Anda di halaman 1dari 11

(a. B) = Benar (b.

S) = Salah

MODUL 1 :

1. Pendekatan empiris adalah pendekatan yang memandang hukum sebagai kenyataan, mencakup
kenyataan social, kenyataanan kultur dan lain-lain. Pendekatan ini bersifat deskriptif. ( a. B)
2. Soerjono Soekanto berpendapat bahwa psikologi hukum menyoroti hukum sebagai salah satu
perwujudan dari perkembangan jiwa manusia. Ilmu ini mempelajari atau mengkaji perilaku
hukum, yang mungkin merupakan perwujudan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu, dan juga
landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindak tersebut. (a. B)
3. Karakteristik dari pendekatan psikologi terhadap hukum, menurut Lawrence Wrightsman adalah
psychological approach is on individual as the unit analysis. Individuals are seen as responsible
for their own conduct and as contributing to its causation. ues, their experience – all the factors
that influence theis behavior”. (a. B)
4. Kajian psikologi hukum menekankan kepada faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku
individu ataupun kelompok dalam segala tindakannya di bidang hukum. (a. B)
5. Craig Haney menjelaskan setiap keterkaitan-keterkaitan psikologi dengan undangundang.
Hubungan psikologi dalam undang-undang (psychology in the law) merupakan aplikasi psikologi
yang paling sering tampak terhadap sistem hukum. Dalam situasi seperti ini, para juris
menggunakan para psikolog dan pengetahuan mereka untuk kasus-kasus spesifik, seperti
dengan menyuruh mereka memberikan kesaksian tentang kondisi mental seorang terdakwa
atau berkonsultasi dengan para lawyer tentang seleksi juri (dalam sistem peradilan di negara
Anglo Saxon). (a. B)
6. Pendekatan psikologi hukum merupakan bagian dari kajian sosiologi hukum, karena objek
kajiannya adalah hukum. (b. S)
7. Karakteristik kajian psikologi hukum dapat dilihat dalam hubungan psikologi dan hukum yang
merupakan suatu mitra yang setara di dalam melakukan analisis terhadap sistem penegakan
hukum, terutama dalam melakukan riset tentang kebijakankebijakan hakim, penetapan hakim,
dan putusan hakim. (a.B)
8. Psikologi hukum (psycholegal atau legal psychology) merupakan bidang yang memandang
hukum dalam wujudnya sebagai “behavior” atau “perilaku” manusia dalam bidang hukum.
Ketika manusia berperilaku, apakah perilakunya itu “benar” atau “salah” menurut standar
hukum, maka di lain pihak, psikologi hukum (psycholegal) ingin mengklasifikasikan perilaku
manusia itu dalam klasifikasinya sendiri, seperti klasifikasi antara perilaku individual dan perilaku
kelompok, antara perilaku normal dan perilaku abnormal, dan sejumlah klasifikasi khas psikologi
hukum lainnya. (a. B)
9. Penelitian pada bidang psikologi hukum antara lain, isu hukum, mencakupi masalahmasalah
yang bersifat: kognitif (contohnya; kesaksian saksi mata), pengembangan (contohnya, kesaksian
anak-anak), sosial (contohnya, perilaku dewan juri), klinis (contohnya, penilaian tentang
kompetensi seseorang), biologi (contohnya, polygraph), dan psikologi pengorganisasian
industrial (contohnya, godaan seksual dalam tempat kerja). (a. B)
10. Psikologi hukum adalah pendekatan yang merujuk pada dasar sosial, teori-teori, dan asas-asas
yang bersifat kognitif, untuk diterapkan pada isu-isu dalam sistem hukum seperti, memori saksi
mata, pengambilan keputusan dewan juri, penyelidikan, dan pewawancaraan. (a. B)

Modul 2 :

