ASURANSI
HUKUM ASURANSI
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAN
BISNIS
Pendahuluan
Perjanjian asuransi merupakan salah satu
Kesepakatan
Tertanggung dan penanggung sepakat
Kewenangan (Authority)
Kedua pihak baik tertanggung dan penanggung
Objek Tertentu
Merupakan objek yang diasuransikan berupa
Pemberitahuan
Menurut Teori Objektivitas
Tertanggung harus memberitahukan dengan
jujur dan jelas kepada penanggung mengenai
sifat objek asuransi. (Pasal 251 KUHD).
Tertanggung yang tidak jujur diancam dengan
pembatalan perjanjian.
Kepastian hukum perjanjian asuransi
tergantung pada perjanjian tertulis yang dibuat
dalam bentuk POLIS yang memuat jenis,
identitas dan sifat yang jelas dan lengkap
mengenai objek asuransi, termasuk syarat
khusus.
Terjadinya perjanjian
asuransi
1. Teori Tawar-Menawar
Lanjutan
Janji khusus berupa:
Reasuransi (pasal 271)
Asuransi insolvabilitas (pasal 280)
asuransi kapal yang sudah berlayar
Asuransi atas keuntungan yang diharapkan
(pasl 615 KUHD).
1. Prinsip Indemnity
Atau biasa disebut prinsip ganti rugi yang
Lanjutan
inti dari prinsip indemnity adalah seimbang,
yakni seimbang antara kerugian yang betulbetul diderita oleh tertanggung dengan jumlah
ganti kerugiannya.
Prinsip indemnitas hanya berlaku untuk
asuransi kerugian, sedangkan pada
pertanggungan jiwa atau asuransi jiwa tidak
berlaku sebab dalam pertanggungan jiwa
kerugian material tidak menjadi hal yang
mutlak adanya.
atau dipertanggungkan.
Prinsip kepentingan yang bisa diasuransikan atau
dipertanggungkan ini terkandung dalam ketentuan
Pasal 250 KUHD yang pada intinya menentukan
bahwa agar suatu perjanjian dapat dilaksanakan,
maka objek yang diasuransikan haruslah merupakan
suatu kepentingan yang dapat diasuransikan
(insurable interest), yakni kepentingan yang dapat
dinilai dengan uang
Lanjutan
Setiap pihak yang mengadakan perjanjian asuransi
4. PRINSIP SUBROGASI
Yaitu prinsip penggantian kedudukan untuk
kepentingan penanggung
. Prinsip ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284
KUHD yang pada intinya menentukan bahwa apabila
tertanggung sudah mendapatkan pergantian atas
dasar prinsip indemnity, maka tertanggung tidak
berhak lagi memperoleh pergantian dari pihak lain,
walaupun jelas ada pihak lain yang bertanggung
jawab pula atas kerugian yang dideritanya.
Penggantian dari pihak lain harus diserahkan pada
penanggung yang telah memberikan ganti rugi
dikamsud.
Eksenorasi Penanggung
Eksenorasi artinya pembatasan tanggung
Lanjutan
Terhadap ketiga kerugian diatas, penanggung
Lanjutan
Penanggung terbebas dari kewajibannya
Lanjutan
Menurut pasal 293 KUHD, agar penanggung
asuransi berjalan
Perubahan tujuan penggunaan itu
mengakibatkan ancaman bahaya semakin
besar.
Penanggung tidak akan mengadakan asuransi
dengan syarat seandainya dia mengetahui
sebelum pengadaan asuransi.