Anda di halaman 1dari 5

TEORI AKUNTANSI

Nama : Ulil Ajhar


NIM : 041849156

UPBJJ MATARAM
Soal nomor 1
a. Bagaimana teori agensi dapat diterapkan dalam pengembangan regulasi akuntansi?

Jawaban :

Teori agensi dapat diterapkan dalam pengembangan regulasi akuntansi dengan


mempertimbangkan hubungan antara pemilik perusahaan (prinsipal) dan manajemen (agen).
Tujuan utama teori agensi adalah untuk mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal dan
agen, serta memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Dalam konteks pengembangan regulasi akuntansi, teori agensi dapat membantu dalam
merancang aturan dan prosedur yang meminimalkan risiko informasi asimetris antara
prinsipal dan agen. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menerapkan teori agensi
dalam pengembangan regulasi akuntansi adalah sebagai berikut:
1) Transparansi
Menerapkan prinsip transparansi dalam pelaporan keuangan untuk memastikan bahwa
informasi yang relevan dan akurat tersedia bagi prinsipal. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperkuat persyaratan pelaporan keuangan, seperti pengungkapan penuh
tentang kebijakan akuntansi, estimasi, dan risiko yang relevan.
2) Pengawasan
Membangun mekanisme pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa manajemen
bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal. Ini dapat mencakup pembentukan dewan
pengawas independen, komite audit yang kuat, dan penggunaan auditor eksternal yang
independen.
3) Insentif
Merancang sistem insentif yang sesuai untuk mendorong manajemen agar bertindak
sesuai dengan kepentingan prinsipal. Insentif yang tepat dapat mencakup bonus kinerja
berbasis hasil, kepemilikan saham oleh manajemen, dan kontrak kerja yang jelas.

b. Berikan contoh konkret bagaimana prinsip – prinsip teori agensi dapat membantu
mengarahkan penyusunan standar akuntansi yang mengatasi masalah keagenan di antara
pemegang saham, manajemen, dan kreditor (jelaskan minimal 3 contoh) ?

Jawaban :
Contoh penerapan prinsip teori agensi untuk menangasi masalah keagenan :
1) Manajemen
Mengatasi masalah manajemen agensi, seringkali principal harus mengeluarkan
biaya keagenan (agency cost). Selain itu, hubungan principal-agent dapat diatur, dan
seringkali, dengan kontrak, atau hukum dalam kasus pengaturan fidusia. Metode lain
yang bisa digunakan adalah dengan Memberi insentif kepada agen untuk bertindak
lebih sesuai dengan kepentingan terbaik prinsipal. Misalnya, jika agen diberikan
insentif ketika telah penyelesaian proyek yang menguntungkan, atau menghasilnya
cash flow pada tingkat tertentu yang memungkinkan untuk pembagian dividen lebih
tinggi untuk shareholders, atau diberikan target Dividend Payout Ratio (DPR)
tertentu, dan sebagainya

2) Pemegang saham
Masalah keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Masalah keagenan
antara manajer dan pemilik atau pemegang saham. Contoh kasus tunneling pada pt
adaro yang menjual batubara dibawah. Pemegang saham sebagai prinsipal
memberikan mandat kepada agen untuk menjalankan perusahaan. Contoh pemangku
kepentingan di sebuah perusahaan adalah pemegang saham, karyawan, pelanggan,
pemasok, kreditur, investor saham, . Sebagai agen pengawas yang efektif untuk
mengurangi konflik kcagenan,. Perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang
saham). Manajer dapat dimotivasi untuk bertindak demi kepentingan pemegang
saham melalui pemberian insentif berupa. Teori keagenan mendeskripsikan
hubungan antara pemegang saham . Hubungan ini sering kali timbul konflik karena
adanya perbedaan kepentingan

