Anda di halaman 1dari 22

Rangkuman Buku Psikodiagnostik 1

Penulis
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si., Psi
Mulia Sari Dewi, M.Si., Psi

Norlisa Aroh
NIM 461120065
Reguler 2
Psikologi
A. Pengertian Psikodiagnostik

Adapun pengertian psikodiagnostik dalam arti sempit adalah metode


yang digunakan untuk menetapkan kelainan-kelainan psikologis dengan
tujuan untuk dapat memberikan pertolongan atau pengobatan yang lebih tepat.
Sedangkan psikodiagnostik dalam arti luas memiliki dua aspek yaitu praktis
dan teoritis. Praktis berarti psikodiagnostik ini metode yang digunakan dalam
mendiagnosis aspek psikis seseorang dimana dalam mendiagnosis tersebut
dilakukan ole petugas praktik. Sedangkan untuk aspek teoritis,
psikodiagnostik berarti studi ilmiah tentang metode untuk membuat diagnosis
psikis seseorang dengan tujuan agar dapat memperlakukan subjek dengan
lebih bijak sesuai dengan yang seharusya (Suryabrata, 1999).

B. Ruang Lingkup Psikodiagnostik

1. Clinical setting, misalnya di rumah sakit, pusat kesehatan mental, atau klinik-
klinik konsultasi psikologi. Berfokus pada mendeteksi gangguan psik:s
individu, mengukur Kemampuan atau kekuatan pribadi individu, lalu
Menetapkan pola terapi.
2. Legal setting, misalnva di pengadilan, lembaga pemasyarakatan dan tempat
rehabilitasi lainnya yang berhubungan dengan masalah kriminal, seperti
penderita narkoba, anak-anak nakal dan lainlain. Dalam hal ini untuk
membantu proses peradilan supaya permasalahan psikologis yang dialami
seseorang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan.
3. Bimbingan Pendidikan dan Kejuruan, misalnya di sekolah, universitas-
universitas atau pusat pelatihan. pusal bimbingan karir. Berfokus pada advice
di bidang pengembangan studi dan kerja atau karier.

C. Fungsi atau kegunaan Psikodiagnostik

 Psikodiagnostik sangat penting dalam psikologi untuk memahami individu


lebih baik dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan
mendeskripsikan kepribadiannya.
 Dengan psikodiagnostik para pengul akan dapat mendiskripsikan
kepribadian individu dengan teknik-teknik tertentu dan prosedur-prosedur
yang sistematis dari data yang objektif.
 Teknik-teknik tersebut diantaranya observasi, Wawancara, self-report
(analisa dokumen pribadi seperti; otobiografi, biografi, buku harian, surat
pribad! Dan sebagainya), dan pemeriksaan psikologi.

D. Tujuan Pemeriksaan Psikodiagnostik

Tujuan pemeriksaan psikologis atau psikodiagnostik pada dasarya


adalah untuk mengungkapkan. aspek-aspek psikologis tertentu, dart individu
yang diperiksa dengan cara mengadakan Klasifikasi, deskripsi, Interpretasi
dan prediksi.

E. Aspek-aspek Psikis yang Menjadi Sasaran Psikodiagnostik.

Sasaran psikodiagnostik tidak hanya individu-individu yang


mengalami gangguan-gangguan psikis, tetapi melas kepada orang-orang yang
normal dan sehat. Mengapa terjadi begitu? Karena sekarang ini,
psikodiagnostik lebih tertuju kepada penggambaran Kategori-kategori, yakni
lebih ditekankan untuk mendapatkan deskripsi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian individu, motivasi, fungsi-fungsi intra psikis,
abilitas bermasyarakat, kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan;
dinamika psikologis, penyesuaian dirinya, dan sebagainya lagi
Selain it uada aspek non-kognitif yang menjadi sasaran
Psikodiagnostik adalah Kepribadian individu dengan bagian. bagiannya antara
lain ialah (Fudyartanta,2005):
1. Kecerdasan atau Intelegensi.
2. Bakat atau kemampuan khusus yang istimewa.
3. Minat dan perhatian.
4. Motif-motifnya.
5. Keterampilan berbuatnya.
6. Emosi-emosi : Kematangan dan kestabilan.
7. Cita-cita dan fantasinya.
8. Kesosialannya atau hubungan interpersonal.
9. Keakuannya
10. Inisiatif dan kreativitasnya.
11. Daya tahan.
12. Daya analisisnya.
13. Pengambilan keputusannya.
14. Rasa tanggung jawabnya.
15. Kerjasamanya.
16. Ketelitian kerja.
17. Sistematika kerjanya.
18. Ketahanan kerja.
19. Seksualitas dan lain-lainnya.

