Anda di halaman 1dari 81

Infeksi Saluran Nafas Akut

Kelompok I
OTITIS MEDIA

INFEKSI SALURAN SINUSITIS


NAPAS ATAS
FARINGITIS

RHINITIS
INFEKSI
SALURA TONSILITIS
N
NAPAS BRONKITIS

INFEKSI SALURAN
NAPAS BAWAH

PNEUMONIA
Infeksi
Saluran
Pernapasan
Atas
Otitis Media
Otitis
Media
Definisi

Otitis media adalah


radang telinga tengah.
Dengan gejala infeksi pada
bagian tengah telinga,
seperti otalgia, demam, dan
mudah tersinggung, dan
munculnya cairan di telinga
tengah(dipiro, 2008)
Otitis
Media Faktor
Resiko

O Musim dingin / virus influenza


O Kurangnya menyusui pada bayi
O Gangguan anatomi
O Kolonisasi nasofaring dengan patogen
telinga tengah
O Predisposisi genetik
O IMmunodeficiency
O Alergi
Otitis
Media
Patofisiologi

Otitis media akut biasanya mengikuti


infeksi saluran pernapasan atas yang MIKROBIOLOGI
menyebabkan disfungsi tabung
O pneumoniae
Eustachius dan pembengkakan mukosa
O Nontypeable Haemophilus
di telinga tengah. Bakteri dan virus yang
menjajah nasofaring. Dengan demikian influenzae
masuk ke telinga tengah dan tidak O Moraxella catarrhalis
dibersihkan dengan benar oleh O Staphylococcus aureus
mucociliary system. Dengan adanya
efusi, bakteri berkembang biak dan
menyebabkan infeksi
Otitis
Media
Gejala

Susah tidur Mudah tersinggung Batuk

Hidung
Nyeri Pilek Demam
tersumbat
Otitis
Media
Tes Lab

O Pewarnaan Gram
O Kultur
O Pemeriksaan lain menggunakan X-ray
dan CT-scan ditujukan untuk
mengkonfirmasi adanya mastoiditis
dan nekrosis tulang pada otitis maligna
ataupun kronik
Otitis
Media Klasifikasi

OTITIS MEDIA

Akut Efusi Kronik


• Ditandai dengan adanya
peradangan lokal, otalgia,
ditandai dengan adanya Dijumpainya cairan
otorrhea, iritabilitas, kurang
istirahat, nafsu makan turun serta cairan di rongga telinga (Otorrhea) yang purulen
demam. bagian tengah tanpa disertai sehingga diperlukan
• Otitis media akut dapat
menyebabkan nyeri, hilangnya tanda peradangan akut drainase.
pendengaran, demam,
leukositosis.
• Manifestasi otitis media pada
anak-anak kurang dari 3 tahun
seringkali bersifat non-spesifik
seperti iritabilitas, demam,
terbangun pada malam hari,
nafsu makan turun, pilek dan
tanda rhinitis, konjungtivitis
Otitis
Media
Klasifikasi

Cont.

Kronik
 Otitis media kronik terbentuk sebagai konsekuensi
dari otitis media akut yang berulang, meskipun hal
ini dapat pula terjadi paska trauma atau penyakit
lain. Perforasi membrana timpani, diikuti dengan
perubahan mukosa (seperti degenerasi polipoid dan
granulasi jaringan) dan tulang rawan (osteitis dan
sclerosis).
 Bakteri yang terlibat pada infeksi kronik berbeda
dengan otitis media akut, dimana P. aeruginosa,
Proteus species, Staphylococcus aureus, dan
gabungan anaerob menjadi nyata.
Otitis
Media Penularan &
Faktor
Resiko

Oleh karena sebagian besar otitis media


didahului oleh infeksi pernapasan atas,
maka metode penularan adalah sama
seperti pada infeksi pernapasan
tersebut. Faktor risiko untuk mengalami
otitis media semakin tinggi pada anak
dengan “otitis-prone” yang mengalami
infeksi pernapasan atas.
Stadium otitis media

Stadium

Oklusi Hiperemis Supurasi Perforasi Resolusi


Otitis
Media
v Komplikasi

1. 2.
3.

