Anda di halaman 1dari 11

ASURANSI RANGKAP

Kelompok 1
1. Alvyn Setiawan Yusuf
2. Deswita Avianti
3. Vetty Indriyani
ASURANSI MENURUT UU No. 40 tahun
2014
 Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian, yaitu: Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak,
yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi
penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
 (a) memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak
pasti; atau
 (b) memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung
dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada
hasil pengelolaan dana.
Asuransi Rangkap dan Kedudukannya di
Indonesia
 Asuransi rangkap adalah asuransi atas suatu benda yang sama, evenement
yang sama, dan dalam waktu yang sama diadakan beberapa asuransi.
Pelarangan dalam asuransi rangkap adalah apabila asuransi pertama sudah
diadakan dengan nilai penuh.
 Berkaitan dengan kedudukan asuransi rangkap di Indonesia, maka telah diatur
apabila suatu benda telah diasuransikan dengan nilai penuh, tidak boleh lagi
diasuransikan untuk waktu yang sama dan atas evenement yang sama. Jika
masih diadakan lagi asuransi kedua, maka asuransi kedua ini menjadi batal.
 Dalam Pasal 252 KUHD :
 “kecuali dalam hal yang ditentukan oleh undang-undang, tidak boleh
diadakan asuransi kedua untuk waktu yang sama dan untuk evenemen yang
sama atas benda yang sudah diasuransikan dengan nilai penuh, dengan
ancaman asuransi yang kedua tersebut batal.”
 Ada juga asuransi rangkap yang tidak dilarang seperti yang diatur dalam pasal 277
KUHD :
 “apabila beberapa asuransi dengan itikad baik diadakan untuk benda yang sama,
sedangkan asuransi pertama diadakan dengan nilai penuh, maka asuransi inilah
yang mengikat dan asuransi lainnya dibebaskan. Apabila asuransi pertama tidak
diadakan dengan nilai penuh, maka asuransi-asuransi berikutnya hanya mengikat
untuk nilai sisanya menurut urutan waktu asuransi itu diadakan.”
 Di tinjau dari kedua Pasal tersebut artinya bahwa jenis-jenis asuransi rangkap
yang dilarang di Indonesia adalah apabila atas benda yang sama dan evenment
yang sama, diadakan beberapa asuransi dengan iktikad baik, sedangkan asuransi
pertama diadakan dengan nilain penuh, maka asuransi yang pertamalah yang
mengikat, asuransi yang berikutnya dibebaskan kecuali jika pada perjanjian
pertama benda tersebut belum diasuransikan secara penuh maka tertanggung
dapat mengasuransikannya dan asuransi tersebut kemudian tetap mengikat
sebesar nilai sisanya.
 Adanya larangan praktik asuransi rangkap seperti ketentuan Pasal 252 KUHD
bertujuan untuk mencegah jangan sampai tertanggung memperoleh ganti
kerugian melebihi nilai benda sesungguhnya, sehingga melanggar asas
keseimbangan.
 Dalam hal terjadi asuransi rangkap yang terjadi dalam tanggal dan jam yang
bersamaan dan para penanggung menolak menyatakan bahwa asuransi yang
satu lebih kemudian terjadinya daripada yang lain sehingga menimbulkan
sengketa, untuk mengetahui perjanjian asuransi mana yang terjadi lebih dulu
beban pembuktiannya ada di pihak tertanggung.
 Jika terjadi sengketa mengenai asuransi rangkap ini, maka tertanggunglah
yang diberi beban pembuktian guna menentukan asuransi mana yang terjadi
lebih dahulu (lebih awal), sehingga dapat ditentukan penanggung yang
berkewajiban memenuhi klaim ganti kerugian. Mengenai asuransi yang terjadi
lebih kemudian batal demi hukum (van rechtwege nieting). Dalam asuransi
yang batal ini, tertanggung tidak dapat menuntut pengembalian premi,
walaupun pada hakikatnya penanggung tidak menjalani bahaya karena
batalnya itu sejak asuransi itu diadakan.