1. Psycology in law atau psikologi di dalam hukum, adalah penerapan spesifik psikologi di dalam
hukum, seperti persoalan kehandalan kesaksian mata, kondisi mental terdakwa dan orangtua
mana yang cocok, ibu atau ayah, untuk ditetapkan sebagai wali dalam pemeliharaan anak dalam
kasus perceraian. (a. B)
2. Psikologi dan hukum (psycology and law) adalah dalam riset psikolegal tentang para pelanggar
hukum, juga riset-riset psikolegal terhadap perilaku polisi, advokat (pengacara), jaksa, dan hakim
(atau juga juri, dalam suatu peradilan yang menggunakan sistem juri). (a. B)
3. Prediksi terhadap perilaku juri pada peradilan di Negara-negara Anglo Saxon, juga dapat
digunakan untuk memprediksi perilaku hakim. (a. B)
4. Craig Haney menjelaskan setiap keterkaitan-keterkaitan psikologi dengan hukum (undang-
undang). Hubungan psikologi dalam undang-undang (psychology in the law) merupakan aplikasi
psikologi yang paling sering tampak terhadap sistem hukum. (a. B)
5. Hubungan psikologi dan undang-undang (psychology and the law), psikologi dipandang sebagai
disiplin terpisah yang menganalisis dengan menyelidiki sistem hukum dari suatu persfektif
psikologi dan mengembangkan riset dan teori psikologi, yang berbeda dengan psikologi dan
hukum. (B. s)
6. Psikologi tentang hukum (psycology of law) digunakan untuk mengacu pada riset psikologis
tentang isu-isu seperti: mengapa orang menaati hukum atau tidak menaati hukum, riset tentang
perkembangan moral dari komunitas tertentu, riset tentang persepsi dan sikap politik terhadap
berbagai sanksi pidana. (a. B)
7. Hubungan psikologi tentang hukum atau undang-undang (psychology of the law), menaruh
perhatian pada hukum sebagai determinan perilaku. Bagaimana undangundang (hukum)
mempengaruhi masyarakat dan bagaimana masyarakat mempengaruhi undang-undang? (a. B)
8. Michael J. Saks dan Reid Hastie menyatakan para aktor yang terlibat di dalam proses
persidangan di pengadilan, baik hakim, jaksa, pengacara, maupun para klien (pencari keadilan),
kesemuanya mempunyai karakter yang berbeda-beda tergantung pada proses sosialisasi yang
mereka lalui. Perilaku yang berbeda dari para aktor yang terlibat di dalam proses peradilan,
tidak memungkinkan lahirnya suatu putusan yang netral. Untuk memahami perilaku dari setiap
aktor hukum itu, maka disinilah pentingnya pendekatan psikologi hukum. (a. B)
9. Psikologi forensik" (psikologi forensik) menunjukkan "penyediaan informasi psikologi untuk
pengadilan-pengadilan", sehingga dinamakan juga "psikologi di pengadilan". Salah satu contoh,
jika majelis hakim meminta agar terdakwa berdasarkan kewenangan kewarasannya oleh tim
psikiater, untuk dapat memutuskan ada tidaknya unsur yang dapat dipertanggungjawabkan
suatu tindak pidana tertentu. (a. B)
10. Neuroscience and Law adalah suatu kajian kajian tentang pentingnya pengaruh otak dan syaraf
bagi perilaku manusia, masyarakat, dan hukum. Ada empat bidang kajian utama ilmu saraf dan
hukum. Salah satu contoh penerapan kajian ilmu saraf dan hukum ke dalam praktik hukum,
antara penggunaan alat penguji kebohongan atau deteksi kebohongan (lie detection) (a. B)

Modul 3

1. Psikologi dan Hukum adalah dua ilmu yang memfokuskan diri dalam mempelajari perilaku
manusia:
a. Benar
b. Salah
ALASAN : Secara abstrak, psikologi dan hukum tampak seperti pasangan yang sempurna. Keduanya
memfokuskan diri pada perilaku manusia, keduanya berupaya mengungkapkan kebenaran, dan
keduanya berusaha menyelesaikan masalah manusia serta memperbaiki kondisi usaha.manusia.
Tetapi, hubungan keduanya selalu agak goyah.

2. Psycholegal adalah bagian Psikologi Sosial :


a. Benar
b. Salah
ALASAN : Munculnya bidang Psikologi Hukum ("Psycholegal" atau "Legal Psychology") sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, adalah setelah melalui suatu proses perkembangan yang cukup lama. Pada
tahapan sebelumnya, Psikologi Hukum cenderung hanya dimasukkan sebagai salah satu sub dari
Psikologi Sosial.

3. Psycholegal adalah ilmu bantu dalam memajukan bagaimana saksi mata ketika diwawancarai oleh
penegak hukum
a. Benar
b. Salah
ALASAN : , objek kajian psikologi hukum sudah sangat luas, dan bukan hanya mengkaji perilaku
hukum yang berlangsung di dalam proses pengadilan, seperti : keakuratan saksi mata. Berarti salah
satu objek kajiannya ttg saksi mata

4. Psikolog adalah dokter medis yang mengambil spesialisasi psikologi abnormal


a. Benar
b. Salah
ALASAN : psikolog, adalah lulusan Fakultas Psikologi, dan masih terbagi-bagi lagi bidang
spesialisasinya, seperti Psikologi Anak, Psikologi Kepribadian Psikologi Sosial, Psikologi
Perusahaan, dan lain lain.

