Anda di halaman 1dari 46

Program

Pencegahan dan Pengendalian


ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Subdit Pencegahan dan Pengendalian ISPA


Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen P2P Kemenkes RI
SISTEMATIKA
1. Pendahuluan

2. Ruang Lingkup

3. Tujuan

4. Kebijakan dan Strategi Program P2 ISPA


1. Pendahuluan
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT


SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
HIV AIDS DAN HEPATITIS DAN PENYAKIT
INFEKSI SALURAN PENYAKIT TROPIS
TUBERKULOSIS PERNAPASAN AKUT
PENYAKIT INFEKSI INFEKSI SALURAN
PENCERNAAN MENULAR LANGSUNG
MENULAR SEKSUAL

SEKSI SEKSI
INFEKSI SALURAN SEKSI SEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS
PERNAPASAN ATAS HIV AIDS HEPATITIS KUSTA
SENSITIF OBAT

SEKSI SEKSI
SEKSI
SEKSI PENYAKIT INFEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS PENYAKIT INFEKSI
SALURAN
PNEUMONIA MENULAR SEKSUAL FRAMBUSIA
RESISTENSI PENCERNAAN
OBAT
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Saluran pernafasan Akut (ISPA)

1. Pencegahan dan Pengendalian Pneumonia.

2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran


Pernapasan Atas
Definisi Operasional

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA):


Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran napas mulai
hidung - alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura.)
- PNEUMONIA
Adalah Infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
- INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS
Saat ini fokus pada Kesiapsiagaan pandemi Influenza dan Penyakit Akibat
Kabut Asap
TUJUAN:

Mengurangi angka kesakitan dan


kematian karena Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (pneumonia & ISPA
Atas) pada balita
Kebijakan Program P2 ISPA
Tahun 2025, Angka kematian balita akibat Tahun 2025, seluruh kabupaten/kota memiliki
pneumonia <3/1000 dan jumlah pneumonia berat rencana kontijensi kesiapsiagaan pandemi
turun sebesar 75% dibanding tahun 2010 influenza yang aktif

Infeksi Saluran Pernapasan


Pneumonia
atas
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza:
PROMOTIF PREVENTIF Diagnostik- Pandemi Influenza PASTI (sering terjadi) => tidak bisa
diprediksi kapan, dimana dan apa subtipe virusnya.
Peningkatan: Imunisasi: Kuratif
ANC, DPT, Surveilan kesiapsiagaan dampak negatif kabut asap
Diagnostik,
ASI eksklusif, Campak,
Gizi, Hib,
deteksi: Upaya Kesiapsiagaan:
Hitung nafas & Kerjasama Internasional; Virus Sharing; Indonesia sponsor Pandemic
PHBS Pneumokok lihat TDDK, Influenza Preparedness Framework; WHA 2011;
Rumah sehat (belum jadi Saturasi O2 Kapasitasi laboratorium dan jejaring nasional / Internasional (pandemi)
Deteksi dini program)
Kuratif : Antibiotik Komunikasi risiko (Cepat, Tepat, Akurat)
dan terapi O2 Surveilans pneumonia, ILI & ISPA Berat
Mengurangi Kemoprofi-laksis
Koordinasi lintas sektor/program
polusi udara yang terpapar
Cotri => Amox Pendekatan bahwa PANDEMI => sebagai Bencana non alam
HIV
Penanganan dampak negatif kabut Asap => lintas sektoral / program
Review, updating pedoman NSPK :
Penguatan Kapasitas & GAPPD Sosialisasi dan Advokasi seluruh provinsi, kab/kota
Advokasi kepada pemangku kepentingan Pelatihan / Penyegaran => Simulasi; table top exercise
NSPK & Koordinasi Lintas Sektor / Program Sosialisasi Business Continuity Plan (BCP) 9
SASARAN RPJMN 2015-2019
1. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak
2. Status Gizi masyarakat
3. Penurunan Prevalensi Penyakit menular dan Tidak Menular
4. Peningkatan Pemerataan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
5. Peningkatan Perlindungan Finansial
6. Peningkatan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Memastikan Ketersediaan dan Mutu Obat dan makanan
8. Peningkatan upaya peningkatan promosi kesehatan & pemberdayaan masyarakat serta
Peningkatan pembiayaan kegiatan promotif & preventif
9. Peningkatan upaya peningkatan perilaku hidup bersih & sehat (PHBS)
10. Peningkatan perlindungan finansial termasuk menurunnya pengeluaran katastropik
akibat pelayanan kesehatan
11. Peningkatan responsifitas sistem kesehatan (health system responsiveness)
10 12. Peningkatan daya saing obat dan makanan nasional
Indikator dan Target Pencegahan dan Pengendalian ISPA 2015-2019

