Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Beberapa penelitian psikologis menunjukkan bahwa manusia tidak terlalu
baik dalam mengidentifikasi orang yang mereka lihat walaupun mereka melihat
dalam waktu yang relatif lama. Karena itu, tidak diragukan lagi bahwa memori
manusia sangatlah rapuh. Hal ini juga berlaku dalam prosedur kesaksian, sebab,
meskipun seorang saksi mata sangat mempercayai laporannya, kesaksiannya
dapat mengandung informasi yang salah mengenai deskripsi peristiwa maupun
orang yang sebenarnya berada pada saat peristiwa yang disaksikannya
berlangsung.
Memori manusia sangat layak untuk dikatakan akurat, namun dengan
kelayakan tersebut memori tidaklah sempurna. Eyewitness testimony sama
dengan bentuk memori yang lain yang pada umumnya akurat, namun laporannya
dapat mengandung kesalahan (Loftus, !"#$. %enelitian mengenai spesifikasi
encoding memori berkaitan erat dengan proses kesaksian saksi mata, di mana
dibutuhkan detail dalam mengingat kembali suatu peristiwa yang pernah terjadi
(&orf, '##($.
Ketidakakuratan dalam memberikan kesaksian dapat diminimalisasi
dengan melibatkan aplikasi dari prinsip spesifikasi encoding, di mana apabila
suatu konteks diingat kembali, memori mengenai peristiwa sebenarnya terus
diperkuat, suatu penemuan yang tampaknya berhasil baik untuk rekognisi
maupun untuk usaha recall (Henderson, !!!$. )mplikasinya adalah sistem legal
akan bekerja lebih sukses apabila saksi mata dapat memanggil kembali
informasi yang dimilikinya dengan baik, walaupun tanpa disertai kesempurnaan
detail, namun dasar fundamental mengenai peristiwa utama dapat diingatnya
dengan baik. Ketika kesaksian saksi mata tidak akurat, ada beberapa hal
berbahaya yang dapat terjadi, misalnya orang yang tidak bersalah dapat
dijebloskan ke dalam penjara atau bahkan dikenai hukuman mati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
%sikologi telah tertarik untuk melihat keakuratan dari suatu kesaksian
selama lebih dari "# tahun. Eyewitness testimony atau kesaksian saksi mata,
yang bertumpu kepada keakuratan memori manusia, memiliki berbagai macam
pengaruh terhadap hasil dari suatu percobaan. Memori saksi mata sangatlah
krusial tidak hanya untuk kasus*kasus kriminal namun juga untuk kasus*kasus
sipil, misalnya kecelakaan mobil. Kesaksian membawa berbagai petunjuk
penting dalam menentukan siapa yang bersalah. Kesaksian menunjukkan
asumsi bahwa pikiran manusia merupakan perekam dan penyimpan kejadian
yang diterimanya secara sensoris. Manusia sangat yakin bahwa memori yang
mereka miliki merupakan bentuk utuh dan terpelihara, pemikiran secara esensial
adalah kekal, dan kesan yang hadir tidak akan pernah terlupakan. +reud percaya
bahwa memori jangka panjang berada pada ketidaksadaran benak yang sangat
dalam, sangat dalam sehingga tidak dapat diganggu oleh pengalaman maupun
peristiwa yang sedang terjadi (Loftus , Ketcham, !!$.
%ada kenyataannya, memori manusia sangatlah jauh dari kesempurnaan
maupun permanen, dan lupa adalah salah satu fakta penting di dalam hidup.
-alah satu alasan nyata mengenai lupa adalah bahwa informasi sebenarnya
tidak pernah tersimpan dalam memori dengan baik. bahkan hal yang paling
umum dialami oleh seseorang dalam hidupnya sehari*hari, tidak akan dapat
dideskripsikan kembali dengan utuh. Bahkan walaupun seseorang sangat
berhati*hati dalam memperhatikan sesuatu, ia tidak akan pernah bisa memanggil
kembali informasi hingga detail terkecil dari apa yang dilihatnya. Berbagai
kekuatan lain mulai menggerogoti memori yang asli. &engan berlalunya waktu,
dengan munculnya berbagai moti/asi, maupun dengan inter/ensi atau
terdapatnya berbagai fakta yang saling kontradiktif, jejak memori akan berubah,
dan seringkali tanpa kesadaran orang yang bersangkutan.