Paralisis saraf ke 7 (Bell’s


palsy) adalah paralisis saraf Labirinitis adalah
Mastoiditis adalah suatu gangguan pendengaran
fasialis (Nervus VII) yang
peradangan pada telinga yang disebabkan oleh
dikarenakan keterlibatannya
tengah yang merupakan infeksi pada bagian labirin
pada salah satu sisi, yang
komplikasi dari otitis media yang dipenuhi cairan pada
mengakibatkan kelemahan
supurative chronis bagian sisi telinga dalam.
atau bahkan kelumpuhan
otot wajah.  Pembengkakan dan
4. inflamasi di telinga bagian
Meningitis 5. dalam biasanya
Abses otak 6. disebabkan oleh virus atau
Thrombosis sinus
lateral (meskipun jarang) bakteri.
Sinusitis
Pengertian

Sinusitis adalah peradangan dan / atau infeksi pada


sinus paranasal mukosa. Istilah rinosinusitis digunakan
oleh beberapa spesialis karena sinusitis biasanya juga
melibatkan mukosa hidung.
Anatomi Sinus
Epidemiologi

0,5 % infeksi saluran pernapasan atas


terkomplikasi oleh sinusitis

Insidensi sinusitis akut 15-40 episode tiap 1000


pasien/tahun

Lebih sering terjadi paada orang dewasa daripada


anak-anak
FAKTOR RESIKO
s

• ISPA yang disebabkan oleh virus


atau bakteri
• Rhinitis oleh karena alergi
maupun non-alergi
• Obstruksi nasal
• Sistem imun menurun
• Berada di daerah rawan infeksi
Klasifikasi

AKUT KRONIK
SUB AKUT

Sinusitis berulang yang Sinusitis kronik


terjadi minimal 3 episode didiagnosis bila gejala
30 hari (Gejala yang
dalam kurun waktu 6 sinusitis terus berlanjut
menetap/berat)
bulan atau 4 episode hingga lebih dari 6
dalam 12 bulan. minggu.
Gejala Sinusitis Akut

Menet Adanya keluaran dari hidung


Batuk di siang hari yang akan bertambah


parah pada malam hari yang bertahan

ap selama 10-14 hari

Berat
Disamping adanya sekret yang

purulen juga disertai demam (bisa


sampai 39ºC) selama 3-4 hari
Patofisiologi Rinosinusitis :
Inflamasi mukosa hidung

pembengkakan (udem) dan eksudasi

gangguan ventilasi & drainase,


resorpsi oksigen yang ada di rongga obstruksi (blokade) ostium sinus
sinus

permeabilitas kapiler meningkat, sekresi


hipoksi (oksigen menurun, pH kelenjar meningkat -Mransudasi,
menurun, tekanan negatif) peningkatan eksudasi serus, penurunan
fungsi silia

Sinusitis Akut gangguan ventilasi & drainase, resorpsi


oksigen yang ada di rongga sinus
DIAGNOSA
s
PEMERIKSAAN
DATA KLINIS
PENUNJANG

• Hidung tersumbat • Pemeriksaan X-ray


• Sekret hidung yang kental • Foto polos sinus
berwarna hijau paranasalis,
kekuningan atau jernih,
• CT Scan (untuk kasus
dapat pula disertai bau
• Muka terasa penuh dan kompleks)
nyeri sinus • MRI (magnetic
• Batuk, pilek resonance imaging)
• Nyeri kepala
• Demam
• Nyeri tenggorok
Pemeriksaan Laboratorium
s

Eritrosite sedimentation
1 rate (ESR) > 10mm/h


C-reactive protein (CRP)
2 level > 10mg/L

Kultur tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus dilakukan pada pasien:

3


immunocompromise dengan perawatan intensif

Anak-anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat

komplikasi yang disebabkan sinusitis
Sinusitis tidak tertangani 1. Meningitis
dengan baik 2. Septikemia
KOMPLIKASI
Memerlukan tindakan operatif
sinusitis kronik dapat terjadi
untuk menumbuhkan kembali
kerusakan mukosa sinus
mukosa yang sehat
Faringitis
EPIDEMIOLOGI
• Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan orang
dewasa umumnya mengalami 3−5 kali infeksi virus pada
saluran pernafasan atas termasuk faringitis (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Frekuensi munculnya
faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira
15−30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan
10% kasus faringitis pada orang dewasa. Biasanya terjadi
pada musim dingin yaitu akibat dari infeksi Streptococcus ß
hemolyticus group A. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak
kurang dari tiga tahun (Acerra, 2010).
Faringitis
Definisi
Klasifikasi
Faringitis akut
Faringitis merupakan peradangan Faringitis viral
dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, Faringitis bakterial

alergi, trauma, toksin dan lain-lain


Faringitis fungal
(Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007). Faringitis gonorea

Faringitis kronik
Faringitis kronik
hiperplastik
Faringitis
Etiologi

Klasifikasi
Faringitis akut
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus
(EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain.
Faringitis viral

Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab


faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Faringitis bakterial

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Faringitis fungal

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Faringitis gonorea

Faringitis kronik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding Faringitis kronik
posterior faring. hiperplastik
Faringitis Tanda dan
Gejala

Klasifikasi
Faringitis akut
Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea,
mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Faringitis viral
Gejala dan tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala yang
hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, Faringitis bakterial
jarang disertai batuk.
Gejala dan tanda biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan Faringitis fungal
nyeri menelan.

