Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

SISTISERKOSIS
Pembimbing:
dr. Mochamad Syahrial Pramudia, Sp.S

Disusun Oleh :
Yusufa Ibnu Sina (201420401011094)
Ekky Dwi Rahmawan (201420401011060)
Citanova Sucianingati (201410401011052)

Pendahuluan

Larva menyebabkan gejala yang lebih ringan bila


ditemukan di jaringan subkutan, otot atau organ lain.
Neurocysticercosis salah satu penyakit yang paling
berbahaya yang dapat mempengaruhi sistem saraf dan
30% menyebabkan kejang pada daerah endemik

Definisi
Sistiserkosis adalah penyakit yang
disebabkan oleh kista stadium larva
cacing pita Taenia Solium. Sistiserkosis
dapat mengenai otot dan sistem saraf
pusat (SSP) sebagai neurosistiserkosis

Epidemiologi
Penyakit sistiserkosis Taenia solium telah
dilaporkan di Vietnam, Kamboja, Laos,
Thailand, China, Philipina dan Indonesia
Indonesia adalah salah satu Negara endemik
sistiserkosis untuk 3 spesies Taenia, yaitu
Taenia solium, Taenia saginata, dan Taenia
asiatica
Penyakit ini telah dilaporkan di Papua, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali,
Jawa Timur, Jakarta, Lampung, Riau,
Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan
Timur

Amerika Serikat Jumlah kasus


neurosistiserkosis meningkat dan
diperkirakan lebih dari 1000 kasus
terdiagnosis setiap tahun
Di Indonesia Prevalensi sistiserkosis
pada manusia yang tinggal di daerah
pedesaan Kabupaten Jayawijaya sebesar
41,3%-66,7%. Prevalensi sistiserkosis pada
babi (porcine cycticercosis) berkisar antara
62,5 sampai 77,8%, sedangkan prevalensi
Taeniasis solium sebesar 15%

Pathogenesis

Agen penyebab
Taenia solium (Cacing Pita Daging Babi) Cacing ini
disebut juga cacing pita daging babi karena hewan babi
bertindak sebagai inang antaranya yang mengandung
larvanya.
Ukuran cacing dewasa relatif lebih pendek dibandingkan
dengan T. saginata yaitu antara 2-8m.
Setiap individu cacing dewasa terdiri atas 800-900
segmen hingga 1000 segmen.
Segmen gravid T. solium dikeluarkan bersama-sama tinja
penderita Taeniasis solium. Siklus hidup T. solium secara
umum memiliki pola yang sama dengan Taenia yang
lain, yang membedakan adalah inang antaranya yaitu
babi.

Gejala klinis
Gejala-gejala yang timbul bergantung
pada lokasi, jumlah parasit, stadium
kista di lokasi dan respon imun
penderita.
Gejala yang timbul dapat berupa nyeri
kepala, pusing, kejang, peningkatan
tekanan intrakranial, stroke,
dementia/ gangguan neurobehavioral,
diplopia dan hidrosefalus

Pemeriksaan fisik

Kriteria diagnosis

Pemeriksaan penunjang
Diagnosis serologis
Complement Fixation Test (CFT)
Indirect Haemagglutination Tests (IHA)
Enzyme-Linked Immuosorbent Assay (ELISA)
EITB (Enzyme-linked Immunoelecrotransfer
Blot)

Diagnosis neuroimaging
CT-scan
MRI

Penatalaksanaan
Obat-obat antiparasit
Praziquantel 50-75 mg/kg/hari
Albendazole 15 mg/kg/hari

Pembedahan
Pengobatan simptomatik
Anti kejang
Kortikosteroid

Pencegahan
Mengobati penderita, untuk mengurangi
sumber infeksi.
Memasak daging sampai di atas 50C selama
30 menit
Menjaga kebersihan lingkungan, tidak
memberikan tinja manusia sebagai
makanan babi, tidak membuang tinja di
sembarang tempat
Hanya meminum air yang telah dikemas
dalam botol atau air yang dididihkan selama
1 menit
Pemberian pendidikan mengenai kesehatan

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai