Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3 MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI (ADBI 4211)

Nama : Laura Br Silalahi


NIM : 045393225

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat


secara hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang
bersangkutan. Coba Anda identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi.
JAWAB:
a. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)
Kontrak bersyarat adalah kontrak yang memungkinkan satu pihak memilih memutuskan
perjanjian karena tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak
yang memiliki hak untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan.
Contohnya: penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa
tertanggung melakukan penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke
pengadilan, jika penanggung, secara melawan hukum, menolak pembayaran klaim.

b. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)


Kontrak cacat hukum adalah kontrak yang dari semula kekurangan satu atau lebih persyaratan
untuk menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud ilegal
seperti maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang
dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak
waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut dianggap tidak pernah ada
(void ab initio). Dalam asuransi properti dikenal adanya ikatan (blinder) yaitu kontrak
sementara yang sering digunakan sebelum keluamya polis asuransi formal. Ikatan harus
memenuhi semua persyaratan kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan adalah memberikan
perlindungan seketika selama waktu proses permintaan akan asuransi. Ikatan bisa lisan atau
tertulis. Ikatan lisan seperti lewat telepon, harus segera diikuti dengan dokumen tertulis. Ikatan
tertulis harus menyebut jumlah uang pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan
pihak-pihak dalam ikatan. Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-
agennya tidak memiliki kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara
diberikan dalam bentuk penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada
dipenuhinya persyaratan atau bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon tertanggung,
misalnya keadaan kesehatan. Jika persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi, perlindungan mulai
berlaku setelah pembayaran premi pertama.

2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi


JAWAB:

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya diatur oleh
UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Pada umumnya kontrak asuransi merupakan suatu
ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Hukum Dagang masih tetap mengatur
perasuransian, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang No. 40/2014. Suatu
kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi ketentuan-
ketentuan yang dikehendaki oleh hukum. Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi
menurut Pasal 1320 adalah yang berikut ini.

a. Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri


Kontrak dimulai bila seseorang mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu yang
berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwa salah satu pihak menawarkan dan tawaran
diterima baik oleh pihak lain. Penawaran tersebut harus cukup terinci dan dikomunikasikan
secara jelas. Penerimaan penawaran hars tanpa syarat, dan dikomunikasikan secara jelas.
Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama. Harus
terjadi kesamaan pikiran (meeting of the minds). Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak
memberi penawaran kepada pihak lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak
kedua dapat menerima, menolak atau membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan,
maka kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak tersebut.

Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan melalui permohonan pertanggungan oleh calon
nasabah. Metode yang paling sederhana yang biasa dipergunakan dalam asuransi kerugian
adalah permohonan lisan kepada agen. Dalam asuransi jiwa atau kesehatan penawaran mesti
dilakukan dengan permohonan tertulis. Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan
permohonan itu adalah penting. Dalam asuransi kerugian, agen biasanya mempunyai
wewenang untuk mengikat atau menerima permohonan itu bahkan tanpa menerima
pembayaran dari pemohon. jika diperlukan perlindungan bisa dimulai segera, walau baru
dengan permohonan lisan dan dengan persetujuan lisan oleh agen. Kontrak sementara bisa
diterbitkan oleh agen dengan ketentuan bahwa kontrak tertulis akan disiapkan biasanya dalam
15 sampai 30 hari, tetapi hal ini tidak esensial untuk menjadi efektifnya perjanjian itu. Dalam
asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan berbeda dengan asuransi kerugian.
Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama biasanya disampaikan sekaligus kepada agen.
Agen lalu memberikan "kuitansi bersyarat". Penerimaan (acceptance) ini merupakan saatnya
ketika pelamar memenuhi standar underwriting, yang meliputi pemeriksaan kesehatan jika
diperlukan. Kemudian coverage yang diminta menjadi efektif pada waktu penyerahan lamaran
beserta pembayaran premi. Andai kata premi pada waktu itu belum dibayar maka asuransi itu
belum efektif. Sekiranya pelamar tidak dapat memenuhi standar underwriting dari
penanggung, pihak penanggung boleh membuat suatu counter offer dengan kontrak lain yang
mungkin diterima atau ditolak atas penyampaiannya oleh agen.

b. Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)


Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau bertentangan dengan
politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika yang diasuransikan adalah mobil
curian. Contoh lain, perjanjian ilegal jika misalnya orang mengasuransikan rumahnya dengan
niat ia akan membakar rumah itu dengan sengaja dengan harapan akan mendapat santunan
asuransi.

c. Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)


Tidak semua orang secara hukum memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak. Misalnya
anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak kompeten untuk
melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum mempunyai izin usaha
merupakan pihak yang tidak kompeten.

d. Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)


Persyaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang dipertukarkan oleh
kedua belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak
asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise)
untuk mcmbayar tertanggung. Artinya, penanggung sepakat membayar hanya jika peristiwa
tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi, penanggung tidak perlu melakukan
pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung memberikan dua hal yaitu:
uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi. Sebagian besar kontrak
asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa hanya penanggung yang membuat janji yang
dapat ditegakkan. Tertanggung tidak berjanji untuk membayar premi, dan tidak dapat dituntut
atas kegagalannya membayar. Hanya saja, tertanggung tidak dapat mendapatkan klaim yang
dijanjikan. jika premi tidak membayar (pada waktunya).

3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari


unsur kepemilikan.
JAWAB:

Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor
asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan. Secara singkat
berikut diberikan ulasannya.

a. Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan
usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam Undang-
Undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa ketentuan khusus.
Biasanya perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan kata 'Persero'. BUMN
mempunyai visi dan misi yang disejalankan dengan kepentingan Pemerintah dalam
menjalankan kebijakannya, terutama yang terkait dengan keuangan, perbankan, perekonomian,
perindustrian, perdagangan, perhubungan, dan sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan
milik negara dimaksud meliputi:
• PT Asuransi Jiwasraya : Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara,
menjual produk asuransi jiwa, baik secara individual maupun secara kelompok.
• PT Asuransi Jasa Indonesia : Seringkali disingkat dengan panggilan Asuransi Jasindo.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi umum
atau asuransi kerugian.
• PT Asuransi Kredit Indonesia : Seringkali disingkat dengan panggilan PT Askrindo.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara yang menjual produk asuransi
atas jaminan kredit bagi para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit.
• PT Asuransi Ekspor Indonesia : Seringkali disingkat dengan panggilan ASEI.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi berupa
pemberian jaminan atas barang-barang yang diekspor ke negara lain.
• PT Reasuransi Umum Indonesia : Seringkali disingkat dengan panggilan REINDO.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi bagi
perusahaan asuransi yang mengalami kelebihan kapasitas daya tamping risiko. Dengan
demikian maka perusahaan ini merupakan lembaga asuransi khusus bagi perusahaan
asuransi.
• PT Asuransi Jasa Raharja : Badan Usaha Milik Negara ini, melaksanakan program
asuransi sosial dalam hal pemberian santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas
jalan raya.
• PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri : Seringkali disingkat dengan panggilan PT
Taspen. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan program
asuransi sosial bagi para Pegawai Negeri Sipil. Program yang diberikan ialah santunan
berupa tunjangan hari tua dan pembayaran upah pensiun.
• PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja : Sering kali disingkat dengan panggilan PT
Jamsostek. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan
program asuransi sosial bagi seluruh tenaga kerja. Program yang diberikan ialah
memberikan santunan kepada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan selama
menjalankan tugas pekerjaannya. Santunan diberikan baik untuk biaya pengobatan
maupun untuk santunan meninggal dunia.
• PT Asuransi Kesehatan : Seringkali disingkat dengan panggilan PT ASKES.
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk yang berupa
asuransi kesehatan baik bagi para Pegawai Negeri Sipil, maupun bagi masyarakat yang
memerlukannya.

b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional


Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk badan
hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk Koperasi.
Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas dimaksud telah mampu menjadi
perusahaan publik maka juga harus tunduk kepada Undang-Undang tentang Pasar Modal. Pada
perusahaan swasta nasional yang berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya harus tunduk
kepada Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober telah
dikeluarkan Undang-Undang Koperasi yang baru Nomor 17 Tahun 2012.

c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan


Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara berangsur
masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal Asing. Bersamaan
dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-perusahaan yang terkait
dengan perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia. Salah satu mitra usaha mereka
adalah perusahaan asuransi. Namun, sesuai dengan ketentuan yang ada di Indonesia tidak
dibenarkan adanya perusahaan asuransi yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka
jalan keluarnya mereka melakukan usaha patungan (joint-ventures), dengan mitra asuransi
nasional baik dengan badan usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta
nasional. Dewasa ini perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan
usaha baik dalam usaha asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini ditulis
belum terlihat adanya usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha reasuransi.

Sumber Soal 1 : Modul ADBI 4211 Hal. 7.5 – 7.6


Sumber Soal 2 : Modul ADBI 4211 Hal. 7.6 – 7.8
Sumber Soal 3 : Modul ADBI 4211 Hal. 8.36 – 8.38

Terima kasih, Bapak/Ibu Pengajar. Mohon penilaian dan bimbingannya selalu.

Anda mungkin juga menyukai