5. Psikiater adalah spesialisasi yang melakukan kajian terhadap Jurisprudensi (ilmu hukum), hukum
substantif, proses-proses hukum, dll
a. Benar
b. Salah
ALASAN : Seorang psikiater adalah seorang dokter,lulusan Fakultas Kedokteran, yang kemudian
mengambil spesialisasi psikiatri, yang misi profesinya menyembuhkan orang yang abnormal secara
kejiwaan.

6. Bagaimana cara memutuskan bahwa seseorang yang menderita gangguan jiwa cukup kompeten
untuk menhadapi proses persidangan adalah bagian Psikologi Kognitif
a. Benar
b. Salah
ALASAN : karena Psikologi Kognitif menjelaskan ttg Seberapa akuratkah kesaksian para saksi
mata? Dalam kondisi seperti apa saksi mata mampu mengingat kembali apa yang pernah mereka
lihat? Persoalannya, waras atau tidak warasnya seseorang, tentunya harus berdasarkan diagnosis
dokter, dalam hal ini psikiater, atau juga oleh pakar psikologi abnormal
7. Ketidakwarasan seseorang yang berkaitan dengan ‘pertanggungjawaban pidana’, harus dinilai oleh
seorang psikiater
a. Benar
b. Salah
ALASAN : Waras atau tidak warasnya seseorang, tentunya harus berdasarkan diagnosis dokter,
dalam hal ini psikiater, atau juga oleh pakar psikologi abnormal

8. Psikopat adalah kerusakan pada bagian tertentu dari jiwa seseorang sehingga keabnormalannya
hanya untuk hal-hal tertentu saja, sedangkan untuk hal-hal lain ia normal
a. Benar
b. Salah
ALASAN : Itu pengertian neurosis, neurosis, sebagai kerusakan pada bagian tertentu dari jiwa
seseorang, sehingga keabnormalannya hanya untuk hal -hal tertentu, sedang untuk hal-hal lain ia
normal

9. Kerusakan serius dari jiwa seseorang disebut Neorosis


a. Benar
b. Salah
ALASAN : Itu pengertian psikopat, Psikopat, sebagai kerusakan serius dari jiwa seseorang, yang
sering dinamai insanity atau kegilaan.

10. Seseorang yang memiliki fobia-fobia yang ekstrem terhadap berbagai objek/keadaan harus
berkonsultasi ke Psikologi
a. Benar
b. Salah
ALASAN : Harusnya ke psikiater, karena Seorang psikiater adalah seorang dokter,lulusan Fakultas
Kedokteran, yang kemudian mengambil spesialisasi psikiatri, yang misi profesinya menyembuhkan
orang yang abnormal secara kejiwaan.

jenis keabnormalan jiwa atau ‘ketidakwarasan' yaitu :


neurosis, sebagai kerusakan pada bagian tertentu dari jiwa seseorang, sehingga
keabnormalannya hanya untuk hal -hal tertentu, sedang untuk hal-hal lain ia normal.

MODUL 4 :

1. Charles Pierce adalah filsuf yang mengembangkan metode untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan secara ilmah
Jawaban : a. B
2. Premis-premis dasar Psikologi dikembangkan berdasarkan metode dari eksperimen-
eksperimen ilmiah
Jawaban : a. B
3. Method of Tenacity adalah keyakinan akan kebenaran karena keyakinan pada individu
atau lembaga-lembaga yang mempunyai otoritas
Jawaban : a. B
4. Keyakinan akan kebenaran berdasarkan bukti dan penalaran disebut A Priori Method
Jawaban : a. B
5. Kebenaran yang diperoleh dari hasil pengamatan dan eksperimen-eksperimen yang
sistematik disebut Method of Science
Jawaban : a. B

MODUL 5 :

