Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3 MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

Kerjakan Tugas 3 berikut ini.


1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Coba Anda
identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi
2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi
3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur
kepemilikan.

Jawaban :

1. Jenis – jenis kontrak asuransi:


a. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract), Kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak memilih
memutuskan perjanjian karena tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak
lainnya. Pihak yang memiliki hak untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak
ditegakkan. Sebagai contoh: penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika
iketahui bahwa tertanggung melakukan penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut
penanggung ke pengadilan, jika penanggung secara melawan hukum, menolak pembayaran
klaim.
b. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract), Kontrak cacat hukum, jika dari sernula
kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak
asuransi yang dibeli untuk maksud ilegal seperti maksud memperoleh uang pertanggungan
dengan membakar rumah yang dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hukum seperti
seseorang dinyatakan tidak waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut
dianggap tidak pernah ada (void ab initio). Dalam asuransi properti dikenal adanya ikatan
(blinder) yaitu kontrak sementara yang sering digunakan sebelum keluarnya olis asuransi formal.
Ikatan harus memenuhi semua persyaratan kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan
adalah memberikan perlindungan seketika selama waktu proses permintaan akan asuransi. Ikatan
bisa lisan atau tertulis. Ikatan lisan seperti lewat teleport, harus segera diikuti dengan dokumen
tertulis. Ikatan tertulis harus menyebut jumlah uang pertanggungan, jangka waktu keefektifan
ikatan, dan pihak-pihak dalam ikatan.
Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak memiliki
kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam bentuk
penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada dipenuhinya persyaratan atau
bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon tertanggung, misalnya keadaan kesehatan. Jika
persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi, perlindungan mulai berlaku setclah pcmbayaran premi
pertama.
2. Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya diatur oleh
UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Karena kontrak asuransi pada umumnya merupakan
suatu ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Hukum Dagang masih tetap
mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang No. 40/2014.
Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab Undangundang Hukum
Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi Ketentuan -
ketentuan yang dikehendaki Oleh hukum. Ketentuan – ketentuan umum yang harus dipenuhi
menurut Pasal 1320 adalah yang berikut ini.
a) Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri, Kontrak dimulai bila
seseorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain.
Itu berarti bahwa salah satu pihak menawarkan dan tawaran diterima baik Oleh pihak lain.
Penawaran tersebutharus cukup terinci dan dikomunikasikan secara jelas. Penerimaan penawaran
harus tanpa syarat, dan dikomunikasikan secara jelas. Semua pihak dalam suatu kontrak harus
sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama. Harus terjadi kesamaan pikiran (meeting of the
minds). Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada pihak lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat menerima, menolak atau membuat
konter penawaran, Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan
kontrak tersebut.Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan melalui permohonan
pertanggungan oleh calon nasabah. Metode yang paling sederhana yang biasa dipergunakan
dalam asuransi kerugian adalah permohonan lisan kepada agen. Dalam asuransi jiwa atau
kesehatan penawaran mesti dilakukan dengan permohonan tertulis.
Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan permohonan itu adalah penting. Dalam asuransi
kerugian, agen biasanya mempunyai wewenang untuk mengikat atau menerima permohonan itu
bahkan tanpa menerima pembayaran dari pemohon. jika diperlukan perlindungan bisa dimulai
segera, walau baru dengan permohonan lisan dan dengan persetujuan lisan oleh agen. "Binder
tertulis" atau kontrak sementara bisa diterbitkan Oleh agen dengan ketentuan bahwa kontrak
tertulis akan disiapkan biasanya dalam 15 sampai 30 hari, tetapi hal ini tidak esensial untuk
menjadi efektifnya perjanjian itu.
Dalam asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan berbeda dengan asuransi
kerugian. Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama biasanya disampaikan sekaligus
kepada agen. Agen lalu memberikan "kuitansi bersyarat". Penerimaan (acceptance) ini
merupakan saatnya ketika pelamar memenuhi standar underwriting. yang meliputi pemeriksaan
kesehatan jika diperlukan. Kemudian coverage yang diminta menjadi efektif pada waktu
penyerahan lamaran beserta pembayaran premi, Andai kata premi pada waktu itu belum dibayar
maka asuransi itu belum efektif. Sekiranya pelamar tidak dapat memenuhi standar underwriting
dari penanggung, pihak penanggung boleh membuat suatu counter offer dengan kontrak lain
yang mungkin diterima atau ditolak alas penyampaiannya oleh agen.
b) Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective), Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud
perjanjian tidak legal atau bertentangan dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi
tidak sah jika yang diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain, perjanjian illegal jika
misalnya orang mengasuransikan rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan
sengaja dengan harapan akan mendapat santunan asuransi.
c) Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity), Tidak semua orang secara hukum memiliki
kemampuan untuk melakukan kontrak. Misalnya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan
pemabuk atau pecandu tidak kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan
asuransi yang belum mempunyai izin usaha merupakan pihak yang tidak kompeten.
d) Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation), Persyaratan terakhir untuk sahnya
sebuah kontrak adalah imbalan yang dipertukarkan Oleh kedua belah pihak untuk persetujuan
itu, misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan
kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk rnembayar tertanggung. Artinya,
penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak
terjadi, penanggung tidak perlu melakukan pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung,
tertanggung memberikan dua hal yaitu: uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam
kontrak asuransi. Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya
penanggung yang membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak berjanji untuk
membayar premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar. Hanya saja, tertanggung
tidak dapat mendapatkan klaim yang dijanjikan. jika premi tidak membayar (pada waktunya)