3) Kreditor
Masalah keagenan dapat muncul ketika manajer, atas nama shareholders, yang telah
memiliki jumlah hutang cukup tinggi, cenderung untuk tidak memilih project dengan
positif NPV (melepaskan peluang investasi) untuk dapat meningkatkan dana yang
tersedia untuk membayar pokok dan bunga pinjaman. Hal ini dikarenakan,
shareholder memiliki keyakinan bahwa dengan berinvestasi disaat tingkat leverage
(hutang) perusahaan yang cukup tinggi berarti kreditur akan mendapatkan
keuntungan lebih dari pemilik. Seperti kita ketahui, kreditur akan memiliki klaim
pertama atas asset perusahaan bila perusahaan dalam kondisi kesulitan keuangan
(financial distress) dan tidak mempu membayar kembali hutangnya. Jika arus kas
dari investasi prospektif masuk ke kreditur, maka tidak akan ada insentif bagi
shareholders untuk melanjutkan investasi. Untuk menghindari terjadinya
underinvestment ini, lender cenderung akan memberi keleluasaan bagi manajer untuk
menggunakan dana hutang untuk kesempatan investasi yang menguntungkan

Soal Nomor 2 :
Salah satu bidang riset pada akuntansi adalah akuntansi keperilakuan. Agar suatu riset dapat
disebut sebagai riset akuntansi keperilakuan, maka riset tersebut harus memenuhi 2 (dua)
kriteria. Jelaskan kedua kriteria tersebut!

Jawaban :
Riset harus memenuhi kriteria dua kriteria dasar, yakni :
1) Riset harus berkaitan dengan perilaku manusia, dimana tujuan utama perilaku manusia
adalah mengedentifikasi kebiasaan yang mendasari manusia dan konsekuensi yang
ditimbulkannya.
2) Riset harus dilakukan secara ilmiah, dimana ada upaya sistematis untuk
menggambarkan, menghubungkan, menjelaskan dengan demikian dapat memperidiksi
fenomena, yaitu kebiasaan yang dapat diobservasi.

Soal Nomor 3 :
Dalam teori Akuntansi Syariah, terdapat 6 (enam) sifat akuntansi, yang salah satunya
dirumuskan oleh Muhammad Akram Khan dalam tulisan Harahap (1992). Jelaskan rumusan
sifat Akuntansi Syariah tersebut!
Jawab :
Sifat Akuntansi Syariah menurut Muhammad Akram Khan
Muhammad Akram Khan adalah seorang pakar dalam bidang Akuntansi Syariah yang
merumuskan enam sifat akuntansi syariah dalam tulisannya yang berjudul "Harahap" pada
tahun 1992. Berikut adalah rumusan sifat-sifat tersebut:
a. Sifat Tauhid
Sifat ini mengacu pada keyakinan bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber kekayaan
dan pemilik segala sesuatu di alam semesta. Dalam konteks akuntansi syariah, sifat ini
menekankan pentingnya mengakui dan menghormati kepemilikan Tuhan serta
menggunakan sumber daya dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama.
b. Sifat Adil
Sifat ini menekankan pentingnya keadilan dalam semua aspek kehidupan, termasuk
dalam akuntansi. Dalam konteks akuntansi syariah, sifat ini mengharuskan adanya
distribusi yang adil dan merata dari kekayaan serta penggunaan sumber daya yang adil
dan tidak merugikan pihak lain.
c. Sifat Transparansi
Sifat ini menekankan pentingnya keterbukaan dan transparansi dalam pelaporan
keuangan. Dalam konteks akuntansi syariah, sifat ini mengharuskan adanya
pengungkapan yang jelas dan akurat mengenai informasi keuangan yang relevan bagi
para pemangku kepentingan.
d. Sifat Tanggung Jawab
Sifat ini menekankan pentingnya bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan dan
sumber daya. Dalam konteks akuntansi syariah, sifat ini mengharuskan para pelaku
akuntansi untuk bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajiban mereka
dengan penuh integritas dan profesionalisme.
e. Sifat Keadilan
Sifat ini menekankan pentingnya keadilan dalam pembagian hasil dan alokasi sumber
daya. Dalam konteks akuntansi syariah, sifat ini mengharuskan adanya distribusi yang
adil dan merata dari kekayaan serta penggunaan sumber daya yang adil dan tidak
merugikan pihak lain.
f. Sifat Kepatuhan
Sifat ini menekankan pentingnya patuh terhadap aturan dan prinsip-prinsip syariah dalam
pelaksanaan akuntansi. Dalam konteks akuntansi syariah, sifat ini mengharuskan para
pelaku akuntansi untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspek pelaporan
keuangan dan pengelolaan sumber daya.

Anda mungkin juga menyukai