Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ruth Liani Karo Sekali

NIM : 044065567
Tugas 3
Manajemen Resiko dan Asuransi

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara hukum
dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

a. Jelaskan jenis kontrak asuransi.

Pada dasarnya kontrak dalam asuransi dapat dapat dibedakan menjadi kontrak bersyarat dan
kontrak cacat hokum, sebagai berikut:
 Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)
Di dalam kontrak bersyarat berisi klausul bahwasanya satu pihak dapat memutuskan perjanjian
karena tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki
hak untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai contoh:
penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa pihak tertanggung
melakukan penipuan (defrand). Pihak tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan
jika pihak penanggung melawan hukum dan menolak pembayaran klaim.

 Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)


Kontrak cacat hokum ialah kontrak yang kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk menjadi
kontrak yang berlaku secara sah. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk tujuan ilegal seperti
memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang dipertanggungkan atau
kontrak ketika satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak waras
untuk membeli asuransi. Maka dari itu kontrak tersebut dianggap tidak pernah ada (void ab
initio).

b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.

Kontrak ialah perjanjian yang didasarkan pada hukum. Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Pasal 1320, sah atau tidaknya sebuah kontrak harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh hukum. Ketentuan-ketentuan umum tersebut adalah sebagai berikut ini:

- Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri


Kontrak dimulai saat salah satu pihak menawarkan secara rinci dan jelas kemudian tawaran
tersebut diterima baik oleh pihak lain. Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas
syarat-syarat tercantum. Di dalam kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada pihak lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Maka pihak kedua dapat menerima, menolak
atau membuat penawaran. Setelah terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat untuk
melaksanakan kontrak tersebut.

- Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)


Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau bertentangan
dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika yang diasuransikan
adalah mobil curian atau pada kasus perjanjian illegal, misalnya orang mengasuransikan
rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan sengaja dengan harapan akan
mendapat santunan asuransi.
- Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)
Ada beberapa kategori orang yang secara hukum tidakmemiliki kemampuan untuk melakukan
kontrak diantaranya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu yang
tidak kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat.

- Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)


Imbalan yang dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk persetujuan contohnya adalah
berupa hak atau kewajiban. Adanya kontrak asuransi memungkinkan penanggung
memberikan kompensasi berupa janji bersyarat untuk dibayarkan kepada pihak tertanggung
jika peristiwa tertentu terjadi. Maka ketika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak
perlu melakukan pembayaran. Sedangkan pihak tertanggung tidak berjanji untuk membayar
premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar. Namun pihak tertanggung tidak
dapat mendapatkan klaim yang dijanjikan jika premi tidak dibayarkan tepat waktu.

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.

Perusahaan yang bergerak dalam sektor asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok
berdasarkan dari unsur kepemilikannya sebagai berikut:

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


Perusahaan asuransi yang semua saham atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
pemerintah. BUMN mempunyai visi dan misi yang selaras dengan kepentingan Pemerintah
terutama dalam menjalankan kebijakannya yang terkait dengan keuangan, perbankan,
perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan sebagainya. Contoh : PT
Asuransi Jiwasraya, PT Asuransi Jasa Raharja, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT Asuransi
Kesehatan (BPJS), dll

b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional


Merupakan perusahaan asuransi milik swasta nasional. Perusahaan swasta nasional
sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan
terbatas. Maka bentuk badan hukumnya bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga
dalam bentuk Koperasi. Jika perseroan terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan
publik maka juga harus tunduk kepada Undang-Undang tentang Pasar Modal. Namun untuk
perusahaan swasta nasional yang berbentuk koperasi, harus tunduk kepada Undang-Undang
Koperasi Nomor 17 Tahun 2012.

c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan


Titik balik perusahaan jenis ini adalah saat para investor asing ke Indonesia dalam bentuk
Penanaman Modal Asing. Pada saat itu investor asing juga membawa mitra usahanya atau
perusahaan-perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan modalnya di
Indonesia, salah satunya adalah perusahaan asuransi. Berdasarkan ketentuan yang ada di
Indonesia tidak diperbolehkan adanya perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal
asing murni, maka investor asing melakukan usaha patungan (joint-ventures) dengan mitra
asuransi nasional baik yakni BUMN maupun badan usaha milik swasta nasional.

Sumber : BMP Manajemen Risiko dan Asuransi ADBI4211

Anda mungkin juga menyukai