Anda di halaman 1dari 5

Nama Mahasiswa : Zabar Rudin

Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
NIM : 049675034
Kode / Nama MK : ADBI4211.130/ Manajemen Risiko Dan Asuransi
Kelas Tuton : 130
Tugas Ke - :3
Tahun : 2023
Butir Soal No. : 1 dan 2
Skor Maks : 100

Kerjakan Tugas 3 berikut ini !


1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Jawaban :
Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak yaitu perjanjian yang mengikat secara hukum
dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Jika salah satu
pihak gagal melakukan kewajibannya tanpa alasan hukum, kontrak dianggap dilanggar. Jika
kontrak dilanggar, atau jika timbul perselisihan di antara pihak-pihak tentang interpretasi dari
kontrak, permasalahannya dapat diselesaikan di pengadilan. Dalam hai ini, pengadilan
memiliki kemampuan untuk menegakkan (enforce) pertimbangannya dan menyelesaikan
perselisihan kontrak.
a. Jelaskan jenis kontrak asuransi.
Kontrak dalam asuransi dapat dapat dibedakan menjadi kontrak bersyarat dan kontrak cacat
hukum. Penjelasan masing-masing kontrak adalah sebagai berikut.
• Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)
Kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian karena
tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki
hak untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai
contoh: penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya, jika diketahni bahwa
tertanggung melakukan penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke
pengadilan, jika penanggung, secara melawan hukum, menolak pembayaran klaim.
• Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)
Kontrak cacat hukum, jika dari semula kekurangan satu atau lebih sli persyaratan untuk
menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud ilegal
seperti maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang
dipertanggungkan, satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan
tidak dsli waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut itu dianggap
tidak pernah ada (void ab initio). Dalam asuransi properti dikenal adanya ikatan (blinder)
yaitu kontrak sementara yang sering digunakan sebelum keluamya polis asuransi formal.
Ikatan harus memenuhi semua persyaratan kontrak hukum. Maksud diadakannya ikatan
adalah memberikan perlindungan seketika selama waktu proses permintaan akan
asuransi. Ikatan bisa lisan atau tertulis. Ikatan lisan seperti lewat telepon, harus segera
diikuti dengan dokumen tertulis. Ikatan tertulis harus menyebut jumlah uang Bub
pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-pihak dalam Iad ikatan.
Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak memiliki
kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam bentuk
penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada dipenuhinya
persyaratan atau bukti dapa diasuransikannya (insurability) calon tertanggung, misalnya
keadaan kesehatan. Jika persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi, perlindungan mulai
berlaku setelah pembayaran premi pertama.

b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.


Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya diatur
oleh UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Karena kontrak asuransi pada umumnya
merupakan suatu ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Hukum Dagang
masih tetap mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang
No.40/2014. Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab
undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka
harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh hukum.
Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah
yang berikut ini.
• Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri
Kontrak mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwa
salah satu pihak menawarkan dan tawaran diterima baik oleh pihak lain. Penawaran
tersebut harus cukup terinci dan dikomunikasikan secara jelas. dimulai bila seseorang
mengajukan usulan untuk Penerimaan penawaran hars tanpa syarat, dan
dikomunikasikan secara jelas. Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas
syarat-syarat yang tepat sama. Harus terjadi kesamaan pikiran (meeting of the minds).
Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada pihak lainuntuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat menerima, menolak
ataumembuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan
melalui permohonan pertanggungan oleh calon nasabah. Metode yang paling sederhana
yang biasa Ipergunakan dalam asuransi kerugian adalah permohonan lisan kepada agen.
Dalam asuransi jiwa atau kesehatan penawaran mesti dilakukan dengan permohonan
tertulis. Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan permohonan itu adalah penting.
Dalam asuransi kerugian, agen biasanya mempunyai wewenang untuk mengikat atau
menerima permohonan itu bahkan tanpa menerima pembayaran dari pemohon. jika
diperlukan perlindungan bisa dimulai segera, walau baru dengan permohonan lisan dan
dengan persetujuan lisan oleh "Binder tertulis" atau kontrak sementara bisa diterbitkan
oleh agen dengan ketentuan bahwa kontrak tertulis akan disiapkan biasanya dalam 15
sampai 30 hari, tetapi hal ini tidak esensial untuk menjadi efektifnya perjanjian itu.
Dalam asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan berbeda dengan asuransi
kerugian. Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama biasanya disampaikan
sekaligus kepada agen. Agen lalu memberikan "kuitansi bersyarat". Penerimaan
(acceptance) ini merupakan saatnya ketika pelamar memenuhi standar underwriting,
yang meliputi pemeriksaan kesehatan jika diperlukan. Kemudian coverage yang diminta
menjadi efektie pada waktu penyerahan lamaran beserta pembayaran premi. Andai kata
premi pada waktu itu belum dibayar maka asuransi itu belum efektif. Sekiranva pelamar
tidak dapat memenuhi standar underwriting dari penanggung, pihak penanggung boleh
membuat suatu counter offer dengan kontrak lain yang mungkin diterima atau ditolak
atas penyampaiannya oleh agen.
• Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)
Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud petjanjian tidak legal atau bertentangan
dengan politik pemerintah. Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika yang
diasuransikan adalah mobil curian. Contoh lain, perjanjian ilegal jika misalnya orang
mengasuransikan rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan sengaja
dengan harapan akan mendapat santunan asuransi.
• Kedua Belah Pihak Haru Kompeten (Capacity)
Tidak semua orang secara hukumo memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak.
Misalnya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak
kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum
mempunyai izin usaha merupakan pihak yang tidak kompeten.
• Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)
Persyaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yae dipertukarkan oleh
kedua belah pihak untuk persetujuan itu, misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam
kontrak asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat
(contingent promise) untuk membayar tertanggung. Artinya, penanggung sepakat
membayar hanya jika peristiwa tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi,
penanggung n tidak perlu melakukan pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung,
tertanggung memberikan dua hal yaitu: uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam
kontrak asuransi. Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu bahwa
hanya penanggung yang membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak
berjanji untuk membayar premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar.
Hanya saja, tertanggung tidak dapat mendapatkan yang dijanjikan. jika premi tidak
membayar (pada waktunya).