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Faringitis gonorea

Faringitis kronik
Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluh mula-mula Faringitis kronik
tenggorok kering dan gatal dan akhirnya batuk. hiperplastik
Faringitis
Diagnosa
1.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang bila diperlukan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Faringitis akut
pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat
(virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak Faringitis viral
menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat menimbulkan
lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular
rash.

tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat


eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
Faringitis bakterial
petechiae pada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar
limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan
pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal Faringitis fungal
lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital. Faringitis gonorea

Faringitis kronik
tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral Faringitis kronik
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior hiperplastik
tidak rata dan bergranular.
Faringitis
Diagnosa

2.
Pemeriksaan
Penunjang
Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan
tenggorokan (kultur apus tenggorokan).
Pemeriksaan kultur memiliki sensitivitas
90−95% dari diagnosis, sehingga lebih
diandalkan sebagai penentu penyebab
faringitis yang diandalkan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2005).
Tes infeksi jamur, menggunakan slide
dengan pewarnaan KOH

Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes


ini digunakan untuk mengetahuiadanya
mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam
waktu 5 hari hingga 3 minggu setelah infeksi.

Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki


spesifisitas yang tinggi namun sensitivitasnya rendah.
Faringitis
Patofisiologi
Komplikasi

Komplikasi umum pada faringitis adalah sinusitis, otitis media,


epiglottitis, mastoiditis, dan pneumonia. Faringitis yang disebabkan
oleh infeksi Streptococcus jika tidak segera diobati dapat
menyebabkan peritonsillar abses, demam reumatik akut, toxic shock
syndrome, peritonsillar sellulitis, abses retrofaringeal dan obstruksi
saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring. Demam
reumatik akut dilaporkan terjadi pada satu dari 400 infeksi GABHS
yang tidak diobati dengan baik (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).
Rhinitis
Rhinitis
Definisi

Inflamasi membran mukosa hidung


Tipe Rhinitis Alergi
yang disebabkan oleh paparan
terhadap materi alergenik.
(Dipiro Ed 6)

WHO ARIA Sifat


Musiman • berlangsungn
Intermiten (kadang-kadang) :bila
gejala ya
< 4 hari/minggu atau < 4
Tingkatan minggu.
• Persisten (menetap) : bila gejala > 4
• Ringan hari/minggu dan atau > 4 minggu.
• Sedang – Berat
gangguan tidur, gangguan aktifitas
harian, bersantai, berolahraga,
belajar, bekerja dan hal-hal lain yg
Perennial mengganggu
Rhinitis
Berdasarkan penyebabnya, ada 2 golongan
rhinitis :
Klasifikasi

Disebabkan oleh adanya alergen


Rhinitis Alergi
yang terhirup oleh hidung

Disebabkan oleh faktor-faktor pemicu


tertentu :
• rhinitis vasomotor  idiopatik;
sensitif terhadap asap, bau,
Rhinitis non-alergi temperature & perubahan cuaca,
irritant
• rhinitis medicamentosa  hidung
kembali tersumbat
• rhinitis struktural  abnormalitas
struktural
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu

1. Immediate phase allergic reaction (RAFC)

 kontak dengan alergen dari menit sampai 1 jam


setelahnya

2. late phase allergic reaction (RAFL)

 berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase


hiperreaktivitas)
KLASIFIKASI
Rhinitis

Berdasarkan waktunya : Klasifikasi

Seasonal allergic Terjadi pada waktu yang sama


rhinitis (SAR) setiap tahunnya  musim bunga,
banyak serbuk sari beterbangan

Perrenial allergic
Terjadi setiap saat dalam setahun
rhinitis (PAR)  penyebab utama: debu, animal
dander, jamur, kecoa
Rhinitis

Klasifikasi

Cont.