Target
No Indikator Base-line
2016 2017 2018 2019

RPJM:
Persentase kabupaten/kota dengan
14,8
1 cakupan penemuan pneumonia balita 30 40 50 60
(2015)
minimal 80%

Renstra Kemenkes:
Persentase kabupaten/kota yang 50%
14,8
2 puskesmasnya melaksanakan tata- 30 40 50 60
(2015)
laksana pneumonia balita sesuai standar

Rencana Program P2-ISPA:


58,9
3 Cakupan penemuan pneumonia balita 70 80 85 90
(2015)
Jumlah kumulatif Provinsi yang
8
4 menyusun Rencana Kontijensi Pandemi 12 16 20 24
(2015)
influenza
GAPPD
(the Global Action Plan for the PREVENT;
PROTECT; Prevention and Control of Pneumonia
and Diarrhea)mencegah supaya anak-anak tidak sakit
melindungi anak-anak dengan upaya pelayanan pneumonia dan diare, seperti upaya;
kesehatan yang baik sejak lahir, seperti: 1)Vaksin: pertusis, campak, Hib, PCV dan
rotavirus
1) Pemberian ASI eksklusif Menurunkan 2)Cuci Tangan Pakai Sabun
selama 6 bulan. Angka Kesakitan dan3)Air minum & sanitasi yg aman
2) Pemberian makanan Kematian Akibat Pneumonia 4)Mengurangi polusi udara rumah tangga
pendamping ASI yang & Diare 5)Pencegahan HIV
memadai. 6)Kotrimoksazol profilaksis
3) Pemberian suplementasi untuk anak-anak yang terinfeksi
TREAT; HIV dan terkena
vitamin A memberikan pengobatan yang tepat
kepada anak-anak yang sakit pneumonia dan diare.
1. Peningkatan akses sarana pelayanan kesehatan dan rujukan.
2. Manajemen kasus di fasilitas kesehatan dan kemampuan deteksi
dini di tingkat masyarakat
3. Kebutuhan: ORS rendah osmolaritas, seng, antibiotik pulse dan terapi oksigen
4. makan Lanjutan (termasuk ASI)
5. dosis tinggi amoksisilin oral untuk pengobatan pneumonia (kotak kuning) yaitu 90 mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis selama 3 hari (IDAI)
Angka Perkiraan Pneumonia per Provinsi
NO PROVINSI PERKRAAN KASUS NO PROVINSI PERKRAAN KASUS
1 Aceh 4.46 18 Nusa Tenggara Barat 6.38
2 Sumatera Utara 2.99 19 Nusa Tenggara Timur 4.28
3 Sumatera Barat 3.91 20 Kalimantan Barat 2.12
4 Riau 2.67 21 Kalimantan Tengah 4.37
5 Jambi 3.15 22 Kalimantan Selatan 5.53
6 Sumatera Selatan 3.61 23 Kalimantan Timur 2.86
7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68
8 Lampung 2.23 25 Sulawesi Tengah 5.19
9 Kep. Bangka Belitung 6.05 26 Sulawesi Selatan 3.79
10 Kepulauan Riau 3.98 27 Sulawesi Tenggara 3.84
11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84
12 Jawa Barat 4.62 29 Sulawesi Barat 4.88
13 Jawa Tengah 3.61 30 Maluku 3.74
14 DI Yogyakarta 4.32 31 Maluku Utara 2.29
15 Jawa Timur 4.45 32 Papua Barat 2.88
16 Banten 4.12 33 Papua 2.80
13
17 Bali 2.05 NASIONAL 3.55
Upaya Pengendalian Pneumonia Balita

Menggalakkan
- ANC
- ASI eksklusif - - Imunisasi :
Giziseimbang DPT,
- PHBS (CTPS) Campak,
-Mengurangi Hib,
polusi udara Pneumokok
-Etika batuk (belum jadi
- Deteksi dinii program)
Peran Tenaga Medis dalam
Pengendalian Pneumonia Balita

Deteksi dan tatalaksana kasus sesuai standar


Mendidik/mensosialisasikan tenaga kesehatan lain di
wilayah kerjanya dalam deteksi dan tatalaksana kasus
Mendidik keluarga pasien dalam pencegahan,
pengenalan gejala dan tanda pneumonia
Pneumonia Pembunuh Balita di Dunia
Pada tahun 2015, 5,9 juta balita meninggal dan
15 % (935.000) diantaranya karena pneumonia.