A. Memori dan Kesaksian
-aksi mata sering diminta untuk me*recall detail dari suatu bencana
yang terjadi sangat cepat dan mendadak. &alam beberapa keadaan hal ini
sangat berbahaya ketika ditanyakan, terutama cara seseorang bertanya,
2
karena dapat menimbulkan penyimpangan pada recall (Baddeley, !!"$.
-ejumlah eksperimen yang dilakukan oleh Loftus menunjukkan bahwa
seseorang dapat mengubah ingatan seorang saksi mata mengenai peristiwa
yang dilihatnya dengan cara memperkenalkan informasi baru selama bertanya.
Loftus melihat bahwa jejak memori nyatalah yang sebenarnya terganggu oleh
adanya informasi tambahan. Hal ini dikenal sebagai misleading post-event
information. Menurut misinformation effect, orang dapat membuat kesalahan
dalam kesaksian apabila mereka diberikan informasi yang menyesatkan setelah
menyaksikan suatu kejadian (Matlin, ! $
0erdapat beberapa hal yang menyerupai efek misinformation ini yaitu
hambatan proaktif, yang berarti bahwa orang mengalami kesusahan dalam
memanggil materi baru karena materi yang sebelumnya dipelajari mengganggu
memori baru tersebut, dan hambatan retroaktif, di mana seseorang mengalami
kesulitan dalam memanggil kembali materi lama karena materi yang baru
dipelajari mengganggu materi lama tersebut.
&alam eksperimen klasik mengenai efek misinformation, Loftus
menemukan bahwa orang yang melihat atau memperhatikan informasi yang
tidak konsisten akan mengalami kekurangakuratan dalam mengenali sesuatu.
1ang menarik, partisipan penilitian itu seringkali merasa percaya diri mengenai
keakuratan dari memori baru sama seperti memori yang sebenarnya (Matlin, !
$. 2amun, deskripsi dari dua jenis memori tersebut pada dasarnya berbeda.
%enemuan ini konsisten dengan Marcia 3ohnson yang menerangkan mengenai
monitor realita. 4pabila suatu peristiwa benar*benar terjadi, peristiwa tersebut
lebih cenderung memiliki kekayaan detail perseptual dibandingkan apabila kita
hanya membayangkan peristiwa itu. 3uri di dalam persidangan yang berusaha
untuk memutuskan apakah saksi mata benar*benar melihat suatu peristiwa
harus mendasarkan keputusannya pada le/el detail perseptual, dibandingkan
dengan le/el dari kepercayaan diri saksi mata mengenai ingatannya.
Loftus dan Ketcham (!!$ menyatakan bahwa memori tidak hanya
memudar, namun juga mengalami pertumbuhan. 1ang mengalami pemudaran
adalah inisial kita mengenai persepsi, pengalaman nyata mengenai suatu
kejadian. 2amun setiap kali kita me*recall kembali suatu peristiwa, kita harus
merekonstruksi ulang memori dan setiap kali mengingat, memori dapat
berubah, diwarnai oleh berbagai peristiwa yang lain, ingatan maupun saran dari
3
orang lain, pemahaman yang meningkat, maupun adanya konteks yang baru.
0erkadang kita menjadi korban manipulasi dari pikiran kita sendiri (+ord , 5aid,
!!6$. Mengalami kesalahan mengenai detail bukanlah suatu bentuk dari
memori yang jelek, namun merupakan fungsi normal dari memori manusia.
-ingkat kata, memori tidak mengandung suatu daftar yang berisi fakta, di mana
semuanya tersimpan dalam bentuk yang utuh, namun, memori lebih berbentuk
kombinasi, campuran, dan mengganti informasi yang telah kita simpan
mengenai suatu kejadian yang kita saksikan.
