Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

NAMA : ALFIDIA FITRI HINDATI


NIM : 030937046
UPBJJ-UT : DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TERBUKA

2022
NOMOR 1
Studi Kasus. Salah satu aspek penting dalam pengaturan operasional bank syariah adalah
akuntansi yang merupakan media pertanggungjawaban dan penyampaian informasi tentang
kinerja dari bank Syariah. Akuntansi syariah sebaiknya diterapkan pada Bank-bank syariah,
karena selama ini bank syariah masih menggunakan akuntansi secara umum yang sama
seperti dilakukan bank konvensional. Karena adanya sejumlah perbedaan dalam pelaksanaan
operasional antara bank syariah dan bank konvensional, ketentuan-ketentuan perbankan perlu
disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah sehingga bank syariah dapat beroperasi secara
efektif dan efisien.

Pertanyaan : Jelaskanlah ketentuan-ketentuan Syariah tersebut supaya perbankan syariah


dapat beroperasi secara efektif dan efisien

Jawaban : Antonio (2001: 225) menjelaskan bahwa karena adanya sejumlah perbedaan
dalam pelaksanaan operasional antara bank syariah dan bank konvensional, ketentuan-
ketentuan perbankan perlu disesuaikan agar memenuhi ketentuan syariah sehingga bank
syariah dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain
hal-hal yang mengatur berikut ini.
 Instrumen yang diperlukan untuk mengatasi masalah likuiditas.
 Instrurnen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan
tugas bank sentral.
 Standar akuntansi, audit, dan pelaporan.
 Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian, dan sebagainya
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat
berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Dalam menentukan harga atau
mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah adalah sebagai berikut:
a. Produk simpanan tabungan dan deposito berdasarkan bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
c. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
d. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
e. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni (ijarah)
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan
Prinsip Syariah juga menentukan biaya sesuai dengan Syariah Islam
Beberapa prinsip operasional yang dianut oleh sistem perbankan syariah, antara lain:
a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan;
b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana;
c. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik;
d. Unsur gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi;
e. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam Islam.
Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah
NOMOR 2
Studi Kasus. Shaibul maal yang bermitra dengan mudharib untuk usaha peternakan selama 6
bulan. Shahibul maal memberikan uang untuk modal usaha sebesar Rp. 40 juta. Dan kedua
belah pihak sepakat dangan nisbah bagi hasil 40:60 (40% keuntungan untuk shaibul maal).
Setelah menjalankan usaha selama 6 bulan, modal usaha telah berkembang menjadi Rp.60
juta, sehingga mudharib memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20 juta (Rp.60 juta – Rp. 30
juta). Maka, sesuai perjanjian yang telah dibuat diawal shaibul maal berhak mendapatkan
keuntungan sebesar Rp. 8 juta (40% x Rp. 20 juta). Dan sisanya sebesar Rp.12 juta menjadi
hak mudharib.

Pertanyaan :
Sebutkan dan Jelaskanlah akad dari kasus transaksi diatas.

Jawaban :
Transaksi diatas menggunakan akad Mudharabah yaitu merupakan akad kerja sama antara
Shahibul Maal dan Mudharib (Perbankan Syariah/LKMS) ketika Shahibul Maal sepenuhnya
menanggung modal usaha dan Mudharib sepenuhnya mengelola dana dengan porsi bagi hasil
(nisbah) yang disepakati pada awal akad. Nisbah yang disepakati tidak dalam bentuk
nominal, namun dalam bentuk persentase, dapat dengan model pembagian hasil usaha
Revenue Sharing (bagi pendapatan) atau Profit/Loss Sharing (bagi untung/rugi).

Terdapat dua jenis akad Mudbarabab yang digunakan, yaitu :


1) Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat) Akad investasi kctika pihak
Shahibul Maal memberikan batasan kepada Mudharib dalam menginvestasikan
dananya ke sektor yang ditentukan oleh Shahibul Maal. Dalam hal ini, Mudarib
hanya sebagai perantara/agen investasi yang mendapatkan bagian atas jasanya.
2) Mudharabah Mulaqah (Investasi Tidak Terikat) Akad investasi ketika pihak
Shahibul Maa/ tidak memberikan batasan kepada Mudarib dalam menginvestaskan
dananya. Mudarib berhak untuk menggunakan dana Shahibul Maal untuk
membiayai invetasi yang dianggap menguntungkan sesuai dengan prinsip Syariah.