99% kematian pneumonia anak di negara berkembang


Pneumonia di negara maju banyak disebabkan
virus sedangkan negara berkembang oleh bakteri.
Target MDGs_4 : reduksi 2/3 kematian bayi/Balita
pada akhir tahun 2015 dilanjut SDGs 2030
Tujuan Global 2025, Untuk semua balita:
- Angka kematian akibat pneumonia kurang dari 3
per 1000 KH
- Mengurangi insidensi pneumonia berat
sebesar 75% dibanding tahun 2010;
Situasi Pneumonia Bayi/Balita di Indonesia

Riskesdas 2007, Penyebab kematian


bayi => terbanyak diare (31,4%) dan
pnemonia (23,8%). dan Penyebab
kematian anak balita => terbanyak
diare (25,2%) & pnemonia (15,5%)

Riskesdas 2013; Insiden dan


prevalensi pneumonia Indonesia Pneumonia

adalah 1,8% dan 4,5%

SRS; 2014 : 23 balita meninggal setiap


jam dan 4 diantaranya karena
pneumonia Sumber : Riskesdas (2007)
Cakupan Program ISPA 2011-2016
WHO . http://whqlibdoc.who.int/publications/ 2008
Tantangan/Kendala P2 ISPA (1)
1. Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Fasyankes Primer dalam
: (a) Deteksi pneumonia secara cepat dan akurat, (b) Tatalaksana
kasus, (c) Manajemen program ISPA karena tingginya frekuensi
mutasi pegawai di daerah)
2. Kasus pneumonia balita yang under reported karena : rendahnya
pengetahuan dan pemahaman petugas tentang ISPA atau
Pneumonia balita di Fasyankes Primer dan Rumah Sakit.
3. Ketergantungan daerah kepada Pusat, dalam : (a) Dukungan alat
deteksi pneumonia, (b) Buku pedoman, (c) Peningkatan kapasitas
Nakes, (c) Media promotif-preventif dan KIE.
4. Beberapa Kab/Kota memiliki Dana APBD untuk operasional ISPA,
banyak Provinsi yang tergantung Anggaran Dekonsentrasi.
Tantangan/Kendala P2 ISPA (2)

5.Dana BOK belum optimal dimanfaatkan daerah untuk


mendukung Program P2ML
6.Banyak Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum
terpapar tentang rencana kontijensi dan kesiapsiagaan
pandemi influenza
7.Kelengkapan laporan 2015 program ISPA masih rendah :
kelengkapan laporan provinsi 62,99% dan kelengkapan
laporan Kab/Kota 59,05%
22
22
Kebijakan dan Strategi
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza
di Indonesia

Subdit Pengendalian ISPA


Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen PP dan PL Kemenkes RI
History of Influenza Pandemics in 20th Century

2009: Swine Flu

1918: Spanish Flu 100,000-400,000 deaths*


1968: Hong Kong Flu

40-50 million deaths* 1 -4 million deaths* CFR 0.02%*


1957: Asian Flu

CFR 2-3%* CFR < 0.2%* Children & Young Adult


1-4 million deaths*
Most affected Young Adult CFR < 0.2%* All age groups
H1N1
All age groups H3N2
H1N1
H2N2 H5N1 *) Estimated
HxNy H7N9
Dari total 189,265 pasien rawat inap, 2,471 (1.3%) teridentifikasi sebagai
kasus ISPA Berat.
Dari total 2,329 spesimen ISPA Berat yang diperiksa, 288 (12%) diantaranya
positif influenza.
-- A (H1N1)pdm09
-- A(H3N2)
-- B

Jenis virus influenza yang teridentifikasi adalah influenza B, A(H1N1)pdm09, dan


A(H3N2)
MENGAPA HARUS BERSIAP MENGHADAPI
PANDEMI?
Agar mampu mengenali secara dini dan menanggulangi
dampaknya
Membatasi atau memperlambat penularan dan penyebaran ke
wilayah yg lebih luas
Meminimalisasi jumlah penderita yang dirawat maupun kematian
Menjaga/ mempersiapkan keberlangsungan unit-unit esensial
Mengurangi dampak ekonomi dan sosial
Dasar Hukum

