pneumonia dengan vaksin lainnya (DPT-HB-Hib, OPV,
• Saran pelaksanaan demonstration IPV)
program • Diperlukan pemantauan keamanan vaksin
secara berkala, bekerjasama dengan
• Dipilih kabupaten dengan skala KOMNAS/KOMDA PP KIPI
populasi yang besar, agar dapat terlihat
dampak penurunan beban penyakit:
diusulkan Kab Lombok Barat dan
Lombok Timur
Reference: ITAGI Recommendation 2016
Sumber: Sri Rezeki Hadinegor
Terima
Kasih !

Anda mungkin juga menyukai