Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Mata Kuliah : Manajemen Risiko dan Asuransi


Nama : Ahmad Ruhyat Firdaus
NIM : 043595249

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
a. Jelaskan jenis kontrak asuransi
Kontrak yaitu perjanjian yang mengikat secara hukum dan menimbulkan hak
serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Kontrak dalam asuransi dapat
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kontrak bersyarat dan kontrak cacat hukum.
1) Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)
Kontrak bersyarat adalah kontrak yang memungkinkan satu pihak memilih
memutuskan perjanjian karena tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi)
dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki hak untuk memutuskan kontrak dapat
juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai contoh: penanggung tidak lagi
terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung melakukan
penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan, jika
penanggung, secara melawan hukum, menolak pembayaran klaim.

2) Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)


Kontrak cacat hukum, jika dari semula kekurangan satu atau lebih
persyaratan untuk menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang
dibeli untuk maksud ilegal seperti maksud memperoleh uang pertanggungan
dengan membakar rumah yang dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu
secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak waras membeli asuransi.
Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut dianggap tidak pernah ada (void ab
initio).

b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi


Karena kontrak asuransi pada umumnya merupakan suatu ikatan maka Kitab
Undang-undang Hukum Perdata dan Hukum Dagang masih tetap mengatur
perasuransian, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang No. 40/2014
tentang Perasuransian.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya
sebuah kontrak maka harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh
hukum. Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi mengenai syarat kontrak
asuransi menurut Pasal 1320 adalah yang berikut ini.
1) Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri
Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada pihak
lainuntuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat
menerima, menolak atau membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan,
maka kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.
Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan melalui permohonan
pertanggungan oleh calon nasabah. Metode yang paling sederhana yang biasa
dipergunakan dalam asuransi kerugian adalah permohonan lisan kepada agen.
Dalam asuransi jiwa atau kesehatan penawaran mesti dilakukan dengan
permohonan tertulis.
2) Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)
Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau
bertentangan dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah
jika yang diasuransikan adalah mobil curian.
Contoh lain, perjanjian ilegal jika misalnya orang mengasuransikan
rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan sengaja dengan
harapan akan mendapat santunan asuransi.
3) Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)
Tidak semua orang secara hukum memiliki kemampuan untuk melakukan
kontrak. Misalnya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau
pecandu tidak kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Selain itu,
perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha juga merupakan pihak
yang tidak kompeten.
4) Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)
Persyaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang
dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya
hak atau kewajiban.
Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji
bersyarat (contingent promise) untuk mcmbayar tertanggung. Artinya,
penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa tertentu terjadi. Jika
peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak perlu melakukan pembayaran.

Sumber: BMP Manajemen Risiko dan Asuransi Modul 7

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.


Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam
sektor asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha
Patungan.
1) Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian
besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan
RI. Badan usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang
diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan
beberapa ketentuan khusus. Biasanya perseroan terbatas diberi tambahan di
belakangnya dengan kata 'Persero'.
Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan
kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait
dengan keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan,
perhubungan, dan sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan milik negara
dimaksud seperti PT Asuransi Jiwasraya, PT Asuransi Jasa Indonesia, PT Asuransi
Kredit Indonesia, dan lain sebagainya.

2) Badan Usaha Milik Swasta


Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan
bentuk badan hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam
bentuk Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Apabila perseroan
terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga harus tunduk
kepada Undang-Undang tentang Pasar Modal.

3) Badan Usaha Milik Patungan


Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara
berangsur masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman
Modal Asing. Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya atau
perusahaan-perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransi.
Namun, sesuai dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya
perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan
keluarnya mereka melakukan usaha patungan (joint-ventures), dengan mitra
asuransi nasional baik dengan badan usaha milik negara maupun dengan badan
usaha milik swasta nasional.

Sumber: BMP Manajemen Risiko dan Asuransi Modul 8

Anda mungkin juga menyukai