Undang undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;


Undang undang No. 27 Tahun 2007 tentang bencana
Undang undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2014 tentang
Pengendalian Penyakit Menular dan tidak Menular
Permenkes No 568 tahun 2010 tentang laboratorium EID
Kondisi saat ini
Avian Influenza : H7N9, H5N2, H5N3, H5N6, H5N8
Avian Influenza H5N1 masih bersirkulasi
Influenza musiman (H1N1)

Ancaman pandemi

Peningkatan kesiapsiagaan
1. Prioritas Keselamatan Manusia.
2. Mempertimbangkan Dampak terhadap Ekonomi.
3. Penekanan pada upaya integrasi ; Pemerintahan, Swasta,
Masyarakat, Organinasi profesi, dan organisasi internasional
4. Kepatuhan terhadap perjanjian dan standar baik nasional maupun
internasional.
5. Kesiapsiagaan dan kewaspadaan dalam mengantisipasi pandemi
influenza harus tetap dikelola dan berkelanjutan

32
PANDEMI: Dengan & Tanpa Kesiagaan
Kasus Harian

DEKOMPRESI
BEBAN
PUNCAK

KASUS RENDAH
DAMPAK BURUK
TANPA KURANG
INTERVENSI
DENGAN
INTERVENSI

Waktu mulai kasus pertama


Iwan MM
Pedoman Pandemi Nasional
PEDOMAN & PETUNJUK PELAKSANAAN
PENANGGULANGAN EPISENTER PANDEMI
INFLUENZA

MODUL PELATIHAN
PENANGGULANGAN
EPISENTER PANDEMI INFLUENZA
Respon berdasarkan Risiko : Contoh skenario

Siaga
Respon berdasarkan skenario: (1) Episenter di dalam negeri
Siaga Darurat
Episenter di luar negeri) 2 ( Tanggap Darurat

Risiko/Fase Inter pandemic Alert Pandemic Transition


Rendah Terdeteksi kasus pada Terdeteksi (satu) kasus WHO deklarasi
hewan, tidak menyebar pada manusia (Penularan pandemi, tidak terdapat
luas dari hewan ke manusia) kasus di Indonesia. Penurunan
kasus
Sedang Terdeteksi kasus pada Terdeteksi kasus pada Sudah terdeteksi kasus
hewan , adanya manusia, penyebaran kluster di Indonesia
penyebaran terbatas terbatas.
Tinggi Penyebaran luas pada Terdeteksi kasus pada Sudah ada penyebaran
hewan, risiko penularan manusia, penyebaran kasus secara luas di
pada manusia menngkat luas, episenter di dalam masyarakat
negeri
Respon berdasarkan Risiko

Siaga
Respon berdasarkan skenario: (1) Episenter di dalam negeri
Siaga Darurat
Episenter di luar negeri) 2 ( Tanggap Darurat

Risiko/Fase Inter pandemic Alert Pandemic Transition


Rendah Kesiapsiagaan Review renkon Review +testing Deactivation ICS
Penyusunan Renkon renkon
Sedang Respon berdasarkan skala , Review & testing renkon Review ICS. Scaled down
meningkatkan pencegahan -sirkular kesiapsiagaan Scaled response response
penularan diantara hewan & -litbang-> (+) kontrol dan Review contingency
pencegahan penularan reagen plan & testing Prepare for possible
kepada manusia -Isolasi kasus new waves.

Tinggi Manajemen kedaruratan Epicenter : Activation ICS Prepare for possible


pada hewan, pencegahan Aktivasi renkon (karantina Scale up response new waves
transmisi kepada manusia wilayah, aktivasi ICS)
Kesiapsiagaan Pandemi
1. Episenter di luar negeri
-Penularan pada hewan di luar negeri
-Sudah ada penularan dari hewan ke manusia di luar negeri, belum ada kasus di
Indonesia
-Sudah terjadi Episenter pandemi di luar negeri, tetapi belum ada kasus di
Indonesia, risiko rendah masuk kasus ke Indonesia.

