Kelompok I
OTITIS MEDIA
RHINITIS
INFEKSI
SALURA TONSILITIS
N
NAPAS BRONKITIS
INFEKSI SALURAN
NAPAS BAWAH
PNEUMONIA
Infeksi
Saluran
Pernapasan
Atas
Otitis Media
Otitis
Media
Definisi
Hidung
Nyeri Pilek Demam
tersumbat
Otitis
Media
Tes Lab
O Pewarnaan Gram
O Kultur
O Pemeriksaan lain menggunakan X-ray
dan CT-scan ditujukan untuk
mengkonfirmasi adanya mastoiditis
dan nekrosis tulang pada otitis maligna
ataupun kronik
Otitis
Media Klasifikasi
OTITIS MEDIA
Cont.
Kronik
Otitis media kronik terbentuk sebagai konsekuensi
dari otitis media akut yang berulang, meskipun hal
ini dapat pula terjadi paska trauma atau penyakit
lain. Perforasi membrana timpani, diikuti dengan
perubahan mukosa (seperti degenerasi polipoid dan
granulasi jaringan) dan tulang rawan (osteitis dan
sclerosis).
Bakteri yang terlibat pada infeksi kronik berbeda
dengan otitis media akut, dimana P. aeruginosa,
Proteus species, Staphylococcus aureus, dan
gabungan anaerob menjadi nyata.
Otitis
Media Penularan &
Faktor
Resiko
Stadium
1. 2.
3.
AKUT KRONIK
SUB AKUT
Berat
Disamping adanya sekret yang
●
●
C-reactive protein (CRP)
2 level > 10mg/L
Kultur tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien:
3
●
●
immunocompromise dengan perawatan intensif
●
Anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat
●
komplikasi yang disebabkan sinusitis
Sinusitis tidak tertangani 1. Meningitis
dengan baik 2. Septikemia
KOMPLIKASI
Memerlukan tindakan operatif
sinusitis kronik dapat terjadi
untuk menumbuhkan kembali
kerusakan mukosa sinus
mukosa yang sehat
Faringitis
EPIDEMIOLOGI
• Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan orang
dewasa umumnya mengalami 3−5 kali infeksi virus pada
saluran pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Frekuensi munculnya
faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira
15−30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan
10% kasus faringitis pada orang dewasa. Biasanya terjadi
pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak
kurang dari tiga tahun (Acerra, 2010).
Faringitis
Definisi
Klasifikasi
Faringitis akut
Faringitis merupakan peradangan Faringitis viral
dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, Faringitis bakterial
Faringitis kronik
Faringitis kronik
hiperplastik
Faringitis
Etiologi
Klasifikasi
Faringitis akut
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus
(EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain.
Faringitis viral
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Faringitis fungal
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Faringitis gonorea
Faringitis kronik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding Faringitis kronik
posterior faring. hiperplastik
Faringitis Tanda dan
Gejala
Klasifikasi
Faringitis akut
Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea,
mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Faringitis viral
Gejala dan tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala yang
hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, Faringitis bakterial
jarang disertai batuk.
Gejala dan tanda biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan Faringitis fungal
nyeri menelan.
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Faringitis gonorea
Faringitis kronik
Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluh mula-mula Faringitis kronik
tenggorok kering dan gatal dan akhirnya batuk. hiperplastik
Faringitis
Diagnosa
1.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang bila diperlukan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Faringitis akut
pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat
(virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak Faringitis viral
menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat menimbulkan
lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular
rash.
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Faringitis gonorea
Faringitis kronik
tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral Faringitis kronik
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior hiperplastik
tidak rata dan bergranular.
Faringitis
Diagnosa
2.
Pemeriksaan
Penunjang
Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan
tenggorokan (kultur apus tenggorokan).
Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas
90−95% dari diagnosis, sehingga lebih
diandalkan sebagai penentu penyebab
faringitis yang diandalkan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Tes infeksi jamur, menggunakan slide
dengan pewarnaan KOH
Perrenial allergic
Terjadi setiap saat dalam setahun
rhinitis (PAR) penyebab utama: debu, animal
dander, jamur, kecoa
Rhinitis
Klasifikasi
Cont.
Occupational allergic
rhinitis Terkait dengan pekerjaan
Etiologi
Rinitis Alergi dipicu oleh adanya
allergen :
1. Outdoor aeroallergen (serbuk
sari & spora tumbuhan)
2. Pollutans (ozone, asap
kendaraan)
3. Indoor aeroallergen (tungau,
kecoa, spora jamur, asap
rokok & bulu hewan
peliharaan)
4. Bahan kimia (isocyanate,
glutaraldehyde)
Patofisiologi
Rhinitis
Patofisiologi
Rhinitis
Gejala dan
Tanda
Gejala Tanda
Hidung
• Allergic salute
• Allergic crease
Mata
• Allergic shiner
• Bersin > 5x/
serangan Lidah
• Hidung berair
(rhinorrhea) • geographic tongue
• Hidung tersumbat
Telinga
• Retraksi membran timpani
Faringeal
• faringitis granuler
• Hidung & mata gatal Laringeal
• Lakrimasi • suara serak & edema pita suara
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik >> lingkaran
hitam di bawah mata, lipatan
hidung karena menggosok berulang
hidung, edema.