F. Sejarah Psikodiagnostik

2200 SM : Pemeritah kerajaan China mulai mengadakan tes seleksi penerimaan


pegawai baru.
1862 : Wilhelm Wundt menciptakan pendulum untuk menguku
kecepatan berpikir.
1884 : Francis Galton mengadministrasikan batterytest Pertama untuk
ribuan orang di International Health Exhibit.
1890 : James McKeen Cattel menggunakan istilah tes mental di dalam
menggunakan alat batterytest yang diciptakan galton.
1901 : Clark Wissler menemukan fakta bahwa Brass Instrument tidak
memiliki kolerasi dengan Pencapian nilai akademik imdividu.
1905 : Binet dan Simon menemukan tes kecerdasan modern Pertama.
1914 : Stern memperkenalkan konsep IQ
1916 : Lewis Terman merevisi alat tes Binet dan Simon, Lahirlah Stanford
dan Binet Revisi tahun 1937, 1960, 1986.
1917 : Robert Yerkes menciptakan Army Alpha dan Army Beta untuk
merekrut sukrelawan Perang Dunia 1.
1920 : Rorschach Inkblot ditemukan oleh Herman Rosacrch.
1921 : Psycological Corporation, peneliti utama dari alat-alat tes psikologi
didirikan oleh Cattel, Thorndike dan Woodworth.
1927 : Edisi Pertama Strong Vocatioal Interest Blank diterbitkan.
1939 : Wechsler-Belleveu Inetelegance Scale diterbitkan. Edisi revisinya
tahun 1955, 1981, dan 1997.
1942 : Minnesota Multiphasic Personality Inventory diterbitkan.
1949 : Weschler Intelegence scale untuk anak-anak diterbitkan. Edisi revisi
tahun 1974 dan 1991.

G. Teknik dan Prosedur dalam Psikodiagnostik

1. Wawancara, terjadi pertukaran pandangan informasi antara pendiagnosa


dan klien.
2. Observasi, kegiatan mengenali tingkah laku individu yang biasanya akan
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai
penunjang informasi.
3. Analisa dokumen pribadi, Beberapa materi yang dianalisis yakni;
 Buku hariam atau diary
 Surat-surat pribadi
 Biografi atau otobiografi
4. Tes Psikologi, metode ini dapat membantu memperoleh gambaran diri
subjek. Adapun syarat-syarat tes yang baik itu adalah sebagai berikut;
 Tes itu harus valid.
 Tes itu harus reliable.
 Tes itu harus distandarisasikan.
 Tes itu harus obyektif
 Tes itu harus diskriminatif.
 Tes itu harus komperehensif.
 Tes itu harus mudah digunakan.

H. Prosedur Pelaksanaan Psikodiagnostik

1. Indentifikasi klien.
2. Merumuskan masalah.
3. Melakukan auto-anamnesa dan allo-anamnesa.
4. Melakukan wawancara.
5. Melakukan suatu tes.
6. Melakukan diagnose dan treatment.

I. Proses Kesalahan dalam Psikodiagnostik

1. Proses Informal, kesalahan dalam proses informal;


a. Kesalahan dari penilai.
 Hearsay, pengaruh desas-desus tentang orang yang dinilai.
 Hallo Effect, kecenderungan menilai seseorang dengan
menggenarilisasikan penilaian.
 Streaotipe, Penilaian yang dipengaruhi pandangan.
 Leneincy Effect, Sikap lunak dan penuh toleransi.
 Mood
 Proyeksi, memindah hal-hal yang ada dalam diri.
b. Kesalahan yang dinilai
 Karakteristik yang sulit dinilai, misalnya pandai memainkan
peran.
 Kecenderungan menampilkan diri dengan kesan sebaik-
baiknya.
 Bersikap pura-pura.

c. Situasi Lingkungan
 Masalah waktu pelaksanaan yang tidak tepat.
 Tempat pelaksanaan.
 Fasilitas yang tersedia.
 Polusi (Suasana bising, udara berdebu)
d. Alat Tes (Alat ukur)
 Tidak Standarisasi
 Salah penggunaan alat tes.

2. Proses Formal;
1. Pendekatan Klinis.
2. Pendekatan Objektif.

PROSEDUR PERENCANAAN ASESMEN DATA ASSESMEN


PENGUMPULAN DATA ANALISS DATA DAN FORMULASI
HIPOTESIS PENYAMPAIAN (MENGKOMUNIKASIKAN
HASIL ASSESMEN DATA KLIEN)
J. METODE PEMERIKSAAN DALAM PSIKODIAGNOSTIK

Psikodiagnostik merupakan ranah psikologi yang merupakan alat


dalam
mengidentifikasi permasalahan psikologis. Hal yang patut diperhatikan dalam
pemecahan masalah tersebut adalah data-data yang akurat. Pengumpulan data
merupakan langkah awal yang akan sangat penting dalam kelanjutan proses
mendiagnosa masalah psikologis.

Berikut ini beberpa macam metode pengumpulan data yang banyak digunakan
oleh para ahli psikologi;
A. Metode Observasi, Menurut Widagdo (2013) observasi adalah
mengamati aktivitas individu sengaja dan secara sistematis.
1. Observasi Non Partisipan
Observasi non-partisipan adalah observasi dimana penyidik
tidak ikut serta dalam kegiatan yan dilakukan. Jadi penyidik
bertindak sebagai penonton.
2. Observasi Partisipan
Observasi dimana penyelidik ikut serta dalam kegiatan yang
dilakukan jadi disini penyelidik tidak berlaku sebagai penonton
melainkan juga sebagai pelaku atau peserta.
3. Observasi dalam Situasi Eksperimental
Pada dasarnya eksperimen adalah dengan sengaja
menimbulkan gejala tertentu agar dapat diobservasi. Kegiatan
menimbulkan gejala dengan sengaja itu dalam Situasi
eksperimental dilakukan agar observasi dapat langsung secara
segera untuk mengenai sasaran yang diinginkan.
B. Metode Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan
sumber data juga memberikan jawaban secara lisan pula.
Percakapan lisan antara pewaancara dan yang diwawancarai
umumnya dilakukan secara tatap muka Vace to face), tetapi tidak
menutup kemunginan untuk melakukan wawancara dengan
menggunasan media komunikasi, seperti menggunakan telepon,
dan media IT lainnya.
C. Metode Biografi (Daftar Riwayat Hidup)
Secara etimologis metode biografis adalah metode yang
menggunakan bahan-bahan yang berwujud tulisan mengenai
kehidupan subjek yang diselidiki. Baik tulisan itu dibuat oleh
subjek sendiri maupun dibuat ole orang lain. Bahan-bahan
biografis yang banyak digunakan dalam penvelidikan adalah
(Suryabrata, 1999) :
1. Biografi
2. Otobiografi
3. Buku harian
4. Kenang-kenangan masa muda
5. Case History
D. Metode Analisis Dokumen Pribadi
Analisis dokumen dapat digunakan untuk menganalisis individu
selama jangka waktu yang lama,bisa cukup mendetail dan objektil,
dan bahkan biasa digunakan untuk orang yang sudah meninggal.
Namun. mungkin hanya menunjukan aspek-aspek tertentu dari
seseorang yang mungkin tidak jujur, dan mungkin tidak tersedia
pada waktu dan peristiwa yang penting (Schustack, 2008).
E. Tes Psikologi
Tes psikologis (psikotes) merupakan serangkalan tes yang
dilakukan oleh Psikologatas permintaan klien (individu atau
organisasi) untuk memberikan gambaran utuh tentang aspek-aspek
psikologis seseorang sesuai dengan kebutuhan dan Keperluan
Klien.

a. Macam-macam Psikotes
1. Tes Individual dan Klasifikal
2. Tes Performance dan Verbal
3. Tes Terstruktur dan Tidak Terstruktur
4. Self-Report Test
5. Tes Performance Kepribadian.
b. Fungsi pengukuran psikologis
1. Prediksi
Hasil pengukuran psikologis dapat membantu dalam memprediksi
keberhasilan tau ketingkat keberhasilan tertentu, yaitu individu
memungkinkan memilki harapan dalam bidang studi tertentu,
pekerjaan, jabatan atau karir tertentu, atau dalam suatu bidang usaha
yang lainnya.
2. Diagnosis
Hasil pengukuran psikologis dapat dimantaatkan dalam diagnosis.
Fungi diagnosis yang dimaksud disini adalah perumusan masalah yang
dihadapi klien dan perkiraan penyebabnya.
3. Monitoring
Para psikolog dapat mengamati dan memantau sampai sejauh mana
Kemajuan yang telah dicapai klien, sehingga mereka dapat secara
langsung mengambil manfaat dari hasil pengukuran psikologis.

