Anda di halaman 1dari 3

1.

 Semua pembelian asuransi menyangkut kontrak, yaitu perjanjian yang mengikat


secara hukum dan menimbulkan hak serta kewajiban bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.

    a. Jelaskan jenis kontrak asuransi.

    b. Jelaskan syarat-syarat kontrak asuransi.

2. Jelaskan tentang usaha perasuransian di Indonesia dilihat dari unsur kepemilikan.

JAWABAN

1. A. Kontrak dalam asuransi dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu kontrak bersyarat
dan kontrak cacat hukum. Berikut penjelasannya.

1. Kontrak Bersyarat (Voidable Contract), dimana kontrak ini memungkinkan satu


pihak memilih memutuskan perjanjian dikarenakan tindakan ataupun wan prestasi
dari pihak lainnya. Adapun pihak yang memiliki hak memutuskan kontrak dapat juga
memilih supaya kontrak ditegakkan. Seperti contoh: penanggung tidak lagi terikat
memenuhi kewajibannya, jika diketahui bahwa tertanggung melakukan penipuan
(defrand), tertanggung dapat menuntut penanggung ke pengadilan jika sewaktu waktu
penanggung melawan secara hukum serta menolak untuk membayar klaim

2. Kontrak yang Cacat Hukum (Void Contract), dimana kontrak ini jika dari semula
kekurangan satu atau lebih persyaratan untuk menjadi kontrak yang berlaku. Seperti
contoh: kontrak asuransi yang dibeli untuk maksud illegal seperti memperoleh uang
pertanggungan dengan membakar rumah yang dipertanggungkan, satu pihak tidak
mampu secara hukum seperti seseorang dinyatakan tidak waras membeli asuransi.
Dalam hal-hal seperti itu kontrak dianggap tidak pernah ada (void ab initio)

B. Suatu kontrak merupakan perjanjian yang didasarkan pada hukum. Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Pasal 1320 menentukan, untuk sahnya sebuah kontrak maka harus
dipenuhi ketentuan-ketentuan (syarat) yang dikehendaki oleh hukum.

Berikut ketentuan-ketentuan (syarat) kontrak asuransi.

1. Harus ada persetujuan dari pihak-pihak yang mengikatkan diri

Maksudnya adalah ketika kontrak sudah dimulai itu berarti seseorang sudah
mengajukan usulan untuk mempertukarkan sesuatu yang berharga dengan orang lain, dimana
tawaran yang diberikan oleh salah satu pihak diterima baik oleh pihak yang lain. Adapun
penawaran yang disampaikan haruslah terperinci dan dikomunikasikan dengan jelas. Begitu
juga semua pihak yang terlibat sepakat atas syarat-syarat yang tepat sama dan harus terjadi
kesamaan pikiran (meeting of the minds). Untuk membuat kontrak sendiri, salah satu pihak
member penawaran kepada pihak lain untuk melakukannya ataupun tidak. Pihak kedua juga
dapat menerima, menolak, atau membuat konter penawaran. Jika terjadi kesepakatan, maka
kedua belah pihak terikat untuk melaksanakan kontrak rersebut.
2. Tujuannya harus legal (Lawful Objective)

Pengadilan tidak akan mendukung jika maksud perjanjian tidak legal atau
bertentangan dengan politik pemerintah. Seperti contoh: perjanjian menjadi tidak sah jika
yang diasuransikan merupakan mobil hasil curian.

3.Kedua belah pihak harus kompeten (Capacity)

Tidak semua orang secara hukum memiliki kemampuan untuk melakukan kontrak.
Misalnya, anak dibawah umur, orang sakit jiwa, dan pemabuk atau pecandu yang tidak
kompeten untuk melakukan perjanjian yang mengikat. Perusahaan asuransi yang belum
mempunyai izin usaha juga merupakan pihak yang tidak kompeten.

4. Harus ada imbalan yang dipertukarkan (Compensation)

Adapun syarat terakhir, yaitu adanya imbalan yang dipertukarkan oleh kedua belah
pihak untuk persetujuan. Misalnya, adanya hak atau kewajiban. Dalam kontrak asuransi,
penanggung memberikan kompensasi berupa janji bersyarat (contingent promise) untuk
membayar tertanggung. Itu berarti bahwa penanggung sepakat membayar hanya jika
peristiwa tersebut terjadi dan sebaliknya. Sebagai ganti untuk janji penanggung, tertanggung
memberikan uang dan janji untuk menepati ketentuan dalam kontrak asuransi.

2. Dilihat dari unsur kepemilikannya, semua perusahaan yang bergerak dalam sektor asuransi
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok meliputi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
Badan Usaha Milik Swasta Nasional (BUMSN), dan Badan Usaha Milik Usaha Patungan
(BUMUP).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Sesuai dengan namanya bahwa semua saham atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah, yang dalam hal ini Departemen Keuangan RI. BUMN mempunyai visi dan misi
yang sejalan dengan kepentingan Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, terutama
terkait dengan keuangan, perbankan, perekonomian, perindustrian, perdagangan,
perhubungan, dan sebagainya.

1. Adapun perusahaan- perusahaan BUMN yaitu:

-PT Asuransi Jiwasraya (BUMN yang menjual produk asuransi jiwa, baik individu maupun
berkelompok).

-PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo yang menjual produk asuransi umum, ataupun
asuransi kerugian)

-PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo yang menjual produk asuransi atas jaminan
kredit bagi para nasabah bank yang mendapatkan pinjaman kredit).

-PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI yang menjual produk asuransi berupa pemberian
jaminan atas barang-barang yang diekspor ke negara lain).
-PT Reasuransi Umum Indonesia (REINDO yang menjual produk asuransi bagi perusahaan
asuransi yang mengalami kelebihan kapasitas daya tampung risiko).

-PT Asuransi Jasa Raharja (yang melaksanakan program asuransi sosial dalam hal pemberian
santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan raya).

-PT Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PT Taspen yang melaksanakan program
asuransi sosial bagi para PNS seperti tunjangan hari tua dan pembayaran upah pension).

-PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek yang melaksanakan program asuransi sosial
bagi seluruh tenaga kerja seperti member santunan kepada tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan selama menjalankan tugas pekerjaannya).

-PT Asuransi Kesehatan (PT ASKES yang menjual produk berupa asuransi kesehatan baik
bagi PNS maupun bagi masyarakat yang membutuhkannya).

2. Badan Usaha Milik Swasta Nasional (BUMSN)

Bentuk badan hukum dari BUMSN sendiri dapat berupa Perseroan Terbatas (PT) dan
juga Koperasi. BUMSN sepenuhnya tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.

3. Badan Usaha Milik Usaha Patungan (BUMUP)

Di Indonesia sesuai ketentuan tidak dibenarkan bahwasannya ada perusahaan asuransi


yang pemiliknya adalah pemodal asing murni, maka jalan keluar mereka melakukan usaha
patungan (joint-ventures), dengan mitra asuransi nasional baik dengan BUMN maupun
BUMSN.

Anda mungkin juga menyukai