B. Identifikasi Waja
0erdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa akurat
seseorang dapat mengidentifikasi wajah dalam situasi kesaksian. -ebagai
contoh, -aphiro dan %enrod dalam Matlin (! $ membuat '" penelitian
mengenai pengenalan wajah, yang melibatkan !7# kondisi eksperimental serta
total 7!8# partisipan. &engan data dari penelitian ini, mereka membentuk
meta*analisis yang menetapkan bias ras sendiri dan hubungannya dengan
orang yang lebih ahli. orang mengingat wajah lebih baik ketika wajah tersebut
termasuk dalam ras mereka.
%ada umumnya, keakuratan identifikasi jauh lebih baik ketika seseorang
memiliki waktu yang lebih banyak dan atensi pada saat melihat wajah
seseorang. Lebih jauh lagi, kekurangakuratan terjadi ketika sesuatu
mengganggu atensi dari pengamatan wajah. -ebagai contoh, apabila seorang
perampok memegang senjata, saksi mata cenderung fokus kepada senjata
dibandingkan detail wajah si penjahat.
Lama waktu inter/al retensi juga mempengaruhi pengenalan wajah. 9llis
menyimpulkan, :penundaan inter/al walaupun selama berminggu*minggu atau
berbulan*bulan tidak secara automatis mengurangi keakuratan rekognisi;.
2amun, rekognisi perlahan*lahan berkurang apabila gambaran dari wajah yang
lain<seperti gabungan beberapa wajah yang menyesatkan<ditunjukkan
selama inter/al penundaan tersebut. 0entu saja seluruh faktor yang dapat
mempengaruhi keakuratan dalam identifikasi wajah memiliki implikasi praktis
yang penting di dalam ruang persidangan.
!. Men"identifikasi Barisan
4
Mengidentifikasi barisan merupakan prosedur yang menjadi elemen
penting dalam proses detektif. 0ersangka dihadirkan bersamaan dengan
sejumlah orang yang tidak menjadi tersangka dengan karakteristik umum yang
hampir sama, kemudian saksi mata diminta untuk mengenali mana anggota
dari barisan tersebut yang merupakan penjahat sebenarnya (&orf, '##($.
2amun, terkadang identifikasi ini sangatlah sugestif dan bahkan dapat
dianggap sebagai hal yang sia*sia belaka.
)dentifikasi yang dilakukan oleh saksi mata tidak dapat dilepaskan dari
persepsi orang yang bersangkutan mengenai pelaku kejahatan. -ehingga
seringkali bias dapat terjadi. -ebagai contoh, apabila seorang saksi mata
sebelumnya menggambarkan bahwa penjahat yang dilihatnya memiliki wajah
yang tampan, maka ketika ia diminta untuk menunjukkan pada barisan orang
yang dicurigai, ia akan dapat memilih pemilik wajah yang paling tampan. %ada
beberapa kasus, seorang saksi mata terkadang memilih wajah yang dirasanya
familiar. -alah satu sumber bias yang paling kuat adalah pakaian yang
dikenakan oleh seseorang (Baddeley, !!"$.
)dentifikasi yang salah juga dapat terjadi pada kehidupan sehari*hari,
dan seringkali akibat adanya prosedur yang mengganggu rutinitas kita.
D. Peran Kesaksian Saksi Mata
Kesaksian sangat penting bagi kelangsungan proses peradilan. 2amun,
kesaksian tidak boleh hanya dilihat dari sisi saksi mata itu sendiri, para aparat
peradilan juga harus memahami di mana letak kebenaran dari suatu kesaksian.
Karena itu kesaksian tidak hanya cukup digunakan pada saat pemberian
hukuman akan diputuskan. &alam kesaksian diperlukan adanya wawancara
mendalam untuk menghindari bias, dengan penggunaan bahasa maupun
informasi yang menyesatkan (+ord , 5aid,!!6$.
%enelitian psikologi pada wilayah ini telah menghasilkan suatu usaha
untuk mengembangkan peningkatan teknik wawancara berdasar pada prinsip
psikologi. =ontoh yang paling baik adalah wawancara kognitif terjadual
dikembangkan oleh +isher dan >eiselman, berdasar pada ( prinsip retrieval
(Baddeley, !!"$, yaitu?