2. Episenter di dalam negeri


Penularan pada hewan, belum ada kasus pada manusia
Perka BNPB
UU RI no 24 tahun 2007 mengenai penanggulagan
kebencanaan
Perka no 24 no 2007 mengenai status kebencanaan
Perka no 10 2008 dan no 14 tahun 2010 mengenai
sistem komando pada saat kebencanaan
Perka No 6a tahun 2011 mengenai pedoman dana
siap pakai
Penetapan status nasional / sub nasional
dengan kasus penularan antara hewan ke manusia maupun penularan antar
manusia bermula di luar negeri (Episenter di luar negeri)
Penetapan Skenario berdasarkan risiko Respon
Status

SIAGA -Sudah terjadi pandemi dengan episenter di luar negeri, Respon berdasarkan
DARURAT belum ada kasus di Indonesia , risiko tinggi masuk kasus tingkat risiko (rendah,
ke Indonesia. sedang, tinggi)
-Sudah ada satu kasus suspek di Indonesia yang berasal
dari negara terjangkit.

TANGGAP - Terdapat satu kasus konfirm atau lebih di AKTIVASI Rencana


DARURAT Indonesia (cluster/ sporadik) Kontijensi

Transisi Fase transisi Deaktivasi rencana


Darurat kontijensi
Penetapan status nasional / sub nasional
dengan kasus penularan antara hewan ke manusia maupun penularan antar
manusia bermula di dalam negeri (Episenter di dalam negeri)
Penetapan Skenario berdasarkan risiko Repon
Status

Sudah ada penularan dari hewan ke manusia Respon berdasarkan


SIAGA (satu kasus maupun kluster ) skala risiko (rendah,
DARURAT Note : Gejala ILI dengan faktor risiko sedang, tinggi)

TANGGAP Sudah terjadi Episenter pandemi (sudah ada AKTIVASI Rencana


DARURAT penularan antar manusia) Kontijensi

Transisi Fase transisi Deaktivasi rencana


Darurat kontijensi
Manajemen Risiko Pandemi
Kebijakan & manajemen Perencanaan & Koordinasi Respon Medis
sumber daya
Mekanisme Koordinasi
Rencana Kontijensi Kesiapan pelayanan
Kebijakan
Strategi peningkatan kapasitas Kesiapsiagaan kesehatan
Pandemi Tindakan pendegahan
Monitoring & Evaluasi
Pembiayaan Rehabilitasi pengendalian infeksi
Sumber daya manusia Keberlangsungan usaha
Simulasi
Deteksi dini dan penggunaan
Infrasturktur kesehatan dan
informasi untuk pengambilan Pemberdayaan Masyarakat
logistik
kebijakan dan Komunikasi Risiko
EWARS Suplai logistik (antiviral, vaksin,
Analisa Risiko PPE, non medical logistic)
Manajemen informasi Kesiapan infrastruktur kesehatan
Komunikasi Risiko
Pendekatan Multi sektor
Prinsip utama:
Pendekatan multi sektor, multidisiplin.
Kesiapsiagaan di setiap tingkatan
Kesiapsiagaaan komunitas
Respon berdasarkan risiko
Keberlangsungan Usaha
Pokok-pokok Kegiatan Penanggulangan
Pandemi
1. Pembentukan pos komando dan koordinasi sebagai
pusat operasi penanggulangan
2. Surveilans epidemiologi
3. Respon medik dan laboratorium
4. Intervensi farmasi
5. Intervensi nonfarmasi termasuk pengawasan perimeter
6. Komunikasi risiko
7. Tindakan karantina di bandar udara, pelabuhan, pos
lintas batas darat (PLBD), terminal, dan stasiun
8. Mobilisasi sumber daya
Kesimpulan Kaji Ulang Kesiapsiagaan Pandemi Influenza 2015
Di 8 Wilayah
1. Pada dasarnya unsur-unsur kesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza
cukup Memadai. Namun demikian masih diperlukan peningkatan dan
penguatan untuk berbagai aspek antara lain
Aspek Legal,
Perencanaan,
Penganggaran dan koordinasi,
Manajemen Informasi dan
Dukungan kemampuan SDM yang memadai,

2. Secara umum Renkon di tingkat Provinsi sudah disusun, demikian juga di KKP
sebagai pintu masuk negara, namun beberapa Renkon di Provinsi/KKP belum
dilakukan review dan simulasi secara berkala
Pandemi Influenza adalah sesuatu hal yang hampir pasti terjadi,
hanya kita tidak tahu kapan, di mana dan jenis apa yang menjadi
pandemi

Siap siaga selalu


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai