Dosen Pengampu :
Widyastuti, M. Psi, Psikolog
Penyusun:
Badrus Sholeh Asmayana (J71214053)
Aini Rochmatus Sakinah
(J91214080)
PEMBAHASAN
1.1......................................................................
Pengertian Psikologi Forensik
Kata forensik (forensic) dalam ilmu sains maupun
pada praktik selalu dikaitkan segala hal dalam
mencari alat bukti kejahatan yang digunakan dalam
proses pengadilan. Salah satu bagian psikologi klinis
adalah psikologi forensik. Psikologi forensik telah
tumbuh sejak tahun 1970an dan terus berkembang
hingga
sekarang.
Dalam
kamus
besar
bahasa
bedah
identitas
yang
mayat
berkaitan
seseorang
dengan
yang
penentuan
ada
kaitannya
Psikologi
merupakan
psikologi
dan
hukum.
Psikologi
forensik
terhadap
sistem
hukum
(Wrightsman,
Psikologi
Industri
dan
Organisasi
yakni
sebelumnya
sudah
ada
penelitian
yang
bahwa
segala
peristiwa
dipengadilan
panjang
psikologi
tidak
dapat
menyentuh
pendapatnya
bahwa
psikologi
untuk
menjalani
pada
saat
kejadian
Evaluasi hak asuh anak
Asesmen terhadap cedera atau disabilitas
mental
Psikologi Forensik preventif:
Rekomendasi penetapan hukuman
kekerasan di sekolah
kekerasan di tempat kerja
penganiayaan seksual anak
Terorisme
Tindak kejahatan
1.3......................................................................
Peran Psikologi Forensik
Peranan psikologi forensik adalah sebagai :
dan
pengacara
dalam
mengambil
1.4......................................................................
Kegiatan Psikolog dalam Bidang Psikologi Forensik
Bidang
yang
dinamakan
Psikologi
forensik
mencakup
peran
psikolog
dalam
menentukan
melipiti
pendidikan,
lisensi,
kemungkinan
seseorang.
yang
Misalnya
mempersenjatai
dapak
seseorang,
lakukan
oleh
baik/buruknya
motivasi,
dan
sebagainya.
7. Psikolog melakukan otopsi psikologis, yakni
suatu
penyelidikan
korban/saksi/pelaku
artinya
bahwa
yang
dilakukan
mangalami
keterangan
apabila
bias-bias,
mereka
masih
cara
mengumpulkan
sumber
bukti
Hafitd
dan
Syifa
terhadap
Ade
Sara
adalah
ketidaksengajaan semata.
Awalnya, duga Reza, mereka berdua, hanya berniat ingin
menyakiti
dan
menyiksa
Sara
saja,
dan
bukan
membunuhnya. "Saya masih belum yakin Hafitd dan Syifa benarbenar berencana membunuh Sara. Yang mereka sampaikan ke
polisi, dugaan saya adalah false confession, atau pengakuan keliru,"
papar Reza kepada Warta Kota, Minggu (9/3).
Reza menuturkan pascaperistiwa tewasnya Sara, kondisi jiwa
kedua tersangka yakni Hafitd dan Syifa dipastikan terguncang.
Sebab keduanya tidak menyangka bahwa tindakan mereka
berakibat sedemikian fatal.
"Fisik mereka letih, psikis terguncang, lalu mereka dicecar
polisi. Mereka belum berada dalam kondisi yang cukup bugar atau
fit untuk menjalani interogasi. Lantas keluarlah pengakuan keliru
atau false confession dari mereka tersebut. Sehingga polisi
menganggap mereka merencanakan pembunuhan ini dengan
matang," papar Reza.
Menurut Reza dalam catatannya di banyak negara, baik negara
maju atau berkembang, false confession atau pengakuan keliru dari
tersangka cukup sering terjadi.
"False confession adalah fenomena yang sangat sering terjadi
dalam ranah interogasi di semua negara. Kadang polisi sendiri tidak
sadar bahwa pendekatan kerja yang mereka lakukan, juga turut
atau
pembunuhan
yang
tidak
disengaja
dan
penelusuran
polisi,
akhirnya
diketahui
10
15
Margonda
Juli
2008.
Garden
Ryan
Residence,
membunuh
kamar
Heri
309,
di
Jalan
sikap/tingkah
laku
yang
dari
beberapa
faktor
lain;
di
antaranya
11
penumpukan
beban,
sehingga
pelaku
pemain-pemain
baik
dari
pelaku.
dalam menyibak
latar belakang
12
psikologi
forensik
mengungkap
suatu
kasus
13
DAFTAR PUSTAKA
14