PSIKOLOGI FORENSIK
Oleh:
Sitti Marwah Sara Bitu, S.Ked. (K1A113057)
Siti Musayada Dawua, S.Ked. (K1A114043)
Muhammad Idris, S.Ked. (K1A114115)
Pembimbing:
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher., SH., M.Kes., Sp.F
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian
Mengetahui,
Pembimbing
i
PSIKOLOGI FORENSIK
Sitti Marwah Sara Bitu, Siti Musayada Dawua, Muhammad Idris, Annisa Anwar
Muthaher
I. Pendahuluan
masyarakat yang adil, tertib dan damai sejahtera. Dengan kata lain segala
dan kedamaian secara optimal. Masalah utama didalam hukum adalah pada
1
Namun di Indonesia peran dari ilmu ini belum begitu signifikan. Psikologi
psikologi dalam bidang forensik mencakup area kajian yang luas termasuk
dll.2
II. Definisi
adalah jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Namun demikian
menurut Walgito bahwa para ahli bahwa para ahli kurang sependapat dengan
pengertian psikologi tersebut sama dengan ilmu jiwa. Karena ilmu jiwa di sini
menurut Gerungan (dalam Walgito) adalah ilmu jiwa yang meliputi segala
ilmu jiwa itu belum tentu psikologi, tetapi psikologi itu selalu ilmu jiwa, serta
(act).2
melalui proses penerapan ilmu atau sains. Xena mengatakan bahwa forensic
2
adalah sebuah penerapan dari berbagai ilmu pengetahuan untuk menjawab
berkaitan dengan efek-efek dari factor kognitif, afektif, dan perilaku terhadap
atau tidak adil. Karena adanya keterkaitan antara psikolog dan hukum, para
psikolog sering diminta bantuannya sebagai saksi ahli dan konsultan diruang
sidang.2
Psikologi forensik mulai tampak dan kelihatan ketika awal tahun 2000 dan
defenisi yang jelas. Otto dan Ogloff (2014) menyebutkan bahwa walaupun
bidang ini sudah berkembang selama lebih dari 40 tahun, namun belum ada
3
batasan tentang konsep psikologi forensic untuk membantu para pembelajar
dalam memahami bidang ini. Bartol dan Bartol (1987) memberikan batasan
(1) upaya penelitian yang meneliti aspek perilaku manusia yang berkaitan
langsung dengan aspek hukum dan (2) praktek psikologi professional yang
fokusnya pada psikologi forensic klinik. Namun, hal ini bisa dilihat secara
luas sebagai bagian dari system praktik dokter secara klinis pada system
professional oleh psikolog yang bekerja pada sub disiplin psikologi ( klinis,
4
hal ini psikologi forensik dia lebih fokus ke psikososial pelaku atau korban
atau disebut pula aplikasi psikiatri untuk evaluasi kepentingan hukum, jadi
psikiatri forensik dia selain meneah mental manusia, psikitri forensik dia
Harvard pada awal abad ke-20, dari tahun 1900-1920, dikenal sebagai
seorang dokter bernama William Healy dan stafnya seorang psikolog yang
5
bernama Grace M. Fernald, mendirikan Juvenile Psychopathic Institute pada
kriminal. 5
yaitu Divisi 41 yang dikenal sebagai ‘Psychology and Law’. Akhirnya pada
Indonesia pada awal tahun 2000 ketika pada tahun 2003, dalam kasus
penderita penyakit jiwa, yaitu Bangsal Sakura Kelas III. Namun demikian,
6
Pada 3 November 2007, terbentuklah Asosiasi Psikologi Forensik
2. Forensik (misalnya: gaya respon, etika forensik, alat dan teknik untuk
yang timbul dalam proses hukum. Masalah hukum ini dapat dibagi
anak.
