Anda di halaman 1dari 6

Tugas 3

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Coba
Anda identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi

Suatu kontrak atau perjanjian adalah suatu peristiwa ketika seseorang berjanji kepada
seorang lain atau ketika dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari
peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan
yang mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang
lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Kontrak dalam asuransi dapat dapat dibedakan menjadi kontrak bersyarat dan kontrak cacat
hukum. Penjelasan masing-masing kontrak adalah sebagai berikut:
a. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract), kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak
memilih memutuskan perjanjian karena tindakan atau ketiadaan tindakan (wanprestasi)
dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki hak untuk memutuskan kontrak dapat juga
memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai contoh: penanggung tidak lagi terikat
memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung melakukan penipuan
(defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan, jika penanggung,
secara melawan hukum, menolak pembayaran klaim.
b. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract), jika dari semula kekurangan satu atau lebih
persyaratan untuk menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli
untuk maksud ilegal seperti maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar
rumah yang dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang
dinyatakan tidak waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut
dianggap tidak pernah ada (void ab initio).

Dalam asuransi properti dikenal adanya ikatan (blinder) yaitu kontrak sementara yang sering
digunakan sebelum keluamya polis asuransi formal. Ikatan harus memenuhi semua
persyaratan kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan adalah memberikan perlindungan
seketika selama waktu proses permintaan akan asuransi. Ikatan bisa lisan atau tertulis. Ikatan
lisan seperti lewat telepon, harus segera diikuti dengan dokumen tertulis. Ikatan tertulis harus
menyebut jumlah uang pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-pihak
dalam ikatan. Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak
memiliki kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam
bentuk penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada dipenuhinya
persyaratan atau bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon tertanggung, misalnya
keadaan kesehatan. Jika persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi, perlindungan mulai berlaku
setelah pembayaran premi pertama.

Sumber ADBI4211/MODUL 7.3-4


2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya diatur
oleh UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Suatu kontrak merupakan perjanjian yang
didasarkan pada hukum. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan,
untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang dikehendaki
oleh hukum. Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut Pasal 1320 adalah
sebagai berikut:
a. Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri. Kontrak dimulai bila
seseorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan
orang lain. Itu berarti bahwa salah satu pihak menawarkan dan tawaran diterima baik oleh
pihak lain. Penawaran tersebut harus cukup terinci dan dikomunikasikan secara jelas.
Penerimaan penawaran hars tanpa syarat, dan dikomunikasikan secara jelas. Semua pihak
dalam suatu kontrak harus sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama. Harus terjadi
kesamaan pikiran (meeting of the minds). Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak
memberi penawaran kepada pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Pihak kedua dapat menerima, menolak atau membuat konter penawaran. Jika terjadi
kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.
b. Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective), Pengadilan tidak akan mendukung jika
maksud perjanjian tidak legal atau bertentangan dengan politik pemerintah. Misalnya
perjanjian menjadi tidak sah jika yang diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain,
perjanjian ilegal jika misalnya orang mengasuransikan rumahnya dengan niat ia akan
membakar rumah itu dengan sengaja dengan harapan akan mendapat santunan asuransi.
c. Kedua Belah Pihak Harus Kompeten (Capacity). Tidak semua orang secara hukum
memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak. Misalnya anak di bawah umur, orang
sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak kompeten untuk melakukan perjanjian yang
mengikat. Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha merupakan pihak yang
tidak kompeten.
d. Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation). Persyaratan terakhir untuk
sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang dipertukarkan oleh kedua belah pihak untuk
persetujuan itu, misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi,
penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk
mcmbayar tertanggung. Artinya,penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa
tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak perlu melakukan
pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung memberikan dua hal
yaitu: uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi. Sebagian besar
kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya penanggung yang membuat
janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak berjanji untuk membayar premi, dan tidak
dapat dituntut atas kegagalannya membayar. Hanya saja, tertanggung tidak dapat
mendapatkan klaim yang dijanjikan. jika premi tidak membayar (pada waktunya).

Sumber ADBI4211/MODUL 7.5-7


3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur
kepemilikan.

Dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor asuransi
dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan.

a. Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan
usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa ketentuan
khusus. Biasanya perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan kata
'Persero'. Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan
kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait dengan
keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan
sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud meliputi:
● PT Asuransi Jiwasraya, menjual produk asuransi jiwa, baik secara individual maupun
secara kelompok.
● PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo, menjual produk asuransi umum
atau asuransi kerugian.
● PT Asuransi Kredit Indonesia atau PT Askrindo, menjual produk asuransi atas
jaminan kredit bagi para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit.
● PT Asuransi Ekspor Indonesia atau ASEI, menjual produk asuransi berupa pemberian
jaminan atas barang-barang yang diekspor ke negara lain.
● PT Reasuransi Umum Indonesia atau REINDO, menjual produk asuransi bagi
perusahaan asuransi yang mengalami kelebihan kapasitas daya tampung risiko.
Dengan demikian maka perusahaan ini merupakan lembaga asuransi khusus bagi
perusahaan asuransi.
● PT Asuransi Jasa Raharja, melaksanakan program asuransi sosial dalam hal
pemberian santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan Raya.
● PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri atau PT Taspen melaksanakan program
asuransi sosial bagi para Pegawai Negeri Sipil. Program yang diberikan ialah
santunan berupa tunjangan hari tua dan pembayaran upah pensiun.
● PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja atau PT Jamsostek, melaksanakan program asuransi
sosial bagi seluruh tenaga kerja. Program yang diberikan ialah memberikan santunan
kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan selama menjalankan tugas
pekerjaannya. Santunan diberikan baik untuk biaya pengobatan maupun untuk
santunan meninggal dunia.
● PT Asuransi Kesehatan atau PT ASKES, menjual produk yang berupa asuransi
kesehatan baik bagi para Pegawai Negeri Sipil, maupun bagi masyarakat yang
memerlukannya.
b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional, bentuk badan hukumnya bisa berbentuk Perseroan
Terbatas dan bisa juga dalam bentuk Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya
tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas.
Apabila perseroan terbatas dimaksud telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga
harus tunduk kepada Undang-Undang tentang Pasar Modal. Pada perusahaan swasta
nasional yang berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya harus tunduk kepada
Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober telah
dikeluarkan Undang-Undang Koperasi yang baru Nomor 17 Tahun 2012.
c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan, sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada
tahun 1966, maka secara berangsur masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam
bentuk Penanaman Modal Asing. Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra
usahanya atau perusahaan-perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransi.
Namun, sesuai dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya
perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluarnya
mereka melakukan usaha patungan (joint-ventures), dengan mitra asuransi nasional baik
dengan badan usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasional.
Dewasa ini perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha
baik dalam usaha asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini ditulis
belum terlihat adanya usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha Reasuransi.

Sumber ADBI4211/MODUL 8.44-46

Anda mungkin juga menyukai