Anda di halaman 1dari 6

NAMA : PATRA WIJAYA

NIM : 031151053
TUGAS 3 ADBI4211

Kerjakan Tugas 3 berikut ini.

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara


hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Coba Anda
identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi

2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi

3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur


kepemilikan.

Mohon jawaban Tugas 3 diketik dengan huruf Times New Roman font 12 dan di-upload dalam
format Pdf. pada tempat yang disediakan.

Hindari plagiasi, jika mengutip pendapat orang lain silakan disebutkan sumbernya.

Selamat mengerjakan Tugas, semoga sukses.

JAWABAN :

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Coba
Anda identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi

Jenis-jenis kontrak asuransi adalah sebagai berikut


1. Informal

Polis tidak mensyaratkan bentuk atau cara atau metode tertentu dalam pembuatannya. Dalam
kontrak informal, yang diutamakan adalah para pihak yang terlibat sama-sama menyetujui
substansi dari kesepakatan itu sendiri. Polis asuransi kesehatan merupakan kontrak ganti rugi
atau contract of indemnity. Sementara polis asuransi jiwa merupakan kontrak dengan nilai
tertentu atau valued contract.
Kontrak informal ini merupakan kebalikan dari kontrak formal yang mensyaratkan suatu bentuk
tertentu tentang cara pembuatannya. Contoh kontrak formal ialah akta hak milik.

2. Unilateral

Hanya satu pihak saja yang membuat janji yang memiliki kekuatan hukum. Pihak yang membuat
janji itu adalah perusahaan asuransi. Dan apa yang dijanjikan adalah manfaat atau pertanggungan
yang akan diberikan kepada nasabah jika risiko terjadi. Polis asuransi jiwa merupakan unilateral
contract.
Karena, perusahaan asuransi berjanji memberikan pertanggungan selama premi dibayarkan. Di
sisi lain, pembeli polis tidak berjanji untuk membayar premi. Karenanya, ia tidak dapat dipaksa
secara hukum untuk membayar premi tersebut. Namun, polis atau kontrak tersebut otomatis batal
jika pemegang polis tidak membayar premi.
Kontrak unilateral ini merupakan kebalikan dari kontrak bilateral, di mana kedua belah pihak
membuat janji yang berkekuatan hukum. Contoh kontrak bilateral ialah perjanjian antara
kontraktor untuk merenovasi rumah atau membangun rumah.

3. Aleatory

Satu pihak memberikan kepada pihak lain sesuatu yang bernilai sebagai imbalan atas suatu
perjanjian bersyarat (conditional promise). Sehingga, sifat ini memungkinkan salah satu pihak
dapat menerima sesuatu yang lebih besar nilainya daripada nilai yang diberikan oleh pihak
tersebut.
Yang dimaksud di sini adalah, pihak tertanggung bisa saja mendapatkan nilai manfaat atau
pertanggungan yang nilainya lebih besar daripada akumulasi premi yang ia bayarkan ke
perusahaan asuransi. Sebaliknya, perusahaan asuransi bisa saja memperoleh akumulasi premi
lebih banyak daripada kewajibannya menyediakan manfaat kepada tertanggung.
Asuransi jiwa termasuk aleatory contract karena perusahaan asuransi akan membayar manfaat
polis saat tertanggung wafat. Namun, tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan pasti kapan
tertanggung akan meninggal.
Aleatory contract merupakan kebalikan dari commutative contract, di mana para pihak
menetapkan dulu nilai-nilai yang akan mereka tukar. Contoh commutative contract ialah kontrak
jual-beli rumah atau jasa.
4. Adhesion

Kontrak polis disiapkan oleh satu pihak saja, yaitu perusahaan asuransi. Sedangkan pihak lain,
dalam hal ini calon nasabah, harus menerima isi kontrak tersebut. Jika si calon nasabah menolak,
ya tentu saja ia tinggal tidak menandatangani polis asuransi tersebut.
Adhesion contract merupakan kebalikan dari bargaining contract, di mana para pihak sama-sama
menetapkan ketentuan dan syarat yang tercantum dalam kontrak. Dengan begitu, para pihak
melakukan tawar-menawar untuk mencapai kontrak yang disepakati.
Dengan mengenal karakteristik polis di atas, semoga kini kamu semakin memahami kontrak
asuransi. Jadi, jangan bingung membedakan antara kontrak polis dengan kontrak lainnya, ya.
Selanjutnya, yang tak kalah penting ialah mengenal klausul-klausul umum dalam polis asuransi
jiwa. Sebab, klausul-klausul ini mengatur ketentuan teknis yang terdapat dalam polis asuransi
jiwa.