3. Jika dilihat dari unsur kepemilikan maka usaha perasuransian dapat dibagi menjadi tiga jenis
kepemilikan yang meliputi bergerak dalam sektor asuransi dapat dibedakan dalam tiga
kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan
Badan Usaha Milik Usaha Patungan. Berikut penjelasan mengenai ketiga macam kepemilikan
tersebut antara lain:
a. Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar sahamnya
dimiliki Oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan usaha milik
negara, secara hukum berbentukPerseroan Terbatas yang diatur dalam Undang Undang
Perseroan Terbatas namun dengan memperhatikan beberapa ketentuan khusus. Biasanya
perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan kata 'Persero'. Badan Usaha Milik
Negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan kepentingan Pemerintah dalam
menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait dengan keuangan, perbankan, perekonomian,
perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan sebaga inya. Adapun perusahaan-perusahaan
milik negara dimaksud meliputi:
- PT Asuransi Jiwasraya, Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual
produk asuransi Jiwa, baik secara individual maupun secara kelompok.
- PT Asuransi Jasa Indonesia, Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara,
menjual produk asuransi umum atau asuransi kerugian.
- PT Asuransi Kredit Indonesia, Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT Askrindo.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara yang menjual produk asuransi alas
jaminan kredit bagi para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit.
- PT Asuransi Ekspor Indonesia, Atau seringkali disingkat dengan panggilan ASEI.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi berupa
pemberian jaminan atas barangbarang yang diekspor ke negara lain.
- PT Reasuransi Umum Indonesia, Atau seringkali disingkat dengan panggilan REINDO.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi bagi
perusahaan asuransi yang mengalami kelebihan kapasitas daya tampung risiko. Dengan
demikian maka perusahaan ini merupakan lembaga asuransi khusus bagi perusahaan
asuransi.
- PT Asuransi Jasa Raharja, Badan Usaha Milik Negara ini, melaksanakan program
asuransi sosial dalam hal pemberian santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan
raya.
- PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, Atau seringkali disingkat dengan panggilan
PT Taspen. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan
program asuransi sosial bagi para Pegawai Negeri Sipil. Program yang diberikan ialah
santunan berupa tunjangan hari tua dan pembayaran upah pensiun.
- PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Atau sering kali disingkat dengan panggilan PT
Jamsostek. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan
program asuransi sosial bagi seluruh tenaga kerja. Program yang diberikan ialah
memberikan santunan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan selama
menjalankan tugas pekerjaannya. Santunan diberikan baik untuk biaya pengobatan
maupun untuk santunan meninggal dunia.
- PT Asuransi Kesehatan, Atau seringkali disingkat dengan panggilan PT ASKES.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk yang berupa
asuransi kesehatan baik bagi para Pegawai Negeri Sipil, maupun bagi masyarakat yang
memerlukannya.

b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional


Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk badan
hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk Koperasi. Perusahaan
swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan public
maka juga harus tunduk kepada Undang-Undang tentang Pasar Modal. Pada perusahaan swasta
nasional yang berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya harus tunduk kepada Undang-
Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 992, yang pada tanggal 30 Oktober telah dikeluarkan
Undang-Undang Koperasi yang baru Nomor 17 Tahun 2012.

c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan


Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara berangsur masuklah
para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal Asing. Bersamaan dengan itu
mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-perusahaan yang terkait dengan
erusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu mitra usaha mereka adalah
perusahaan asuransi. Namun, sesuai dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan
adanya perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluarnya
mereka melakukan usaha patungan (joint-veniures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan
badan usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasional. Dewasa ini
perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha baik dalam usaha
asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini ditulis belum terlihat adanya
usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha reasuransi.

Anda mungkin juga menyukai