4. Evaluasi
Salah satu dari beberapa jenis pekerjaan psikolog adalah menyusun
beberapa tujuan yang sesuai dengan kebutuhan klien dan
merencanakan beberapa cara untuk mengetahui sampai seberapa jauh
tujuan itu dapat dicapai.

K. Tes Situsional

Tes Situsional adalah tes yang menempatkan individu dalam situasi


yang semirip mungkin dengan situasi nyata sehingga dapat diobservasi respon
atau prilaku individu tersebut terhadap situasi yang sedang dihadapi.
Macam-macam tes situasional:
1. Diskusi kelompok tanpa pemimpin (Leaders Group Discussion)
2. Role Play
3. In-Basket /in-tray
4. Character Education Inquiry(CEI)

Kelebihan tes situasional


 Dapat digunakan untuk memeriksa individu yang tidak dapat
mengerjakan tes-tes tradisional.
 Dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek prilaku yang
tidak dapat diukur melalui tes-tes tradisonal.
 Tes situasional memiliki validitas yang lebih tinggi (0,7)
daripada tes-tes lainnya.
Di sisi lain, tes situasional ini juga memiliki kelemahan yaitu:
 Memerlukan persiapan yang matang.
 Memerlukan ruangan dan peralatan yang semirip mungkin
dengan situasi nyata.
 Memerlukan waktu dan biaya lebih besar dari tes tradisional.

L. Kaidah Kuantifikasi Psikodiagnostik

Keragaman tes yang dirancang masing-masing memiliki perbedaan


pada fokus penilaiannya, tergantung pada fokus apa yang ingin diungkap
dalam tes. Agar Les psikologis sebagai alat pembanding atau "pengukur",
dapat menjalankan fungsinya secara baik haruslah memenuhi svarat-syarat
tertentu.
1. Validitas
Secara umum dapat dikatakan bahwa validitas suatu tes adalah
sejauhmana tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi
semakin tinggi validitas suatu tes maka tes tersebut semakin mengenai
sasarannya, semakin menunjukkan apa yang seharusnya ditunjukan.
2. Reliablitas
Seorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu ajeg, tidak
berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian pula halya
sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil
yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel
apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.
3. Standarisasi
Standarisasi suatu tes bertujuan agar selap testeeyang dites mendapat
perlakuan yang benar-benar sama. Mengapa demikian. karena skor yang
dicapai hanya memiliki arti apabila dibandingkan satu sama lain
(Suryabrata, 1999).
4. Norma
Norma digunakan untuk membantu memperlancar interpretasi oleh
pengguna tes. Hal in dikarenakan hasil pengukuran tes yang berupa skor
mentah (raw score) saja pada tes psikologi belum memberi mana yang
berarti.

5. Objektivitas
Dalam pengertian sehari-hari dapat diketahui bahwa obyektif berarti tidak
adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari obyektif adalah
subyektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk memengaruhi.
Sebuah tes memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak
ada faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada
sistem skoringnya.
6. Diskriminatif
Jadi tes yang diskriminatif akan mampu menunjukkan perbedaan-
perbedaan yang kecil mengenai sifat atau faktor tertentu pada individu-
individu yang berbeda-beda (Suryabrata, 1999).
7. Komprehensif
Tes yang dapat sekaligus Mengungkapkan atau menyelidiki banyak hal.
Terutama dalam tes prestasi, hal ini sangat penting. Misalnya kita akan
menyelidiki prestasi anak dalam mempelajari bahan ujian tertentu, maka
tes yang cukup komprehensif mengungkap pengetahuan testee mengenai
segala hal yang harus dipelajari, jadi hal ini juga mencegah dorongan
untuk berspekulasi.
8. Mudah digunakan dan praktis
Suatu tes dikatakan memiliki Kepraktisan yang baik, jika kemungkinan
untuk menggunakan tes itu besar atau banyak.