Kesimpulan : kasus di atas yang merupakan contoh dari akad Mudharabah dimana akad ini
diterapkan kepada nasabah yang membutuhkan modal dengan prinsip kerjasama. Akad
mengatur antara shahibul mal atau pemilik modal (bank) dengan mudharib-nya atau
pengelola modal (nasabah). Di akhir tahun buku, hasil keuntungan dari usaha yang dilakukan
akan dibagi untuk shahibul mal dan mudharib berdasarkan porsi yang telah disepakati saat
dibuatnya akad sehingga mudharib memperoleh keuntungan sebesar Rp. 20 juta (Rp.60 juta –
Rp. 30 juta). Maka, sesuai perjanjian yang telah dibuat diawal shaibul maal berhak
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 8 juta (40% x Rp. 20 juta). Dan sisanya sebesar Rp.12
juta menjadi hak mudharib.
NOMOR 3
Kerangka dasar (conceptual framework) seperti konstitusi di suatu negara. Oleh karena itu,
kerangka dasar merupakan sesuatu yang mutlak untuk disusun dan ditetapkan sebagai
panduan bagi Komite Akuntansi Syariah dan Dewan Standar Akuntans Keuangan (DSAK)
dalam merumuskan Standar Akuntansi Keuangan. IAI telah menyusun PSAK nomor 59
tentang Akuntansi Perbankan Syariah pada tahun 2002. Kerangka dasar tersebut menjadi
landasan bagi praktik akuntansi keuangan untuk operasional Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Pertanyaan :
Berdasarkan informasi diatas Jelaskanlah mengapa kerangka dasar penting untuk disusun?

Jawab :

Penyusunan standar harus berdasarkan pada sebuah konsep dan tujuan yang jelas. Konsep
dan tujuan yang disusun haruslah bervisi jauh ke depan serta memiliki lingkat konsistensi
yang tinggi sehingga tidak banyak berubah dalam perjalanannya. Sahl kesatuan standar dan
ketentuan yang dihasilkan tentunya dibangun dengan landasan yang sama sehingga akan
menunjukkan adanya konsistensi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Kerangka dasar
sebagai landasan penyusunan standar seharusnya mampu meningkatkan pcmahaman
pengguna laporan kcuangan, kcyakinan atas substansi laporan keuangan, dan meningkatkan
daya banding (comparabilty) diantara laporan-laporan keuangan perusahaan.

Kemudian, masalah-masalah yang baru dan muncul dalam praktik transaksi keuangan
seharusnya dapat lebih cepat diselesaikan dengan menggunakan dasar teori serta kerangka
dasar yang telah disusun. Seperti halnya yang terjadi dalam praktik transaksi Syariah di
Indonesia dalam hal sebelum adanya PSAK Nomor 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
dan PSAK Syariah 2007 baik Bank maupun Lembaga Keuangan Syariah men.galami
permasalahan mendasardalam pencatatan transaksi keuangan karena belurn ada standar yang
mampu menjangkau kebutuhan transaksi Syariah. Begitu juga saat PSAK Nomor 59
dikeluarkan LAI pada tahun 2002, tidak secara otomatis semua Lembaga Keuangan Syariah
bisa mengadopsi karena ternyata ruang lingkup standar akuntansi yang terbatas.

