Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat
secara hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Coba Anda identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi. Kontrak dalam asuransi dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu kontrak bersyarat dan kontrak cacat hukum. Berikut penjelasannya. a. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract), dimana kontrak ini memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian dikarenakan tindakan ataupun wan prestasi dari pihak lainnya. Adapun pihak yang memiliki hak memutuskan kontrak dapat juga memilih supaya kontrak ditegakkan. Seperti contoh : penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung melakukan penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan jika sewaktu waktu penanggung melawan secara hukum serta menolak untuk membayar klaim. b. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract), dimana kontrak ini jika dari semula kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk menjadi kontrak yang berlaku. Seperti contoh : kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud illegal seperti memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak waras membeli asuransi. Dalam hal-hal seperti itu kontrak dianggap tidak pernah ada (void ab initio)
2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi.
Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab UndangUndang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi ketentuan-ketentuan (syarat) yang dikehendaki oleh hukum. Berikut ketentuan- ketentuan (syarat) kontrak asuransi. a. Harus ada persetujuan dari pihak-pihak yang mengikatkan diri Maksudnya adalah ketika kontrak sudah dimulai itu berarti seseorang sudah mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain, dimana tawaran yang diberikan oleh salah satu pihak diterima baik oleh pihak yang lain. Adapun penawaran yang disampaikan haruslah terperinci dan dikomunikasikan dengan jelas. Begitu juga semua pihak yang terlibat sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama dan harus terjadi kesamaan pikiran (meeting of the minds). Untuk membuat kontrak sendiri, salah satu pihak member penawaran kepada pihak lain untuk melakukannya ataupun tidak. Pihak kedua juga dapat menerima, menolak, atau membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak rersebut. b. Tujuannya harus legal (Lawful Objective) Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau bertentangan dengan politik pemerintah. Seperti contoh : perjanjian menjadi tidak sah jika yang diasuransikan merupakan mobil hasil curian. c. Kedua belah pihak harus kompeten (Capacity) Tidak semua orang secara hukum mempunyai kemampuan untuk melakukan kontrak. Misalnya, anak dibawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu yang tidak kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha juga merupakan pihak yang tidak kompeten. d. Harus ada imbalan yang dipertukarkan (Compensation) Adapun syarat terakhir, yaitu adanya imbalan yang dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk persetujuan. Misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk membayar tertanggung. Itu berarti bahwa penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa tersebut terjadi dan sebaliknya. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung memberikan uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi.
3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari
unsur kepemilikan. Dilihat dari unsur kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor asuransi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok meliputi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta Nasional (BUMSN), dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan (BUMUP). a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sesuai dengan namanya bahwa semua saham atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. BUMN mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama terkait dengan keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan sebagainya. Adapun perusahaanperusahaan BUMN yaitu: • PT Asuransi Jiwasraya (BUMN yang menjual produk asuransi jiwa, baik individu maupun berkelompok). • PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo yang menjual produk asuransi umum, ataupun asuransi kerugian) • PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo yang menjual produk asuransi atas jaminan kredit bagi para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit). • PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI yang menjual produk asuransi berupa pemberian jaminan atas barang-barang yang diekspor ke negara lain). • PT Reasuransi Umum Indonesia (REINDO yang menjual produk asuransi bagi perusahaan asuransi yang mengalami kelebihan kapasitas daya tampung risiko). • PT Asuransi Jasa Raharja (yang melaksanakan program asuransi sosial dalam hal pemberian santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan raya). • PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PT Taspen yang melaksanakan program asuransi sosial bagi para PNS seperti tunjangan hari tua dan pembayaran upah pensiun). • PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek yang melaksanakan program asuransi sosial bagi seluruh tenaga kerja seperti member santunan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan selama menjalankan tugas pekerjaannya). • PT Asuransi Kesehatan (PT ASKES yang menjual produk berupa asuransi kesehatan baik bagi PNS maupun bagi masyarakat yang membutuhkannya).
b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional (BUMSN)
Bentuk badan hukum dari BUMSN sendiri dapat berupa Perseroan Terbatas (PT) dan juga Koperasi. BUMSN sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan (BUMUP) Di Indonesia sesuai ketentuan tidak dibenarkan bahwasannya ada perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluar mereka melakukan usaha patungan (joint-ventures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan BUMN maupun BUMSN.
Sumber : Modul ADBI421102 Manajemen Risiko dan Asuransi