M. Isu-isu Etik dalam Pemeriksaan Psikodiagnostik


Apabila melihat kode etik praktek psikolog, nampak sekali bahwa hal tersebut
sangat penting, seperti:
1. Kerahasiaan.
2. Keamanan tes.
3. Interprestasi tes.
4. Publikasi tes.

Di Indones:a sendiri, telat diatur tentang kode etik psikologi, yang


didalamnya juga terdapat kode etik untuk penggunaan pemenksaan tes
diagnostik. Kode etik tersebut dibuat dan diatu- oleh HIMPSI (Himpunan
Psikologi Indonesia) dimana isi kode etik tersebut selaras dengan kode etik
yang dibuat oleh APA (American Psychologyst Association).

a. Kualifikasi penggunaan Tes


Para penguji hendaknya terlatih memilh tes yang sesual, baik dengan
maksud tertentu yang menjadi tujuan testingnya, maupun dengan orang
yang diuji, mereka juga harus memahami tentang keputusan rise yang ada
pada tes yang dipilih dan mampu melakukan evaluasi atas segi-segi
tekniknya dalam Kaitan dengan cir-cir seperti: norma, reliabilitas, dan
validitas.
b. Standar dan Etika Pengetesan
Level A: Pengguna telah menyelesaikan setidaknya satu Kursus mengenai
pengukuran, bimbingan, atau disiplin terkait yang sesual, atau memiliki
pengalaman kerja yang diawasi mengenai pengelolaan dan interpretasi les.
Level B: Pengguna telah lulus dart pelatihan mengenai pengukuran,
bimbingan, pemenksaan psikologi individu, atau metode penghargaan
Khusus, yang sesuai dengan tes tertentu.
Level C: Pengguna telah lulus dar program pelatihan terkenal mengenai
psikologi dalam bidang kursus yang tepat dan pengalaman prakuk yang
diawasi (supervised practical experience) mengenai pengelolaan dan
interprestasi dari instrumen pemeriksaan klinis.

Usaha untuk membatasi distribusi tes memiliki dua tujuan yaitu: untuk
keamanan materi tes dan pencegahan penyalahgunaan terhadap tes tersebut.
Tanggung jawab professional lainnya adalah pemasaran tes-tes psikologi oleh
pengarang dan penerbitnya adalah tidak menjual testes tersebut secara
premature untuk penggunaan umum.
Tes-les yang perlu diamankan karena digunakan dalam keputusan
seleksi, keputusan penempatan atau keputusan diagnostik, seharusya tidak
dipublikasikan dalam bentuk apapun di dalam media apapun, publikasi
terhadap tes tersebut dapat menyebabkan tidak sahihnya penggunaan tes
tersebut kelak. Selanjutnya agar dalam melakukan tes tidak melalui surat,
karena tidak memiliki kontrol atas kondisi testing, prosedur ini juga umumnya
melibatkan interpretasi atas skor-skor tes itu tapa adanya informasi yang
relevan tentang individu yang bersangkutan (Anastasi dan Urbina, 2003;
Aiken dan Marat, 2008; Markam, 2006; Suryabrata, 1999).

N. Keterbatasan Dalam Pemeriksaan Psikodiagnostik

Masalah atau keterbatasan-keterbatasan Pengukuran psikologi itu


berkaitan dengan banyak hal, antara lain:
(1) Sifat atribut psikologi sebagai sasaran
(2) Alat ukur Dan cara pengukuran
(3) Kondisi subjek ukur
(4) Pelaksanaan pengukuran
(5) Profesionalisme pengukur.
A. Keterbatasan yang Bersumber pada Tester
 Kesalahan/Ketidakjelasan dalam membacakan alau memberikan
instruksi kepada testee. Menghafal instruksi verbal yang pasti adalah
hal penting dalam kebanyakan tes perorangan. Bahkan dalam tes
kelompok, dimana instruksi dibacakan kepada peserta tes, diperlukan
keakraban terhadap pernyataan-peryataan yang harus dibaca guna
mencegah salah baca dan keragu-raguan dan memungkinkan cara yang
lebih alamiah dan informal selama penyelenggaraan tes.
 Tester yang hanya dapat melihat Kelemahan dan tanda patologis saja,
tidak dapat meliha: sisi positif dan Tester yang hanya dapat melthat
hal-hal yang bagus dan tidak dapat melihat sisi lemahnya.
 Tester mempunyai rasa identitas dir yang ragu-ragu (person with
uncertain sense o) persona identity).
 Tester yang terhambat dalam hubungan sosial (withdrawen, inhibited).
 Pemberian skor yang tidak cermat. Kadang-kadang terjadi kesalahan
dari pihak pemberi skor karena penggunaan kunci yang keliru
walaupun sudah disediakan "kunci" skoring, ataupun salah dalam
penjumlahan skor.