1. Psikologi dan Hukum adalah dua ilmu yang berbeda tetapi memiliki kesamaan karena
keduanya meneliti tentang perilaku manusia. (Benar)
2. Hugo Munstenberg dikenal sebagai Bapak pendiri Psikologi dan Hukum. (Benar)
3. Sumber-sumber otoritatif dan penalaran adalah dasar keyakinan pengetahuan dari Method of
Tenacity. (salah)
4. Sumber-sumber pengetahuan yang logis, ilmiah, dan sistematik adalah sumber dari Method of
Science. (Benar)
5. Louis Brandeis adalah penulis dari “On the Witness Stand”, memberikan sumbangan besar
atas perkembangan Psikologi Hukum. (Salah)
6. Munculnya gerakan “Legal Realism” memberikan perhatian agar hakim secara aktif
membangun hukum melalui penafsiran terhadap bukti-bukti dan preseden. (Benar)
7. Gerakan kaum realis adalah contoh awal pengaruh psikologi terhadap hukum. (benar)
8. Putusan pengadilan (hakim) dianggap mencerminkan prinsip-prinsip yang ada di alam,
merupakan ajaran dari “Legal Realism”. (Salah)
9. Hukum adalah suatu keterampilan (seni) praktis. Suatu system aturan-aturan , suatu sarana
kontrol sosial, yang berkenaan dengan pemecahan masalahmasalah praktis. (Benar)
10. Di Amerika Serikat tugas Juror (anggota dewan juri) adalah memutuskan seseorang bersalah
atau tidak bersalah. (Benar)

MODUL 6 :

Silahkan dipilih jawaban yang benar pada setiap setiap soal di bawah ini:
1. Apakah psikologi hukum merupakan salah satu pendekatan ilmu hukum yang bersifat
normatif

c. Salah

Alasannya :

Hukum bersifat normative sementara psikologi bersifat empiris.

2. Psikologi hukum menekankan kepada faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku


individu ataupun kelompok dalam segala tindakannya di bidang hukum.

a. Benar

Alasannya :

Musakkir menguraikan bahwa dalam kajian psikologi hukum menekankan kepada faktor psikologis yang
mempengaruhi perilaku individu ataupun kelompok dalam segala tindakannya di bidang hukum.
Misalnya bagaimana sikap atau perilaku seorang polisi dalam menjalankan tugasnya untuk mencegah
dan mengatasi terjadinya pelanggaran dan kejahatan

3. Psikologi Hukum adalah studi hukum yang berusaha menyoroti hukum sebagai suatu
perwuju dan dari gejala-gejala kejiwaan tertentu dan juga landasan kejiwaan dari
perilaku atau sikap tindak tersebut.

a. Benar

4. Dengan memahami faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap penegak


hukum maka kita dapat singkronkan antara hukum dan perilaku penegak hukum

a. Benar

Alasannya :

Dengan memahami faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap penegak hukum maka kita
dapat singkronkan antara hukum dan perilaku penegak hukum, (Munir Fuady, 14-15)

5. Psikologi Hukum merupakan bagian dari pendekatah hukum normatif yang fokus
kajiannya pada keterkaitan atau hubungan antara faktor-faktor kejiwaan (psikologis)
dengan hukum (penegakan hukum).

b. Salah
Alasannya :

Psikologi adalah cabang ilmu tentang kejiwaan manusia. dan hukum yang berisi peraturan yang
mengatur manusia manusia dalam masyarakat. Kedua ilmu ini Psikologi dan hukum memiliki
keterkaitan dan menyatu dalam cabang ilmu psikologi hukum, dan memberikan manfaat kepada
masyarakat. Psikologi hukum adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan dari jiwa manusia

6. Psikologi dan hukum memiliki keterkaitan dan menyatu dalam cabang ilmu psikologi
hukum, dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

A. Benar

7. Kajian psikologi hukum menekankan kepada faktor psikologis yang mempengaruhi


perilaku individu ataupun kelompok dalam segala tindakannya di bidang hukum.
Misalnya bagaimana sikap atau perilaku seorang polisi dalam menjalankan tugasnya
untuk mencegah dan mengatasi terjadinya pelanggaran dan kejahatan.

a. Benar

8. Salah satu kesulityan yang tersisa dalam hubungan psikologi dan hukum adalah posisi
psikologi hukum di dalam psikologi, yakni adanya prosentase kecil dari para psikolog
dalam bidang psikologi hukum, hal ini menjadi fakta bahwa hukum belum menjadi
bidang-bidang besar dalam psikologi terapan.

a. Benar

b. Salah

9. Compliance, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan hukum hanya karena takut
hubungannya hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak.

b. Salah

10. Internalization yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan benar-benar karena ia
merasa aturan itu sudah sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya.
a. Benar
MODUL 7 :