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.


Jawaban :
Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor
asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan. Secara singkat
berikut diberikan ulasannya.

a. Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI.
Badan usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur
dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa
ketentuan khusus. Biasanya perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan
kata 'Persero'. Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misi yang disejalankan
dengan kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang
terkait dengan keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan,
perhubungan, dan sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud
meliputi:
• PT Asuransi Jiwasraya
Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi
jiwa, baik secara individual maupun secara kelompok.
• PT Asuransi Jasa Indonesia
Seringkali disingkat dengan panggilan Asuransi Jasindo. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi umum atau asuransi kerugian.
• PT Asuransi Kredit Indonesia
Seringkali disingkat dengan panggilan PT Askrindo. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara yang menjual produk asuransi atas jaminan kredit bagi
para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit.
• PT Asuransi Ekspor Indonesia
Seringkali disingkat dengan panggilan ASEI. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi berupa pemberian jaminan atas
barang-barang yang diekspor ke negara lain.
• PT Reasuransi Umum Indonesia
Seringkali disingkat dengan panggilan REINDO. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara, menjual produk asuransi bagi perusahaan asuransi yang
mengalami kelebihan kapasitas daya tampung risiko. Dengan demikian maka
perusahaan ini merupakan lembaga asuransi khusus bagi perusahaan asuransi.
• PT Asuransi Jasa Raharja
Badan Usaha Milik Negara ini, melaksanakan program asuransi sosial dalam hal
pemberian santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan raya.
• PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri
Seringkali disingkat dengan panggilan PT Taspen. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi para Pegawai
Negeri Sipil. Program yang diberikan ialah santunan berupa tunjangan hari tua dan
pembayaran upah pensiun.
• PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Sering kali disingkat dengan panggilan PT Jamsostek. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi seluruh
tenaga kerja. Program yang diberikan ialah memberikan santunan kepada tenaga
kerja yang mengalami kecelakaan selama menjalankan tugas pekerjaannya.
Santunan diberikan baik untuk biaya pengobatan maupun untuk santunan meninggal
dunia.
• PT Asuransi Kesehatan
Seringkali disingkat dengan panggilan PT ASKES. Perusahaan ini merupakan
Badan Usaha Milik Negara, menjual produk yang berupa asuransi kesehatan baik
bagi para Pegawai Negeri Sipil, maupun bagi masyarakat yang memerlukannya.
b. Badan Usaha Milik Swasta Nasional
Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk
badan hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk
Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang- Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas dimaksud
telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga harus tunduk kepada Undang-
Undang tentang Pasar Modal. Pada perusahaan swasta nasional yang berbentuk
koperasi, maka dengan sendirinya harus tunduk kepada Undang- Undang Koperasi
Nomor 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober telah dikeluarkan Undang-
Undang Koperasi yang baru Nomor 17 Tahun 2012.
c. Badan Usaha Milik Usaha Patungan
Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara berangsur
masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal Asing.
Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-
perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransi. Namun sesuai dengan
ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya perusahaan asuransi yang
pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluarnya mereka melakukan
usaha patungan (jointventures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan badan
usaha milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasional. Dewasa ini
perusahaan asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha baik dalam
usaha asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini ditulis belum
terlihat adanya usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha reasuransi.

Anda mungkin juga menyukai