. %engembalian mental dari lingkungan dan berbagai kontak personal yang
dialami selama kejahatan berlangsung.
5
'. Mendorong pelaporan dari setiap detail, tanpa perlu berusaha untuk
mengingat semua kelengkapan atau kesempurnaan cerita peristiwa
utama.
6. Berusaha untuk menggambarkan peristiwa dalam beberapa perintah
yang berbeda.
(. Berusaha untuk melaporkan peristiwa yang terjadi dari sudut pandang
yang berbeda, termasuk dari sudut pandang saksi mata lainnya.
&ua yang pertama berdasar pada konsep spesifikasi encoding,
berusaha untuk menyediakan o/erlap maksimum antara konteks di mana
kejahatan disaksikan dan konteks di mana usaha untuk me*recall dilakukan.
&ua prinsip berikutnya berperan besar dalam ide bahwa suatu materi dapat
dipanggil kembali dengan menggunakan sejumlah rute yang berbeda yang
dapat menyediakan informasi mengenai aspek berbeda dari pengalaman yang
sebenarnya.
+isher dan >eiselman terus melanjutkan pengembangan wawancara
kognitif, menggunakan beberapa kata tersembunyi untuk menunjukkan
informasi asli mengenai peristiwa yang disaksikan oleh seseorang, tanpa
adanya tambahan maupun embel*embel cerita lainnya. Hal ini dilakukan
dengan cara menggunakan pertanyaan yang terbuka, dan berusaha untuk
menyesuaikan urutan pertanyaan berdasarkan urutan peristiwa yang
disaksikan. &engan menggunakan metode ini, ditemukan bahwa tingkat
laporan yang benar berkembang dari (#@ hingga mencapai hampir 7#@.
-elain itu, penggunaan teknik ini jauh lebih mudah dan lebih murah ketika
dipraktekkan (Henderson, !!!$.
Antuk mengatasi masalah pada identifikasi barisan akibat terdapat
berbagai bias, psikologi telah berusaha untuk mengembangkan metode yang
lebih baik. Hal ini sangat penting terutama dalam kasus kesaksian anak*anak,
yang dapat diintimidasi karena harus berhadapan langsung dengan orang yang
telah menyerang mereka. -alah satu cara mengatasinya adalah dengan
menggunakan /ideo barisan, suatu prosedur yang memiliki keuntungan agar
deretan tidak perlu maju berulang kali, cukup dengan merekamnya pada /ideo.
-alah satu bias pada identifikasi barisan yaitu bahwa saksi mata
mengetahui si penjahat akan dideretkan dengan orang yang tidak bersalah. Hal
tersebut akan dapat menghasilkan kesalahan identifikasi yang sangat
6
berbahaya. Bahkan walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit kepada saksi
mata bahwa di anatara deretan tersebut terdapat si penjahat, namun, saksi
mata cenderung mengasumsikan bahwa salah satu dari orang yang dilihatnya
pastilah pelaku kejahatan yang sedang dicari, sehingga mereka merasa
memiliki kewajiban untuk memilih salah satu di antara deretan tersebut. -alah
satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menampilkan deretan secara
bersamaan, tanpa memberitahukan kepada saksi berapa banyak orang yang
akan ditunjukkan kepadanya (Baddeley, !!"$.
Antuk menjaga agar identifikasi yang dilakukan tidak mengalami
kesalahan yang membahayakan, psikolog dapat dipanggil untuk menemani
saksi atau untuk memberikan opini ahli terhadap ketidaksempurnaan memori.
Hal ini tidak berfungsi untuk meremehkan kesaksian maupun saksi mata itu
sendiri, namun, berfungsi sebagai pengingat agar para juri selalu waspada
akan adanya berbagai pengaruh yang dapat memberikan dampak pada
memori. Bila kita tidak dapat menentukan kekauratan suatu memori, setidaknya
kita mampu meningkatkan kesiagaan masyarakat umum dari berbagai faktor
yang dapat menentukan apa yang kita ingat dan apa yang kita lupakan
(Henderson, !!!$. Hal ini telah sering dilakukan pada berbagai pengadilan
tinggi di 4merika -erikat.
