Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3 MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

Nama : Seli Fitria


NIM : 041304622

1. Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat secara
hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Coba
Anda identifikasi dan jelaskan jenis-jenis kontrak asuransi!

Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak yaitu perjanjian yang mengikat


secara hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak- pihak yang
bersangkutan. Jika salah satu pihak gagal melakukan kewajibannya tanpa alasan hukum,
kontrak dianggap dilanggar. Jika kontrak dilanggar, atau jika timbul perselisihan di
antara pihak-pihak tentang interpretasi dari kontrak, permasalahannya dapat
diselesaikan di pengadilan. Dalam hai ini, pengadilan memiliki kemampuan untuk
menegakkan (enforce) pertimbangannya dan menyelesaikan perselisihan kontrak.

=> JENIS KONTRAK ASURANSI

1) Kontrak Bersyarat (Voidable Contract)

Kontrak bersyarat memungkinkan satu pihak memilih memutuskan perjanjian karena


tindakan atau ketiadaan tindakan (wan prestasi) dari pihak lainnya. Pihak yang memiliki
hak untuk memutuskan kontrak dapat juga memilih agar kontrak ditegakkan. Sebagai
contoh: penanggung tidak lagi terikat memenuhi kewajibannya. Jika diketahui bahwa
tertanggung melakukan penipuan (defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke
pengadilan, jika penanggung, secara melawan hukum, menolak pembayaran klaim.

2) Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract)

Kontrak cacat hukum, jika dari semula kekurangan satu atau lebih dari persyaratan
untuk menjadi kontrak yang berlaku. Contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud
ilegal seperti maksud memperoleh uang pertanggungan dengan membakar rumah yang
dipertanggungkan, s0 satu pihak tidak mampu secara hukum seperti seseorang
dinyatakan tidak dsli waras membeli asuransi. Dalam hal-hal tersebut kontrak tersebut
it dianggap tidak pernah ada (void ab initio). Dalam asuransi properti dikenal adanya
ikatan (blinder) yaitu kontrak sementara yang sering digunakan sebelum keluarnya polis
asuransi formal. Ikatan harus memenuhi semua persyaratan kontrak hukum. Maksud
diadakannya ikatan adalah memberikan perlindungan seketika selama waktu proses
permintaan akan asuransi. Ikatan bisa lisan atau tertulis. Ikatan lisan seperti lewat
telepon, harus segera diikuti dengan dokumen tertulis, Ikatan tertulis harus menyebut
jumlah uang pertanggungan, jangka waktu keefektifan ikatan, dan pihak-pihak dalam
lad ikatan. Dalam asuransi jiwa tidak menggunakan ikatan karena agen-agennya tidak
memiliki kewenangan mengikat perusahaannya. Perlindungan sementara diberikan dalam
bentuk penerimaan bersyarat (conditional receipt) yaitu tergantung pada dipenuhinya
persyaratan atau bukti dapat diasuransikannya (insurability) calon tertanggung,
misalnya keadaan kesehatan. Jika persyaratan atau bukti tersebut dipenuhi
perlindungan mulai berlaku setelah pembayaran premi pertama.

2. Identifikasi dan analisislah syarat-syarat kontrak asuransi!

=> SYARAT KONTRAK ASURANSI

Hak dan kewajiban pihak-pihak yang terikat dalam kontrak asuransi pada dasarnya
diatur oleh UU No. 40/2014 tentang Perasuransian. Karena kontrak asuransi pada
umumnya merupakan suatu ikatan maka Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
Hukum Dagang masih tetap mengatur perasuransian, sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-undang No.40/2014. Suatu kontrak merupakan perjanjian yang
didasarkan pada hukum. Kitab undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan,
untuk sahnya sebuah kontrak maka harus dipenuhi ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh hukum. Ketentuan-ketentuan umum yang harus dipenuhi menurut Pasal
1320 mudod adalah sebagai berikut:

1) Harus Ada Persetujuan dari Pihak-Pihak yang Mengikatkan Diri

Kontrak mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain. Itu berarti bahwa
salah satu pihak menawarkan dan tawaran diterima baik oleh pihak lain. Penawaran
tersebut harus cukup terinci dan dikomunikasikan secara jelas. dimulai bila seseorang
mengajukan usulan untuk Penerimaan penawaran harus tanpa syarat, dan
dikomunikasikan secara jelas. Semua pihak dalam suatu kontrak harus sepakat atas
syarat-syarat yang tepat sama. Harus terjadi kesamaan pikiran (mecting of the minds).
Untuk membuat suatu kontrak, satu pihak memberi penawaran kepada pihak lain untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Pihak kedua dapat menerima, menolak atau
membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka kedua belah pihak terikat
untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dalam asuransi, tawaran biasanya dilakukan
melalui permohonan pertanggungan oleh calon nasabah. Metode yang paling sederhana
yang biasa dipergunakan dalam asuransi kerugian adalah permohonan lisan kepada agen.
Dalam asuransi jiwa atau kesehatan penawaran mesti dilakukan dengan permohonan
tertulis. Sebelum suatu kontrak efektif, penerimaan permohonan itu adalah penting.
Dalam asuransi kerugian, agen biasanya mempunyai wewenang untuk mengikat atau
menerima permohonan itu bahkan tanpa menerima pembayaran dari pemohon. jika
diperlukan perlindungan bisa dimulai segera, walau baru dengan permohonan lisan dan
dengan persetujuan lisan oleh "Blinder" tertulis atau kontrak sementara bisa
diterbitkan oleh agen dengan ketentuan bahwa kontrak tertulis akan disiapkan
biasanya daham 15 sampai 30 hari, tetapi hal ini tidak esensial untuk menjadi efektifnya
perjanjian itu. Dalam asuransi jiwa, metode dan waktu penerimaan persetujuan berbeda
dengan asuransi kerugian. Lamaran tertulis dan pembayaran premi pertama biasanya
disampaikan sekaligus kepada agen. Agen lalu memberikan "kuitansi bersyarat".
Penerimaan (acceptance) ini merupakan saatnya ketika pelamar memenuhi standar
underwriting, yang meliputi pemeriksaan kesehatan jika diperlukan. Kemudian coverage
yang diminta menjadi efektif pada waktu penyerahan lamaran beserta pembayaran
premi. Andai kata premi pada waktu itu belum dibayar maka asuransi itu belum efektif.
Sekiranya pelamar tidak dapat memenuhi standar underwriting dari penanggung, pihak
penanggung boleh membuat suatu counter offer dengan kontrak lain yang mungkin
diterima atau ditolak atas penyampaiannya oleh agen.

2) Tujuannya Harus Legal (Lawful Objective)

Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau bertentangan
dengan politik pemerintah, Misalnya perjanjian menjadi tidak sah jika yang diasuransikan
adalah mobil curian. Contoh lain, perjanjian ilegal jika misalnya orang mengasuransikan
rumahnya dengan niat ia akan membakar rumah itu dengan sengaja dengan harapan
akan mendapat santunan asuransi.

3) Kedua Belah Pihak Harus Kompeten (Capacity)

Tidak semua orang secara hukum memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak.
Misalnya anak di bawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu tidak
kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum
mempunyai izin usaha merupakan pihak yang tidak kompeten.

4) Harus Ada Imbalan yang Dipertukarkan (Compensation)

Persyaratan terakhir untuk sahnya sebuah kontrak adalah imbalan yang dipertukarkan
oleh kedua belah pihak untuk persetujuan itu. Misalnya, adanya hak atau kewajiban.
Dalam kontrak asuransi, penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat
(contingent promise) untuk membayar tertanggung. Artinya, penanggung sepakat
membayar hanya jika peristiwa tertentu terjadi. Jika peristiwa tersebut tidak terjadi,
penanggung tidak perlu melakukan pembayaran. Sebagai ganti untuk janji penanggung,
tertanggung memberikan dua hal yaitu: uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam
kontrak asuransi. Sebagian besar kontrak asuransi berupa kontrak unilateral yaitu
bahwa hanya penanggung yang membuat janji yang dapat ditegakkan. Tertanggung tidak
berjanji untuk membayar premi, dan tidak dapat dituntut atas kegagalannya membayar.
Hanya saja, tertanggung tidak dapat mendapatkan yang dijanjikan. jika premi tidak
membayar (pada waktunya).

3. Identifikasi dan analisislah usaha-usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur


kepemilikan!

Dilihat dari sudut pandang kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam ektor
asuransi dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yang meliputi Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Swasta Nasional, dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan.

a) Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara, sesuai dengan namanya semua saham atau sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. Badan
usaha milik negara, secara hukum berbentuk Perseroan Terbatas yang diatur dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas, namun dengan memperhatikan beberapa
ketentuan khusus. Biasanya perseroan terbatas diberi tambahan di belakangnya dengan
kata 'Persero'. Badan Usaha Milik Negara mempunyai visi dan misi vang disejalankan
dengan kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama yang
terkait dengan keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan,
perhubungan, dan sebagainya. Adapun perusahaan-perusahaan milik negara dimaksud
meliputi:

~) PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri

Seringkali disingkat dengan panggilan PT Taspen. Perusahaan ini merupakan Badan


Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi para Pegawai Negeri Sipil.
Program yang diberikan ialah santunan berupa tunjangan hari tua dan pembayaran
upah pensiun.

~) PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Sering kali disingkat dengan panggilan PT Jamsostek. Perusahaan ini merupakan Badan
Usaha Milik Negara, melaksanakan program asuransi sosial bagi seluruh tenaga kerja.
Program yang diberikan ialah memberikan santunan kepada tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan selama menjalankan tugas pekerjaannya. Santunan diberikan
baik untuk biaya pengobatan maupun untuk santunan meninggal dunia.

~) PT Asuransi Kesehatan

Seringkali disingkat dengan panggilan PT ASKES. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha
Milik Negara, menjual produk yang berupa asuransi kesehatan baik bagi para Pegawai
Negeri Sipil, maupun bagi masyarakat yang memerlukannya.

b) Badan Usaha Milik Swasta Nasional

Pengertian milik swasta di sini adalah swasta nasional. Demikian juga dengan bentuk
badan hukumnya, bisa berbentuk Perseroan Terbatas dan bisa juga dalam bentuk
Koperasi. Perusahaan swasta nasional sepenuhnya tunduk kepada Undang Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Apabila perseroan terbatas
dimaksud telah mampu menjadi perusahaan publik maka juga harus tunduk kepada
Undang-Undang tentang Pasar Modal. Pada perusahaan swasta nasional yang
berbentuk koperasi, maka dengan sendirinya harus tunduk kepada Undang-undang
Koperasi Nomor 25 Tahun 1992, yang pada tanggal 30 Oktober telah dikeluarkan Undang-
Undang Koperasi yang baru Nomor 17 Tahun 2012.

c) Badan Usaha Milik Usaha Patungan

Sesudah orde baru memegang Pemerintahan pada tahun 1966, maka secara berangsur
masuklah para investor asing ke Indonesia, dalam bentuk Penanaman Modal Asing.
Bersamaan dengan itu mereka juga membawa mitra usahanya atau perusahaan-
perusahaan yang terkait dengan perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Salah satu mitra usaha mereka adalah perusahaan asuransi. Namun sesuai dengan
ketentuan yang ada di Indonesia tidak dibenarkan adanya perusahaan asuransi yang
pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluarnya mereka melakukan usaha
patungan (joint ventures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan badan usaha
milik negara maupun dengan badan usaha milik swasta nasional. Dewasa ini perusahaan
asuransi dengan bentuk usaha patungan telah melakukan usaha baik dalam usaha
asuransi kerugian maupun usaha asuransi jiwa. Hingga buku ini ditulis belum terlihat
adanya usaha patungan yang membuka usaha dalam usaha reasuransi.

Sumber : Modul ADBI4211 Manajemen Risiko dan Asuransi

Anda mungkin juga menyukai