7
2. Pidana/Kriminal: berkaitan dengan kriminalitas dan kenakalan,
instansi pemerintah atau praktik swasta. Jika dilihat dari proses tahapan
criminal. Pada tahap penanganan, yaitu ketika tindak criminal telah terjadi,
8
teknik investigasi yang menekan pengenalan terhadap karakteristik daerah,
Pertama, teori retributive (balas dendam), teori ini mengatakan bahwa setiap
menerima hukuman yang setimpal. Kedua, teori relatif (tujuan). Teori ini
sering disebut dengan teori deterrence (pencegahan). Ada dua jenis teori
lagi. Ketiga, behaviouristic, teori ini berfokus pada perilaku. Teori ini dibagi
9
tidak dapat berbuat pidana lagi dan rehabilitation theory, yaitu pemidanaan
10
perhatian yang baik di Indonesia, padahal aplikasi psikologi dalam hukum,
forensic, ada 5 bidang besar yang menjadi bagian dalam praktik pelaksanaan
pengadilan
11
Pendampingan psikologi menjadi penting sebab keluarga
penyelesaian masalahnya.
12
2. Pada korban
Cth: kasus-kasus pembunuhan yang diikuti bunuh diri oleh pelaku, atau
data yang lebih rumit dan banyak pertimbangan Seorang psikolog dapat
yaitu catatan yang ditinggalkan oleh almarhum, data yang diperoleh dari
teman, keluarga korban atau teman kerja. Tujuan otopsi psikologi adalah
4. Pada Saksi
karena baik polisi, jaksa dan hakim tidak melihat langsung kejadian
bias.
13
5. Restukturisasi kognitif
7. Pada pengadilan
sebagai saksi ahli, bagi korban (misal kasus KDRT, kasus dengan korban
psikopat.
8. Pada pengadilan
hakim terkait latar belakang terdakwa dan juga saksi: Suku bangsa, jenis
14
diberikan kliennya agar tampak meyakinkan. Sebelum persidangan yang
ditampilkan terdakwa agar ybs tidak mendapat hukuman yang berat. Cth:
Angelina Sondakh.
9. Pada Lapas
Banyak kasus psikologi yang terjadi pada narapidana maupun petugas LP.
Misal pada kasus percobaan bunuh diri narapidana tidak tertangani scra
sipir thd kondisi psikis warga napi). Pemahaman petugas lapas kurang
10. Kepolisian
yang tidak bersalah dapat mengakui kesalahan akibat tidak tahan akan
15
kepangkatan polisi. Psikolog forensik dapat memberi pelatihan kepada
a. Kepolisian (polisi)
b. Kejaksaan (jaksa)
c. Kehakiman (hakim)
16
CONTOH KUHAP: Pasal 110 KUHAP tentang peranan polisi &
penuntut umum”
3. Jalannya Sidang
dsb)
g. Tanggapan terdakwa/pengacara
k. Vonis hakim
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Agung IV. Kontribusi Psikologis dalam Penegakkan Hukum di Indonesia.
Bungan Rampai Psikologis: Kontribusi Psikologis untuk Bangsa keIslaman
dan ke Indonesiaan. 2012
2. Muluk H. Kajian dan Aplikasi Forensik dalam Prespektif Psikologi. Jurnal
Sosioteknologi. 12 Agustus 2013.
3. Maramis MR. Peran Ilmu Forensik Dalam Penyelesaian Kasus Kejahatan
Seksual Dalam Dunia Maya. Jurnal Ilmu Hukum. 2015. Vol. 2: No.7.
4. Bartol, CR., Bartol AM. 2018. Introduction to Forensic Psychology. Fifth
Edition. SAGE Publications: United States of America
5. Ramsland K. 2018. The Psycology of Death Investigations Behavioral
Anaylsis for Psycologycal Autopsy and Criminal Profiling. Taylor & Francis
Group. London, New York.
6. Meilela A. Perkembangan Psikologi Forensik di Indonesia. Seminar Kongres
dan Workshop Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia. Semarang. 16-17
November 2011.
7. Darma IMW. Psikologi Forensik Sebagai Salah Satu Proses Pemidanaan.
Binamulia Hukum. 2019. Vol.8. No.2.
8. Ohaiwutun T. Ilmu Kedokteran Forensik Interaksi dan Dependensasi Hukum
Pada Ilmu Kedokteran.
9. Budisetyani, dkk. Bahan Ajar Psikologi Forensik. 2016. Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
18