Riwayat Penyakit
Alergi Keluarga
Diagnosa
Nasal allergen challenge &
sekretion.
Skin Test
• Skin prick test (SPT)
• RAST (Radioallergosorbent
test)
Diagnosis
skin test/skin prick test atau RAST (Radioallergosorbent test)
Tonsilitis merupakan
Terjadi ketika tonsilitis disebabkan
inflamasi atau oleh Actinomyces bakteri –organisme
pembengkakan akut Subkut anaerob yang bertanggung jawab
untuk keadaan suppuratif pada tahap
pada tonsil atau infeksi. Infeksi ini bisa bertahan
amandel (Reeves, antara tiga minggu dan tiga bulan
Roux, Lockhart, 2001).
cc
terjadi ketika tonsilitis disebabkan oleh
Kronik infeksi bakteri yang dapat bertahan
jika tidak diobati
Menurut (Eunice, 2014) ada
tiga jenis utama dari
tonsilitis, yaitu
Tonsilitis
vEtiologi
1. 2. 3.
Disfagia (sakit
Sakit Kepala Malaise saat menelan)
7. 5. 4.
Pembesaran atau 6.
terjadinya tenderness
pada kelenjar getah
bening servikal serta
sakit telinga disebabkan
persarafan yang sama
kepada kedua
telinga serta
tenggorokan Kurang nafsu Halitosis (bau
Mual dan muntah mulut)
makan
Tonsilitis
v
Diagnosa
Bakteri menginfeksi
lapisan epitel jaringan Reaksi radang
tonsil
Keluarnya leukosit
Detritus terbentuk
polimorfonuklea
Faktor Penyebab
Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang
dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus
dan parasit.
Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita dan
bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak. Pneumonia
dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia.
Manifestasi klinik menjadi sangat berat pada pasien dengan usia sangat
muda, manula serta pada pasien dengan kondisi kritis.
Community Acquired
Pneumonia (CAP)
Ditinjau dari asal patogen,
maka pneumonia dibagi
Nosokomial Pneumonia
menjadi tiga macam yang
berbeda penatalaksanaannya.
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia
Definisi
Community Acquired
Pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo.
Patogen umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H.
influenzae, bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV).
Pada anak-anak patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya
keterlibatan Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di samping
bakteri pada pasien dewasa.
Nosokomial
Pneumonia
Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen yang
umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang beredar di
rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif batang seperti E.coli,
Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulu mendapat terapi cefalosporin
generasi ke-tiga, biasanya dijumpai bakteri enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter sp.,
Serratia sp., Enterobacter sp.. Pseudomonas aeruginosa merupakan pathogen yang kurang
umum dijumpai, namun sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan. Staphylococcus
aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang
dirawat di ICU.
Pneumonia
Definisi
Pneumonia Aspirasi
Dipiro Edisi 9
Pneumonia
Epidemiologi
Faktor Resiko
• Usia tua atau anak-anak
• Merokok
• Adanya penyakit paru yang menyertai
• Infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan
Tanda dan Gejala
oleh virus Mikroorganisme penyebab
• Splenektomi (Pneumococcal Pneumonia) pneumonia meliputi: bakteri, virus,
• Obstruksi Bronkhial mycoplasma, chlamydia dan jamur.
• Immunocompromise atau mendapat obat Pneumonia oleh Karena virus
Immunosupressive seperti - kortikosteroid banyak dijumpai pada pasien
• Perubahan kesadaran (predisposisi immunocompromised, bayi dan
untuk pneumonia aspirasi) anak. Virus-virus yang menginfeksi
adalah virus saluran napas seperti
RSV, Influenza type A,
parainfluenza, adenovirus .
Pneumonia
Diagnosa
Gambaran Klinis
Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua
jenis pneumonia. Gejala-gejala meliputi:
Gejala Mayor:1.batuk
2.sputum produktif
3.demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. sesak napas
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada
pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L
Pneumonia
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
Laboratorium
Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan serologi. Kultur darah dapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak
diobati. Anlalisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
Daftar Pustaka
O Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan Ri 2005
O Dipiro, J, T.,et,al 2008, Pharmacotherapy Handbook, Seven edition, Mc Graw Hill.
O Rusmarjono, Efiaty, A.S., 2007, Nyeri Tenggorok: Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid
dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher, Edisi Keenam
Cetakan Keempat, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
O Eunice, M., 2014. Efficacy of the Homoeopathic Complex Tonzolyt® on the Symptoms of Acute
Tonsillitis in Black Children Attending a Primary School in Gauteng, University Johannesburg.
O American Academy Of Otolaryngology – Head and Neck Surgery 2011. Tonsils and Adenoids.
Available from:https://www.entnet.org/content/tonsils-and-Adenoids [Accessed from : 29 April
2015]
O Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeus Calpius.Reeves, Charlene
J., Roux, Gayle, Lockhart, Robin, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Salemba Medika (Edisi 1).
O Suyitno S, Sadeli S, 1995. Uju Banding Klinik Antara Ofloksacin dengan Amoksisilin Terhadap
Penderita Tonsilitis/Tonsilo faringitis Kronis Eksaserbasi Akut. Kumpulan Naskah Ilmiah
KONAS XIV PERHATI Yokyakarta; 397-412.