Hakikatnya manusia hidup ingin memiliki rasa aman terhadap dirinya, harta bendanya,
maupun pekerjaannya. Untuk itulah hadirnya asuransi menjadi penting dalam kehidupan
manusia.
Perjanjian asuransi memiliki sifat yang khusus dan unik, dalam arti manfaat asuransi itu
baru akan terlihat di masa yang akan datang ketika terjadi pembayaran atas kerugian yang
timbul terhadap obyek yang resikonya dipertanggungkan. Asuransi terjadi sejak
tercapainya ksepakatan antara tertanggung dan penanggung, kemudian kesepakatan
trsebut dibuat dalam bentuk akta yang disebut polis. Terdapat 5 (lima) elemen pokok
dalam asuransi :
Salah satu unsur terpenting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam rumusan
Pasal 246 KUHD adalah ganti kerugian.iiiiiiiv Namun, ternyata ada perjanjian asuransi
yang dilarang oleh Undang-Undang dalam praktiknya, yaitu asuransi rangkap.
Sehingga, meskipun perjanjian asuransi tersebut telah dibuat, kemudian menjadi
batal dan tidak menimbulkan kewajiban ganti kerugian jika di masa yang akan
datang terjadi suatu evenemen terhadap benda yang telah diasuransikan tersebut.
meskipun begitu, ternyata masih ada saja terjadi asuransi rangkap yang disebabkan
olh beberapa faktor,
Asuransi rangkap tidak disebut secara eksplisit dalam KUHD, namun dapat dilihat
ketentuan mengenai asuransi ini dalam Pasal 252 KUHD :
“kecuali dalam hal yang ditntukan oleh undang-undang, tidak boleh diadakan asuransi
kedua untuk waktu yang sama dan untuk evenemen yang sama atas benda yang sudah
diasuransikan dengan nilai penuh, dengan ancaman asuransi yang kedua tersebut batal.”
dari ketentuan Pasal di atas diketahui bahwa apabila suatu benda telah diasuransikan
dengan nilai penuh, tidak boleh lagi diasuransikan untuk waktu yang sama dan atas
evenemen yang sama. Jika masih diadakan lagi asuransi kedua, maka asuransi kedua ini
menjadi batal. Asuransi semacam ini disebut asuransi rangkap.v
Namun, ada asuransi rangkap yang tidak dilarang seperti yang diatur dalam pasal 277
KUHD :
“apabila beberapa asuransi dengan itikad baik diadakan untuk benda yang sama, sedangkan
asuransi pertama diadakan dengan nilai penuh, maka asuransi inilah yang mengikat dan
asuransi lainnya dibebaskan. Apabila asuransi pertama tidak diadakan dengan nilai penuh,
maka asuransi-asuransi berikutnya hanya mengikat untuk nilai sisanya menurut urutan
waktu asuransi itu diadakan.”
Dari dua Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi rangkap adalah asuransi atas
suatu benda yang sama, evenemen yang sama, dan dalam waktu yang sama diadakan
beberapa asuransi. Pelarangan dalam asuransi rangkap adalah apabila asuransi pertama
sudah diadakan dengan nilai penuh.vi Namun, dalam Pasal 277 KUHD menentukan, jika
pada perjanjian pertama benda tersebut belum diasuransikan secara penuh maka
tertanggung dapat mengasuransikannya dan asuransi tersebut kemudian tetap mengikat
sebesar nilai sisanya.
Tujuan adanya pelarangan praktik asuransi rangkap seperti ketentuan Pasal 252
KUHD adalah untuk mencegah jangan sampai tertanggung memperoleh ganti kerugian
melebihi nilai benda sesungguhnya, sehingga melanggar asas keseimbangan. vii Seperti
yang diketahui bahwa salah satu aspek dalam asas keseimbangan dalam perjanjian
asuransi adalah berhubungan dengan tujuan dari ganti kerugian, yang tidak boleh
diarahkan, bahwa pihak tertanggung karena pembayaran ganti rugi jelas akan menduduki
posisi yang lebih menguntungkan.viii Dengan jelas dikatakan oleh Prof. Emmy
Pangaribuan, bahwa asas keseimbangan ini ditarik pada asas umum dari hukum perdata,
yaitu larangan memperkaya diri secara melawan hukum atau memperkaya diri sendiri
tanpa hak.ix
Untuk mengetahui apakah ada asuransi rangkap atau tidak adalah ketika terjadi
evenemen yang menimbulkan kerugian, bukan pada waktu asuransi kedua itu diadakan.
Dalam hal terjadi asuransi rangkap yang terjadi dalam tanggal dan jam yang bersamaan
dan para penanggung menolak menyatakan bahwa asuransi yang satu lebih kemudian
terjadinya daripada yang lain sehingga menimbulkan sengketa, untuk mengetahui
perjanjian asuransi mana yang terjadi lebih dulu beban pembuktiannya ada di pihak
tertanggungx
Dalam asuransi rangkap, sesuai dengan ketentuan Pasal 252 KUHD, maka
asuransi kedua dianggap batal. Namun batalnya perjanjian asuransi kedua tidak
memberikan hak kepada tertanggung untuk menagih pengembalian premi yang telah di
bayarkan. Penanggung tetap berhak atas preminya yang dibayar sebelum perjanjian itu
batal demi hukum. Pasal 252 KUHD merupakan peringatan bagi tertanggung supaya
tidak mengadakan asuransi rangkap yang dilarang, terutama dengan itikad buruk untuk
memperkaya diri tanpa hak.
Selain ketentuan Pasal 277 KUHD, terdapat juga ketentuan pengecualian lainnya
atas ketentuan tentang asuransi rangkap dalam Pasal 252 KUHD, yaitu :
Pasal ini mengatur mengenai joint insurance (persekutuan para penanggung), asuransi
dengan persekutuan pada penanggung yang dikukuhkan melalui satu polis, namun dapat
xi
juga melalui polis tersendiri. Pembayaran ganti kerugian oleh penanggung dilakukan
menurut perimbangan jumlah asuransi masing-masing sesuai dengan jumlah nilai yang
telah diperjanjikan.
Pasal ini melarang tertanggung membebaskan penanggung pada asuransi yang terjadi
lebih dahulu. Kemudian membebankan kewajiban pada penanggung berikutnya. Jika
terjadi hal demikian, dia dianggap menggantikan kedudukan penanggung yang
bersangkutan untuk jumlah asuransi yang sama. Apabila tertanggung mengasuransikan
resikonya itu kepada penanggung lain, maka penanggung baru tersebut menggantikan
kedudukan tertanggung selaku penanggung.xii
KESIMPULAN
ii
iii
iv
v
.
vi
vii
viii
.
ix
xi
xii