Occupational allergic
rhinitis Terkait dengan pekerjaan
Etiologi
Rinitis Alergi dipicu oleh adanya
allergen :
1. Outdoor aeroallergen (serbuk
sari & spora tumbuhan)
2. Pollutans (ozone, asap
kendaraan)
3. Indoor aeroallergen (tungau,
kecoa, spora jamur, asap
rokok & bulu hewan
peliharaan)
4. Bahan kimia (isocyanate,
glutaraldehyde)
Patofisiologi
Rhinitis
Patofisiologi
Rhinitis
Gejala dan
Tanda
Gejala Tanda
Hidung
• Allergic salute
• Allergic crease
Mata
• Allergic shiner
• Bersin > 5x/
serangan Lidah
• Hidung berair
(rhinorrhea) • geographic tongue
• Hidung tersumbat

Telinga
• Retraksi membran timpani
Faringeal
• faringitis granuler
• Hidung & mata gatal Laringeal
• Lakrimasi • suara serak & edema pita suara
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik >> lingkaran
hitam di bawah mata, lipatan
hidung karena menggosok berulang
hidung, edema.

Riwayat Penyakit
Alergi Keluarga

Diagnosa
Nasal allergen challenge &
sekretion.
Skin Test
• Skin prick test (SPT)
• RAST (Radioallergosorbent
test)
Diagnosis
skin test/skin prick test atau RAST (Radioallergosorbent test)

Cara skin test


• Menyuntikkan ekstrak alergen (senyawa test) secara subkutan
→ tunggu reaksinya

• Skin prick test : kulit digores dengan jarum steril, ditetesi


senyawa alergen → tunggu reaksinya
Diagnosis
Skin prick test (SPT)
Tonsilitis
Tonsilitis
Definisi v
Terjadi ketika tonsilitis
Akut disebabkan oleh salah satu
bakteri virus. Infeksi ini
biasanya sembuh sendiri

Tonsilitis merupakan
Terjadi ketika tonsilitis disebabkan
inflamasi atau oleh Actinomyces bakteri –organisme
pembengkakan akut Subkut anaerob yang bertanggung jawab
untuk keadaan suppuratif pada tahap
pada tonsil atau infeksi. Infeksi ini bisa bertahan
amandel (Reeves, antara tiga minggu dan tiga bulan
Roux, Lockhart, 2001).
cc
terjadi ketika tonsilitis disebabkan oleh
Kronik infeksi bakteri yang dapat bertahan
jika tidak diobati
Menurut (Eunice, 2014) ada
tiga jenis utama dari
tonsilitis, yaitu
Tonsilitis
vEtiologi

Penyebab utama tonsilitis adalah kuman golongan


streptokokus (streptokus α
streptokokus ß hemolycitus, viridians dan
pyogeneses), penyebab yang lain yaitu
infeksi virus influenza, serta herpes (Nanda, 2008).
Infeksi ini terjadi pada hidung /
faring menyebar melalui sistem limpa ke tonsil
hiperthropi yang disebabkan oleh
infeksi bisa menyebabkan tonsil membengkak
sehingga bisa menghambat keluar
masuk udara. 50% bakteri merupakan penyebabnya.
Tonsil bisa dikalahkan oleh
bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, dan juga menyebabkan
tonsilitis (Reeves, 2001).
Tonsilitis
v Tanda dan
Gejala
Menurut (Adam et al., 2000; Sasaki, 2008) yang
merupakan gejala klinis:

1. 2. 3.

Disfagia (sakit
Sakit Kepala Malaise saat menelan)
7. 5. 4.
Pembesaran atau 6.
terjadinya tenderness
pada kelenjar getah
bening servikal serta
sakit telinga disebabkan
persarafan yang sama
kepada kedua
telinga serta
tenggorokan Kurang nafsu Halitosis (bau
Mual dan muntah mulut)
makan
Tonsilitis
v
Diagnosa

• Demam dan pembesaran pada


tonsil yang inflamasi serta
ditutupi pus. Pemeriksaan
Anamnesa • Bila dilakukan penekanan pada
penunjang
plika anterior dapat keluar pus
atau material menyerupai keju.
• Pernapasan melalui mulut
serta suara terendam
Keluhan rasa sakit disebabkan pembesaran tonsil
pada tenggorok yang yang obstruktif.
terus menerus, sakit • Rapid Antigen
waktu menelan, Display Test
nafas bau busuk, Pemeriksaan (RADT)
malaise, sakit pada Fisik • Tes false
sendi, kadang-kadang positive
ada demam dan nyeri
pada leher.
Tonsilitis
Faktor Resikov

Yang merupakan faktor risiko:


• Paparan asap beracun, asap industri dan polusi udara
lainnya;
• Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
• Kanak-kanak; remaja dan orang dewasa berusia 65 tahun
ke atas;
• Stres;
• Mulut yang tidak higiene
Tonsilitis
v Patofisiologi

Bakteri menginfeksi
lapisan epitel jaringan Reaksi radang
tonsil

Keluarnya leukosit
Detritus terbentuk
polimorfonuklea

Detritus merupakan kumpulan Detritus


leukosit, bakteri yang mati dan mengisi kripta
epitel yang terlepas
Infeksi
Saluran
Pernapasan
Bawah
Bronkitis
Bronkitis
Definisi

• Bronkhitis adalah kondisi peradangan


pada daerah trakheobronkhial.
Peradangan tidak meluas sampai alveoli.
Bronkhitis seringkali diklasifikasikan
sebagai akut dan kronik.
• Bronkhitis akut mungkin terjadi pada
semua usia, namun bronkhitis kronik
umumnya hanya dijumpai pada dewasa.
Pada bayi penyakit ini dikenal dengan
nama bronkhiolitis. Bronkhitis akut
umumnya terjadi pada musim dingin,
hujan, kehadiran polutan yang
mengiritasi seperti polusi udara, dan
rokok
Bronkitis
Tanda/Ciri

• Batuk yang menetap yang bertambah parah


pada malam hari serta biasanya disertai
sputum.
• Sesak napas bila harus melakukan gerakan
eksersi (naik tangga, mengangkat beban
berat)
• Lemah, lelah, lesu
• Nyeri kepala
• Demam pada suhu tubuh yang rendah
(virus influenza, adenovirus ataupun infeksi
bakteri)
Bronkitis
Diagnosa

Diagnosis bronkhitis dilakukan dengan cara:


1. Tes C- reactive protein (CRP) dengan
sensitifitas sebesar 80-100%, namun hanya
menunjukkan 60-70% spesifisitas dalam
mengidentifikasi infeksi bakteri.
2. Metode diagnosis lainnya adalah pemeriksaan
sel darah putih, dimana dijumpai peningkatan
pada sekitar 25% kasus. Pulse oksimetri, gas
darah arteri dan tes fungsi paru digunakan
untuk mengevaluasi saturasi oksigen di udara
kamar. Pewarnaan Gram pada sputum tidak
efektif dalam menentukan etiologi maupun
respon terhadap terapi antibiotika.
Bronkitis

Faktor Penyebab

Faktor risiko terjadinya bronkhitis adalah sebagai


berikut:
• Merokok
• Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi pada
saluran pernapasan atas dan menimbulkan batuk
kronik
• Anomali saluran pernapasan
• Foreign bodies
• Aspirasi berulang
Pneumonia
Pneumonia 
Definisi

 Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang
dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus
dan parasit.
 Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita dan
bayi serta menjadi penyebab penyakit umum terbanyak. Pneumonia
dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia.
 Manifestasi klinik menjadi sangat berat pada pasien dengan usia sangat
muda, manula serta pada pasien dengan kondisi kritis.

Community Acquired 
Pneumonia (CAP)
Ditinjau dari asal patogen,
maka pneumonia dibagi
Nosokomial Pneumonia
menjadi tiga macam yang
berbeda penatalaksanaannya.
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia 
Definisi

Community Acquired 
Pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat di luar rumah sakit atau panti jompo.
Patogen umum yang biasa menginfeksi adalah Streptococcus pneumonia, H.
influenzae, bakteri atypical, virus influenza, respiratory syncytial virus (RSV).
Pada anak-anak patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu adanya
keterlibatan Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, di samping
bakteri pada pasien dewasa.
Nosokomial 
Pneumonia
Merupakan pneumonia yang didapat selama pasien di rawat di rumah sakit. Patogen yang
umum terlibat adalah bakteri nosokomial yang resisten terhadap antibiotika yang beredar di
rumah sakit. Biasanya adalah bakteri enterik golongan gram negatif batang seperti E.coli,
Klebsiella sp, Proteus sp. Pada pasien yang sudah lebih dulu mendapat terapi cefalosporin
generasi ke-tiga, biasanya dijumpai bakteri enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter sp.,
Serratia sp., Enterobacter sp.. Pseudomonas aeruginosa merupakan pathogen yang kurang
umum dijumpai, namun sering dijumpai pada pneumonia yang fulminan. Staphylococcus
aureus khususnya yang resisten terhadap methicilin seringkali dijumpai pada pasien yang
dirawat di ICU.
Pneumonia 
Definisi

