Anda di halaman 1dari 3

A.

Konsep Dasar Asesmen

Asesmen merupakan alat dalam modifikasi perilaku yang digunakan untuk mengukur
perilaku individu apakah perilaku yang dimunculkan itu meningkat atau berkurang. Menurut
Robert M Smith (2002) asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan
anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat
digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun
suatu rancangan pembelajaran. Sedangkan menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B
Lewis asesmen merupakan proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak
yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu,
sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Menurut Lidz (2003)
asesmen merupakan proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis
anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan
kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Asesmen berguna sebagai alat
untuk menilai dan mengambil keputusan untuk langkah selanjutnya yang akan dilakukan
dalam program modifikasi perilaku. Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa asesmen
perilaku meliputi proses pengumpulan dan analisis terhadap data atau informasi dari individu
untuk tujuan-tujuan menurut Robb sebagai berikut:

1. Identifikasi: Melihat faktor pendorong atau penghambat perilaku yang diinginkan


beserta variabel organismik, anteseden, respon dan konsekuen.

2. Klasifikasi: Pengelompokan perilaku mana yang dilemahkan atau dikurangi,


ditingkatkan atau yang tidak sesuai norma.

3. MengontrolMengontrol: Membuat situasi yang mendukung proses perubahan.

4.. Mengkhususkan: Menetapkan tujuan, metode dan siapa yang memberikan.

5. Evaluasi: Menilai keberhasilan proses, dan hasil tinjak lanjut.

Sedangkan menurut Sumardi & Sunaryo (2006) tujuan dari asesmen adalah sebagai
berikut:

1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak
saat ini.
2. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung
lingkungan yang dibutuhkan anak.

3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan


khususnya dan memonitor kemampuannya.

Teknik Asesmen

Teknik asesmen yang sangat populer digunakan dalam modifikasi perilaku adalah Analisis
Fungsional. Istilah analisis fungsional seringkali disamakan dengan asesmen fungsional.
Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa asesmen fungsional adalah beberapa
pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi “antecedents” dan “consequences” dari
suatu “perilaku” (behavior) tertentu. Sementara itu, asesmen fungsional adalah manipulasi
yang sistematis dari suatu situasi untuk menguji perannya sebagai antecedents yang
mengontrol suatu perilaku tertentu, atau sebagai consequences yang memperkuat
terbentuknya perilaku tertentu. Dan ketika perilaku sudah didefinisikan dengan tepat maka
asesmen dapat dimulai.

Fungsi asesmen adalah sebagai berikut:

a. Membatasi tingkat dimana perilaku target ditentukan, dalam hal ini asesmen
merefleksikan frekuensi terjadinya perilaku target pada program modifikasi perilaku yang
disebut sebagai baseline.

b. Merefleksikan perubahan perilaku setelah program dimulai. Karena tujuan utama


program adalah merubah perilaku maka perilaku selama program harus diperhatikan.

Adapun variabel yang perlu diperhatikan dalam asesmen adalah:

a. Variabel stimulus anteseden yaitu segala hal yang mencetuskan perilaku yang
dipermasalahkan, situasi tertentu dan kehadiran orang lain.

b. Variabel organismik yaitu faktor fisiologis, genetik, proses belajar dan harapan subyaek
terhadap situasi.

c. Variabel respon yaitu variabel perilaku yang dipermasalahkan, baik dari sisi
frekuensinya, intesitasnya maupun lamanya.
d. Variabel konsekuen yaitu akibat yang diperoleh setelah perilaku terjadi. Variabel inilah
yang memelihara perilaku yang menjadi masalah.

Anda mungkin juga menyukai