Oleh karena itu, kebutuhan akan kerangka dasar yang lebih komprehensif mcnjadi sebuah
kcharusan yang scgera harus diwnjudkan. KDPPLKS baru merupakan jawaban atas
kebutuhan akan kerangka dasar yang lebih komprehensif, KDPPLKS ini masih harus
mengalami masa pembuktian apakah semua kebutuhan Lembaga Keuangan Syariah di
Indonesia sudah mampu dipenuhi atau belurn. Kita akan melihat dalam perjalanan praktik
akuntansi pada Lembaga Keuangan Syariah setelah PSAK Syariab ini efektif berlaku I
Januari 2008. Pengembangan sangat memungkinkan terjadi dalam perjalanan penerapan
PSAK Syariah baik pengembangan kerangka dasar maupun standar akuntansi keuangan.
Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan tentang KDPPLKS dengan struktm pemaparan
mengikuti tata urutan yang terdapat dalam Conceplual Framework of Financial Accounting
versi FASB mulai dari Level Pertama (Tujuan Dasar), Level Kedua (Konsep Dasar), dan
Level Ketiga (Pengakuan dan Pengukuran).
NOMOR 4
PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah hanya ditujukan bagi entitas
Syariah yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah dengan berbagai
bentuk badan hukum yang bisa dipergunakan (misalny : perseroan Terbatas (PT), CV
Koperasi, Yayasan, dan lain sebagainya). Namun demikan harus secara jelas mencantumkan
dalam anggaran dasarnya bahwa usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip Syariah. Kegiatan
operasional Lembaga-lembaga tersebut harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan
keuangan Syariah.
Pertanyaan :
Berdasrkan informasi diatas jelaskanlah komponen laporan keuangan yang menyajikan
informasi mengenai entitas syariah?
Jawab :
Sangat Jelas. Paragraf 11 PSAK IOI mengatur tentang komponen-komponen laporan
keuangan entitas syariah yang wajib disajikan sebagai slandar penyajian antara lain:
1. Neraca
Pos neraca memberi informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu.
Dengan neraca, pemakai laporan keuangan akan dapat :
 menilai likuiditas dan kelancaran operasi perusahaan atau organisasi,
 menilai struktur pendanaan perusahaan,
 menganalisis komposisi kekayaan dan potensi jasa perusahaan, dan
 mengevaluasi potensi jasa atau sumber ckonomi yang dikuasai perusahaan
2. Laporan Laba Rugi
Laporan ini memberikan infom1asi tentang keberhas.ilan manajemen dalam mengelola
perusahaan. Keberhasilan diukur dengan kemampuan menghasilkan laba, yaitu selisih
antara semua penghasilan (pendapatan dan unlung) dan semua biaya yang diperkirakan
telah mendatangkan penghasilan tersebut.
3. Laporan Arus Kas
Laporan ini memberikn informasi tentang kegiatan manajemen selama satu periode
dalam mengelola kas. Melalui laporan arus kas, pemakai laporan dapat mengevaluasi
kegiatan manajemen dalam operasi, investasi, dan pendanaan.
4. Laporan Perubaban Ekuitas
Laporan ini merupakan penghubung antara laporan laba rugi dan neraca. Laba rugi dan
transaksi modal neto akan masuk dalam laporan perubahan modal sehingga angka
akhir akan diperoleh. Pemasukan angka laba dan perubaban modal neto ke akun modal
akan merupakan suatu proses yang disebut tutup buku.
5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan ini merupakan informasi keuangan yang berisi rekapitulasi penerimaan zakat
yang dikelola eotitas Syariah sebagai pelaksana fungsi Baitul Maal. Penerimaan zakat
bisa berasal dari individu dari dalam entitas Syariah, sepeni pemilik, manajemen, dan
karyawan. Jndividu di luar entitas Syariah juga bisa menyalurkan kewajiban zakatnya
melalui entitas Syariah yang menyelenggarakan fungsi Baitul M.aal. Oleh karena dana
zakat memiliki kekhususan dalam pengelolaan maka penyalurannya juga perlu diatur
sesuai dengan ketenluan Syariah. Penyaluran dana zakat bisa dilakukao oleh entitas
Syariah atau melalui Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). seperti Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LA✓.:). Zakat disalurkan kepada Mustahiq
(golongan penerima zakat), antara lain: fakir, mis.kin, amil, riqab, gharirn, sabil.illah,
ibnu sabil. dan muallaf. Secara khusus pengelolaan dana zakat akan dibahas pada
bagian akhir buku ini tentang akuntansi, zakat, infaq, dan shodaqoh.
6. Laporan Sumber dan Pcnggunaan Dana Kebajikan
Laporan ini bcrisi informasi pcncrimaan dana kcbajikan dari bebcrapa komponen yang
mungkin diterima oleh entitas Syariah, seperti infaq, shodaqoh, hasil pcngelolaan dana
wakaf scsuai dcngan kctcntuan pcrundang-undangan yang bcrlaku (UU Nomor 41
Tahun 2004 tentang Waka/), pengcmbalian dana kcbajikan produktif, denda, dan
pendapatan non halal lainnya.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan harus disajikan secara sistematis setiap pos dalam Neraca,
Laporan Laba Rugi dan Laporan Arns Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan, harus berkaitan clengan informasi yang terdapat dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
 informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
 informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Kcuangan,
tctapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan A.rus Kas;
Laporan Perubahan Ekuitas; Laporan Surnber dan Penggunaan Dana Zakat; dan
Laporan Penggunaan Dana Kebajikan;
 informasi tambahan yang tidak disajikan dalarn laporan keuangan, tetapi
diperlukan dalarn rangka penyajian secara wajar.

Anda mungkin juga menyukai