Jawaban :
1. The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
menjadi organisasi nirlaba internasional yang memiliki kompetensi untuk menyusun standar-
standar akuntansi keuangan dan auditing untuk Bank dan Lembaga Keuangan Syariah di
dunia. Organisasi ini memiiki tujuan antara lain :
a. Mengembangkan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan dengan lembaga
keuangan;
b. Menyamakan pemikiran di bidang akuntansi dan auditing yang relevan bagi lembaga
keuangan dan penerapannya melalui pelatihan, seminar, publikasi jurnal yang merupakan
hasil riset;
c. Menyajikan, mengumumkan, dan menginterpretasikan standar-standar akuntansi dan
auditing bagi lembaga-lembaga keuangan syariah;
d. Mereview dan mengamandemen standar-standar akuntansi dan auditing bagi lembaga-
lembaga keuangan syariah.
2. SFA nomor 1 AAOIFI (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan yang ditujukan bagi
penguna-pengguna eksternal seharusnya menyediakan beberapa jenis informasi sebagai
berikut.
a. Informasi tentang kepatuhan Perbankan Syariah terhadap ketentuan Syariah Islam serta
tujuan-tujuan yang telah disusun, dan informasi yang menyajikan pemisahan pendapatan
dan pengeluaran dari sumber dana yang dilarang syariah, ketika hal itu dapat terjadi diluar
kontrol manajemen.
b. Informasi tentang sumber daya ekonomik Perbankan Syariah dan kewajiban-kewajiban
yang terkait (kewajiban dari Perbankan Syariah untuk mentransfer sumber daya ekonomik
untuk memuaskan hak dari para pemilik modal tersebut, kejadian-kejadian lain, dan
keadaan sumber daya entitas tersebut beserta kewajiban-kewajiban yang ditanggung.
Informasi ini harusnya diarahkan secara prinsip pada upaya membantu proses evaluasi
kecukupan permodalan Perbankan Syariah untu menyerap kerugian dan risiko
bisnis;pengukuran risiko yang terdapat dalam investasinya, dan evaluasi tingkat likuiditas
asset serta persyaratan likuiditas yang sesuai dengan kewajibannya.
c. Informasi untuk membantu perhitungan kewajiban zakat dari dana-dana depositor
perbankan Syariah serta tujuan-tujuan ketika zakat tersebut akan didistribusikan.
d. Informasi yang membantu memperkirakan arus kas yang dapat direalisasikan dari pihak-
pihak yang berhubungan dengan Perbankan Syariah, waktu serta risiko yang terkait
dengan proses realisasi tersebut. Informasi ini seharusnya diarahkan untuk membantu
pengguna dalam mengevaluasi kemampuan Perbankan Syariah dalam memperoleh
pendapatan dan mengonversikannya ke dalam arus kas dan kecukupan arus kasnya untuk
memberikan keuntungan bagi para pemilik modal maupun pemilik rekening investasi.
e. Informasi untuk membantu dalam mengevaluasi pemenuhan kewajiban Perbankan
Syariah untuk menjaga dana nasbah dan untuk meninvestasikan dana tersebut pada tingkat
keuntungan yang wajar, tingkat keuntungan yang layak bagi pemilik modal, dan
pemegang rekening investasi.
f. Informasi tentang pemenuhan pertanggungjawaban social Perbankan Syariah.
3. Azis, Amin (2004:1) menjelaskan tentang konsepsi Baitul Maal wa Tamwil sebagai lembaga
keuangan yang didirikan dengan landasan ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan
keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. Lebih lanjut Aziz, Amin (2004:1) menjelaskan
bahwa Baitul Maal wa Tamwil memiliki dua fungsi, yaitu :
a. Baitul Maal (Bait = Rumah, Mall = Harta), yaitu menerima titipan dana zakat, infaq, dan
shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
b. Baitul Tamwil (Bait = Rumah, at-Tamwil = Pengembangan Harta), yaitu melakukan
kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi pengusaha dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
ekonominya. Dalam menjalankan usahanya Baitul Tamwil menggunakan akad-akad
(perjanjian) transaksi bisnis yang berbasis syariah,, seperti model jual beli (Murabahah,
Salam, dan Isthisna), bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah) maupun sewa (Ijarah).
4. Pada KDPPLKS sudah tidak nampak lagi adanya pemisahan antara investasi terikat dan
investasi yang tidak terikat. KDPPLKS menempatkan investasi terikat (mudharabah
muqayyadah) dijadikan satu dalam rekening dana syirkah temporer. Perubahan dari investasi
terikat menjadi Syirkah Temporer merupakan perubahan yang cukup signifikan karena
didalam konsep PSAK 59, investasi terikat dalam PSAK 59 tersebut hanya
mengakomodasikan adanya investasi dengan model mudharabah muqayyadah, namun dengan
adanya syirkah temporer maka investasi mudharabah mutlaqah yang awalnya diakui sebagai
investasi tidak terikat sekarang beralih menjadi syirkah temporer dengan asumsi bahwa
penghimpunan dana mudharabah lebih menekankan pada investasi sehingga pemilik dana
memiliki resiko untung atau rugi.