7
BAB III
PENUTUP
Beberapa penelitian psikologis menunjukkan bahwa manusia tidak terlalu
baik dalam mengidentifikasi orang yang mereka lihat walaupun mereka melihat
dalam waktu yang relatif lama. Karena itu, tidak diragukan lagi bahwa memori
manusia sangatlah rapuh. Hal ini juga berlaku dalam prosedur kesaksian, sebab,
meskipun seorang saksi mata sangat mempercayai laporannya, kesaksiannya
dapat mengandung informasi yang salah mengenai deskripsi peristiwa maupun
orang yang sebenarnya berada pada saat peristiwa yang disaksikannya
berlangsung.
%ada kenyataannya, memori manusia sangatlah jauh dari kesempurnaan
maupun permanen, dan lupa adalah salah satu fakta penting di dalam hidup.
Loftus dan Ketcham (!!$ menyatakan bahwa memori tidak hanya memudar,
namun juga mengalami pertumbuhan. 1ang mengalami pemudaran adalah inisial
kita mengenai persepsi, pengalaman nyata mengenai suatu kejadian. 2amun
setiap kali kita me*recall kembali suatu peristiwa, kita harus merekonstruksi ulang
memori dan setiap kali mengingat, memori dapat berubah, diwarnai oleh
berbagai peristiwa yang lain, ingatan maupun saran dari orang lain, pemahaman
yang meningkat, maupun adanya konteks yang baru. Bahkan terkadang kita
menjadi korban manipulasi dari pikiran kita sendiri (+ord , 5aid, !!6$.
%enelitian psikologi pada wilayah ini telah menghasilkan suatu usaha
untuk mengembangkan peningkatan teknik wawancara berdasar pada prinsip
psikologi. =ontoh yang paling baik adalah wawancara kognitif terjadual
dikembangkan oleh +isher dan >eiselman, berdasar pada ( prinsip retrieval
(Baddeley, !!"$. -edangkan untuk mengatasi masalah pada identifikasi
barisan akibat terdapat berbagai bias, psikologi telah berusaha untuk
mengembangkan metode yang lebih baik misalnya dengan menggunakan /ideo
barisan, suatu prosedur yang memiliki keuntungan agar deretan tidak perlu
maju berulang kali, cukup dengan merekamnya pada /ideo, atau dengan
menampilkan deretan secara bersamaan, tanpa memberitahukan kepada saksi
berapa banyak orang yang akan ditunjukkan kepadanya (Baddeley, !!"$,
maupun memanggil psikolog untuk menemani saksi atau untuk memberikan
opini ahli terhadap ketidaksempurnaan memori (Henderson, !!!$.
8
DA#TA$ PUSTAKA
Baddeley, 4. !!". Your Memory, Ausers Guide. London? %B)C2.
&orf, M.=. '##(. How Reliable is Eyewitness estimony!" A #ecision $y %ew
Yor& 'tates Hig(est )ourt Reveals *nsettling rut(s About +uries,
(online$, (writ.news.findlaw.com, diakses tanggal 6 2o/ember '##($.
+ord, &., , 5aid, M. !!6. Eyewitness estimony, Memory, and Assassination
Researc(, (online$, (mcadams.posc.mu.edu, diakses tanggal 6 2o/ember
'##($.
Henderson, 3. !!!. Memory and ,orgetting. 2ew 1ork? Boutledge.
Loftus, 9.+. !"#. Eyewitness estimony, -it( a %ew .reface $y (e Aut(or,
(online$, (www.hup.har/ard.edu, diakses tanggal 6 2o/ember '##($.
Loftus, 9.+., , Ketcham, K. !!. -itness ,or (e #efense" (e Accused, (e
Eyewitness, and (e E/pert -(o .uts Memory 0n rial, (online$,
(writ.psb.org, diakses tanggal 6 2o/ember '##($.

9

Anda mungkin juga menyukai