Pneumonia Aspirasi

Merupakan pneumonia yang diakibatkan aspirasi sekret oropharyngeal dan


cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status
mental terdepresi, maupun pasien dengan gangguan refleks menelan. Patogen
yang menginfeksi pada Community Acquired Aspiration Pneumoniae adalah
kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi
Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae
bakteri yang lazim dijumpai campuran antara Gram negatif batang + S. Aureus
+ anaerob.
Pneumonia 
Definisi

Dipiro Edisi 9
Pneumonia 
Epidemiologi

 Pneumonia merupakan salah satu


penyakit infeksi saluran napas yang
terbanyak di dapatkan dan sering
merupakan penyebab kematian hampir
di seluruh dunia. Frekuensi relative
terhadap mikroorganisme patogen paru
bervariasi menurut lingkungan ketika
infeksi tersebut didapat. Misalnya
lingkungan masyarakat, panti perawatan,
ataupun rumah sakit. Selain itu faktor
iklim dan letak geografik mempengaruhi
peningkatan frekuensi infeksi penyakit
ini.
Pneumonia 
Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai


macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus,
jamur, protozoa, yang sebagian besar
disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering
pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-
gram, Streptococcus pneumonia yang
menyebabkan pneumonia streptokokus.
Bakteri staphylococcus aureus dan
streptococcus aeruginosa. Pneumonia
lainnya disebabkan oleh virus, misalnya
influenza.
Pneumonia  Faktor Tanda dan
Resiko Gejala

Faktor Resiko
• Usia tua atau anak-anak
• Merokok
• Adanya penyakit paru yang menyertai
• Infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan
Tanda dan Gejala
oleh virus Mikroorganisme penyebab
• Splenektomi (Pneumococcal Pneumonia) pneumonia meliputi: bakteri, virus,
• Obstruksi Bronkhial mycoplasma, chlamydia dan jamur.
• Immunocompromise atau mendapat obat  Pneumonia oleh Karena virus
Immunosupressive seperti - kortikosteroid banyak dijumpai pada pasien
• Perubahan kesadaran (predisposisi immunocompromised, bayi dan
untuk pneumonia aspirasi) anak. Virus-virus yang menginfeksi
adalah virus saluran napas seperti
RSV, Influenza type A,
parainfluenza, adenovirus .
Pneumonia 
Diagnosa

Gambaran Klinis

Penegakan diagnosis pneumonia Pemeriksaan Laboratorium


dapat dilakukan melalui:
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan Bakteriologis
Pneumonia 

Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua
jenis pneumonia. Gejala-gejala meliputi:
Gejala Mayor:1.batuk
2.sputum produktif
3.demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. sesak napas
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada
pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L
Pneumonia 

Pemeriksaan
Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium


terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya >10.000/ul kadang-kadang
mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri
serta terjadi peningkatan LED.
Pneumonia 

Pemeriksaan
Laboratorium
Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan serologi. Kultur darah dapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak
diobati. Anlalisa gas darah menunjukkan
hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
Daftar Pustaka
O Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan Ri 2005
O Dipiro, J, T.,et,al 2008, Pharmacotherapy Handbook, Seven edition, Mc Graw Hill.
O Rusmarjono, Efiaty, A.S., 2007, Nyeri Tenggorok: Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid
dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher, Edisi Keenam
Cetakan Keempat, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
O Eunice, M., 2014. Efficacy of the Homoeopathic Complex Tonzolyt® on the Symptoms of Acute
Tonsillitis in Black Children Attending a Primary School in Gauteng, University Johannesburg.
O American Academy Of Otolaryngology – Head and Neck Surgery 2011. Tonsils and Adenoids.
Available from:https://www.entnet.org/content/tonsils-and-Adenoids [Accessed from : 29 April
2015]
O Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeus Calpius.Reeves, Charlene
J., Roux, Gayle, Lockhart, Robin, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Salemba Medika (Edisi 1).
O Suyitno S, Sadeli S, 1995. Uju Banding Klinik Antara Ofloksacin dengan Amoksisilin Terhadap
Penderita Tonsilitis/Tonsilo faringitis Kronis Eksaserbasi Akut. Kumpulan Naskah Ilmiah
KONAS XIV PERHATI Yokyakarta; 397-412.

Anda mungkin juga menyukai