1. Psikologi hukum dapat menelaah faktor-faktor psikologi apa yang mendorong seseorang
untuk mematuhi atau tidak mematuhi suatu peraturan hukum (berperilaku norma).
Jawaban : a. B
2. Psikologi hukum tidak dapat mengkaji persepsi-persepsi seseorang tentang berbagai
fenomena hukum, misalnya pro dan kontra tentang hukuman mati, dll, karena itu adalah
objek dari pendekatan sosiologi hukum.
Jawaban : b. S
3. Secara pskiologis kesaksian dapat diuji realibilitasnya. Konsep pengambilan keputusan
juga tidak lepas dari konsep psikologi, karena putusan hakim tidak hanya berlandaskan
hukum, akan tetapi juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan, artinya tidak lepas dari
konsep psikologi yang mempelajari semua itu.
Jawaban : a. B
4. Di Indonesia peran psikologi hukum sudah digunakan dalam proses hukum. Para penegak
hukum dalam hal ini polisi menggunakan psikologi hukum untuk membantu penyidikan
pada korban, saksi dan pelaku. Kejaksaan membantu dalam hal mendalami kondisi
psikologis pelaku, korban dan memberikan pelatihan tentang gaya bertanya kepada saksi.
Pengadilan sebagai saksi ahli dalam suatu persidangan. Di samping itu, juga penerapan
psikologi dapat diterapkan dalam lembaga kemasyarakatan untuk membuat assesmen dan
intervensi psikologi bagi narapidana.
Jawaban : a. B
5. Psikologi berperan dalam memperkuat aparat penegak hukum dalam menegakkan
hukum, misalnya bagaimana peranan intervensi psikologis dalam meningkatkan
penampilan polisi.
Jawaban : a. B
6. Psikologi berperan dalam menjelaskan kondisi psikologis pelaku, korban, saksi sehingga
aparat penegak hukum dapat mengambil keputusan secara tepat.
Jawaban : a. B
7. Psikologi berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mematuhi aturan
hukum yang berlaku, misalnya psikologi dapat membantu polisi dalam membentuk
masyarakat sadar dan taat aturan melalui seminar dan aktifitas yang berbasis masyarakat.
Jawaban : a. B
8. Pada tahap pencegahan, psikologi dapat membantu aparat penegak hukum memberikan
sosialisasi dan pengetahuan ilmiah kepada masyarakat, bagaimana cara mencegah
tindakan kriminal. Misalkan psikologi memberikan informasi tentang bagaimana pola
perilaku kriminal, dengan pemahaman tersebut diharapkan masyarakat mampu mencegah
tindakan kriminal.
Jawaban : a. B
9. Pada tahap penanganan, ketika tindak kriminal telah terjadi, peran psikologi dapat
membantu polisi dalam mengidentifikasi pelaku dan motif pelaku, sehingga polisi dapat
mengungkap pelaku kejahatan.
Jawaban : a. B
10. Pada tahap pemidanaan, psikologi memberikan penjelasan mengenai kondisi psikologis
pelaku kejahatan, sehingga hakim memberikan hukuman (pemidanaan) sesuai dengan
alat bukti dan mempertimbangkan motif/kondisi psikologis pelaku kejahatan.

Jawaban : a. B

MODUL 8 :

1. Apakah Psikologi Hukum merupakan salah satu pendekatan dalam ilmu hukum

yang bersifat empiris. a. Benar

2. Kesaksian saksi mata , mempunyai arti yang sangat penting baik bagi para

penginvestigasi maupun bagi para lawyer. a. Benar

3. Terkait dengan kesaksian mata, isu-isu tentang memori kesaksian mata

merupakan bagian dari psiko legal a. Benar

4. Kesaksian saksi mata dalam hukum pidana fungsinya untuk melindungi para

terdakwa dari putusan yang salah atas dasar pengidentifikasian yang keliru

dalam proses persidangan. a. Benar

5. Dalam proses persidangan di pengadilan , ingatan dari saksi mata merupakan

salah satu alat bukti untuk menentukan putusan pengadilan. a. Benar

6. Kesaksian merupakan proses rekoleksi kejadian, proses, dan deskripsi sebuah


tindak kriminal oleh para saksi maupun korban. a. Benar

7. Kesaksian saksi mata merupakan pilar-pilar dalam psikologi hukum a. Benar

8. Psychology in Law atau psikologi dalam hukum, adalah penerapan spesifik

psikologi di dakam hukum termasuk didalamnya tentang kehandalan saksi

mata. a. Benar

9. Seorang saksi dapat memberikan kesaksian yang tidak jujur a. Benar

10. Kognisi adalah proses-proses mental yang dengannya sehimgga dapat

memberikan pemahaman-pemahaman tertentu a. Benar

Anda mungkin juga menyukai