B. Keterbatasan yang Bersumber pada Tester


 Pemalsuan Data (faking good/bad)
Terjadi pada pemeriksaan non-kognitif yang menggunakan self report
(kadang juga terjadi pada pemeriksaan kognitif), untuk mencapai
maksud tertentu , misalnya agar dapat memperoleh pekerjaan, sekolah
dan lain-lain.
 Memiliki motivasi yang rendah dalam mengikuti tes
Seseorang yang memeiliki motivasi tinggi dalam mengikuti tes, pasti
akan melaksanakan tes dengan sabaik mungkin. Tetapi orang yang
tidak memiliki motivasi tinggi dalam mengikuti tes, kemungkinan
untuk mengerjakan tes secara "asal-asalan" sangatlah tinggi.
 Kondisi Badan Kurang Sehat
Kondisi individu ketika mengikut les sangatlah berpengaruh. Anak
yang sakit past akan merasa tidak nyaman selama mengikuti tes.
Bahkan ketika dalam tes kelompok.
 Panik yang berlebihan
Seseorang yang sedang mengerjakan tes dalam keadaan panik yang
berlebihan, secara kognisi akan mengalami gangguan dalam
konsentrasi dan penggalian informasi.

C. Keterbatasan yang bersumber pada alat tes


 Tidak Valid
1. Konsep Teoritik Tidak Cukup Difahami
2. Aspek Keprilakuan Tidak Oprasional
3. Penulisan Item Tidak Mengikuti Kaidah
 Tidak Reliabel
 Tidak memiliki standarisasi
 Tidak Objektif
 Tes sudah bocor dikietahui isi dan jawabannya
D. Keterbatasan yang Bersumber pada Kondisi atau Suasa Tempat Tes.
 Suhu ruangan yang terlalu panas/dingin.
 Setting tempat duduk yang terlalu berdekatan membuat tidak nyaman.
 Ruangan dekat dengan sumber suara gaduh.
 Terlalu banyak yang dites sehingga mengurangi akurasi.
 Tidak menggunakan alat bantu yang memadai.

O. Pengukuran Tes Kognitif (Tes Intelegensi dan Bakat)

Pada mulanya, cara mengukur inteligensi berasal dari Binet (1905).


Binet menelit baik anak yang memiliki keterlambatan mental maupun anak
yang normal untuk didentifikasikan sebelum mereka mengalami hambatan di
sekolah. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
zaman, maka para ahli seperti Spearman dan Guillord mengembangkan tes-tes
inteligensi, dan banyak ahli lain yang juga mengembangken tes bakat dan
minat.
1. Teori Dasar Tes Intelegensi dan Tes Bakat
1. Charles Sperman: Teori Dwifaktor (The Two Factor Theory)
Teori dwifactor ini dikembangkan Spearman, seorang ahli psikologi
Inggris. Spearman mendasarkan teorinya pada analisis factor
inteligensi. Menurut pendapat Sperman bahwa kecakapan intelektual
dari dua macam kemampuan mental, yaitu:
a. Inteligensi umum (yang disebut general factor = faktor "g")
b. Remampuan spesifik (faktor khusus = faktor "s")

2. Teori Joy Paulus Guilford : Teori Struktur Intelek.


Teori struktur intelek dikembangkan oleh Guilford, Dalam teorinya,
Guilford mengklasifikasikan inteligensi menjadi tiga dimensi, yaitu:
dimensi operasi, isi, dan produk.

3. Teori Thurstone: Teori Primary Mental Ability Theory


Teori Thurstone menghilangkan G sebagai Komponen signifikan dari
fungsi mental. Menurut Thrustone tidak ada G factors, yang ada
hanyalah Primary Mental Ability, yaitu: verbal comprehension,
numerical, spatial visualization, perceptual ability, memory, reasoning,
dan word fluency.

4. Teori Philip Ewart Venon


Definisi Philip Ewart Vernon disebut Hierarchical Theoris. Diana
definisi inteligensinya merupakan gabungan dari tori Spearman dan
Thurstone, namun diaplikasikan pada konsep G factor.