Contoh Asuransi Rangkap
 Pada tanggal 1 Januari 1997 Amat mengasuransikan sebuah rumah yang bernilai Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) terhadap bahaya kebakaran pada
Perusahaan Asuransi PKA dengan jumlah asuransi Rp 300.000.00,00 (tiga ratus juta
rupiah) (full insurance) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Pada tanggal 1 Maret
1997 Amat mengasuransikan lagi rumah tersebut terhadap bahaya yang sama,
jangka waktu yang sama, dengan jumlah asuransi Rp 150.000.000 (seratus lima
puluh juta rupiah) pada Perusahaan Asuransi PKB. Pada tanggal 15 Oktober 1997
terjadi kebakaran, sehingga rumah tersebut terbakar habis. Menurut pasal 277
ayat (1) KUHD penanggung PKA berkewajiban membayar klaim kepada tertanggung
Amat dengan jumlah Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah), sedangkan
penanggung PKB dibebaskan . akan tetapi, jika kebakaran terjadi pada tanggal 15
Februari 1998, maka Amat dengan jumlah Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah), sedangkan penanggung PKA bebas karena asuransinya sudah berakhir.
Inilah makna kata-kata “asuransi berikutnya dibebaskan” dalam pasal 277 ayat (1)
KUHD.
Perbedaan Asuransi Rangkap dengan
Asuransi Solvabilitas
 Asuransi solvabilitas diatur dalam Pasal 280 KUHD, menurut ketentuan pasal
ini :
 “Tidak dianggap sebagai perjanjian terlarang apabila benda yang sudah
diasuransikan dengan nilai penuh itu diasuransikan lagi baik untuk sebagian
maupun untuk seluruhnya, dengan ketentuan yang tegas bahwa tertanggung
hanya akan menggunakan haknya terhadap penanggung belakangan ini apabila
dan sekadar dia tidak dapat mengklaim ganti kerugian kepada penanggung
terdahulu. Dalam hal ada perjanjian yang demikian ini, maka asuransi yang
dibuat terdahulu harus dinyatakan dengan jelas dalam polis, dengan ancaman
asuransi belakangan ini batal, demikian pula akan berlaku ketentuan Pasal
277 dan Pasal 278 KUHD”.
 Asuransi solvabilitas (solvability insurance) tidak termasuk dalam pengertian
asuransi rangkap. Dikatakan asuransi solvabilitas karena mempunyai
perbedaan tertentu dengan asuransi rangkap. Perbedaan tertentu itu terletak
pada perjanjian yang harus dinyatakan dengan tegas dalam polis yang berisi
ketentuan bahwa tertanggung hanya akan mengklaim penanggung terdahulu.
 Maksud diadakan asuransi solvabilitas adalah untuk menjaga kemungkinan
penanggung tidak mampu mengganti kerugian jika benda asuransi ditimpa
oleh evenemen.
 Asuransi solvabilitas bukan pengecualian yang dimaksud oleh Pasal 252 KUHD
karena kepentingannya berbeda antara asuransi terdahulu dan asuransi
belakangan (solvabilitas). Kepentingan dalam asuransi terdahulu adalah hak
milik, sedangkan kepentingan dalam asuransi belakangan (solvabilitas) adalah
kemampuan penanggung. Pasal 280 KUHD dengan tegas menyatakan asuransi
solvabilitas bukan asuransi yang dilarang.
Contoh Asuransi Solvabilitas
 Pada tanggal 1 Januari 1998 Amat mengasuransikan rumahnya yang bernilai
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) terhadap bahaya kebakaran pada
Perusahaan Asuransi PKA dengan nilai Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) (full insurance). Kemudian karena merasa kurang aman, pada tanggal
1 Februari 1998 rumah tersebut diasuransikan lagi terhadap bahaya yang sama
pada Perusahaan Asuransi PKB juga dengan nilai penuh. Dalam polis kedua ini
dimuat perjanjian bahwa tertanggung hanya akan mengklaim penanggung jika
penanggung PKA tidak mampu membayar klaim dalam hal terjadi kebakaran
yang menimbulkan kerugian atas rumah tersebut. Keadaan asuransin pertama
diuraikan juga dalam polis kedua. Tanggal 25 Februari 1998 terjadi kebakaran
yang mengakibatkan rumah musnah. Pada saat terjadi evenemen ternyata
penanggung PKA dalam keadaan onsolvensi karena pailit yang ditetapkan oleh
putusan pengadilan.
 Atas dasar ini tertanggung tidak dapat mengajukan klaim kepada penanggung
PKA. Akan tetapi, berdasarkan klausula polis asuransi kedua, tertanggung
mengajukan klaim kepada penanggung PKB dengan melampirkan bukti
putusan pengadilan bahwa penanggung PKA dalam keadaan insolvensi. Dengan
demikian, penanggung PKB berkewajiban mengganti kerugian penuh kepada
tertanggung Amat Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Jika penanggung
PKB sudah memenuhi klaim tersebut, tertanggung tidak boleh mengajukan
klaim kepada penanggung PKA jika dia sudah dalam keadaan solvable.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai