Kelompok 12
Anggota kelompok:
Angela (190110140050)
Aldriani Fadila (190110140052)
Sekar Ayu Nugraheni (190110140088)
Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2014
Laporan Hasil Kerja Individual: Angela (190110140050)
1
karena beliau mencari tahu dan memahami sebab-sebab seseorang
melakukan tindakan kriminal dari perspektif biologis. Di Amerika Serikat,
seorang dokter bernama William Healy dan stafnya seorang psikolog yang
bernama Grace M. Fernald, mendirikan Juvenile Psychopathic Institute pada
tahun 1909 yang kemudian menegaskan pentingnya sebab-sebab yang
mendasari kriminalitas. Pada awal tahun 1900-an, Sigmund Freud sedang
mengembangkan teorinya mengenai kepribadian dan tulisan-tulisannya
tentang psikopatologi memengaruhi pemikiran mengenai penyebab perilaku
kriminal.
Kemudian pada tahun 1964, Hans. J. Eysenck, seorang psikolog
kepribadian yang terkemuka, menerbitkan bukunya yang berjudul Crime and
Personality, di mana beliau mengusulkan teori biososial mengenai kejahatan,
yang dipandang sebagai teori teruji pertama tentang perilaku kriminal yang
diusulkan oleh seorang psikolog. Empat tahun kemudian, berdirilah American
Psychology-Law Society (AP-LS), yang disusul penerbitan jurnal AP-LS
yang berjudul Law and Human Behavior. Tahun 1980, terbentuklah divisi baru
American Psychological Associaton (APA), yaitu Divisi 41 yang dikenal
sebagai ‘Psychology and Law’. Akhirnya pada tahun 2001, APA resmi
menetapkan psikologi forensik sebagai suatu disiplin ilmu dalam psikologi.
2
maka sangat diperlukan sosialisasi untuk meningkatkan peran bidang psikologi
ini dalam proses hukum di Indonesia.
3
2. Melakukan pengobatan terhadap terpidana yang terjerat dalam
penggunaan obatan terlarang dan kasus kecanduan.
3. Membantu anak-anak dalam dugaan kasus pelecehan untuk memroses
dan mengomunikasikan pengalaman mereka dengan jujur dan akurat,
hingga mempersiapkan mereka untuk bersaksi di pengadilan.
4. Mempelajari perilaku kriminal, misalnya dengan mewawancara atau
melakukan tes psikologi pada pelaku kriminal, orang-orang terdekatnya,
dan juga korban-korbannya.
5. Mempelajari TKP dan mengevaluasi bukti tertinggal (atau ketiadaan bukti)
untuk mengembangkan profil penjahat (criminal profiling) tertentu dan
mempersempit daftar tersangka.
6. Menjadi penasihat dalam menyeleksi dewan juri dalam pengadilan beserta
aparat kepolisian.
7. Menjadi saksi ahli (expert witness) dalam kasus pidana.
8. Menasihati legislator tentang kebijakan publik.
9. Melatih hakim dan pengacara mengenai kasus-kasus yang berhubungan
dengan psikologi forensik.
10. Bertindak sebagai konsultan pengadilan (trial consultant).
11. Threat assessment, memprediksi orang yang berpotensi melakukan
tindakan kriminal.
Salah satu contoh penerapan psikologi dalam hukum adalah sebagai
berikut. Evaluasi merupakan tanggung jawab utama bagi psikolog forensik
yang berlatarbelakang psikologi klinis. Misalnya, neuropsikolog memeriksa
apakah ada kerusakan pada hemisfer kanan otak pelaku kriminal, yang sangat
berpengaruh pada judgement dan kontrol impuls. Tujuannya adalah agar para
neuropsikolog dapat bersaksi sebagai expert witness berdasarkan hasil
pemeriksaan mereka (Dywan, Kaplan & Pirozzolo, 1991).
Penilaian atau evaluasi karakteristik non-neuropsikologis juga
merupakan tugas dari psikolog forensik. Sangatlah penting untuk diketahui
sampai tingkat apakah seorang pelaku kriminal dapat digolongkan “psikopatik”,
karena akan berdampak pada pemvonisan; apakah terdakwa dinyatakan tidak
4
kompeten untuk diadili atau menerima keringanan hukuman karena kegilaan
sementara. Adapun ciri-ciri psikopati, yaitu: tindakan impulsif, kurangnya rasa
bersalah dan penyesalan, pembohongan kompulsif dan manipulatif, dan
adanya keinginan yang berkelanjutan untuk melanggar peraturan-peraturan
sosial.
5
Laporan Hasil Kerja Individual: Sekar Ayu N. (190110140088)
A: Di Indonesia sendiri ada Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR). Di sini anda bisa
melihat aktivitas-aktivitas psikolog forensik dan manfaat-manfaat untuk masyarakat
6
terutama kepada masyarakat yang memiliki masalah hukum serta kegiatan-kegiatan
yang sudah mereka selenggarakan untuk masyarakat.
Q: Dalam suatu literatur disebutkan bahwa salah satu peran dari psikolog
forensik adalah researcher dan trial consultant, apa peran trial consultant?
A: Sesuai dengan namanya, apa yang dibutuhkan oleh konsultan bidang hukum itu
dia akan melakukannya. Contoh, untuk melihat apakah orang ini memiliki
kompetensi atau layak untuk bersaksi, karena kita harus melihat dari sisi kecerdasan,
kesehatan mental, kecenderungan-kecenderungannya untuk bisa bersaksi. Kita
sebagai psikolog forensik melakukan hal itu dengan cara memberikan bukti fisik
bahwa dia layak menjadi saksi atau pemberian keterangan-keterangannya dapat kita
percaya.
A: Di Indonesia sendiri yang lebih diakui adalah psikiater yang memiliki latar
belakang ilmu kedokteran sehingga dianggap lebih scientific, tapi seiring dengan
semakin banyaknya lulusan psikologi yang mengambil jalur hukum sehingga
diperbolehkan untuk membantu dalam penyelesaian suatu kasus
Q: Apakah ada konflik antara psikologi dengan hukum dalam membuat suatu
keputusan dalam penyelidikan?
A: Ada buku yang mengatakan seperti itu karena hukum itu melihat dari sisi bukti,
sementara psikologi forensik melihat dari sisi prosesnya. Ketika hukum bertanya
“Apa yang dia lakukan?”, kita bertanya “Mengapa orang bertindak demikian?”. Jadi
proses itu tidak begitu penting dalam pengadilan karena yang dilihat dalam
pengadilan ini adalah bukti yang secara faktual itu terbukti, karena orang yang
mengaku bersalah belum tentu bersalah, jadi harus ada pembuktian. Kalau psikologi
forensik lebih ke pembuatan profil tersangka dalam berbagai kasus.
Q: Bidang apa saja yang harus mahasiswa kuasai untuk mendalami psikologi
forensik?
7
A: Kalau di S1 lebih ke pengenalan, konsep-konsep, ruang lingkup psikologi forensik
melalui bedah buku. Kalau di S2 ada ilmu atau wawasan terapan psikologi forensik.
Selain bekerja di pengadilan, psikolog forensik juga bekerja dalam seleksi dan
penempatan polisi atau penegak hukum.
A: Belum ada, psikologi forensik masih masuk ke psikologi klinis dan masih berupa
mata kuliah pilihan di S1 dan mata kuliah minoring di S2. Kalau mahasiswa ingin
mendalaminya, mereka dapat membuat tesis tentang bidang ini saja.
A: Kita perlu sosialisasi, kita perlu komunitas seperti APSIFOR. Lalu di Unpad
sendiri anda bisa mengkaji sendiri melalui bantuan BEM Fapsi bagaimana psikologi
forensik di Indonesia, atau membandingkan psikologi forensik di USA dan di UK,
atau membahas suatu kasus. Sebagai pemerhati psikologi forensik, anda juga harus
banyak membaca berbagai bacaan seperti dari situs APA atau berbagai literatur
lainnya.
8
Laporan Hasil Kerja Individual: Aldriani Fadila (190110140052)
Contoh kasus yang berkaitan dengan psikologi forensik: kasus pembunuhan oleh
Mujianto dari Nganjuk.
9
Menurut ahli psikologi forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati,
berdasarkan teori psikologi, Mujianto disebut memiliki kecenderungan psikopat
dan antisosial sehingga sikapnya cenderung tidak mengikuti aturan-aturan
yang ada. Seseorang yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung tidak
mengikuti aturan yang ada dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi. "Pasti
ada yang salah dari masa kecil dia sehingga aturan itu tidak dipahami secara
baik" kata Yusti. Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya
sering merasa tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya,
termasuk dengan rasa cemburu yang besar. "Egosentrisnya tinggi yang
menyebabkan dia melakukan hal yang di luar batas. Itu yang terjadi”. Sebagai
seorang psikopat, Mujianto dinilai tidak mempunyai rasa empati. Yusti
menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri,
bukan dari lingkungannya. "Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang
melukai dirinya".
10
DAFTAR PUSTAKA
Bares, Ludfi & Tekun Saragih. (2011). Pengertian Psikologi Forensik. Diakses pada
11 November 2014, dari
http://www.leutikaprio.com/main/media/sample/psikologo%20F_SAMPLE.pdf
11
Detiknews. Mujianto Punya Kecenderungan Psikopat & Antisosial. Diakses pada 16
November 2014, dari
http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/mujianto-punya-
kecenderungan-psikopat--antisosial
12