2. Tes Intelegensi
Adapun manfaat tes intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Menganalisis berbagai masalah yang dialami murid.
b. Membantu memahami sebab terjadinya masalah.
c. Membantu memahami murid yang mempunyai.kemampuan yang tinggi
juga yang rendah.
d. Menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Macam-macam tes inteligenst, yaitu:
1. Tes inteligensi umum, bertujuan untuk memberikan gambaran
umum tentang tarat kemampuan seseorang.
2.Tes inteligensi Khusus, menggambarkan taraf Kemampuan
seseorang secara spesifik.
3.Tes inteligensi differensial, memberikan gambaran tentang
kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan
didapatnya profil kemampuan tersebut.

3. Alat Tes Intelegensi


Tes inteligensi dapat dilaksanakan secara individual ataupun secara
Klasikal atau kelompok, tergantung tujuan dan keadaannya. Tes
intelegensi individual lebih komprehensif dan lebih banyak perhatian
kepada peserta les dibandingkan dengan tes intelegensi kelompok, namun
tes individual memakan waktu yang jauh lebih lama.
a. Stanford-Binet Intellligence Scale (Tes Binet)
b. Skala Wechsler.
c. The Kaufman Assessment Battery for Children (K-ABC)
d. Tes Kemampuan Kognisi Woodcock-Johson.
e. Tes Kemampuan Non-Verbal Indovidu.
f. Tes Kecerdasan Non-Verbal Menyeluruh.
g. Tes Kecerdasan Non-verbal Universal.
h. Tes Intelegensi Kelompok :
1. Raveb Progressive Mtrices.
2. CFIT(Culture Faire Intelegence Test)
3. IST (Intelegence Structure Test)

4. Tes bakat
Adapun tes bakat dapat diartikan sebagai perangkat penguji suatu
kondisi tau karakteristik tertentu dari individu yang hasilnya merupakan
cerminan dari gejala kemampuan yang perlu dipadankan dengan suatu
pelatihan atau pembelajaran yang sesuai agar dapat diwujudkan dalam
tindakan atau perilaku yang nyata. Misalnya; kemahiran berpidato, kemahiran
bermusik dan lain sebagainya.
1. Alat Tes Bakat
1. Tes GATB
2. Tes DAT
3. Tes FACT

5. Tes Minat
Jadi tes minat adalah instrumen dimana testee diminta untuk mengisi
dengan penuh kejujuran terhadap beberapa pilihan bidang pekerjaan atau
karier dari yang paling diminati sampai kepada yang kurang diminati, hal
tersebut dilakukan sebagai ekspresi kepribadian dan Kepeminatan seseorang.
1. Alat Tes minat
1. Strong Interest Inventory (SII)
2. Self Directed Search (SDS)
3. Jackson Vocational Interest Survei (JVIS)
4. Career Assesment Inventory (CAI)
5. Kuder.
6. Rothwel Miller Inventory Bank (RMIB)

P. Pengukuran Tes Non Kognitif (Tes Proyeksi dan Non Kognitif)


Tes proyeksi adalah pengungkapan aspek psikologis manusia dengan
menggunakan alat proyeksi. les in berdasar pada eksternalisasi aspek-aspek
psikis terutama aspek-aspek ketidaksadaran ke dalam suatu stimulasi/rangsang
yang kurang atau tidak berstruktur yang sifatnya ambigious agar dapat
memancing berbagai alternatif jawaban tapa dibatasi oleh apapun.
1. Klasifikai Tes Proyeksi
a. Teknik Konstitutif (Menyusun)
b. Teknik Konstruktif (membentuk)
c. Teknik Intrepetatif
d. Teknik Katarik
e. Teknik Retraktif
2. Macam-macam Alat Tes Proyeksi Non Proyeksi
1. Tes Proyeksi
a. Associative Technique
b. Constrution Procedures
c. Completion Task
d. Choice or Ordering Device
e. Expressive Methods
2. Tes Non Proyeksi
a. Tes Kepribadian (ARES)
b. Tes L & TW (Leadership san Team Work)
c. Tes Wiggly Block
d. Tes Kraepelin
e. EPPS (Edward Personal Prefrence Schedule)
f. MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)
g. 16 PF

Anda mungkin juga menyukai