2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi

Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD. Sebagai
perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam KUHPdt berlaku juga
perjanjian asuransi. Karena perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus, maka di samping
ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat Khusus yang diatur
dalam KUHD. Syarat-syarat sah perjanjian diatur dalam pasal 1320 KUHPdt. Menurut ketentuan
pasal tersebut ada empat syarat sah suatu perjanjian, yaitu kesepakatan para pihak, kewenangan
berbuat, objek tertentu, dan kausa yang halal. Sedangkan syarat yang diatur dalam KUHD adalah
kewajiban pemberitahuan yang diatur dalam pasal 251 KUHD.

1. Kesepakatan (consensus)

Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian asuransi. Kesepakatan tersebut


pada pokoknya meliputi:

Benda yang menjadi objek asuransi.


Pengalihan risiko dan pembayaran premi.
Evenemen dan ganti kerugian
Syarat-syarat khusus asuransi
Dibuat secara tertulis yang disebut polis.
Pengadaan perjanjian antara tertanggung dan penanggung dapat dilakukan secara langsung atau
secara tidak langsung. Dilakukan secara langsung artinya kedua belah pihak mengadakan
perjanjian asuransi tanpa melalui perantara. Dilakukan secara tidak langsung artimya kedua
belah pihak mengadakan perjanjian asuransi melalui jasa perantara. Penggunaan jasa perantara
memang dibolehkan menurut undang-undang. Dalam Pasal 260 KUHD ditentukan, apabila
asuransi diadakan dengan perantaraan seorang makelar maka polis yang sudah ditandatangani
harus diserahkan dalam waktu 8 (delapan hari setelah perjanjian dibuat. Dalam pasal 5 huruf (a)
undang-undang No. 2 Tahun 1992 ditentukan, perusahaan pialang Asuransi dapat
menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili tertanggung dalam rangka transaksi yang
berkaitan dengan kontrak asuransi. Perantara dalam KUHD disebut makelar, dalam Undang-
Undang No. 2 Tahun 1992 disebut Pialang.

Kesepakatan antara tertanggung dan penanggung itu dibuat secara bebas, artinya tidak berada di
bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu. Kedua belah pihak sepakat menentukan
syarat-syarat perjanjian asuransi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang No.2 Tahun 1992 ditentukan bahwa penutupan asuransi
atas objek asuransi harus didasarkan pada kebebasan memilih penanggung kecuali bagi program
Asuransi Sosial. Ketentuan ini dimaksud untuk melindungi hak tertanggung agar dapat secara
bebas memilih perusahaan asuransi sebagai penanggungnya. Hal ini dipandang perlu mengingat
tertanggung adalah pihak yang paling berkepentingan atas objek yang diasuransikan, jadi sudah
sewajarnya apabila mereka secara bebas tanpa pengaruh dan tekanan dari pihak manapun dalam
menentukan penanggungnya.

2. Kewenangan (authority)

Kedua pihak tertanggung dan penanggung wenang melakukan perbuatan hukum yang diakui
oleh undang-undang. Kewenangan berbuat tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang
bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak
berada di bawah perwakilan (trusteeship), dan pemegang kuasa yang sah. Kewenangan objektif
artinya tertanggung mempunyai hubungan sah dengan benda objek asuransi karena benda
tersebut adalah kekayaan milknya sendiri. Sedangkan penanggung adalah pihak yang sah
mewakili Perusahaan Asuransi berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan. Apabila asuransi yang
diadakan itu untuk kepentingan pihak ketiga maka tertanggung yang mengadakan asuransi itu
mendapat kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga yang bersangkutan.
Kewenangan pihak tertanggung dan penanggung tersebut tidak hanya dalam rangka mengadakan
perjanjian asuransi, melaikan juga dalam hubungan internal di lingkungan Perusahaan Asuransi
bagi penanggung, dan hubungan dengan pihak ketiga bagi tertanggung, misalnya jual beli objek
asuransi, asuransi untuk kepentingan pihak ketiga. Dalam hubungan dengan perkara asuransi di
muka pengadilan, pihka tertanggung dan penanggung adalah berwenang untuk bertindak
mewakili kepentingan pribadinya atau kepentingan Perusahaan Asuransi.

3. Objek Tertentu (fixed object)

Objek tertentu dalam Perjanjian Asuransi adalah objek yang diasuransikan, dapat berupa harta
kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan dapat pula berupa jiwa atau raga
manusia. Objek tertentu berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta
kekayaan terdapat pada Perjanjian Asuransi kerugian sedangkan objek tertentu berupa jiwa atau
raga manusia terdapat pada Perjanjian Asuransi jiwa. Pengertian objek tertentu adalah bahwa
identitas objek asuransi tersebut harus jelas. Apabila berupa harta kekayaan, harta kekayaan apa,
berapa jumlah dan ukurannya dimana letaknya, apa mereknya, butan mana, berapa nilainya dan
sebagainya. Apabila berupa jiwa atau raga atas nama siapa, berapa umumnya, apa hubungan
keluarganya, di mana alamatnya, dan sebagainya.
Karena yang mengasuransikan objek itu adalah tertanggung, maka dia harus mempunyai
hubungan langsung atau tidak langsung dengan objek asuransi itu. Dikatakan ada hubungan
langsung apabila tertanggung memiliki sendiri harta kekayaan, jiwa atau raga yang menjadi
objek asuransi. Dikatakan ada hubungan tidak langsung apabila tertanggung hanya mempunyai
kepentingan atas objek asuransi. Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa dia adalah
sebagai pemilik atau mempunyai kepentigan atas objek asuransi.
Apabila tertanggung tidak dapat membuktikannya, maka akan timbul anggapan bhwa
tertanggung tidak mempunyai kepentingan apa-apa, hal mana mengakibatkan asuransi batal (null
and void). Undang-undang tidak akan membenarkan, tidak akan mengakui orang yang
mengadakan asuransi tetapi tidak mempunyai kepentingan (interest). Walau pun orang yang
mengadakan asuransi itu tidak mempunyai hubungan langsung dengan objek asuransi, dia harus
menyebutkan untuk kepentingan siapa asuransi itu diadakan. Jika tidak demikian maka asuransi
itu dianggap tidak ada.
Menurut ketentuan Pasal 599 KUHD, dianggap tidak mempunyai kepentingan adalah orang yang
mengasuransikan benda yang oleh undang-undang dilarang diperdagangkan, dan kapal yang
mengangkut barang yang dilarang tersebut. Apabila diasuransikan juga, maka asuransi tersebut
batal.

4. Kausa yang Halal (legal cause)

Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu tidak dilarang undang-undang,
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. Contoh
asuransi yang berkuasa tidak halal adalah mengasuransikan benda yang dilarang undang-undang
untuk diperdagangkan, mengasuransikan benda tetapi tertanggung tidak mempunyai
kepentingan, jadi hanya spekulai yang sama dengan perjudian. Asuransi bukan perjudian dan
pertaruhan.
Berdasarkan kausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai oleh tertanggung dan penanggung
adalah beralihnya risiko atas objek asuransi yang diimbangi dengan pembayaran premi. Jadi
kedua belah pihak berprestasi tertanggung membayar premi, penanggung menerima peralihan
risiko atas objek asuransi. Jika premi dibayar, maka risiko beralih. Jika premi tidak dibayar,
risiko tidak beralih.

5. Pemberitahuan (notification)

Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi.


Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat
hukumnya asuransi batal. Menurut ketentuan Pasal 251 KUHD, semua pemberitahuan yang
salah, atau tidak benar, atau penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang
objek asuransi, mengakibatkan asuransi itu batal. Kewajiban pemberitahuan itu berlaku juga
apabila setelah diadakan asuransi terjadi pemberatan risiko atas objek asuransi.
Kewajiban pemberitahuan Pasal 251 KUHD tidak bergantung pada ada itikad baik atau tidak
dari tertanggung. Pabila tertanggung keliru memberitahukan, tanpa kesengajaan, juga
mengakibatkan batalnya asuransi, kecuali jika tertanggung dan penanggung telah
memperjanjikan lain. Biasanya perjanjian seperti ini dinyatakan dengan tegas dalam polis dengan
kalusula”sudah diketahui”.

3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur


kepemilikan
Asuransi sendiri memiliki beragam jenis. Pembagian jenis tersebut didasarkan pada suatu aturan
tertentu, salah satunya adalah dilihat dari kepemilikannya. Artinya, asuransi tersebut dibagi
menjadi beberapa jenis sesuai dari siapa yang memilikinya. Berdasarkan kepemilikannya,
asuransi dibagi menjadi:

Asuransi miliki pemerintah, yakni jenis usaha asuransi yang seluruhnya atau sebagaian besarnya
merupakan miliki pemerintah.

Asuransi miliki swasta, yakni jenis usaha asuransi yang kepemilikan saham secara menyeluruh
dimiliki oleh pihak swasta nasional. Saham yang dimaksud tersebut dapat dimiliki siapa pun
tanpa terkecuali.

Asuransi miliki asing, yakni perusahaan asuransi asing yang menjalankan usahanya di Indonesia
dan seluruh kepemilikan sahamnya secara menyeluruh milik pihak asing. Umumnya, hanya
bersifat cabang saja yang induk perusahaannya di negara lain.

Asuransi milik campuran, yakni jenis usaha asuransi yang kepemilikan sahamnya berasal dari
pihak swasta nasional dan pihak asing.

Anda mungkin juga menyukai